Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2 Kunci Sukses
Setiap orang ingin berhasil dalam menggapai keinginannya. Setiap mukmin selalu
menginginkan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.
Kehidupan kita tidak jauh beda dengan ujian bagi seorang anak SD. Allah SWT memberikan
cobaan dalam setiap langkah kehidupan untuk memastikan hamba mana yang memiliki amal
terbaik.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. (QS 67:2)
Berikut adalah beberapa hal terkait ujian dalam kehidupan kita.
Waktu Ujian
Ujian dalam hidup dimulai semenjak waktu baligh sampai nanti waktunya berpulang ke
Rahmatulloh. Setiap fase umur memiliki cobaan yang berbeda. Seorang remaja harus bisa
memilih teman dan pergaulannya. Ketika sudah menikah, seorang suami harus bisa mencari
nafkah yang halal dan melindungi keluarganya. Ketika sudah tua, seorang kakek harus sabar
dengan penyakit yang dideritanya. Semua ujian tersebut harus dihadapi dengan mengharap
ridho Allah SWT.
Bahan Ujian
Bahan ujian itu ada disekitar kita seperti suami/istri, anak, keluarga, teman, dan tetangga.
Selain itu, harta
kekayaan dapat
menjadi bahan
ujian kita.
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga). (QS 3:14)
Sifat Ujian
Sifat ujian dapat dalam kondisi susah dan senang. Kebanyakan orang menidentikkan ujian
dengan kesusahan. Jika tidak mendapatkan rezeki yang cukup atau sedang ditinggal yang
dicintai maka dianggap sebagai ujian dari Allah SWT. Tapi ujian dengan kesenangan sering
tidak dipedulikan walau biasanya ujian dengan kesenangan lebih sulit.
Sebagai contoh, orang yang hidupnya pas-pasan, maka dia akan membelanjakan uangnya
untuk kebutuhan pokok seperti beli beras, sayur dan lauk sederhana. Jika orang memiliki
uang yang lebih bisa jadi dia akan membeli makanan yang mahal untuk memuaskan nafsu
bahkan bisa jadi membeli makanan yang haram. Terkadang yang dibeli adalah keinginan
untuk caper saja.
Demikian juga orang yang memiliki paras yang tampan atau cantik maka akan berprofesi
sebagai artis yang malah menjerumuskan kedalam kehidupan penuh glamour, terjerat
narkoba dan gagal dalam berkeluarga.
Kunci Jawaban
Kunci jawaban ujian terhadap kehidupan kita hanya terletak pada 2 hal yaitu syukur dan
sabar.
Katakanlah: Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS 3:26)
Sebaliknya, kesusahan dalam hidup harus dihadapi dengan kesabaran dan keyakinan bahwa
akan ada hikmah besar dari suatu musibah. Sifat sabar dicerminkan dengan tidak
menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesusahan tetapi justru melakukan muhasabah
terhadap diri sendiri sebagai penyebabnya. Kesabaran akan dibalas oleh Allah SWT dengan
pengampunan atas dosa yang telah lampau. Rasulullah SAW bersabda:
:) dan :(
Dalam hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang silih berganti adalah adalah kesenangan
dan kesusahan. Bahkan menurut beberapa orang, kalau hidup itu indah karena perbedaan
tersebut. Bayangkan kalau orang senang terus atau susah terus, tentu bukan sesuatu yang
baik. Ketika kita senang, maka kita diharapkan ingat ketika dulu pernah susah. Dan ketika
kita susah ingatlah bahwa suatu saat akan ada kesenangan. Hal ini seperti firman Allah SWT:
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan
membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia
berputus asa. (QS. Al Israa 83)
Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat manusia terhadap kesenangan terlebih dahulu
karena ujian terhadap kesenangan adalah lebih berat.
Dari Amr bin Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah r.a. ke
Bahrain untuk menagih pajak penduduk. Kemudian ia kembali dari Bahrain dengan
membawa harta yang sangat banyak dan kedatangan kembali Abu Ubaidah itu terdengar
oleh sahabat Anshar maka mereka pun shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian
setelah selesai shalat mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat
mereka kemudian bersabda, Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah
yang membawa harta banyak? Jawab mereka, Benar, ya Rasulullah. Lalu Nabi saw
bersabda, Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk mencapai semua
cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku
khawatir kalau terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-
orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-
lomba, sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Pada saat inipun bisa kita lihat. Seorang miskin apabila dia tidak sabar maka yang dicuri
adalah hape atau sepeda motor. Sedang orang yang menjadi tersangka KPK telah didakwa
dengan korupsi sampai miliard rupiah. Hal ini menunjukkan orang tidak tahan dengan
kesenangan dan kemewahan. Atau hal ini tersebut dalam Al Quran tentang orang yang
mendapat musibah di lautan akan berdoa kepada Allah, tetapi lupa ketika sudah sampai darat.
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru
kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan
manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih (QS. Al Israa 67)
Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan mendekat kepada
Allah SWT dan bersabar, sedang orang yang berhasil biasanya memiliki ego bahwa
keberhasilan itu adalah karena hasil jerih payahnya.
Kembali kepada sifat manusia jika mendapat kebahagian seperti yang tertera pada QS. Al
Israa 83. Jika mendapatkan kesenangan maka dia memiliki dua kecenderungan yaitu
berpaling dari Allah SWT dan sombong terhadap manusia. Jika kesuksesan terjadi pada
orang yang tidak beriman maka akan memperkuat keyakinannya bahwa tidak perlu percaya
kepada Allah SWT untuk meraih kesuksesan. Mereka akan mencibirkan kaum Muslim yang
rajin sholat tapi kehidupannya masih miskin. Sedang bila keberhasilan pada orang munafik,
maka mereka berkata Buat apa sholat? Toh saya masih bisa mendapatkan rizki dari
Allah. Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada setiap manusia di dunia ini tanpa
pandang bulu apakah mereka beriman atau mengingkari.
Bagi seorang muslim, keberhasilan masih membuat dia melaksanakan sholat dan ibadah lain.
Tapi ada hal lain yang mungkin tidak kalah bahayanya, yaitu adanya perasaan sombong
terhadap apa yang didapatkannya. Apa sombong itu? Rasulullah SAW pernah bersabda:
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: Barang siapa yang beramal tanpa didasari ilmu,
maka unsur merusaknya lebih banyak daripada mashlahatnya (Sirah wa manaqibu Umar
bin Abdul Azis, oleh Ibnul Jauzi).
Orang yang ikhlas beramal, tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dapat merusak
amalannya dan bahkan dapat memberikan madhorot kepada orang lain. Rasulullah SAW
pernah menyampaikan bahwa adalah orang yang sesat padahal mereka melaksanakan sholat,
puasa, dan amalan lainnya yang sangat banyak.
Rasulullah SAW bersabda, (Ada sekelompok kaum), mereka menganggap sholat yang
dilakukan oleh kamu sangat kecil bila dibandingkan sholat mereka, dan puasanya dianggap
lebih rendah dari puasa mereka. Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melampaui
kerongkongan mereka. (Fathul Bari 6/714).
