Вы находитесь на странице: 1из 16

PENDAHULUAN

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengambilan gigi dari soketnya,

dikarenakan gigi tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi.1 Pencabutan gigi

dapat menyebabkan adanya perlukaan, baik pada jaringan lunak maupun jaringan

keras. Luka tersebut dapat sembuh secara normal melalui 3 fase, yaitu fase

inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodelling.2 Ada beberapa faktor yang

mampu menghambat proses penyembuhan luka, salah satunya yaitu adanya

penyakit sistemik, contohnya diabetes melitus.3

Penderita diabetes yang sedang mengalami luka akan lebih sulit dalam

proses penyembuhan luka, karena kadar glukosa darah yang tinggi akan

mengganggu fungsi imun tubuh dan merangsang produksi reactive oxygen species

(ROS) berlebih. Peningkatan produksi ROS seperti anion superoksida (O2-) akan

membentuk radikal peroksinitrit (ONOO-) dalam jumlah banyak jika bereaksi

dengan nitrit oksida (NO).4 Peroksinitrit kemudian akan mengganggu fungsi

endotel dan menyebabkan adanya penurunan aktivitas enzim endothelial nitric

oxide synthase (eNOS).5,6 Penurunan aktivitas enzim eNOS diikuti dengan adanya

penurunan produksi NO. Nitrit oksida (NO) berperan sebagai mediator dalam

perbaikan jaringan, seperti mendukung proses angiogenesis, meningkatkan

deposisi kolagen, berperan dalam migrasi sel, menghambat agregasi platelet, serta

menghambat adhesi leukosit.7

Pada pasien diabetes, produksi ROS berlebih akan menyebabkan kondisi

stress oksidatif yang berpengaruh terhadap peningkatan asymmetric

dimethylarginine (ADMA).8,9 ADMA merupakan residu asam amino arginin

1
pasca translasi yang telah termetilasi dan disebut sebagai inhibitor kompetitif

enzim eNOS.10,11 Peningkatan ADMA juga disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan aktivitas enzim dimethylarginine dimethylaminohidrolase

(DDAH) dalam memetabolisme ADMA menjadi L-Citruline dan

dimethylamine.12 Kondisi hiperglikemik pada penderita diabetes juga akan

mengaktifkan polyol pathway, yaitu proses oksidasi glukosa menjadi sorbitol oleh

enzim aldose reduktase, oksidasi sorbitol menjadi fruktosa, dan terjadi reduksi

NAD+ menjadi NADH. Peningkatan rasio NADH tersebut akan merangsang

produksi radikal bebas berlebih yang akan mengaktivasi xanthine oxidase dan

menginaktivasi superoxide dismutase (SOD).13,14 Pada polyol pathway juga terjadi

pembentukan advanced glycosylation end products (AGEs) dari fructose-3

phosphate dan 3-deoksiglucosone yang dapat berikatan dengan reseptor AGE dan

menyebabkan terbentuknya ROS intraseluler.15,16 Kondisi hiperglikemia juga

dapat meningkatkan diacylglycerol (DAG), yaitu kofaktor penting untuk

mengaktivasi protein kinase C (PKC).16 Adanya peningkatan DAG tersebut akan

diikuti oleh peningkatan PKC yang menyebabkan produksi molekul prokoagulan

plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), kemudian akan memicu fibrinolisis,

