Вы находитесь на странице: 1из 16

KARYA ILMIAH

PEMANFAATAN STRATEGI JOJOBA (POJOK-POJOK BACA) SEBAGAI


PERPUSTAKAAN KECIL DALAM MENINGKATKAN
MINAT BACA DI SDN 3 MEUREUDU
Oleh Jamaluddin, S.Pd (Guru SDN 3 Meureudu)

I. PENGANTAR
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana
yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang
hayat dalam mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,
terampil, kreatif, dan mandiri. Untuk itu, salah satu upaya perpustakaan
dalam mewujudkan bangsa yang berbudaya baca, maka perpustakaan
melakukan pembinaan minat baca.
Pembinaan minat baca merupakan langkah awal sekaligus cara
efektif untuk menumbuhkan minat baca kepada anak karena dimasa
anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah
kebiasaan yang nantinya kebiasaan ini akan terbawa hingga dewasa.
Dengan kata lain, apabila sejak kecil anak terbiasa membaca, maka
kebiasaan membaca akan terbawa hingga dewasa. Kebiasaan membaca
merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus
dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini tidak lain karena membaca dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Anak yang memiliki
pengetahuan dan wawasan tentunya akan lebih berhasil dalam setiap
tahap kehidupannya misalnya dalam pendidikan maupun cara pandang.
Sebagai tenaga pendidik profesional, masalah ini harus menjadi
tantangan utama yang harus segera dicari jalan keluarnya karena
rendahnya minat baca juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca
siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Supriyoko (2009) yang
menyatakan bahwa secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca
(reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan
membaca (reading ability).
Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan
membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini
menjadikan kemampuan membaca menjadi rendah. Itulah yang sedang
terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Menurut Siauseni (2010), hal-
hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan kegemaran membaca
anak adalah derasnya arus hiburan serta permainan dari media elektronik.
Dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, siswa
dapat dibiasakan sejak dini untuk mengunjungi perpustakaan. Selain
memiliki dampak besar dalam perkembangan minat dan kemampuan
membaca siswa, perpustakaan juga merupakan alternatif yang efektif dan
efisien. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Munaf (2002:247) yang
menyatakan bahwa dalam menumbuhkan minat baca erat sekali
hubungan dengan perpustakaan. Boediono (2004) juga menyatakan
bahwa untuk membiasakan anak untuk membaca, sebenarnya adalah
alternatif yang lebih murah dari membeli buku, yaitu anak bisa meminjam
ataupun menumpang baca buku di perpustakaan. Perpustakaan sebagai
rumah kedua di mana kita bisa asyik membaca tanpa mengeluarkan
biaya. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika perpustakaan dianggap
sebagai salah satu wahana pendidikan masyarakat umum.
Minat baca siswa, khususnya di sekolah dasar sangat kurang.
Fenomena ini sudah sering terjadi. Siswa-siswa lebih suka bermain
daripada membaca. Tugas-tugas membaca yang diberikan oleh guru
jarang dilakukan oleh siswa. Meraka lebih asyik dengan permainan
sendiri, pustaka sangat jarang dikunjungi oleh siswa, padahal
perpustakaan sudah dilengkapi dengan buku-buku yang menarik untuk
dibaca.
Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih
diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca
yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.
Melalui kegiatan membaca siswa mampu memperoleh banyak
pengetahuan. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus
dalam kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar
bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (2007: 13) yang menyatakan
bahwa Membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit.
Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat faktor internal dan faktor
eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat,
sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal
bisa dalam membentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat,
mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi,
kebiasaan, dan tradisi membaca.
Selain kompleksitas membaca, guru juga perlu memperhatikan
rendahnya minat baca siswa yang kini menjadi masalah besar di
Indonesia. berdasarkan hasil penelitian Programme for International
Student Assessment, diketahui minat baca siswa kita rendah. Jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia
termasuk paling rendah. Dari 42 negara yang disurvey, siswa Indonesia
menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan
siswa kita itu masih di bawah siswa Thailand yang menduduki peringkat
ke-32. Demikian pula dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa kita
hanya mampu menyerap 30% dari materi bacaan yang tersaji dalam
bahan bacaan.