Imam Ibnu Taimiyah berkata: Meskipun sholat, puasa dan tilawah Quran mereka banyak,
namun mereka keluar dari kelompok ahlus Sunah wal Jamaah. Mereka adalah kaum ahi
ibadah, wara dan zuhud, tetapi itu semua tidak didasari dengan ilmu.
Maksudnya mereka beribadah dan membaca Al Quran, tetapi amalan tersebut dilaksanakan
hanya sebagai rutinitas, tanpa pemahaman terhadap apa yang dilakukan. Mereka memahami
ibadah itu suatu perintah yang harus dilaksanakan tanpa memahami hikmah dibaliknya.
Terkadang pelaksanaan ibadah dibuat untuk rutinitas saja. Ada pelaksanaan sholat Jumat
berjamaah dengan khutbah yang berisi nasihat dari beberapa ayat Quran dan doa yang sudah
tertulis pada beberapa lembar kertas. Dan cara ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Tentu saja
sangat disayangkan jamaah yang sholat Jumat di masjid tersebut. Tidak ada nasehat atau
taujih yang dapat dipahami dan amal yang dapat dilaksanakan.
Terdapat cerita nyata pada suatu perumahan dimana beberapa ibu rumah tangga terjerat
hutang dengan rentenir yang memberikan pinjaman uang dengan bunga yang mencekik.
Ternyata para rentenir terebut adalah ibu-ibu yang terlibat aktif dalam pengajian pekanan.
Kisah ini menunjukkan bahwa kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan tidak memberikan
dampak positif pada aktifitas muamalah yang dilakukan.
Keutamaan seseorang bukan didasarkan pada banyaknya ilmu, hafalan atau amalan, akan
tetapi dilihat dari benar dan dalamnya pemahaman terhadap agama Islam secara menyeluruh.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW pernah bersabda, Satu orang faqih itu lebih berat bagi
setan daripada seribu ahli ibadah. HR. Tirmidzi.
Sahabat Umar bin Khathab ra juga pernah berkata, Kematian seribu ahli ibadah yang selalu
sholat di waktu malam dan berpuasa di siang hari itu lebih ringan daripada kematian orang
cerdas yang mengetahui halhal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah.
Bagusnya pemahaman terhadap agama mengalahkan faktor yang lainnya. Sebagai contoh,
khalifah Umar bin Khathab ra pernah mengangkat sahabat Ibnu Abbas ra yang pada saat itu
masih berusia 15 tahun untuk menjadi anggota majelis syuro. Umar bin Khathab ra
menjulukinya sebagai pemuda tua karena ketinggian pemahamannya pada usia yang sangat
muda.
Oleh karena itu berusahalah kita mendapatkan pemahaman yang benar terhadap Islam yaitu
pemahaman yang jernih, murni, integral dan universal. Hal ini akan menyelamatkan
kehidupan kita di dunia dan akhirat. Ibnul Qayyim pernah berkata,Benarnya kepahaman
dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya.
Tiada nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Karena
nikmat itulah seseorang memahami Islam dan komitmen pada Islam. Dengannya seorang
hamba dapat terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang yang buruk
tujuannya. Juga terhindar dari jalan orang-orang yang sesat, yaitu orang yang buruk
pemahamannya, serta akan menjadi orang-orang yang baik tujuan dan pemahamannya.
Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal
untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT. (HR. Imam
Turmudzi, ia berkata, Hadits ini adalah hadits hasan)
Jadi ada dua parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan
melakukan amal untuk persiapan setelah meninggal.
Muhasabah
Muhasabah dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan
aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres aktifitas dan
menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal evaluasi itu perlu dilakukan, agar
kita bisa bernafas dan menata ulang kehidupan kita.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah)
kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi
ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.
Pernyataan sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan
muhasabah maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil
akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan atau tahunan.
Muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill
Gates, seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk beristirahat seminggu atau think
week dalam enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft. Dia akan
beristirahat disuatu tempat yang sunyi dan membaca buku sekitar 18 jam sehari. Dari
kesempatan untuk berkontemplasi tersebut, muncul ide-ide segar dalam pengembangan
software.
Beramal untuk Bekal
Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after
evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh
Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan dan beramal untuk kehidupan
sesudah kematian. Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung
setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa
tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.
Orang yang pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang
juga beramal sholeh untuk hari kemudian. Orang tersebut akan sibuk beraktifitas dan juga
berinfaq atau membantu sesama agar mendapatkan pahala di hari akhir. Dalam surat Al
Qashash 77, Allah SWT berfirman:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.
Bahkan dalam ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak
melupakan kebahagiaan di dunia. Beginilah pola hidup yang patut ditiru sehingga terjadi
keseimbangan dalam kehidupan kita agar kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa diraih.
Secara ringkas, kepandaian yang hakiki dapat dicapai oleh setiap orang. Kepandaian itu dapat
digapai dengan melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk kehidupan di dunia
dan akhirat. Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk menjadi seorang
muslim yang pandai.
Coba dibayangkan, seandainya anda adalah seorang pelari nasional yang akan diutus oleh
KONI untuk mengikuti lomba lari marathon dunia di Ontario, Kanada. Event tahunan ini
merupakan ajang pelari menunjukkan kebolehannya dengan hadiah yang luar biasa. Untuk
menghadapi lomba ini, anda akan mempersiapkan fisik dan mental jauh hari sebelum lomba.
Diantara latihan fisik yang anda lakukan adalah lari dalam jarak tertentu seperti 5, 10, 20 atau
25 km. Bahkan anda perlu mencoba lari sampai sekitar 40 km, untuk menyamai jarak yang
akan dilombakan. Bisa dibayangkan kalau anda tidak melakukan latihan sampai 40 km, bisa-
bisa ketika hari lomba tidak sampai finish. Hal ini menunjukkan bahwa latihan harus
diusakan sesuai dengan yang akan dilombakan.
Untuk kesiapan mental terhadap cuaca di Ontario dan penduduk sekitarnya, maka anda
tentunya akan tinggal di kota tersebut beberapa minggu sebelum lomba. Anda harus
menyesuaikan suhu yang lebih dingin di kota tersebut. Diharapkan pada saat lomba nantinya,
tubuh kita sudah siap dan tidak bakal kedinginan atau sakit perut yang bisa menyebabkan
kegagalan anda.
Perumpamaan diatas mirip dengan persiapan kita ketika menghadapi bulan Ramadhan yang
penuh berkah ini. Ramadhan yang lamanya 29 atau 30 hari membutuhkan stamina dan
kesiapan yang matang. Betapa banyak kita lihat shof sholat tarawih yang penuh pada minggu
pertama akan menyusut pada minggu-minggu berikutnya. Dan tidak heran kalau nanti pada
minggu terakhir, beberapa warung semakin dikunjungi orang yang tidak kuat menahan haus
dan lapar. Atau ada orang yang terkena gangguan kesehatan atau flu ditengah atau akhir
Ramadhan, hal ini berarti fisiknya belum siap.
Untuk menghadapi Ramadhan, Rasulullah SAW sering melakukan puasa sunnat di bulan
Rajab dan Syaban. Hal ini seperti yang tercantum dalam hadits yang diriwayatnya al-Nasai
dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): Usamah berkata pada Nabi
saw, Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang
Rasul lakukan dalam bulan Syaban. Rasul menjawab: Bulan Syaban adalah bulan antara
Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.