peningkatan produksi sitokin proinflamasi, peningkatan aktivitas vasokonstriktor

endotelin-1, serta penurunan aktivitas vasodilator eNOS.17

Penelitian yang dilakukan oleh Dashti dkk. (2003) menyatakan bahwa

pemberian suplemen yang mengandung arginin pada pasien diabetes dapat

meningkatkan kadar NO di area perlukaan. Arginin (2-amino-5-guanidino-

pentanoic acid) adalah asam amino semi-essensial yang dibutuhkan oleh enzim

2
nitric oxide synthase (NOS) untuk membentuk NO.18,19,20 Arginin, O2, dan

NADPH dikonversi menjadi nitrit oksida (NO) dan citrulin oleh enzim eNOS.21,22

Arginin diabsorbsi secara cepat di usus halus dan didistribusikan ke hati,

kemudian diekskresikan melalui urin. Sebagian besar arginin digunakan untuk

siklus urea dan sebagian kecil digunakan sebagai substrat untuk produksi NO.23

Waktu paruh arginin dalam sirkulasi plasma manusia adalah kurang dari satu

jam.24 Arginin dapat merangsang aktivitas enzim DDAH, menghasilkan NO

dalam jumlah yang signifikan, menyeimbangkan kadar NO, serta dapat

menginaktivasi proses oksidasi NO menjadi peroksinitrit (ONOO-).25,26,27 Arginin

tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi sepsis, gagal ginjal, infeksi

herpes, atau asma.28

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris

dengan jenis rancangan penelitian post test only with control group design.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi Pusat Antar

Universitas (PSPG PAU) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta untuk perawatan

tikus, induksi diabetes dengan streptozotocin-nicotinamide (STZ-NA), pemberian

perlakuan, pengambilan plasma darah tikus, dan pengukuran kadar NO. Jumlah

sampel pada penelitian ini adalah 28 ekor tikus wistar jantan berusia 2-3 bulan

dengan berat 150-200 gram. Penelitian dimulai dengan prosedur sebagai berikut.

3
1. Ethical Clearance dan Persiapan Hewan Coba

Ethical clearance diajukan kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan

RSUD Dr. Moewardi-Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Sampel penelitian terbagi ke dalam 4 kelompok berbeda, sehingga masing-masing

kelompok terdapat 7 ekor tikus wistar jantan. Tikus diaklimatisasi selama 7 hari

dalam ruangan tertutup disertai ventilasi cahaya. Kandang tikus berukuran

50x70x50 cm dan beralaskan sekam setebal 2 cm. Tikus diberi makan setiap hari

berupa pakan AD II pellets dan air minum secara ad libitum.29

2. Induksi Diabetes dengan Streptozotocin-nicotinamide (STZ-NA)

Sebelum dilakukan induksi, tikus dipuasakan selama kurang lebih 12 jam.

Setelah 12 jam dilakukan pengukuran kadar glukosa darah awal menggunakan

glukometer. Nicotinamide (NA) diinjeksikan 15 menit sebelum injeksi STZ

dengan dosis 110mg/kgBB secara intraperitoneal, kemudian streptozotocin (STZ)

diinjeksikan dengan dosis 50mg/kgBB secara intraperitoneal. Pengukuran kadar

glukosa darah kembali dilakukan pada hari ke-3 pasca injeksi STZ-NA.30

3. Pemberian Perlakuan

Arginin diberikan pada kelompok perlakuan dengan dosis 1g/kgBB/hari

selama 3 hari berturut-turut sebelum dilakukan pencabutan gigi, kemudian

dilanjutkan kembali pasca pencabutan gigi. Arginin dicampurkan dalam saline

steril sampai volumenya 3 ml, kemudian diberikan secara per oral dengan sondase

lambung setiap pagi hari.

4
4. Pencabutan Gigi Tikus

Prosedur pencabutan gigi tikus adalah sebagai berikut.31,32

a. Tikus dianestesi dengan ketamin dosis 80mg/kgBB secara intraperitoneal

b. Gigi insisivus kanan rahang bawah dari setiap tikus dicabut dengan

menggunakan needle holder steril yang ujungnya ditempatkan di area

mesial dan distal gigi, kemudian needle holder diputar berulang kali

sampai ekstraksi dapat tercapai

c. Soket bekas pencabutan diirigasi dengan aquadest kemudian ditekankan

kapas steril untuk menghentikan perdarahan.

5. Pemberian Antibiotik

Antibiotik vancomycin dosis 50 mg/kgBB diberikan pada semua kelompok

sampel sebanyak 1 kali pasca pencabutan gigi, sebelumnya dilarutkan terlebih

dahulu dengan saline steril sampai volumenya 0,1 ml, kemudian diinjeksikan

secara intramuskular.33

6. Pengambilan Plasma Darah Tikus

a. Sebanyak 0,5 ml darah tikus diambil di daerah sinus orbitalis dan

dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan 4000 rpm selama 10 menit

b. Supernatan atau plasma yang terbentuk kemudian diambil dan disimpan

dalam lemari pembeku dengan suhu -20C.

