Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STUDI KASUS
Disusun Oleh :
FERI CHRISTIAN
NIM : 15.014
Disusun oleh :
FERI CHRISTIAN
NIM : 15.042
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
NIM : 15.014
Menyatakan bahwa studi kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dr.Soedomo Trenggalek adalah karya tulis saya sendiri dan bukan hasil karya tulis
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya dan apabila surat
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi dari akademik.
Trenggalek,
Yang menyatakan,
FERI CHRISTIAN
NIM 15.014
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan
Trenggalek
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau ya Allah... Syukur
alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah saya bisa menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Bapak NUR ZAINUDIN dan Ibu TUMINAH ini anak mu yang mencoba memberikan yang
terbaik untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga pada anak mu ini. Betapa tak
ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas semua dukungan baik
moril maupun materil untukku selama ini. Aku sayang kalian..
Keluarga
Untuk keluarga tersayang yang telah memberi semangat selama ini memberi dukungan
terima kasih atas semua doa untuk kesuksesanku.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk guru mulai SD, SMP dan SMA, serta tak
terkecuali seluruh dosen Akper Pemkab Trenggalek yang telah memberikan ilmu, motivasi,
perhatian yang tak henti-hentinya. Tak terlupakan dosen pembimbing akademikku Ibu Elok
Yulidaningsih, S.Kep dan Bapak Edi Yuswantoro, S.Kep.M.Kes yang telah sabar
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah saya
SAHABAT-SAHABAT ALMATERKU
Untuk teman-teman semua yang selalu memberi dukungan, semangat terima kasih untuk
semuanya. Tidak lupa ucapan terima kasih, semangat dan juga usaha jangan menyerah
untuk.Teman-teman seperjuanganku dikampus yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu.
Semoga ilmu yang kita dapatkan dapat kita gunakan untuk mengabdi pada masyarakat dan
membantu orang lain untuk tetap tersenyum bersama keluarga mereka.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Diruang Nusa Indah Rsud dr.Soedomo Trenggalek tepat pada waktu yang sudah
ditentukan. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan
pengarahan serta saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal
sampai akhir.
Tulis Ilmiah yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam
4) Semua dosen dan staf Akademi Keperawatan Pemkab Trenggalek yang telah
ini.
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang terkait untuk
menyempurnakannya.
Trenggalek, - - 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..
RIWAYAT HIDUP
LEMBAR PERNYATAAN...
LEMBAR PERSETUJUAN.
LEMBAR PENGESAHAN...
MOTTO..
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR...
ABSTRAK..
ABSTRACT
DAFTAR ISI..
DAFTAR TABEL..
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR LAMPIRAN..
DAFTAR SINGKATAN...
DAFTAR ISTILAH...
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..
1.2 Batasan Masalah..
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan.
1.5 Manfaat Penelitian.....
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Skizofrenia
2.1.1 Epidemiologi Skizofrenia..
2.1.2 Etiologi Skizofrenia...
2.1.3 Manifestasi Klinis Skizofrenia.
2.1.4 Perjalanan Penyakit..
2.1.5 Jenis-jenis Skizofrenia..
2.1.6 Penatalaksanaan Terapi Skizofrenia.
2.1.7 Pengertian Persepsi Sensori..
2.1.8 Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sensori
2.2 Konsep Resiko Perilaku Kekerasan
2.2.1 Pengertian Resiko Perilaku Kekerasa ..................................
2.2.2 Etiologi......
2.2.3 Manifestasi Klinis Resiko Perilaku Kekerasan
2.2.4 Pohon Masalah..
2.2.5 Rentang Respon Resiko Perilaku Kekerasan ...
2.2.6Jenis-Jenis Resiko Perilaku Kekerasan .....................
2.2.7FaseFase Resiko Perilaku Kekerasan ..............
2.2.8 Mekanisme Koping...
2.2.9 Perilaku..
2.2.10 Proses Terjadinya Masalah......
2.2.11 Komplikasi..
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......