Ibadah lain yang kita perlu persiapkan adalah qiyamu lail atau sholat malam. Dalam bulan
Ramadhan, peluang untuk melakukan sholat tahajjud akan besar karena kita akan bangun
untuk melakukan sahur. Gunakan waktu sebelum sahur untuk memohon maghfiroh dan
keperluan kita kepada Allah SWT.
Bacaan atau tilawah Al Quran juga harus diperbanyak karena bulan Ramadhan adalah bulan
turunnya Al Quran dan dimana pahala akan dilipatgandakan. Akan merugilah kita bila waktu
yang tersedia dalam bulan tersebut disia-siakan tidak untuk berdzikir atau membaca Al
Quran.
Jangan lupa, kita juga perlu membuat suasana ceria dalam keluarga kita dalam menyambut
bulan penuh rahmah ini. Bersih dan rapikan rumah. Buatlah hiasan dirumah agar terasa
suasana Ramadhan. Buat rencana untuk beribadah bersama keluarga seperti sholat berjamaah,
buka puasa dan tadarus bersama. Bahagiakan istri/suami dan anak anda agar bulan Ramadhan
M Top (Memang Top).
Tiga Nasehat
Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar
Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:
Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu
dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan
akhlak terpuji. HR. Tirmidzi
Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat
dengan kehidupan kita sehari-hari.
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: Dimana saja dan kapan saja , maka nasehat Nabi
SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan
saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam
Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja
memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan
sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang
lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam
suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita
berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak
terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan
pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah
dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda sedekah itu menghapus kesalahan
sebagaimana air memadamkan api. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan
memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit
yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon
maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu
minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan
hangat seraya berkata Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah (QS.
Abasa). Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang
tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti
tetangganya. (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Demi Allah seseorang tidak
beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman. Ada
yang bertanya: Siapa itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Yaitu orang yang tetangganya
tidak aman dari gangguannya. (HR. Bukhari)
Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak
termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya.
Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita
mengganggu mereka.
Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka. (Diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud)
Atau dalam hadits lain, nabi SAW bersabda:
Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang
berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang dianiaya. Doa mereka diangkat oleh Allah di
bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah
berfirman, Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu
waktu (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Demikianlah, urgensi dari berdoa dalam bulan Ramadhan karena hal itu meningkatkan
kemungkinan doa kita diterima. Maka perbanyaklah kita berdoa dalam bulan Ramadhan.
Semoga Allah SWT menerima doa kita.
Wallahualam bish showab.
Doa Pembuka
Assalamualaikum wr wb, Teman-teman yang dirahmati Allah, karena ada yang menanyakan
doa pembuka kultum, berikut saya cantumkan salah satu versi dari doa tersebut:
Segala puji milik Allah. Kami memohon pertolonganNya, dan mohon ampun kepada Nya.
Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diriku dan keburukan amalku.
Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada siapapun yang dapat
menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada siapapun yang
dapat menunjukinya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, aku mengesakanNya dan tidak
mempersekutukanNya.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan rosulNya, tidak ada nabi setelah
Dia.
Ya Allah, berikan sholawat, salam dan kebaikan atas nabi Muhammad, keluarganya dan
sahabatnya.
1
Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggung-tanggung, Yang
Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga,
maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam (QS. Al Mujadilah 7).
Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher
kita.
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaaf 16)
2
Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan
yang lain duduk di sebelah kiri. (QS. Qaaf 17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk;
yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian
dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49).
3
Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal
maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan
memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS.
Yaasiin 65)
Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun dan kapanpun saja dari
pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk
mengingkari Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan tercatat dan akan
dipertanyakan oleh Allah SWT dihari perhitungan kelak.
Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran
Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23 tahun masa kerasulan
beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan
perantaraan malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati Rasulullah
dan beliaupun langsung memahaminya. Hal ini disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah
(2) : 97.
Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang
sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para shahabatnya. Mereka
menuliskannya di pelepah daun daun kering, batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas
seperti zaman modern sekarang ini. Kemudian para shahabat langsung menghafalnya dan
mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di ajarkan kepada para shahabat-shahabat yang lain.
Al Quran difahami dengan menghafal. Bukan dengan sekedar membaca.
Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah
misalnya , banyak para sahabat pemghafal Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun
meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al Quran. Abu bakar sempat
menolak. Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan
? ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan
Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun
dapat diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.
Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin Haritsah
pun sempat berkata : Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah
tidak lakukan ?. Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah
yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun
disimpan di rumah Hafsah.
Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran selesai sebanyak 5 buah.
Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah. Jadi
pada saat itu para shahabat, tabiit dan thabii tabiin mempelajari al Quran dengan menghafal
karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.
Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan di sekitar kita, diantara
teman-teman dan keluarga kita, ada berapa persen diantara mereka yang hafal Al Quran ?
Berapa persen yang sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita susah memberikan
persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum tentu genap semuanya.
Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca Mushaf Al Quran dan
tidak memahami maknanya. Padahal membaca Al Quran baru langkah awal interaksi Al
Quran. Al Quran sebagai petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga dihafal dan
difahami.
Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ? Tidakkah cukup dengan
membaca Mushaf dan membaca tarjemahan ? Ternyata tidak cukup. Dengan menghafal Al
Quran ada rasa (atau zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa ini didapat karena
ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan kalam-kalam suci itulah yang menjadi
makanan untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu
diturunkan di hati Nabi Muhammad. Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu
konsumsi/makanan hati bukan sekedar fikiran.
Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah, memahami kehendakNya dan
ringan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Rasa ini kurang
ada juga sedikit ketika kita hanya membaca. Apalagi bila membacanya tidak diiringi dengan
pemahaman artinya. Dan membaca tidak diulang-ulang. Efeknya sangat berbeda dengan
mengulang-ulangnya.
Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca buta Al Quran dan menimba
ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat
kepada para penyampai-penyampai risalah agama, kita sebagai hamba Allah, secara
individual juga mempunyai kewajiban berusaha memahami Al Quran dari aslinya langsung
dari firman-firmanNya.
Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan mengajarkan kepada kita
pengetahuan melalui hati kita dengan perantaraan ilham. Seperti yang difirmankan Allah
SWT dalam surat Asy Syams ayat 8-10:
Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita pernah bingung tentang
suatu masalah, kemudian pada suatu saat kita, cling mememukan cara untuk menyelesaikan
masalah dengan baik. Itulah ilham.
Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang haq dan mana-man yang
bathil. Sebagai misal ketika kita masuk ke tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak
enak, tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan inilah yang
dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-bisikan syaithan yang
membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan.
Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang menjadikan kita mantap mengetahui yang
haq dan yang bathil. Seperti disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat
29:
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)
Jadi intinya Al Quan adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang hafal dan
faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim secara
individual bila membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum dilakukan ? Dan banyak
diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan belum pernah membaca dengan
tuntas Al Quran.
Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru. Sebelum pergi kita dibekali
dengan peta, rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional.