7. Dekapitasi Tikus

Kapas yang telah ditetesi dengan eter 10% dosis letal diletakkan di dalam

botol kaca, kemudian tikus dimasukkan ke dalam botol kaca tersebut dan botol

5
kaca ditutup rapat. Denyut jantung dan nafas tikus diamati secara berkala. Tikus

yang telah didekapitasi kemudian dikuburkan.34

8. Pengukuran Kadar NO dengan Microplate Reader

Pengukuran kadar NO menggunakan microplate reader dengan pereaksi

Griess dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.

a. Persiapan Pembuatan Kurva Standar

1) Dipipetkan 100L aquadest ke dalam sumuran baris ke-2-7 (B-G)

2) Dipipetkan 200L NO standar ke dalam sumuran baris ke-1 (A)

3) Dibuat seri pengenceran standar, yaitu 1.000M, 500M, 250M,

125M, 62,5M, 31,25M, dan 15,63M

4) Dipipetkan 100L dari sumuran baris ke-7 (15,63M), kemudian

dibuang

5) Sumuran baris ke-8 (H) tidak diberikan NO standar dan digunakan

sebagai kontrol negatif atau blanko (0 M)

6) Setiap sumuran ditambahkan 50L buffer N1 kemudian diinkubasi

selama 5-10 menit pada suhu ruang, setelah itu ditambahkan 50L

buffer N2 kemudian diinkubasi selama 5-10 menit pada suhu ruang

7) Nilai absorbansi diukur pada panjang gelombang 540nm dengan

microplate reader

8) Dibuat kurva regresi korelasi, Y=NO standar dan X=konsentrasi NO

b. Persiapan Sampel

1) Dipipetkan sampel sebanyak 100L ke dalam setiap sumuran, dimulai

dari baris ke-4 (A4) dan seterusnya sesuai dengan jumlah sampel

6
2) Sebanyak 50L buffer N1 ditambahkan ke dalam setiap sumuran

sebagai penginduksi awal, kemudian diinkubasi selama 5-10 menit pada

suhu ruang

3) Sebanyak 50L buffer N2 ditambahkan ke dalam setiap sumuran

sebagai penginduksi akhir, kemudian diinkubasi selama 5-10 menit

pada suhu ruang

4) Nilai absorbansi diukur pada panjang gelombang 540nm dengan

microplate reader, kemudian dibuat kurva regresi korelasi (kalibrasi)

berdasarkan konsentrasi larutan standar NO

c. Penghitungan Konsentrasi atau Kadar NO

Penghitungan dilakukan menggunakan kurva kalibrasi dengan rumus

sebagai berikut.

Y = ax+ b

Keterangan:
y = absorbansi
a = slope
x = konsentrasi
b = intersep

9. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan Software Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS) Versi 17.0 yang sebelumnya dilakukan uji

normalitas data dengan Saphiro Wilk karena sampel yang digunakan jumlahnya

50, kemudian dilakukan uji varian atau homogenitas data dengan Levene test.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik parametrik

Independent t-test.

7
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan Model Diabetes

Tikus putih galur wistar sering digunakan sebagai hewan percobaan

hiperglikemik dikarenakan tikus wistar memiliki metabolisme yang relatif lebih

cepat sehingga lebih sensitif jika digunakan dalam penelitian yang berkaitan

dengan metabolik tubuh.35 STZ dipilih untuk induksi diabetes karena dapat

menginduksi diabetes lebih permanen dan lebih stabil dibandingkan dengan

aloksan. Induksi diabetes dengan STZ memerlukan waktu yang lebih cepat sekitar

1-2 hari dibandingkan aloksan yang memerlukan waktu sekitar 5 hari.36

Penambahan injeksi NA yang dilakukan sebelum injeksi STZ bertujuan untuk

mencegah kematian tikus dalam jangka waktu yang pendek pasca induksi STZ.37

Pada penelitian ini didapatkan hasil gula darah tikus rata-rata mencapai

345mg/dL, sehingga dapat dikatakan seluruh tikus sudah mencapai kondisi

diabetes, karena tikus yang mengalami diabetes merupakan tikus yang memiliki

kadar gula darah >200mg/dL pasca induksi diabetes.38,39

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pada awal pemeriksaan dilakukan pengukuran absorbansi larutan standar NO,