II. MASALAH
Dalam meningkatkan minat membaca di SDN 3 Meureudu terdapat
beberapa masalah yang ditemui diantaranya kebanyakan siswa akan
membaca kalau sudah dipaksakan oleh gurunya terutama ketika akan ada
ulangan harian. Masalah lain adalah sistem pembelajaran di SDN 3
Meureudu belum membuat anak/siswa harus membaca buku (lebih
banyak lebih baik). Biasanya membaca hanya dilakukan di saat mereka
akan menghadapi tes/ujian saja, jadi belum ada kesadaran penuh untuk
membaca buku. Masalah lain adalah Minimnya koleksi di perpustakaan
serta kondisi perpustakaan yang tidak kondusif bagi tumbuhnya minat
baca pengunjung yang memanfaatkan jasa perpustakaan.
Masalah lain adalah kemampuan pengelola pustaka yang masih
sangat rendah, dimana tenaga perpustakaan yang diberikan tugas bukan
berasal dari lulusan keperpustakaan. Selain itu pelatihan-pelatihan
keperpustakaan sangatlah jarang diikuti oleh pengelola perpustakaan.
Faktor lain di SDN 3 Meureudu adalah sebagian besar orang tua siswa
bekerja sebagai nelayan dan petani sehingga kurangnya kemampuan
dalam membeli buku-buku bacaan bagi siswa.
Masalah-masalah tersebut di atas, perlu dicari solusi
pemecahannya, maka penulis membuat sebuah best practife dengan judul
Pemanfaatan Strategi Jo Jo Ba (Pojok-Pojok Baca) sebagai
Perpustakaan Kecil dalam Meningkatkan Minat Baca diSDN 3 Meureudu.

III.PEMBAHASAN DAN SOLUSI


a. Pembahasan
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan
merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan
(Tampubolon, 2007:5), sedangkan menurut Soedarso (2004:4), membaca
adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar
tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan
pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat.
Membaca dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu,
membaca merupakan suatu aktivitas yang memiliki banyak manfaat.
Melalui membaca, seseorang diharapkan antara lain sebagai berikut, (1)
memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat, (2) mencari sumber,
menyimpulkan, menjaring, dan menyerpa informasi dari bacaan, dan (3)
mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan mengambil manfaat dari
bacaan (Syafiie, 2003:2). Pendapat lain dikemukakan oleh Rahim
(2008:163) yang menyatakan bahwa, Membaca meliputi informasi
tekstual yang dihubungkan dengan istilah skemata menunjukkan
kelompok konsep yang tersusun dalam otak seseorang yang
berhubungan dengan objek-objek, tempat tempat, tindakan-tindakn atau
peristiwa-peristiwa.
Membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam
kehidupan manusia sepanjang masa karena pertama, membaca itu
merupakan satu alat komunikasi yang amat diperlukan dalam suatu
masyarakat berbudaya, kedua bahwa bahan bacaan yang dihasilkan
dalam setiap kurun waktu zaman dalam sejarah sebahagian besar
dipengaruhi oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang, dan ketiga
bahwa sepanjang masa sejarah terekam. Oleh karena itu, dengan
membaca dapat diketahui sejarah suatu bangsa, kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa waktu lampau, maupun waktu sekarang di tempat lain,
atau berbagai cerita yang menarik tentang masalah kehidupan di dunia ini
(Munaf, 2002:241).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa membaca adalah salah satu dari kemampuan dari seorang siswa
dalam memahami dan mempelajari tentang hal-hal yang sangat
bermanfaat bagi kehidupannya.
Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan
adanya tujuan. Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya
pembaca memiliki tujuan sebelum melakukannya. Tujuan dalam membaca
akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca.
Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan
tujuan tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing.
Berdasarkan pendapat Rahim (2008:11), adapun macam-macam tujuan
membaca yaitu:
1. kesenangan;
2. menyempurnakan membaca nyaring;
3. menggunakan strategi tertentu;
4. memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5. mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah
diketahuinya;
6. memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7. mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
8. menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks;
9. menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Menurut Pandawa, (2009:56) ada beberapa faktor yang


berpengaruh terhadap proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) faktor kognitif, 2) faktor afektif, 3) faktor teks bacaan,dan 4) faktor
penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan
pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir)
seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan
situasi.
Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan
suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan
penggunaan bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan
tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan
perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan.
Menurut Tampubolon (2007:7), Kemampun membaca ialah
kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Siswa
yang memiliki kemampuan membaca yang memadai akan mampu
menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan (Kusmiyatun, 2006:219-
220). Ia juga menyimpulkan bahwa berdasarkan temuan lapangan,
ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan
membaca pemahaman siswa. faktor penyebab tersebut dapat
digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang ada dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah
dari luar diri siswa.
Faktor internal dapat berupa motivasi, semangat, kemampuan dan
lainnya, sedangkan faktor eksternal dapat berupa guru, model belajar,
pendekatan dan teknik belajar, media, sarana, dan sebagainya.