Tetapi kita tidak memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah kita dijamin akan sampai di
puncak gunung semeru dengan selamat ? Kita mungkin lebih senang bertanya dengan
penduduk setempat. Bila kita bertemu dengan penduduk yang sangat kenal gunung semeru
mungkin kita akan sampai dengan selamat. Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham
jalan ke puncak gunung, akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau mungkin kita
bisa tersesat ? Padahal bila kita memahami, petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan
mendapat jalan pintas untuk sampai ke puncak gunung.
Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila sistem pendidikan
agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak
SD. Maka kita lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari diktat berbahas
Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa Arab (sebagai media inti pemahaman Al
Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran
dengan mandiri.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran bukan fardhu kifayah yang
dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tapi seperti dicontohkan oleh para sahabat,
membaca, menghafal, memahami dan melaksanakan Al Quran dilakukan sebagai kewajiban
indivial setiap kaum muslimin. Bila secara individu seorang muslim meningkat kualitasnya,
keluarga yang dibinanya juga akan berkulaitas sehingga akhirnya sebuah masyarakat madani
yang dirindukan selama ini juga dapat terwujud.
Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah memberikan taufik dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga kita menjadi orang-orang yang mencintai Al Quran,
membacanya, menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia.
Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa seorang mukmin yang
Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut>
Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang dan mudah karena
jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan rezeki juga sudah ditanggung oleh
Allah Azza wa Jalla.
4. Mendirikan Shalat
Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat menjadi obat segala masalah
kehidupan. Persis seperti yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :
Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat (HR Bukhari)
Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga rukun-rukunnya,
waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya. Shalat merupakan saat-saat yang
indah bermunajat kepada Allah, mengadukan beban hidup, memohonkan kemudahan hidup
di dunia dan juga kemuliaan hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka
bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup. Dan tepatlah sabda
Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan berkata : Wahai Bilal, berilah istirahat kepada
kita semua!
Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat. Mengapa ? Karena
shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu
shalat maka semakin tinggilah akhlak seseorang
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin sejati inilah yang
mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang
halal dan berkah.
Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing. Apakah kita
sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus mensyukuri dan meminta Allah
mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita
perlu berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang
dicintai Allahu Rabbi.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya
kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk
mengingatnya. Ini akan ditandai dengan macet ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini
terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika
selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan
dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal.
Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir
surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya.
Ayat-ayat setelah ayat macet menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara
sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga
kalau ayat sebelumnya macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini
tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Quran.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah
sebagai berikut :
1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat ayat1- sehingga untuk
surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita.
Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita
sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini
cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti
Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya
kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita
bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan
tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari
semalam!
2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat
yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah
surat yang panjang kita mempunyai
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat
saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi
eksternal tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita
masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa
harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita
kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan
menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
5. Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti
memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada
ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem potong surat ini kita masih tetap bisa terus
memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem
ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya
dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya seperti dalam sistem menghafal konvensional-
tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan
menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan
ayat sebelum terlupakan maka ada pengait yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau
tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini
adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam
memurajaah. Karena kita mempunyai petunjuk/milestones dalam surat-surat hafalan kita
yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja.
Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
Membangun Peradaban
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka
pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mumin dan bersikap tegas
kepada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela . (QS Al-Maidah: 54)
Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar dalam sejarah kehidupan manusia
memulai masa kenabiannya di usia 40 tahun. Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya,
beliau mampu membangun dasar peradaban rabbani, yang menjunjung tinggi aspek
superioritas hukum Islam, keseimbangan peran dan kewajiban antarkomponen masyarakat.
Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun sebuah
sistem yang mengalami masa kejayaan selama berabad-abad, maka jawaban yang paling tepat
adalah karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah dalam membangun peradabannya.
Sistem yang mengacu kepada kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta mampu
memecahkan seluruh persoalan hidup manusia.
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang harus dibangun
ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah peradaban rabbani. Pertama adalah pilar
tarbawi (pembinaan dan pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam
perangkatnya dengan tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang kedua,
yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi internal masyarakat yang
mengatur kode etik dalam kehidupan bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur
kekuasaan dan hubungan antarbangsa.
Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan membangun kepribadian individu
Muslim dengan Islam pada seluruh aspek kehidupan. Kemudian pembentukan keluarga-
keluarga shalihah dengan seluruh nilai dan moralitasnya. Akhirnya akan terbentuk sistem
masyarakat dengan seluruh interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah
institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah.
Muaranya adalah perubahan peradaban. Perubahan yang berakar pada tegaknya sistem nilai
yang mengacu pada nilai-nilai transendental dan ilahiyah. Peradaban yang di dalamnya
terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran ilahi.
2 Parameter pada 2 Kehidupan
Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Allah swt tidak
akan melihat kemolekan wajahmu dan kekayaanmu, tetapi Allah akan melihat hati dan amal
perbuatanmu. (HR. Muslim).
Hadits ini menuturkan kepada kita adanya dua parameter pada dua fase kehidupan kita yaitu
di dunia dan di akhirat. Pada kehidupan di dunia kebanyakan manusia akan memberikan
penilaian terhadap manusia berdasarkan tampilan dan kekayaannya. Orang akan terpesona
atau hormat kepada orang yang lebih cantik atau tampan. Atau juga orang kaya lebih
dihormati daripada orang miskin. Sering jeritan rakyat kecil tidak digubris oleh pemerintah
kita. Sedang kalau yang meminta adalah pengusaha, maka akan segera dikeluarkan peraturan
untuk melindunginya.
Pada fase kedua, yaitu kehidupan di akhirat, Allah swt akan menilai hati dan amal perbuatan
kita didunia. Hati dan amal merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Tidak bisa
kita mempunyai niat baik tapi bertindak merampas hak orang lain. Atau ada orang yang
berpendapat Yang penting ingat Allah tapi tak perlu sholat.Sementara itu, amal kita juga
tidak diterima bila kita tidak mengharapkan ridha Allah. Seperti, melakukan sholat karena
ingin dilihat mertua dan contoh lainnya.
Bagi seorang muslim yang diutamakan adalah menjaga dua parameter yang dilihat Allah
dengan tidak melupakan dua parameter yang dilihat manusia. Jadi, jangan sekali-kali
mengenyampingkan hati dan perbuatan kita karena itulah bekal kita di kehidupan yang kekal
kelak.
Wallahu alam bish showab.
Pada kenyataannya, bagaimana amalan sholat kita pada umumnya? Seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW:
Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun pada
hakikatnya mereka tidak sholat.
Banyak dari kita menganggap bahwa sholat adalah suatu perintah bukan
suatukebutuhan. Jadi sholat sering dianggap suatu beban dan hanya bersifat
menggugurkan kewajiban. Betapa sering kita rasanya malas untuk sholat, sholat
sambil memikirkan pekerjaan, sholat secepat kilat tanpa tumakninah,
mengakhirkan waktu sholat atau bahkan lupa berapa rakaat yang telah dilakukan.
Padahal kunci amal ibadah kita adalah sholat. Jadi, kita bisa memasang strategi
dalam hidup dengan memperbaiki sholat kita terlebih dahulu sehingga amalan
yang lain akan mengikuti. Dan hal ini butuh suatu kesungguhan untuk
mencapainya. Tahap awal untuk mencapai kekhusukan sholat adalah mengetahui
kegunaan bagi diri kita apabila kita dapat melakukan sholat dengan khusuk.