kemudian hasil yang diperoleh tersebut dimasukkan ke dalam persamaan garis

dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi larutan standar NO dan absorbansi

larutan standar NO. Konsentrasi dan absorbansi larutan standar NO dapat dilihat

pada Tabel 1. berikut.

8
Tabel 1. Absorbansi NO Standar
Konsentrasi NO Standar (M) Absorbansi
0 0,024
2 0,139
4 0,210
6 0,306
8 0,460
10 0,695
Sumber: Data Primer Peneliti, 2016

Kurva kalibrasi larutan standar NO yang didapatkan pada penelitian ini

ditunjukkan pada Gambar 1. berikut.

0.8
y = 0,063x - 0,009
0.6 R = 0,954
Absorbansi

0.4

0.2

0.0
0 2 4 6 8 10 12
-0.2
Konsentrasi
(mol/L)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi


Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

Persamaan garis atau kurva kalibrasi ditentukan dari persamaan y = ax + b,

dengan x merupakan konsentrasi atau kadar NO (mol/L) dan y merupakan

absorbansi sampel dan pada kurva diatas didapatkan persamaan y = 0,063x

0,009. Pada penelitian ini didapatkan hasil koefisien korelasi atau R2 = 0,954,

dengan demikian maka korelasi atau hubungan antara absorbansi dan kadar

bersifat kuat karena nilai R2 mendekati angka 1 dan menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai absorbansi maka semakin tinggi pula kadarnya. Dari hasil persamaan

dan koefisien korelasi di atas dapat dilakukan analisa konsentrasi atau kadar NO

pada masing-masing sampel penelitian.

9
3. Analisis Kadar Nitrit Oksida (NO)

Rerata hasil penelitian kadar NO pada masing-masing kelompok dapat

dilihat pada Gambar 2. berikut.

12 10,730,134
9,640,127
10
Kadar NO
(mol/L)

8 6,200,068
6 5,060,161
4
2
0
K1 K2 P1 P2
Kelompok

Keterangan:
K1 = kelompok kontrol 1, diberikan saline steril, kadar NO diamati pada hari ke-0
K2 = kelompok kontrol 2, diberiksan saline steril, kadar NO diamati pada hari ke-3
P1 = kelompok perlakuan 1, diberikan arginin 1g/kgBB, kadar NO diamati pada hari ke-0
P2 = kelompok perlakuan 2, diberikan arginin 1g/kgBB, kadar NO diamati pada hari ke-3

Gambar 1.2 Diagram batang rerata kadar NO


Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

Kadar NO tertinggi terdapat pada P2 yang merupakan kelompok yang

diberikan suplemen arginin dosis 1g/kgBB dan diamati pada hari ke-3 pasca

pencabutan gigi. Nitrit oksida (NO) merupakan suatu molekul biologi yang

diperlukan dalam proses penyembuhan luka yang berfungsi dalam meningkatkan

angiogenesis dan meningkatkan deposisi kolagen yang terjadi pada fase

proliferasi, yaitu dimulai pada hari ke-3 pasca perlukaan.7,40 Pada penelitian ini,

kadar NO pada kelompok P1 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K1.

Kelompok P1 merupakan kelompok yang diberikan suplemen arginin dengan

dosis 1g/kgBB, sedangkan kelompok K1 hanya diberikan saline steril, dan kadar

NO pada keduanya diamati pada hari ke-0. Tujuan pengamatan kadar NO pada

hari ke-0 adalah karena NO berperan dalam meningkatkan vasodilatasi endotel.