2. Pengertian Minat Baca


Hasanah (2011:34) menyatakan bahwa, Minat baca merupakan
hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan
lewat perilaku membacanya. Minat menentukan kegiatan dan frekuensi
membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis bacaan yang dibaca,
menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam mengerjakan tugas,
bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas. Selain itu,
Lilawati juga mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang
kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan
membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan
kemauannya sendiri (Sandjaya, 2005).
Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran
akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku yang
dibaca anak. Sedangkan menurut Sinambela (dalam Sandjaya, 2005)
bahwa, Minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan
dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku
bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi
membaca, dan kesadaran akan manfaat membaca.
Menurut Hernowo (2002:68), kebiasaan membaca bersifat
individual, tidak bisa disamaratakan. Namun, kebiasaan yang baik adalah
kebiasaan yang terprogram atau terencana. Hal-hal yang berkaitan
dengan masalah kebiasaan membaca adalah sebagai berikut:
Waktu membaca
Membaca kapan saja dan di mana saja belum menjadi budaya
masyarakat ndonesia. Masyarakat indonesia lebih suka berbicara dan
menyimak disbanding membaca dan menulis sehingga menganggap tidak
terlalu penting untuk mengalokasikan waktu untuk membaca. Sebenarnya
alokasi jam baca tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Cukup 45
menit dalam seminggu untuk membaca apa saja yang menarik minatnya
untuk membaca.
Frekuensi membaca
Frekunsi membaca tiap orang berbeda. Hal tersebut tergantung
pada minat seseorang dalam membaca dan kepentingan tertentu yang
mendasari orang membaca. Seseorang bisa saja membaca tiga kali
sehari rutin dalam seminggu, bisa juga seseorang membaca hanya sekali
setahun ketika ia berada dalam keadaan yang mengharuskan ia harus
membaca.
Sikap membaca
Adapun sikap-sikap dalam membaca adalah sebagai berikut:
Sabar. Kesabaran diperlukan saat membaca karena bila
tergesa-gesa dalam memaknai suatu gagasan, bisa jadi
kesimpulan yang didapt akan salah.
Telaten. Ketelatenan mengambil makna-makna yang
tersebar di sepanjang halaman buku kemudian
mengumpulkan dan menghimpunnya kembali amat
diperlukan karena kalau tidak, akan banyak gagasan hilang.
Tekun Ketekunan diperlukan untuk membantu kita menyisir
himpunan kata, kalimat, alinea, bab, dan bagian demi bagian
yang menyimpan gagasan pokok dan hal-hal penting yang
perli diperhatikan.
Gigih. Kegigihan akan mendorong seseorang untuk
mengulang lebih dari sekali bahan bacaan yang belum
dipahaminya.
Sungguh-sungguh. Kesungguhan dalam menemukan makna
dan memahami maksud penulis sangat penting dalam
proses membaca
Minat membaca seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Hasanah, (2011:54), Minat baca dipengaruhi oleh aspek-aspek
internal yang menyebabkan tumbuhnya motivasi intrinsik dan aspek-aspek
eksternal yang berkaitan dengan motivasi ekstrinsik. Unsur eksternal
berkaitan dengan: tingkat sosial pembaca, karakteristik bacaan itu sendiri,
asal-usul tempat tinggal pembaca.
Pendapatt tersebut serupa dengan pendapat Purves dan Beach
yang dikutip oleh Sandjaya (2005:65) yang menyatakan bahwa, Ada dua
kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu
faktor personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah faktor-
faktor yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin,
intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis.
Sedangkan Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu
meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya,
status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian
pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya.