2.3.2 Diagnosa Keperawatan......
2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan...
2.3.4 Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan......
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..
3.2 Batasan Istilah..
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian...............
3.4 Subyek Penelitian atau Partisipan........
3.5 Pengumpulan Data...
3.6 Uji Keabsahan Data.........
3.7 Analisis Data...........
3.8 Etik Penelitian..
DAFTAR PUSTAKA.
BAB 1
PENDAHULUAN
mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda.Derajat gangguan pada fase
akut atau fase psikotik dan fase kronis atau fase jangka panjang sangat bervariasi
diantara individu (Videbeck, 2008) Gejala utama dari Schizopernia adalah perilaku
sendiri atau orang lain, serta pemaksaan keinginan seseorang kepada orang lain
kekerasan merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara fisik maupun verbal yang
ditujukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Gejala mayor skizofrenia digolongkan
menjadi dua yaitu gejala positif dan negatif. Gejala positif yang muncul yaitu halusinasi
(90%), delusi (75%), waham, perilaku agitasi dan agresif, serta gangguan berpikir dan
pola bicara. Gejala negatif yaitu afek datar, alogia (sedikit bicara), apatis, penurunan
perhatian dan penurunan aktifitas sosial (Varcarolis, Carson & Shoemaker, 2006;
Slowik, 2011). Perilaku kekerasan muncul karena adanya dorongan alami atau timbul
atau destruktif yang secara langsung ditujukan pada diri sendiri atau orang lain. Perilaku
kekerasan biasanya berupa kekerasan secara fisik atau kekerasan secara verbal. Perilaku
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan
dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk
menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun
2012 angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang
yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya
tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak
Republik Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di indonesia
mencapai 2,5 juta yang terdiri dari pasien resiko perilaku ke-kerasan. Diperkirakan sekitar
60% menderita resiko perilaku kekerasan di Indonesia (Wirnata, dalam Sari, 2015). Di jawa
Timur,pada tahun 2014orang orang yang mengalami gangguan jiwa 63.483 orang yang
mengalami gangguan jiwa. Angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa.
Klien dengan perilaku kekerasan mengalami perubahan respon kognitif berupa gangguan
proses pikir yaitu gangguan dalam mempersepsikan sesutu serta tidak mampu membuat
alasan (Boyd & Nihart, 2007). Respon kognitif merupakan hasil penilaian terhadap kejadian
yang menekan ,pilihan koping yang digunakan, reaksi emosional, fisiologis, perilaku dan
sosial individu akan menampilkan respon afektif yang dimunculkan dengan emosi berupa
2005). Peryataan peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada klien perilaku kekerasan
mengalami perubahan pada respon kognitif yang nantinya akan berpengaruh terhadap respon
afektif yang dimunculkan dalam bentuk emosi seperti kemarahan. Hal ini menunjukkan
bahwa intervensi yang diberikan pada klien perilaku kekerasanjuga perlu mengacu kepada
emosi selain kognitif dan perilaku. Di Trenggalek, jumlah penderita ganngguan jiwa
Skizofrenia tahun 2O15 mencapai 349 orang yang tersebar di 14 kecamatan (Dinas
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia adalah perilaku
kekerasan.Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan NANDA yang biasa ditegakkan
berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera
ditangani karena perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang
lain, dan lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa ke
rumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,orang lain,
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
sebagai suatu akibat yang ekstrim dari rasa marah atau ketakutan yang mal adaptif
(panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai
suatu dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang
lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain,
sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap
suatustressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Stuart dan Laraia, 2005),
mandiri sebesar 86,6% dan secara signifikan menurunkan perilaku kekerasan. Penelitian
sebesar 87,4% respon perilaku, sosial dan kognitif pada klien yang diberikan terapi
generalis dan asertiveness training jika dibandingkan dengan klien yang hanya diberikan
terapi generalis saja. Ini menunjukkan bahwa dengan pemberian asertiveness training
dan terapi generalis terbukti lebih baik dari pada diberikan terapi generalis saja.