10
Vasodilatasi endotel terjadi pada fase inflamasi, yaitu dimulai pada hari ke-0 atau

sesaat setelah terjadi perlukaan.2,7 Vasodilatasi endotel akan mempengaruhi

penyaluran oksigen dan nutrisi ke jaringan untuk membantu proses penyembuhan

luka.3 Untuk melihat perbedaan kadar NO antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan dilakukan uji perbandingan Independent t-test. Uji perbandingan kadar

NO antar kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel 2. berikut.

Tabel 2. Uji Perbandingan Independent t-test


No Variabel Kelompok t Hitung Sig (p)
1 Kadar NO hari ke-0 Kontrol (K1) -59,126 0,000
Perlakuan (P1)
2 Kadar NO hari ke-3 Kontrol (K2) -79,468 0,000
Perlakuan (P2)
3 Kadar NO Perlakuan P1 -15.576 0,000
P2
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kadar NO yang signifikan

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah pemberian suplemen

arginin 1g/kgBB (p<0,05). Adanya peningkatan kadar NO pada kelompok yang

diberikan suplemen arginin pada penelitian ini menegaskan penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh Shi dkk. (2003) dan Witte dkk. (2002), bahwa

suplemen arginin dengan dosis 1g/kgBB terbukti mampu meningkatkan kadar NO

dalam penyembuhan luka pasca insisi pada punggung tikus model diabetes secara

signifikan.41,42

Penyembuhan luka pada diabetes mengalami hambatan karena anion

superoksida (O2-) akan mengikat NO dan membentuk peroksinitrit (ONOO-)

dalam jumlah berlebih.4 Peroksinitrit dapat mengoksidasi dan mendegradasi

tetrahidrobiopterin (BH4), yang merupakan kofaktor enzim eNOS, dan akan

11
mempengaruhi penurunan aktivitas eNOS serta mengakibatkan disfungsi

endotel.5,6 Produksi ROS yang berlebih pada penderita diabetes akan

menyebabkan kondisi stress oksidatif yang berakibat pada ketidakseimbangan

aktivitas enzim dimethylarginine dimethylaminohidrolase (DDAH) dalam

memetabolisme asymmetric dimethylarginine (ADMA) menjadi L-citrulin dan

dymethilamine, sehingga menyebabkan adanya peningkatan ADMA.12,43 ADMA

merupakan inhibitor kompetitif enzim NOS, sehingga adanya peningkatan

ADMA tersebut akan menghambat aktivitas eNOS secara signifikan.8,9

Defisiensi enzim eNOS diikuti dengan adanya penurunan produksi NO,

sehingga menyebabkan terjadinya vasodilatasi yang tidak seimbang,

penghambatan pembentukan jaringan parut, dan penurunan akumulasi kolagen.44

AGEs yang terbentuk pada polyol pathway juga akan mempengaruhi produksi

vascular endhotelial growth factor (VEGF) dan menyebabkan terjadinya

penurunan angiogenesis dalam penyembuhan luka.45 Nitrit oksida (NO) yang

dihasilkan oleh eNOS berperan sebagai proangiogenesis yang akan menyebabkan

adanya peningkatan kadar VEGF, sehingga akan mempercepat angiogenesis dan

mempercepat proses penyembuhan luka.46 Arginin merupakan donor NO yang

dapat meningkatkan respon angiogenesis.47 Pada penelitian yang telah dilakukan

oleh Junichi (2005), dikatakan bahwa NO dapat meningkatkan ekspresi VEGF

yang diikuti dengan adanya peningkatan proliferasi sel endotel. Nitrit oksida (NO)

yang dihasilkan oleh eNOS juga dapat menekan produksi angiostatin yang paling

berpotensi sebagai antagonis endogen angiogenesis.48

12
SIMPULAN

1. Terdapat perbedaan kadar NO yang signifikan pada hari ke-0 antara

kelompok yang diinduksi diabetes dan diberikan saline steril (K1) dengan

kelompok yang diinduksi diabetes dan diberikan suplemen arginin

1g/kgBB (P1).