Berikut adalah 13 alasan mengapa kita perlu khusuk dalam sholat:
Bila ada problema hidup maka sholatlah, bila ada keiinginan sholatlah, bila
akan marah sholatlah. Maka ketika akan bertemu dua kekuatan utama pada
perang Badar, Rosululloh SAW sholat dan bermunajat kepada Allah SWT agar
diberikan kemenangan dalam perang.
4. Melembutkan hati. Terkadang hati kita menjadi keras karena kesibukan dalam
bekerja atau menghadapi masalah kehidupan. Dengan sholat yang khusuk, hati
menjadi lebih lunak karena kita seringnya kita berserah diri dan merendah
dihadapan Allah SWT.
10. Menangis dalam sholat. Kesejukan dalam sholat akan membawa hati untuk
bersyukur dan mohon ampun kepada Allah SWT. Tidak terasa air mata akan
mengalir bahkan ketika sholat Dhuhur di masjid kantor.
11. Merasa sedih ketika sholat akan selesai. Tertanam rasa ingin berlama-lama
dengan Yang Maha Pengasih. Ketika tasyahud akhir rasanya tidak ingin
menyelesaikan sholat.
12. Merasakan nikmatnya sholat di masjid. Akan terasa suasana sholat di masjid
lebih indah dibandingkan sholat di rumah. Sehingga, keinginan untuk sholat
berjamaah di masjid akan selalu ada. Maka tidak heran ketika sahabat Umar ra
menjual kebunnya dikarenakan terlupa sholat jamaah di masjid karena sibuk
mengurus kebunnnya.
13. Tetap khusuk dalam berzikir. Terkadang dzikir yang kita lantunkan setelah
sholat fardhu hanya mengalir sebatas di mulut saja tanpa penghayatan dalam
hati kita. Setelah sholat dengan khusuk, maka kekhusukan tersebut akan
berlanjut hingga kita berdzikir.
gatot h. pramono
NOVEMBER 1, 2007 64 KOMENTAR
Didalam ayat disebutkan bahwa keberadaan Allah SWT adalah sangat dekat,
sehingga kita semua tidak perlu untuk berteriak keras ketika memohon kepadanya.
Bahkan Allah SWT lebih dekat daripada urat leher kita (Qaaf 16):
Dalam ayat di surat Al-Baqarah diatas merupakan janji Allah SWT untuk
mengabulkan doa bila kita berdoa kepadaNya. Jadi doa itu harus dilakukan secara
langsung kepadanya, tidak perlu perantara mahluk Allah yang lain dalam berdoa.
Yakinlah akan janji ini dan berprasangkalah yang baik bahwa doa kita akan
dikabulkan. Allah SWT dalam suatu hadits qudsi pernah bersabda:
Maksudnya adalah jangan cepat berkata bahwa Allah tidak menerima doaku
setelah beberapa kali berdoa. Ada kemungkinan Allah SWT masih menunda
mengabulkan doa. Kita harus bersabar sampai doa kita diterima atau Allah SWT
memberikan solusi lain yang lebih baik bagi kita.
Yang menarik ayat 186 surat Al-Baqarah ini terletak diantara ayat-ayat berhubungan tentang ibadah
di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa didalam bulan Ramadhan kita sangat dianjurkan
untuk berdoa. Bukankah orang yang berpuasa itu doanya tidak akan ditolak seperti hadits Nabi SAW
tentang tiga golongan yang tidak ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang berpuasa
sampai dia berbuka dan orang yang didzalimi:
gatot pramono
OKTOBER 24, 2007 136 KOMENTAR
Al Mujahirin
Penulisan judul diatas adalah tepat, bukan salah ketik dari Al Muhajirin yang
berarti sahabat nabi yang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Al Mujahirin yang
dimaksud terdapat dalam hadits berikut:
Abu Hurairah ra berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda,
Semua ummatku selamat, kecuali yang terang-terangan berbuat dosa (Al
Mujahirin). Dan termasuk dari mujaharah yaitu seorang berbuat dosa di waktu
malam gelap mendadak pagi-pagi diceritakan pada lain orang, padahal semalam
itu Allah menutupinya, tetapi pagi-pagi ia membuka apa yang ditutupi Allah
itu. HR. Bukhari, Muslim.
Al Mujahirin adalah orang yang secara terang-terangan membuka aibnya dengan
tanpa rasa malu, walau Allah swt telah menutupinya. Orang inilah yang tidak akan
mendapatkan ampunan Allah swt.
Pada saat ini ternyata Al Mujahirin ini banyak ditemui disekitar kita. Melesatnya
teknologi internet selain membawa hal-hal yang positif tetapi juga memberikan
dampak negatif. Dari sebuah penelitian (medio April 2007) disebutkan bahwa
sudah beredar tidak kurang 500 video porno yang mempertontonkan remaja
Indonesia yang berhubungan seksual. Hal ini sangat mengenaskan. Mereka sudah
tidak malu lagi berbuat dosa. Apakah ini karena mereka mencontoh perbuatan
orang tua atau tokoh masyarakat lain?
Bisa dibayangkan kalau Allah sudah mencabut perasaan malu untuk berbuat dosa
pada bangsa ini. Maka kita bisa saja, naudzubillahi min dzalik, kembali ke tempo
jahiliyahan sehingga manusia selalu menuruti hawa nafsunya.
Sudah selayaknyalah kalau kita selalu membentengi diri, keluarga dan lingkungan
sekitar kita terlebih dahulu dengan siraman iman dan taqwa.
Wallahu alam bish showab.
gatot h. pramono
APRIL 19, 2007 3 KOMENTAR
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa,
dantidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
Sifat lupa dan motivasi yang lemah inilah kelemahan kita semua. Ada yang
menyebutkan bahwa lupa berhungan dengan intelectual capacity yaitu kemampuan
kita untuk mengingat sesuatu. Dan hal ini bisa diperburuk dengan campur tangan
setan seperti hadits yang menyebutkan godaan setan terhadap orang yang sedang
sholat hingga dia lupa jumlah rakaat yang telah dilakukan. Oleh sebab itu,
perbanyaklah meminta perlindungan Allah swt dari godaan setan agar kita tidak
gampang lupa.
Motivasi yang lemah bisa dikaitkan dengan emotional capacity yang berasal dari
kemauan kita sendiri. Motivasi lemah bisa dilihat dengan sikap enggan, malas,
tidak bersemangat ataupun cuek. Titik ekstrim dari orang dengan motivasi nol
adalah ketika dia melakukan bunuh diri. Motivasi dalam hidup kita bisa
diibaratkan sebagai lilin di kegelapan. Ketika motivasi kita meredup, kita bisa
malas makan, malas bekerja, enggan belajar sampai tidak punya ide apapun.
Tugas kita adalah menjaga agar motivasi ini terus menyala sehingga kita menjadi
lebih bersemangat dalam hidup. Jagalah semangat hidup ini dengan banyak
bersyukur, memiliki visi-misi hidup, menjauhi kebosanan dan think positively.
gatot h. pramono
MARET 28, 2007 9 KOMENTAR
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Jadi singkatnya: ikutilah perintah Allah dan Rasul-Nya maka kita akan meraih
kedudukan seperti orang yang telah Allah beri nikmat yang besar atas mereka.