informasi kesehatan agar seseorang dapat merubah perilaku kesehatannya sesuai yang
oleh perawat membuat pasien dan keluarga tahu, yakin, memutuskan dan melakukan
informasi dan latihan yang diberikan Widyatuti (2009) cit Suryana (2012) Mengingat
latar belakang permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang :
Asuhan Keperawatan Skizofrenia Pada Klien dengan Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Pada Studi Kasus ini dibatasi pada pengambilan kasus Skizopenia dengan perilaku
kekerasan tanpa penyerta diagnosa lain. Pengambilan masalah pada studi kasus ini dibatasi
kesenjangan antara fakta dan teori pada pasien yangmenderita Skizofrenia dengan Resiko
Kekerasan.
4. Melaksanakan tindkan yang tepat serta menganalisa antara teoridan fakta pada
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalampengembangan
2. Bagi Pendidikan
3. Bagi Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DefinisiSkizofrenia
Skizofreniaadalah biasanya ditandai dengan dua kategori gejala utama, positif dan
negatif. Gejala positif berfokus pada distorasi fungsi normal , Sementara gejala negatif
Skizofrenia merupakan suatu bentuk yang sering dijumpai di mana mana sejaak
2.1.1 Epidemiologi
Hal ini disebabkan karena beban kehidupan dan pikiran manusia yang
yang sangat kompleks. Setiap orang mempunyai kemampuan yang tidak sama
untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi sosial budaya. Jika individu kurang
atau tidak mampu dalam beradaptasi dengan perubahan tersebut, maka individu
akan mengalami berbagai penyakit fisik maupun mental (timbul stress dan terjadi
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan
baik secara fisik atau emosional atau seksual dan verbal (Keliat, 2010).
2.1.2 Etiologi
kesakita bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi
anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bayi kembar dua telur
yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat
tingkat keparahan pada orang orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan
sampai berat) dan mengapa resiko untuk mengalami skizohrenia semakin tinggi
dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini
(Maramis, 2005).
2) Faktor Biokomia
berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofenia berasal
otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli
yang berpendapat bahwa aktifitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup
lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang
tua anak yang bersifat patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.
bertindak terlalu banyak untuk anak-anak dan tidak member kesempatan anak untuk
berkembang, ada kalanya orang tua bertindak sedikit dan tidak merangsang anak,
Gambaran gangguan jiwa skizofrenia beraneka ragam mulai dari Gangguan pada
alam pikir, perasaan, dan perilaku yang mencolok sampai Yang tersamar. Gejala
skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer dan sekunder.
2) Gejala Primer
a) Delusi atau waham, yaitu suatui keyakinan yang tidak rasional meskipun telah
dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita
c) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraan. Misalnya berbicara
d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
e) Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau sekan akan ada ancaman terhadap
3) Gejala Sekunder
a) Alam perasaan (affect) tumpul atau mendatar. Gambaran alam perasaan ini
g) Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa.
(Maramis, 2005).
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam
konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relative masih terjaga.Waham
biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran atau keduanya, tetapi waham
dan suka berargumentasi dan agresif. Tipe paranoid merupakan skizofrenia yang
tingkah laku yang kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau
dapat disertai kekonyolan dan tertawa yangtidak erat kaitannya dengan isi
3) Skizofrenia Hibefrenik
Merupakan jenis skizofrenia yang ditandai dengan adanya percakapan dan perilaku
yang kacau serta afek yang datar, gangguan asosiasi dan mempunyai sikap yang
aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan
higiene dan penampilan diri dan terjadi sebelum usia 25 tahun (Isaac, 2005).
4) Tipe Katatonik
Ciri utama pada skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau berbicara dan berkomunikasi
(echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia). (Issac, 2005).