2. Terdapat perbedaan kadar NO yang signifikan pada hari ke-3 antara

kelompok yang diinduksi diabetes dan diberikan saline steril (K2) dengan

kelompok yang diinduksi diabetes dan diberikan suplemen arginin

1g/kgBB (P2).

3. Terdapat perbedaan kadar NO yang signifikan pada kelompok yang

diberikan suplemen arginin antara hari ke-0 (P1) dan hari ke-3 (P2).

4. Terdapat perbedaan kadar NO yang signifikan antara kelompok yang

diberikan suplemen arginin dengan kelompok yang tidak diberikan

suplemen arginin (p<0,05) yang menunjukkan bahwa pemberian

suplemen arginin dosis 1g/kgBB/hari mampu meningkatkan kadar NO

pada darah tikus model diabetes.

REFERENSI

1. Pedersen, G., W., 2013, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta, h. 29-
45.
2. Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S.L., 2007, Buku Ajar Patologi, Edisi 7,
EGC, Jakarta, h. 860-861.
3. Guo, S., DiPietro, L.A., 2010, Factors Affecting Wound Healing, Journal of
Dental Research, 89: 219-229.
4. Qiu, Z., A.H. Kwon., Y, Kamiyama., 2007, Effects of Plasma Fibronectin on
The Healing of Full-Thickness Skin Wounds in Streptozotocin-Induced
Diabetic Rats, Journal of Surgical Research, 138(1): 64-70.

13
5. Kawashima, S., 2004, Malfunction of Vascular Control in Lifestyle Related
Diseases: Endothelial Nitric Oxide (NO) Synthase/ NO System in
Atherosclerosis, Journal of Pharmacological Sciences, 96: 411-419.
6. Muzaffar, S., Jeremy, Angelin, Smith, Shukla, 2004, Role of Endothelium
and Nitric Oxide Synthases in Modulating Superoxide Formation Induced by
Endotoxin and Cytokines in Porcine Pulmonary Arteries, Thorax, 58: 598-
604.
7. Dashti, N., Ansari, M., Shabani, M., Vardasti, S., Mirsalehian, A., Mughehi,
M.H.N. dkk., 2003, The Effect of Nitric Oxide Donor in Diabetic Wound
Healing, Iranian Journal Public Health, 32(4): 59-63.
8. Fard, A., Tuck, C.H., Donis, J.A., 2000, Acute Elevations of Plasma
Asymmetric Dimethylarginine and Impaired Endothelial Function in
Response to A High-Fat Meal in Patients with Type 2 Diabetes, Arterioscler
Thrombosis and Vascular Biology, 20: 2039-2044.
9. Stuhlinger, M.C., Tsao, P.S., Her J-H., 2001, Homocysteine Impairs the NO
Synthase Pathway: Role of ADMA, Circulation, 104: 2569-2575.
10. Abbasi, F., Asagmi, T., Cookie, J.P., Lamendola, C., McLaughlin, T.,
Reaven, G.M. dkk., 2001, Plasma Concentrations of Asymmetric
Dimethylarginine are Increased in Patients with Type 2 Diabetes Melitus,
American Journal of Cardiology, 88: 1201-1203.
11. MacAllister, R.J., Parry, H., Kimoto, M., 1993, Regulation of Nitric Oxide
Synthesis by Dimethylarginine Dimethylaminohydrolase, Endothelium, 1:
137-140.
12. Ito, A., Tsao, P.S., Adimoolam, S., 1999, Novel Mechanism for Endothelial
Dysfunction: Dysregulation of Dimethylarginine Dimethylaminohydrolase,
Circulation, 24: 3092-3095.
13. Duckworth, W.C., 2001, Hyperglycemia and Cardiovascular Disease,
Current Atherosclerosis Report Journal, 3: 383-391.
14. Powell, L.A., Nally, S.M., McMaster, D., 2001, Restoration of Glutathione
Levels in Vascular Smooth Muscle Cells Exposed to High Glucose
Conditions, Free Radical Biology and Medicine, 31: 1149-1155.
15. Soegondo, S., 1999, Naskah Lengkap Penyakit Dalam, Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
16. Brownlee, M., Aiello, L.P., Friedman, E., Vinic, A.I., Nesto, R.W., Boulton,
A.J.M., 2005, Complications of Diabetes ind Disorders of Carbohydrate and
Lipid Metabolism, William Textbook of Endrocinology, Edisi 10, Saunders,
Philadelphia, p. 28-30.
17. Yulianti, E., 2009, Mikroalbuminaria pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Hipertensif, Jurnal Penelitian Saintek, 14(1): 77-96.
18. Burke, T., 1998, Nitric Oxide: from Basic Research on Isolated Blood
Vessels to Clinical Relevance in Diabetes, An R Acad Nac Med, 115: 317-
331.
19. Chetty, S., 2010, The Dos and Donts of Arginine Supplementation, South
African Journal of Clinical Nutrition, 23(1): 25-28.
20. Garrett, R.H., Grisham, C.M., 2012, Biochemistry, Brooks Cole, California,
p. 426-427.