Tapi apakah hanya itu saja caranya? Ternyata peluang yang sama juga diberikan
kepada pedagang yang jujur dan dapat dipercaya seperti pada hadits berikut:
Sahabat Abi Said Al-khudri ra berkata, bahwa Nabi saw telah
bersabda: Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya, kelak pada hari kiamat
akan mendapat kedudukan bersama para nabi, para shiddiqin, dan para
syuhada. (HR. Timidzi dan termasuk hadis hasan).
Pedagang dalam hadits ini bisa juga dimaksudkan karyawan. Begitu besar
hikmahnya bila kita bisa menjadi orang yang jujur dan amanat. Dan dengan
semangat yang tersirat dalam hadits ini, marilah kita bekerja dengan kejujuran dan
kepercayaan.
Semoga kita dapat mencapai derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
Wallahu alam bish showab,
gatot h. pramono
MARET 21, 2007 27 KOMENTAR
Legalisasi Amal
Terkadang atau sering dalam hidup, kita berusaha memaafkan tindakan kita atau
kata lainnya melegalisasikan perbuatan kita. Maksudnya, kita mengatakan
perbuatan kita benar dengan dalih yang berusaha kita cari kebenarannya. Sebagai
contoh, ketika kita menunda melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang,
maka kita berdalih Saya harus menyelesaikan tugas, Saya harus mengasuh anak
dulu dan lain sebagainya sehingga begitu pintarnya kita mendapatkan alasan yang
seolah alasan kitalah yang paling benar. Atau cerita lain seperti seorang pencopet
atau pelacur yang melegalkan usahanya demi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya.
Cerita yang mirip tertuang dalam kisah nabi Yusuf dalam surat Yusuf. Ketika itu,
saudara-saudara Yusuf melempar Yusuf ke dalam sumur dan mereka melaporkan
kepada nabi Yaqub (ayah mereka) bahwa Yusuf telah dimakan serigala. Maka
Yaqub tidak mempercayai hal tersebut dan berkata:
Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu
QS. Yusuf 18
Perkataan yang sama diulangi oleh nabi Yaqub dalam ayat 83 kepada saudara-
saudara Yusuf beberapa puluh tahun kemudian. Pengungkapan perkataan ini secara
berulang mengisyaratkan bahwa pentingnya Allah swt mengingatkan kita semua
untuk tidak dengan mudah mendalihkan bahwa perbuatan kita adalah benar.
Bagaimana agar kita tidak terjerumus pada hal tersebut? Janganlah kita terburu-
buru dalam bertindak. Seringlah kita bertanya pada diri kita sendiri Apakah
memang yang saya lakukan ini berbuah amal kebaikan atau berbuah
kemaksiyatan? Atau Apakah saya mendapatkan ridho Allah dalam melakukan
hal ini atau malah membuat murka-Nya. Jadi, sering-seringlah kita berinstropeksi.
gatot h. pramono
MARET 14, 2007 4 KOMENTAR
Bandingkan dengan bagaimana hubungan kita dengan Allah SWT. Apakah kita
benar-benar mencintai Allah SWT? Mungkin kalau kita buka koleksi kaset dan CD
kita tidak ada koleksi tilawah Al Quran atau nasyid Islami. Sudah berapa seringkah
kita mengulang hafalan Al Quran kita? Atau seringkah kita mendendangkan nasyid
dikala senggang kita?
Allah SWT menjadikan semua yang ada di bumi sebagai lapangan untuk mencari rezeki atau kehidupan.
Oleh karena itu, bertebaranlah di muka bumi ini untuk mencari anugerah dari Allah SWT. Al-Quran
menganjurkan manusia agar bersikap disiplin dan menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Apabila
seseorang ingin mengalami kesuksesan dalam kehidupannya, salah satu modal utama adalah memiliki etos
kerja yang tinggi.
Dalam risalah yang mengandung pedoman hidup yang lengkap dan lurus terdapat pula etos kerja, berupa
pedoman dan tuntunan dalam bekerja supaya karyanya sukses dan berkah. Etos kerja yang datang dari
Allah Pencipta dan Penguasa alam raya inilah yang paling tepat dan yang hak, karena tiada lagi
keterampilan dan pengaturan dari makhluk manapun yang mampu menandinginya.[1]
Dalam ceramah agama ilmiah ini akan dibahas mengenai etos kerja dalam Al-Quran. Banyak ayat-ayat
Al-Quran yang menjelaskan mengenai etos kerja. Etos kerja bagi seorang muslim akan berbeda dengan
orang yang berbeda agama. Seperti yang terdapat dalam Surat Al-Mujadilah, Al-Jumuah, Al-Mulk dan
lain sebagainya.
Ceramah Agama Islam (Foto: Kemendesa.go.id)
Etos berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap
serta persepsi terhadap nilai bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan ethic yaitu pedoman,
moral dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. Dengan demikian yang
dimaksudkan dengan etos adalah norma serta cara mempersepsi, memandang, dan meyakini sesuatu.[2]
Ada beberapa definisi etos menurut para tokoh sebagai berikut:
a. Menurut Geertz, etos merupakan sikap mendasar manusia terhadap diri dan dunia yang dipancarkan
hidup.
b. Soerjono Soekanto mengartikan etos antara lain, nilai-nilai dan ide-ide dari suatu kebudayaan, atau
karakter umum suatu kebudayaan
c. Nurcholis Madjid, etos berasal dari bahasa Yunani (ethos), artinya watak atau karakter. Secara legkap
etos ialah karakter dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang
seorang individu atau sekelompok manusia. Dan dari kata etos terambil pula perkataan etika yang
merujuk pada makna akhlak atau bersifat akhlaqiy, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu
kelompok manusia termasuk suatu bangsa.
d. Musya Asyarie menjelaskan kata etos bisa dikaitkan dengan inidividu selain dikaitkan dengan
masyarakat.[3]
Sedangkan kata kerja sendiri didefiniskan sebagai kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu yang dilakukan
untuk mencari nafkah; mata pencaharian.[4] Islam mengatur setiap persoalan, termasuk memenuhi
kebutuhan hidup (kerja), dengan asas agama (religiusitas). Islam juga memadukan segala nilai material dan
spiritual ke dalam satu keseimbangan menyeluruh agar memudahkan manusia menjalani kehidupan yang
telah ditentukan oleh rahmat dan kasih sayang Allah di akhirat nanti.[5]
Yang dimaksud dengan bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik lewat gerak
tubuh ataupun akal untuk menambah kekayaan, baik dilakukan secara perorangan ataupun secara kolektif,
baik unutk pribadi ataupun untuk orang lain (dengan menerima gaji).[6]
Makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan
seluruh aset, fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba
Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik (khoiro ummah) atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia
itu memanusiakan dirinya.[7]
Dari beberapa definisi dan penjelasan di atas, yang dimaksud etos kerja adalah karakter dan kebiasaan
berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadapnya.[8]
a. Kita temukan 22 kata amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-Baqarah: 62, an-Nahl: 97, dan al-
Mukminun: 40.
b. Kata amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud: 46, dan al-Fathir: 10.
c. Kata waamiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali, diantaranya surat al-Ahqaf: 19
dan an-Nur: 55.
d. Kata Tamalun dan Yamalun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90, Hud: 92.
e. Kita temukan sebanyak 330 kali kata amaaluhum, amaluka, amaluhu, amalikum, amaluhum, aamul
dan amullah. Diantaranya dalam surat Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur:
21.
f. Terdapat 27 kata yamal, amiluun, amilahu, tamal, amalu seperti dalam surat al-Zalzalah: 7, Yasin:
35, dan al-Ahzab: 31.[9]
Dalam Al-Quran banyak memuat ayat yang manganjurkan taqwa dalam setiap perkara dan pekerjaan.