5) Tipe Undifferentiated
indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat
dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah ubah atau
salah adanya ketergugahan yang sangat besar, autism yang seperti mimpi, depresi
dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan. (Iyus Yosep, 2008).
6) Schizoaffective
indiikasi kelainan alam perasaan, seperti depresi atau mania (Iyus Yosep, 2008).
7) Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan
negative, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya
delusiaonal. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial,
diri dan afek yang serasi merupakan karakteristik dari kelainan ini, pasien memiliki
riwayat paling sedikit satu episode skizofrenia dengan gejala-gejala yang menonjol
Perilaku kekerasan adalah reaksi sekelompok psikotik yang mempengaruhi berbagai area
rasional. Gejala positif atau sering disebut psikotik adalah tanda-tanda yang berlebihan, yang
biasanya kebanyakan pada orang tidak ada namun pada klien skizofrenia justru muncul, yaitu
penurunan efek, kurang motivasi, penurunan interaksi sosial, dan penurunan perhatian.(Iyus
Yosep 2011).Resiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untukmelikai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.respon ini dapat menimbulkan
keriugian baik pada diri sendiri,orang lain,maupun lingkungan(Budi ana keliat,2009) Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
(Stuart dan Sundeen, 2005).) Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupuin orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida
2.2.1 Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologic, teori psikologik, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend
a) Teori Biologik
(1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif, system
ada gangguan pada system ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresi, yang dijelaskan oleh
(2) Biokimia
agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress, yang dijelaskan
(3) Genetik
genetic karyotype XYY, yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba
dkk, 2008).
Sindroma otal organic terbukti sebagai factor predispossisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang system limbik dan
b) Teori psikologik
c) Teori psikoanalitik
kepuasan dan rsa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
harga diri, yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008)
d) Teori pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoih peran mereka, biasanya orang
tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang
positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiyaya
ketika masih kanak-kanak atau Mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
setelah dewasa, yang dijelaskan oleh towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008).
e) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh factor budaya dan dtruktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai/padat dan lingkungan yan g rebut dapat beresiko untuk
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
a) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak nterpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
Nita Fitria (2010) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
1) Fisik
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
2) Verbal
a) Bicara kasar
e) Suara keras
3) Perilaku
c) Merusak lingkungan
d) Amuk/agresif
4) Emosi
a) Tidak adekuat
d) Tidak berdaya
e) Bermusuhan
5) Intelektual
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli
dan kasar.
7) Sosial
8) Perhatian
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan
Sundeen, 2005).Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dan marah
atau (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai
suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dari perilaku kekerasan di sisi yang lain.
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan
diri atau respon melawan dan menantang merupakan respon yang maladaptive, yaitu agresif
kekerasan perilaku yang menampakkan mulai rendah sampai yang tinggi, yaitu :
Pasif : Perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk mengungkapkan
Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan mentak untuk
Kekerasan : Sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. (Nita Fitria, 2010).
Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian mesalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri.Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah (Iyus Yosep,
2011)
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
2) Proyeksi
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kea lam sadar.
4) Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan
2008).
5) Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
2.2.6 Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar, pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena
sekresi HCL meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek
3) Memberontak, perilaku yang biasanya disrtai alkibat konflik perilaku acting out
amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. (Iyus
Yosep, 2008).
diri, lingkungan dan orang lain. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
2.2.8 Penatalaksanaan
1) Pengobatan medik
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi perilaku agresif antara lain : (Iyus
Yosep, 2008).
Strategi tindakan keperawatan perilaku kekerasan disesuaikan sejauh man tindakan kekerasan
4) Penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan pada klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :
5) Latihan Asertif
Adapun tujuan dari latihan asertif klien bisa berperilaku asertif yang ditandai
(2) Tanyakan apakah dengan cara ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan
(4) Anjurkan klien untuk menerapkan asertif dalam situasi nyata. (Nita Fitria,
2010)
2.3 Patofisiologi
dimulai dari masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara
hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu
2005)
2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis, dan terapi psikososial.
Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi dengan
(haldol).Obat ini disebut obat penenang utama.Obat tersebut dapat menimbulkan rasa
kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam
dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun).Obat ini
cukup tepat bagi penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring
sebagai penanganan untuk skizofrenia. Tetapi terapi ini telah menjadi pokok
Menurut Fink dan Sackeim (1996) antusiasme awal terhadap ECT semakin
memudar karena metode ini kemudian diketahui tidak menguntungkan bagi sebagian
hingga saat ini. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT
maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton dan menjemukan. Secara
masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman yang dialami di usia
dini. Pada terapi psikososial terdapat dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi
terapi humanistic. Pada terapi ini beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi
dan therapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para
peserta terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang
dialami. Peserta diposisikan pada situasi sosial yang mendorong peserta untuk
kelompok.Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari Rumah Sakit
Jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari
kembali. Dalam hal ini keluarga diberi informasi tentang cara cara untuk
konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama.
(Davison, et al, 1994; Rathus, et al, 1991) ternyata campur tangan keluarga sangat
2.5.1 Pengkajian
1) Pengumpulan data
a) Aspek biologis
b) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
c) Aspek intelektual
peran panca indra sangat penting untukn beradaptasi dengan lingkungan yang
d) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah yang sering merangsang kemarahan orang lain. (Budiana Keliat, 2009).
e) Aspek spiritual
2) Klarifikasi data
Data yang didapat dari pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data
subyektif dan data obyektif.Data subyektif adalah data yang disampaikan secara
lisan oleh klien dan keluarga.Data ini didapatkan melalui wawancara perawat
Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan
Core Problem
mengalami perilaku yang secara fisik dapat membahayakan diri sendiri atau orang
a) Data Subyektif
(2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
b) Data obyektif
sebagai berikut :
b) Stimulus lingkungan
c) Konflik interpersonal
d) Status mental
e) Putus obat
f) Penyalah gunaan narkoba/alcohol.
2) Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil :
Klien mau membalas salam, klien mau menjabat tangan, klien mau menyebut
nama, klien mau tersenyum, klien mau kontak mata, klien mau mengenal nama
perawat. Intervensi ;
Intervensi :
c) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami.
5) Klien dapat mengidentifikasi mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
dilakukan. Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang bisa
dilakukan. Klien dapat mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Intervensi :
klien
b) Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c) Bicarakan dengan klien tentang apakah yang dia lakukan sudah menyelesaikan
masalah
Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien,
akibat pada klien sendiri, akibat pada orang, akibat pada lingkungan. Intervensi :
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dengan cara yang dilakukan oleh klien
c) Tanyakan kepada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
secara fisik : tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dll. Klien dapat
a) Diskusikan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien. Berikan pujian atas fisik
b) Diskusikan dua cara yang fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah
nafas dalam
f) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah atau
jengkel
Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam
b) Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik, meminta dengan baik :
c) Menolak dengan baik Maaf saya tidak bisa melakukan, karena ada kegiatan
yang lain.
d) Mengungkapkan perasaan yang baik : Saya kesal karena permintaan saya tidak
Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, pengobatan, dan waktu
minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5 benar : benat orang, obat, dosis ,
1) Tujuan Keperawatan.
2) Tindakan keperawatan
lalu.
c) Diskusikan perasaan, tanda dan gejala yang dirasakan pasien jika terjadi
(5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah.
(a) Verbal
(b) Obat
3) Strategi Pelaksanaan 1
a) Proses Keperawatan
(c) Jalan mondar mandir, bicara kasar suara tinggi atau berteriak.