3. Pembelajaran Membaca di SD
Pembelajaran adalah sesuatu kegiatan yang sangat kompleks
karena adanya interaksi pada semua komponen pembelajaran yaitu
interaksi antara siswa dengan guru, interaksi siswa dengan media,
interaksi siswa dengan siswa lainnya. Dalam proses pembelajaran semua
unsur penunjang perlu diperhatikan, yaitu materi, metode pembelajaran,
sumber, media, alat penilaian, dan instrumen penilaian.
Kompleksitas dalam kegiatan pembelajaran juga terdapat pada
pembelajaran membaca. Pembelajaran membaca harus memperhatikan
kebiasaan cara berfikir teratur dan baik. Hal ini disebabkan membaca
sebagai proses yang sangat kompleks dengan melibatkan semua proses
mental yang lebih tinggi, seperti ingatan, pemikiran, daya khayal,
pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah (Iskandarwassid, 2009:
264).
Pembelajaran membaca tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata
pelajaran. Pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek
pembelajaran bahasa Indonesia yang diarahkan untuk mengembangkan
kompetensi membaca. Dengan demikian, pembelajaran membaca dapat
dilakukan terpadu dengan pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya.
Kemampuan yang disampaikan dalam pembelajaran membaca adalah
kemampuan berbahasa dan bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam
pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra maupun nonsastra
(Depdiknas,2009).