Ayat-ayat tentang keimanan selalu diikuti dengan ayat-ayat kerja, demikian pula sebaliknya. Ayat seperti
orang-orang yang beriman diikuti dengan ayat dan mereka yang beramal sholeh. Keterkaitan ayat-ayat
tersebut memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama etos kerja, apapun bentuk dan jenis
pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya.
Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa kerja mempunyai etos yang harus diikutsertakan di dalamnya, oleh
karena kerja merupakan bukti adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa. Hendaknya para pekerja
dapat meningkatkan tujuan akhir dari pekerjaan yang mereka lakukan, dalam arti bukan sekedar mencari
upah dan imbalan, karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus
berkhidmat kepada umat. Etos kerja yang disertai dengan ketaqwaan merupakan tuntunan Islam. Sehingga
seluruh aktifitas umat Islam tidak lepas dari nilai-nilai keimanan.
b. Niat
Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja dapat dimulai dengan usaha menangkap makna
sedalam-dalamnya sabda Nabi bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat pelakunya,
jika tujuannya mencari ridha Allah maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika
tujuannya hanya untuk memperoleh simpati, maka ia pun akan mendapatkan nilai rendah.
Niat atau komitmen ini merupakan suatu keputusan dan pilihan pribadi, dan menunjukkan keterikatan
antara nilai-nilai moral serta spiritual dalam pekerjaan. Karena nilai-nilai moral dan spiritual itu bersumber
dari Allah dengan ridha-Nya, maka secara keagamaan semua pekerjaan dilakukan dengan tujuan
memperoleh ridha Allah. Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan tanpa tujuan
luhur yang terpusat pada usaha mencapai ridho Allah berdasarkan iman kepadanya itu tidak mempunyai
nilai apa-apa.[10]
Manusia adalah makhluk yang dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat batin dalam dirinya, bukan oleh
fisik yang tampak. Ia terpengaruh dan diarahkan oleh keyakinan yang mengikatnya. Faktor agama memang
tidak menjadi syarat timbulnya etos kerja tinggi seseorang. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang tidak
beragama mempunyai etos kerja yang baik. Tetapi ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat
menjadi sebab timbulnya keyakinan pandangan serta sikap hidup mendasar yang menyebabkan kerja tinggi
manusia terwujud.
2. Kerja Dilandasi Ilmu
Konsekuensi Islam sebagai agama ilmu dan amal (termasuk kerja) menuntut umat Islam untuk selalu
mengupayakan peningkatan serta pemerataan keduanya secara sungguh-sungguh.
a. Bahwasannya sumber ilmu yang mendasari etos kerja islami adalah wahyu dan keteraturan hukum alam
(hasil penelitian akal)
b. Bahwasannya ilmu aqliy, sebagaimana ilmu yang berdasarkan wahyu, dalam Islam dipandang amat
penting serta menempati posisi yang amat tinggi bersama iman
c. Bahwasannya proses memperoleh ilmu aqliy adalah dari keteraturan hukum alam (sunatullah atau
ketetapan takdir yang mungkin diketahui secara objektif). Pemahaman itu memperkuat iman serta
mendidik orang Islam bersangkutan untuk beretos kerja tinggi Islami, bersikap ilmiah, proaktif, berdisiplin
tinggi, dan seterusnya.
Keistimewaan orang yang beretos kerja islami aktivitasnya dijiwai oleh dinamika aqidah dan motivasi
ibadah. Orang yang beretos kerja islami menyadari bahwa potensi yang dikaruniakan dan dapat
dihubungkan dengan sifat-sifat Ilahi pada dasarnya merupakan amanah yang mesti dimanfaatkan sebaik-
baiknya secara bertanggung jawab sesuai dengan ajaran (Islam) yang ia imani. Ayat-ayat Al-Quran dan
Hadits-hadits Rasul banyak yang menyuruh atau mengajarkan supaya orang Islam giat dan aktif bekerja.
Artinya, agar mereka giat memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka, sekaligus
memanfaatkan sunatullah di alam ini.[11]
2. Islam bukan agama asketis. Islam mengajarkan kita untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keimanan
dalam bentuk amal, kerja, atau perbuatan.
3. Al-Quran sendiri menyatakan bahwa salah satu kewajiban manusia di muka bumi ini adalah mencari
karunia Allah di seluruh muka bumi. Karunia Allah atau rezeki bisa didapat ketika kita melakukan
pencaharaian, usaha, atau, melakukan perjalanan ke segala penjuru bumi.
4. Tidak semua amal ibadah bisa diselesaikan hanya dengan hati dan perbuatan. Namun, terdapat sejumlah
amalan Islam yang perlu didukung oleh harta dan kekayaan. Untuk naik haji kita membutuhkan ongkos
berangkat dan biaya hidup. Zakat membutuhkan kekayaan yang sampai pada nishabnya. Demikian pula
yang lainnya. Dengan kata lain, ada sejumlah amalan Islam yang hanya bisa dijalankan jika kita memiliki
sejumlah harta.
5. Salah satu ciri orang yang hidup di zaman modern adalah mereka yang memiliki kemampuan membagi
waktu.
6. Allah beserta Rasul dan orang-orang mukmin seluruhnya, secara psikologis mendukung dan
memperhatikan hasil kerja setiap muslim.[12] Seperti yang dijelaskan dalam Surat At-Taubah ayat 105:
Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, . . . . (QS. At-Taubah : 105).[13]
Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah: Dalam suatu riwayat Ibnu Abi Hatim dikemukakan bahwa
ayat ini turun pada hari Jumat di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan
yang penuh sesak. Orang-orang tidak mau memberikan tempat kepada mereka sehingga
banyak yang berdiri. Rasulullah SAW menyuruh orang-orang yang duduk untuk berdiri dan
memberikan tempat duduknya, namun mereka merasa tersinggung. Ayat ini turun sebagai
perintah kepada kaum mukmin untuk menaati Rasulullah SAW dan memberikan kesempatan
duduk kepada sesama mukmin.
a. Wahai sekalian mereka yang beriman kepada Allah dan membenarkan RasulNya, apabila
dikatakan kepada kamu: lapangkanlah sedikit tempat duduk untuk diduduki oleh saudara-
saudaramu, maka hendaklah kamu bermurah hati memberikan luang bagi saudara-saudaramu
supaya Allah memberikan keluasan kepadamu, karena orang yang memberi kelapangan bagi
saudaranya di dalam majlisnya, Allah memberikan keluasan kepadanya bahkan memuliakannya,
karena mengingat bahwa pembalasan itu sejenis amalan.