Perilaku Kekerasan
Tujuan
dilakukannya
dilakukannya
b) Tindakan Keperawatan
(2) Mendiskusikan bersama klien penyebab perilaku nkekerasan saat ini dan
yang lalu
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat, dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama
(1) Orientasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah ?
(c) Kontrak
bapak?
(2) Kerja
penyebab marah itu muncul, seperti bapak sering diolok-olok oleh tetangga
atau sering diejek dan tidak dipedulikan oleh keliarga karena keinginannya
tidak dituruti, apa yang bapak rasakan? Apakah bapak merasakan kesal
tangga banyak yang rusak. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih
kemarahan bapak, salah satunya adalah dengan cara fisik, jadi melalui
kegiatan fisik disalurkan rasa marah. Bagaimana kalau kita belajar cara
itu terlebih dahulu? Begini pak, kalau tanda-tanda marah bapak rasakan
maka bapak berdiri, tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut Nah
lakukan sampai bapak merasa nyaman. Bagus sekali bapak sudah bisa
bapak lakukan secara rutin ya?, dan bila sewaktu-waktu rasa marah itu
(3) Terminasi
Bapak, tadi kita sudah belajar cara marah secara fisik, bagus sekali
Topik : Baiklah pak, untuk pertemuan hari ini saya cukupkan dulu, besok
kita bertemu lagi dan saya ajarkan cara mengendalikan marah dengan
Waktu ; Besok kita ketemu setelah makan pagi ya? Selama 15 menit
4) Strategi Pelaksanaan 2
a) Proses Keperawatan
(b) Klien mau mencoba latihan fisik dengan tarik nafas dalam
(2) Diagnosa
Perilaku kekerasan
(3) Tujuan
secara fisik.
(1) Orientasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini/ Kegiatan apa saja yang sudah
(c) Kontrak
Topik : Baiklah, sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan latihan cara
mengontrol marah dengan latihan fisik cara yang kedua yaitu memukul
Waktu : Mau berapa lama latihannya? Bagaimana kalu 15 menit, bapak setuju?.
(2) Kerja
Baiklah mari sekarang kita latihan fisik yang kedua yaitu memukul kasur
dan bantal. Dimana tidur bapak?Jadi nanti kalau bapak kesal dan ingin
dan bantal Bagus, bapak sudah mampu.Cara ini masih dapat dilakukan
secara rutin jika ada perasaan marah, Kemudian jangan lupa merapikan
Mau kapan bapak mau latihan memukul bantal dan kasur?Bagaimana kalau setiap
Topik : Sekarang cukup dulu ya, besok kita akan bertemu lagi, kita akan latihan cara
Waktu : Mau jam berapa latihannya? Bagaimana kalu jam 09.00 selama 10 menit?
5) Strategi Pelaksanaan 3
a) Proses Keperawatan
(2) Diagnosa
Perilaku kekerasan
dengan baik
verbal.
sosial/verbal
(1) Orientasi
Bapak, bagaimana keadaan bapak hari ini? Apakah mas ada perasaan jengkel
atau marah? Sudah dicoba cara yang saya ajarkan? Apa yang dirasakan
(c) Kontrak
Topik : Bapak, sesuai janji saya kemarin, sekarang kita akan belajar latihan cara
depan rumah?
(2) Kerja
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan maelalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
(a) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
penyebab marahnya karena minta uang sama ibu tidak diberi. Coba
saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta
Coba praktekkan.Bagus.
(3) Terminasi
Coba sekarang bapak sebutkan lagi cara bicara yang baikyang telah
kita pelajari
(b) Rencana tindak lanjut
Ayo kita masukkan kegiatan sehari-hari, misalnya meminta obat, meminta kue atau
meminta uang.
Topik : Sekarang cukup dulu ya, besok pagi kita bertemu lagi, kita akan membicarakan
cara lain untuk mengatasi rasa marah yaitu dengan cara ibadah
Waktu : Mau jam berapa kita latihan? Jam 9 pagi selama 15 menit ya?