4. Pojok baca
Jo jo ba (pojok-pojok Baca) adalah upaya mengembangkan minat
baca anak didik melalui pemanfaatan pojok kelas sebagai perpustakaan
kecil. Jo jo ba (pojok-pojok Baca) merupakan wujud komitmen SD Negeri
3 Meureudu melalui perpustakaan dalam mendukung Gerakan Wajib
Membaca 15 menit yang dicanangkan oleh Pemerintah yang tertuang
dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Melalui Jo jo ba (pojok-pojok
Baca) diharapkan dapat menanamkan kepada anak didik untuk
menciptakan budaya membaca dan kebiasaan segala hal yang
berhubungan dengan gemar membaca.
Selain itu, dengan gemar membaca anak memperoleh
pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup
pada masa-masa mendatang. Dengan kata lain, manfaat membaca dapat
meningkatkan pengembangan diri, memenuhi tuntutan intelektual,
memenuhi kepentingan hidup, meningkatkan minatnya terhadap suatu
bidang, mengetahui hal-hal yang aktual, membuka cakrawala kehidupan
bagi anak, menyaksikan dunia lain, dunia pikiran dan renungan, dan
merubah anak menjadi mempesona dan terasa nikmat tutur katanya.
b. Solusi Pemecahan Masalah
Keterlibatan dan peran serta guru SD 3 Meureudu sangat penting
dalam menumbuhkan minat baca anak didik, guru berperan aktif untuk
menanamkan minat baca, penanaman akan pentingnya membaca dalam
kehidupan, terutama untuk mencapai keberhasilan di sekolah. Dengan
penyadari pentingnya hal tersebut, akan akan terdorong untuk melakukan
kegiatan membaca sesering mungkin, sehingga di dalam diri anak akan
muncul motivasi membaca karena mereka telah menyadari membaca
bersifat fungsionsl, yaitu alat untuk mencapai keberhasilan di sekolah,
disamping itu, anak juga akan mendapat sebuah hiburan.
Beberapa solusi agar siswa berminat dalam membaca adalah guru
menjadi tauladan bagi siswa, sebagai contoh di SD 3 Meureudu yaitu guru
kelas II sering datang ke perpustakaan, maka secara tidak langsung anak
didik kelas II juga sering melalukan kunjungan ke perpustakaan, dari mulai
sekedar membaca, meminjam ataupun hanya bermain di perpustakaan.
Sedangkan usaha yang dilakukan oleh guru kelas II yaitu mengharuskan
siswanya untuk membaca buku yang ada di pojok baca, ketika mereka
selesai mengerjakan tugas sembari menunggu temannya yang belum
selesai.
Solusi selanjutnya adalah dengan bekerja sama dengan pengelola
perpustakaan (pustakawan) dengan cara memberikan tugas atau
pekerjaan rumah (PR) kepada anak dengan rujukan buku perpustakaan.
Hal ini sesuai dengan fungsi guru sebagai pengatur dan penggelola
semua kegiatan membaca anak dengan mendinamiskan seluruh bacaan
yang ada. Selain itu, guru juga harus mendukung kegiatan-kegiatan yang
telah diagendakan perpustakaan, misalnya membuat jadwal kunjungan ke
perpustakaan. Dengan demikian upaya yang dilakukan oleh guru SD 3
Meureudu telah mencerminkan adanya peran dan usaha dari guru untuk
meningkatkan minat baca dan memanfaatkan Jo jo ba (pojok-pojok
Baca)sebagai sarana pendidikan.
Agar strategi Jo jo ba (pojok-pojok Baca) berjalan dengan baik,
maka penulis membuat Jo jo ba (pojok-pojok Baca) di setiap kelas dan
ruang perpustakaan, kegiatan ini telah dimulai sejak awal semester II
tahun ajaran 2016/ 2017, dimana dipojok kelas penulis meletakkan buku
bacaan, secara rapi di belakang atau samping kelas dan didesain
menarik. Koleksi buku penunjang belajar yang menggugah minat anak
seperti ensiklopedia, komik sains dan cerita bergambar berjejer rapi,
terlihat anak tampak aktif mencari buku yang disukai dari pojok baca,
kemudian mencari tempat untuk membaca, salah seorang siswa tampak
senang ketika membaca di ruang kelas, bagi mereka ini adalah hal yang
baru.
Sedangkan Jo jo ba (pojok-pojok Baca) yang berada di ruang
perpustakaan fungsinya untuk mengajak kepada pengunjung pustaka
untuk mengisi waktu ketika anak sedang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dari buku, leaflet, poster dan brosur untuk anak.
Masing-masing Jo jo ba (pojok-pojok Baca) di lengkapi 50 eksemplar
buku, buku yang disediakan terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu
pengetahuan dan buku bacaan ringan. Harapannya agar minat anak
untuk membaca tumbuh dan meningkat. Selanjutnya anak senang
mengunjungi perpustakaan, mengingat dengan membaca anak akan
menambah informasi yang bermanfaat.
Selain koleksi buku bacaan, Jo jo ba (pojok-pojok Baca) juga
merupakan tempat untuk menghimpun atau menyimpan kumpulan tugas
yang dikerjakan oleh anak, tempat pajangan hasil karya anak, serta
berapa alat peraga sederhana yang sering digunakan guru pada saat
pelajaran. Selera buku bacaan anak kelas bawah kebanyakan lebih
ditekankan pada gambar dengan jumlah teks yang lebih sedikit karena
anak-anak lebih tertarik pada gambar dan warna yang menyolok,
sedangkan anak kelas atas cenderung lebih suka membaca bacaan
fantasi seperti KKPK (Kecil-kecil Punya Karya) dan novel sejenisnya.
Selain bahan bacaan yang sesuai dengan selera anak, pustakawan juga
menyediakan buku pendukung kurikulum pendidikan sekolah baik dalam
bentuk fiksi maupun non-fiksi yang mencakup pengetahuan popular yang
bermanfaat bagi anak.
Anak didik SD 3 Meureudu sudah terbiasa meletakkan kembali
buku yang mereka baca ke rak buku sehingga kerapian Jo jo ba (pojok-
pojok Baca) tetap terjaga. Pengantian koleksi buku dilakukan secara
berkala setiap tiga bulan sekali oleh pustakawan alasannya yaitu: 1)
koleksi yang ada pada pojok buku dapat terus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan anak didik baik dari segi isi, usia maupun fisiknya, 2)
mengurangi kepadatan koleksi pojok buku, sehingga tempat yang tersedia
benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan anak didik, 3) Bahan
pustaka yang diganti dapat dimanfaatkan atau ditukar ke kelas lain yang
memerlukan, 4) pengantian berati pula penyegaran terhadap koleksi yang
ada, artinya anak tidak bosan dan mendapatkan informasi baru.
Adapun tujuan diadakannya Jo jo ba (pojok-pojok Baca) ini adalah
untuk mendukung gerakan 15 menit membaca sebelum jam belajar
mengajar dimulai, mengisi waktu kosong ketika selesai mengerjakan tugas
dari bapak/ ibu guru, mengisi waktu luang pada saat jam kosong. Manfaat
lain dari Jo jo ba (pojok-pojok Baca) adalah memfasilitasi anak akan
informasi dan pengetahuan karena masih banyak dari anak malas
berkunjung ke perpustakaan karena terbatasnya pada saat jam istirahat
pelajaran, itupun anak harus disibukkan dengan jajan di kantin sekolah.
Selain itu, Jo jo ba (pojok-pojok Baca) juga sarana untuk mempromosikan
perpustakaan lewat koleksi yang ada di pojok baca, masih banyak dari
anak yang datang ke perpustakaan karena tuntutan tugas dari guru. Maka
dari itu, kegiatan ini sangat efektif dalam membangun dan mendorong
minat baca anak karena dimana dulunya anak mengisi waktu luang
mereka dengan bermain, sekarang bisa dialihkan dengan kegiatan positif
salah satunya dengan membaca.
Keberhasilan program ini tampak dari antusiasme anak didik dalam
menyambut kehadiran Jo jo ba (pojok-pojok Baca) yang tersedia di setiap
kelas. Terbukti dengan banyaknya anak yang meminta tambahan buku
baru di pojok baca. Mereka sudah terbiasa mengambil buku bacaan
sendiri. Sebagian besar anak SD 3 Meureudu sudah mampu menerapkan
budaya membaca tanpa disuruh bapak/ ibu guru. Anak juga ikut merawat
dan membersihkan buku bacaan yang ada di Jo jo ba (pojok-pojok Baca)
dengan didampingi guru kelasnya masing-masing, harapannya agar anak
ikut merawat Jo jo ba (pojok-pojok Baca) termasuk merawat buku bacaan
dengan mengorbankan tenaga serta waktu mereka agar anak tumbuh
rasa sayang terhadap Jo jo ba (pojok-pojok Baca) termasuk koleksi buku
bacaanya.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1) Jo Jo Ba (Pojok-Pojok Baca) sangat berpengaruh terhadap minat
belajar siswa, dimana dengan strategi Jo Jo Ba siswa akan terbiasa
menggunakan pojok-pojok Baca (Pojok-Pojok Baca) sekolah sebagai
sumber untuk membaca sehingga sehingga gerakan 15 membaca
sebelum pembelajaran akan terlaksana dengan baik
2) Dalam strategi Jo Jo Ba (Pojok-Pojok Baca) guru menyusun buku
sesuai dengan tingkat kelas, sehingga menarik untuk siswa membaca
3) Dengan Jo Jo Ba (Pojok-Pojok Baca) siswa terbiasa hidup teratur, rapi
dan bersih, karena buku disusun sesuai dengan tingkat kelas