b. Apabila kamu diminta berdiri dari majlis Rasul untuk memberi ruang bagi orang lain atau kamu
disuruh pergi dari majlis Rasul maka hendaklah kamu berdiri, karena Rasul terkadang ingin
bersendiri untuk menyelesaikan urusan-urusan agama, ataupun menunaikan tugas-tugas yang
tidak mungkin disempurnakan dengan beramai-ramai.
c. Allah mengangkat derajat orang-orang beriman, yang mematuhi perintah dan Allah
mengkhususkan beberapa derajat lagi kepada orang-orang yang berilmu.
d. Allah mengetahui segala perbuatanmu tak ada yang tersembunyi bagiNya. Allah mengetahui
siapa yang taat dan siapa yang durhaka.[15]
Islam memerintahkan untuk berusaha keras dalam menuntut ilmu pengetahuan dan hal tersebut
menjadi kewajiban manusia selama hidup. Menuntut ilmu pengetahuan harus disertai pula
dengan keimanan yang kuat agar mencapai derajat yang tinggi, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah menempatkan orang-orang yang beriman, berilmu dan beramal shaleh sesuai dengan
ilmunya pada derajat yang paling tinggi. Allah pasti meningggikan derajat orang-orang yang
dalam dirinya terdapat tiga hal, yaitu keimanan, ilmu pengetahuan dan amal shaleh.
Artinya: Dari Anas Ibn Malik berkata : Rasulullah bersabda: Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap
muslim. (HR. Ibnu Majah).
Hadits di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Agar ilmu
yang diperoleh bermanfaat, maka hendaknya memenuhi etika dalam menuntut ilmu, seperti
bersikap tawadhu terhadap guru, dan bersikap lemah lembut terhadap siswa.
a. Apabila muazzin telah berazan dihadapan imam dan imampun telah berada di atas mimbar
pada hari Jumat untuk khutbah Jumat, maka tinggalkanlah segala pekerjaanmu dan pergilah
untuk mendengarkan khutbah imam dan hendaklah kamu berjalan dengan tenang, tidak tergesa-
gesa.
b. Apabila kamu telah menunaikan sembahyang, maka pergilah kamu untuk mengerjakan
kemaslahatannya yang duniawi. Carilah keutamaan Allah serta sebutlah Allah dan ingatlah
bahwa segala gerak gerikmu diperhatikan Allah, tak ada satupun yang luput dari
perhatianNya.[17]
Artinya: Sesungguhnya kami Telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan
kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan kami sediakan bagi mereka
siksa neraka yang menyala-nyala. (QS. Al-Mulk (67) : 5)[18]
Bintang-bintang yang bersinar di angkasa tinggi memberikan cahaya kepada orang yang
berbakti dan orang yang berbuat maksiat. Masing-masing mereka mempergunakan sinar
bintang-bintang itu menuruti keadaan yang layak bagi mereka. Orang-orang yang durhaka
kepada Allah mempergunakan limpahan bintang-bintang itu untuk jalan memenuhi hawa nafsu
dan merekalah yang akan dibenam di dalam neraka.[19]
Dan kami jadikan siang hari sebagai masa untuk mencari upaya penghidupan, karena segala
aktivitas dan kesibukan manusia dilakukan pada siang hari, baik yang menyangkut kebutuhan
hidup mereka maupun dalam hal mencari upaya penghidupan.[21]
a. Tafsir Al Munir
Imalu, Imam Zuhaili dalam kitab al-Munir menafsirkan kalimat tersebut sebagai perintah bagi
umat manusia supaya menjalankan pekerjaan sesuka hati bekerjalah kalian sesuai
kehendakmu baik berupa kebajikan maupun kemaksiatan.
Semua amal umat manusia akan dikembalikan besok di hari kiamat kepada Allah SWT yang
Maha mengetahui hal-hal yang tidak nampak dan perkara yang tampak.
Kemudian Allah akan memperlihatkan amal-amal mereka, serta akan membalas segala amal
perubuatan mereka sesuai dengan perbuatan mereka. Jika berbuatan mereka baik, maka Allah
akan memberikan pahala bagi mereka, dan sebaliknya Allah akan menyiksa mereka yang
berbuat maksiat.[23]
Kalimat tersebut menunjukkan adannya Allah SWT, dan dalil bagi ahlul sunnah bahwa setiap
sesuatu yang dibuat, maka hal tersebut akan dapat dilihat.[24] Dari keterangan imam al-Zuhaili
tersebut mengandung arti bahwa umat manusia diperintahkan agar melakukan pekerjaannya
sesuai dengan kehendak hati. Akan tetapi semua perbuatan yang dikerjakan oleh manusia akan
dilihat oleh Allah SWT, dan semua amal manusia akan diperlihatkan kepada manusia dihari
kiamat, serta memberikan imbalan sesuai dengan perbuatan mereka sewaktu hidup di dunia.
Tugas guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi pelajaran
kepada peserta didiknya, akan tetapi guru Pendidikan Agama Islam juga harus memberikan
bimbingan dan asuhan terhadap peserta didiknya agar nantinya peserta didik dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan,
baik pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Guru Pendidikan Agama Islam akan berhasil
dalam menjalankan kewajibannya apabila guru tersebut memiliki kompetensi personal religius,
dan kompetensi profesional religius. Sekolah yang fasilitasnya bagus memerlukan etos kerja
guru yang baik pula.
Sosok guru yang berkompeten bukan hanya guru yang memiliki ilmu tinggi, akan tetapi etos
kerja yang baik juga harus dimiliki oleh guru. Berkaitan dengan surat At-Taubah ayat 105, yaitu
bahwasannya setiap amal yang dikerjakan akan diketahui oleh Allah SWT, dan semua amal
manusia akan diperlihatkan besok setelah hari kebangkitan dari kubur, setelah itu akan
menerima balasan sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakan di muka bumi. Unsur-unsur
etos kerja yang harus dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam antara lain kedisiplinan kerja,
sikap guru PAI terhadap pekerjaan, serta kebiasaan-kebiasaan yang baik dari seorang guru PAI.
Kesimpulan
Etos kerja adalah karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap
hidup manusia yang mendasar terhadapnya. Komponen dasar dari etos kerja adalah iman dan
taqwa, serta niat. Umat Islam memiliki karakteristik tersendiri mengenai etos kerja. Dalam
melaksanakan pekerjaan, ada beberapa motivasi yang mempengaruhi.
Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan mengenai etos kerja. Dalam ayat tersebut dijelaskan
mengenai etos kerja yang diajarkan oleh Allah. Sebagai umat muslim sudah sebaikanya untuk
membiasakan diri dengan perilaku etos kerja yang baik. Perilaku tersebut antara lain:
2. Memiliki sikap dan sifat yang tidak merugikan orang lain walaupun orang lain lebih mulia dan
tinggi derajatnya
3. Mencintai pekerjaan walau sekecil apapun dan menyadari bahwa segala yang ada di dunia ini
telah diciptakan dengan sempurna oleh Allah
4. Melaksanakan ajaran Islam untuk bekerja keras guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi kelangsungan hidup yang baik dan sejahtera serta sebagai alat untuk mencapai tujuan
hidup yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.