Tempat : Mau dimana kita berbincangnya, disini lagi saja ya? Sampai jumpa
6) Strategi Pelaksanaan 4
a) Proses Keperawatan
(2) Diagnosa
Perilaku kekerasan
sosial/verbal
secara spiritual.
(1) Orientasi.
(a) Salam terapeutik
(c) Kontrak
Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
Waktu : Berapa lama bapak mau berbincan-bincang? 15 menit saja, bapak setuju?
(2) Kerja
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan ! Bagus, baik,
yang mau dicoba? Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak
langsung duduk dan tarik nafas dalam, jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agak rileks, jika tidak reda juga, ambil air wudhu
(3) Terminasi
marah?.Bagus sekali.
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bicarakan cara selanjutnya mengontrol rasa marah, yaitu patuh minum obat,. Nanti kita
mengontrol marah
7) Strategi Pelaksanaan 5
a) Proses Keperawatan
(2) Diagnosa
Perilaku kekerasan
(3)Tujuan umum
(b) Melatih klien minum obat secara teratur dengan perinsip 5 benar,
dengan obat.
(1) Orientasi
Selamat pagi pak? Sesuai janji saya sekarang kita bertemu lagi
Bagaimana pak sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
(c) Kontrak
Topik : Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
Waktu ; Berapa lama pak mau berbincang-bincang? 15 menit saja, bapak setuju?
(2) Kerja
Pak sudah diperiksa dokter? berapa macam obat yang bapak minum?Warnanya apa
saja? Bagus, jam berapa bapak minum? Bagus. Obatnya ada tiga macam
pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang
putih itu namanya THD agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu
ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya
ini harus bapak minum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
dulu Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di
kotak obat apakah nama bapak tertulis di situ, berapa dosis yang harus di
minum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada pak mantra kemudian cek apakah benar nama obatnya!Jangan pernah
(3) Terminasi
Coba bapak sebutkan lagi obat yang bapak minum, cara minum obat yang benar.
Nah, sudah berapa cara yang kita pelajari untuk mengontrol rasa marah?
Topik : Baik, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak dapat
a) Proses Keperawatan
(2) Diagnosa
Perilaku kekerasan
proses penyembuhan.
b) Tindakan keperawatan
(1) Orientasi
hari ini? Apa pendapat ibu tentang Tn.T?Hari ini kita akan berdiskusi
tentang masalah yang Tn.T alami dan bantuan apa yang bisa ibu berikan
(2) Kerja
Selama ini apa yang dilakukan oleh Tn.T ketika marah? Perilaku yang
Tn.T marah?Kalau Tn.T kurang motivasi dalam merawat diri apa yang
ibu lakukan?Ibu perlu juga memperhatikan rasa aman nyaman yang
dibutuhkan oleh Tn.T ibu juga perlu mendampingi pada saat Tn.T sendiri
dan merenung.
(3) Terminasi
apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu Tn.T dalam merawat
saat tidak ada pekerjaan. Minggu depan saya akan datang lagi sekitar jam
10.00 pagi, untuk mendiskusikan hasil yang sudah dicapai oleh Tn.T
BAB 3
METODE PENELITIAN
Rancangan yang di gunakan dalam penulisan penelitian ini adalah studi kasus. Studi
kasus merupakan prosedur penelitian yang menganalisis suatu permasalahan dalam suatu
unit kasus tunggal.Tetapi peneliti di sini menggunakan 2 partisipan , yang pertama klien
dengan kelolaan dan kasus yang kedua yaitu sebagai pembanding. Hal ini sesuai dengan
ini adalah deskriptif observasional dengan studi kasus. Studi kasus merupakan
rancangan penelitian yang mencakup pengkajian suatu unit penelitian secara intensif
misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Hal ini sejalan
dengan tujuan penelitian yaitu penulis menganalisa tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan kasus Skizofrenia dengan perilaku kekerasan di ruang Nusa Indah RSUD
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan sumber
data. Sumber data penelitian merupakan sumber subjek dari tempat mana data bisa
didapatkan. Sumber data dalam Karya Tulis Ilmiah ini diperoleh dari informasi klien,
keluarga yang mendampingi klien, status klien di ruangan, perawat jaga yang bertugas di
ruangan yang berkaitan di dalam asuhan keperawatan di rumah sakit maupun pendamping
dalam pengambilan data, dari percatatan perkembangan. Penentuan informan didasarkan
pada faktor- faktor kontekstual dari fenomena yang diteliti melalui kemampuannya dalam
peneliti dalam mencari sumber data diperoleh dari informasi klien sendiri, dari keluarga
yang mendampingi klien saaat melakukan pengkajian, status klien di ruangan, perawat
jaga yang bertugas di ruangan yang berkaitan di dalam asuhan keperawatan di rumah
sakit maupun pembimbing lahan dari ruangan maupun kepala ruang sendiri.