14
21. Campbell, B.I., Bounty, P.M.I., Roberts, M., 2004, The Ergogenic Potential
of Arginine, Journal of The International Society of Sports Nutrition, 1(2):
35-38.
22. Morris, S., 2004, Enzymes of Arginine Metabolism, The Journal of
Nutritition, 134(10): 2743-2747.
23. Boger, R.H., 2007, The Pharmacodynamics of L-arginine, The Journal of
Nutrition, 137: 1650-1655.
24. Boger, R.H., Ron, E.S., 2005, L-Arginne Improves Vascular Function by
Overcoming The Deleterious Effects of ADMA, A Novel Cardiovascular
Risk Factor, Alternative Medicine Review, 10(1): 14-23.
25. Boger, R.H., Bode-Boger, S.M., 2001, The Clinical Pharmacology of L-
arginine, Annual Review of Pharmacology and Toxicology, 41: 79-99.
26. Barbul, A., Uliyargoli, A., 2007, Use of Exogenous Arginine in Multiple
Organ Dysfunction Syndrome and Sepsis, Critical Care Medicine, 35: 564-
567.
27. Rang, H.P., Ritter, J.M., Flowerm R.J., Henderson, G., 2016, Rang and
Dales Pharmacology, Edisi 8, Elsevier, China, p. 213.
28. Appleton, J., 2002, Arginine: Clinical Potential of A Semi-Essential Amino
Acid, Alternative Medicine Review, 7(6): 512-522.
29. Capdevila, S., Giral, M., Ruiz de la Torre, J.L., Russel, R.J., Kramer, K.,
2007, Acclimatization of Rats After Ground Transportation to A New Animal
Facility, Laboratory Animals, 41(2): 255-261.
30. Su, H.C., Hung, L.M., Chen, J.K., 2006, Resveratrol, a Red Wine
Antioxidant, Possesses an Insulin-Like Effect in Streptozotocin-Induced
Diabetic Rats, American Journal Physiology Endocrinology and Metabolism,
290: 1339-1346.
31. Gunay, A., Arpag, O.F., Atilgan, S., 2014, Effects of Caffeic Acid Phenethyl
Ester on Palatal Mucosal Defects and Tooth Extraction Sockets, Dove Press
Journal Drug Design, Development and Therapy 8: 20692074.
32. Permatasari, D., Soesanto, R., Simandjuntak, R.M., 2014, Pengaruh
Pemberian Kulit Manggis terhadap Proliferasi Fibroblas pada Penyembuhan
Luka Pencabutan Gigi Tikus, Journal Oral and Maxillofacial Surgery,
3(1):26-31.
33. Rajpal, D.K., Klein, J.L., Mayhew, D., Boucheron, J., Spivak, A.T., Kumar,
V. dkk., 2015, Selective Spectrum Antibiotic Modulation of The Gut
Microbiome in Obesity and Diabetes Rodent Models, PLOS ONE, 10(12): 1-
19.
34. Putra, G.C., 2012, Efektivitas Pemberian Ekstrak Biji Semangka terhadap
Ekspresi Inducible-Nitric Oxide Synthase (iNOS), Skripsi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya.
35. Irdalisa, Safrida, Khairil, Abdulllah, Sabri, M., 2015, Profil Kadar Glukosa
Darah pada Tikus Setelah Penyuntikan Aloksan Sebagai Hewan Model
Hiperglikemik, Jurnal EduBio Tropika , 3(1): 1-50.
36. Andrade, S.I., Monsalve, M.R., Pena, J.E.D.E., Polanco, A.C., Palomino,
N.A., Velasco, A.F., 2000, Streptozotocin and Alloxan in Experimental