2. Harapan Penulis
Bagi guru:
1) Berilah pertanyaan-pertanyaan secara lisan pada siswa baik
diawal maupun diakhir pembelajaran untuk membangkitkan
minat baca siswa. Berilah hadiah bagi siswa yang mampu
menjawab pertanyaan.
2) Mintalah teman sejawat untuk menilai proses pembelajaran
minimal setahun sekali. Diskusikan hasil penilaian tersebut
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang masih kurang
baik.
3) Gunakan tempat-tempat kosong atau ruangan terbuka yang
dimodifikasi sebagai tempat untuk membaca siswa sehingga
minat membaca menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 2004. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja Kary

Depdiknas. 2009 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:


Depdiknas

Hasanah. 2011. Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dan Pembelajaran.


Malang: Pustaka Kaiswaran

Hernowo. 2002. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca.


Bandung: CV Sinar Baru Offset

http://rumahsederhana.xyz/makhluktuhanpalingseksi/pengertian-pojok-
baca/ diakses tanggal 16 Mei 2016

Kusmiyatun. 2006. Melalui Budaya Baca Membangun Perpustakaan


Sebagai Culture Preservation. Buletin Pustaka, Ed.5 Th II, Maret
2010.

Nurhadi. 2007. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru

Munaf, Yarni. 2002. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa. Jurnal


Pendidikan Bahasa Sastra dan Seni, 3 (2): 241-250

Pandawa. 2009. Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan


Minat Baca Siswa (Studi Kasus di SD Negeri Percobaan 1
Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang

Rahim. 2001. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta:


Depdikbud

Sandjaya. 2005. Cara Belajar Mandiri dan Sukses.Solo: Aneka

Sinauseni. 2010. Menumbuhkan Kegemaran Membaca, (Online),


(http://sinauseni.wordpress.com/2010/03/28/menumbuhkan-
kegemaranmembaca/), diakses Senin 14 Maret 2016

Soedarso. 2004. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif.


Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Syafiie, Imam. 2003. Pandai Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud

Tampubolon, DP. 2007. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif


dan Efisien. Bandung: Angkasa

Вам также может понравиться