3.3.1 Lokasi
Soedomo Trenggalek.
3.3.2 Waktu
Sedangkan waktu penelitian, penulis melakukan penelitian pada bulan Mei 2017
3.3.3 Partisipan
3.4 Etika
Sebelum peneliti mengambil data, peneliti mengambil persetujuan terlebih dahulu kepada
partisipan. Sesuai dengan teori disebut dengan Informed consent (lembar persetujuan
identitas nama asli dari partisipan, cukup dengan memberikan inisial. Sesuai dengan teori
disebut Anonymity (tanpa nama), nama dari informan tidak perlu dicantumkan pada
Dalam pengambilan data dari partisipan, peneliti hanya melaporkan data trtentu saja
telah dikumpulkan dari informan dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu
Jenis instrument yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah dokumen
Metode pengumpulan dengan menggunakan data primer atau data sekunder. Data primer
status pasien dari tenaga medis yang lain serta studi dokumentasi.
partisipan penelitian.
memperoleh data yang akurat, diperlukan rasa aling percaya antar peneliti dengan
partisipan, keluarga dan orang terdekat pasien.Sesuai yang ada pada teori dalam
penerapannya, metode analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu
peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant
maka peneliti harus berinteraksi denga sumber data.Dengan demikian peneliti harus
Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dari hasil penelitian berupa hasil,
Justifikasi (prioritas masalah) dan Opini (pendapat). Sesuai yang ada pada teori yaitu
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau atau generalisasi, dengan
menyajikan data dalam bentuk table, grafik atau diagram lingkaran (Sugiyono, 2009).
TANDA
NO. HARI / TANGGAL MASUKAN / REVISI
TANGAN
Daftar pustaka
Kesehatan jiwa dan psikiarti : pedoman klinis perawat / linda carman copel ; alih bahasa,
akemat ; editor edisi bahasa indonesia, devi yulianti, Pamilih Eko Karyuni .-ed.2-Jakarta :
EGC, 2007.
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa / Willy F. Maramis _Cet. 9 _Surabaya: Airlangga University
Press, 2005.
EGC. Jakarta.
Maramis, (2005), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan Kesembilan, Surabaya : Airlangga
University Press.
Yoseph I, (2008), Keperawatan Jiwa, Cetakan pertama, Bandung : PT, Refika Aditama.
Model Praktik Keperawatan Profesional jiwa/ Editor ,Budi Ana keliatAkemat: editor
penyelaras,Monica Ester,-jakarta :EGC, 2009
Stuart and Laraia. 2005. Principles and practice of Psichiatric Nursing. (5th Ed). Medical
Stuart, G,W, & Sundeen. S,J, (2005), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi ke-4, Jakarta
Mosby, Inc.
Fitria, Nita 2010, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan SP dan SP, Jakarta : Salemba Medika.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa Farida Kusumiati dan Yudi Hartono-Jakarta:Salemba, 2010