15
Diabetes: Comparison of The Two Models in Rats, Acta Histochemica, 33(3):
201-208.
37. Ghasemi, A., Khalifi, S., Jedi, S., 2014, Streptozotocin-nicotinamide Induced
Rat Model of Type 2 Diabetes, Acta Physiologica Hungarica, 101(4): 408-
420.
38. Sunarsih, E.S., Djatmika, Utomo, R.S., 2007, Pengaruh Pemberian Infusan
Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Diabetes yang Diinduksi Aloksan,
Majalah Farmasi Indonesia, 18(1): 29-33.
39. Daniel, E.E., Mohammed, A., Tanko, Y., Ahmed, A., Adams, M.D.,
Atsukwei, D., 2015, Effects of Lycopene on Thyroid Profile in
Streptozotocin-Induced Diabetic Wistar Rats, European Journal of
Biotechnology and Biosciences, 3(1): 21-28.
40. Hernowo, B.S., Sabirin, I.P.R., Maskoen, A.M., 2013, Peran Ekstrak Etanol
Topikal Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada Penyembuhan Luka
Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen pada Tikus Galur Wistar,
Majalah Kedokteran Bandung, 45(4):226-233.
41. Shi, H.P., Most, D., Efron, D.T., Witte, M.B., Barbul, A., 2003, Supplemental
L-Arginine Enhances Wound Healing in Diabetic Rats, Wound Repair and
Regeneration Journal, 11(3): 198-203.
42. Witte, M.B., Thomton, F.J., Tantry, U., Barbul, A., 2002, L-Arginine
Supplementation Enhances Diabetic Wound Healing: Involvement of The
Nitric Oxide Synthase and Arginase Pathways, Metabolism, 51(10): 1269-
1273.
43. Lin, K.Y., Ito, A., Asagami, T., Tsao, P.S., Adimoolam, S., Kimoto, M. dkk.,
2002, Impaired Nitric Oxide Synthase Pathway in Diabetes Mellitus: Role of
Asymmetric Dimethylarginine and Dimethylarginine
Dimethylaminohydrolase, Circulation, 106: 987-992.
44. Veves, A., Akbari, C.M., Primavera, J., 1998, Endothelial Dysfunction and
The Expression of Endothelial Nitric Oxide Synthase in Diabetic Neuropathy,
Vascular Disease and Foot Ulceration, Diabetes, 47: 457-463.
45. Wallner, C., Schira, J., Wagner, J.M., Schulte, M., Fischer, S., Hirsch, T.,
dkk., 2015, Application of VEGFA and FGF-9 Enhances Angiogenesis,
Osteogenesis, and Bone Remodelling in Type 2 Diabetes Long Bone
Regeneration, Plos One, 10(3): 1-19.
46. Yasa, Y.K., 2014, Debridemen dengan Fasiotomi pada Kaki Diabetik
Menurunkan Tumor Necrosis Factor- (TNF-) dan Meningkatkan Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF) disertai Perbaikan Klinis, Tesis, Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana, h. 24-31.
47. Khoweiled, A., El-Sebaee, H., El-Attar, S., Mansour, M., 2011, Role of
Angiogenesis as A Factor Modulating the Course of Cardiovascular
Complications in Diabetic Rats, Medical Journal Cairo University, 79(1):
639-648.
48. Matsunaga, T., Weihrauch, D.W., Moniz, M.C., 2002, Angiostatin Inhibits
Coronary Angiogenesis During Impaired Production of Nitric Oxide,
Circulation, 105: 2185-2191.

16

Вам также может понравиться