Вы находитесь на странице: 1из 31

TUGAS KIMIA FISIKA

Kesetimbangan dan Kinetika Reaksi

Proses WGSR High Temperatur

1 Nama : Jessica Zivani Wahono


2 NPM : 1506673252

3 Nomer Absen 2: 12

4 Kelompok :2

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok 2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah tugas akhir
kimia fisika ini.

Makalah ini akan membahas kesetimbangan dan kinetika reaksi yang akan
dipergunakan untuk menjawab soal yang diberikan. Solusi yang dibahas dalam makalah ini
menunjang pembelajaran mata kuliah Kimia Fisika.

Dalam penulisan makalah ilmiah ini, banyak halangan dan rintangan yang terjadi. Kami
juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian makalah ilmiah ini, yaitu:

1. Dosen mata kuliah Kimia Analitik, Bapak Setiadi yang telah membimbing kami
selama proses penulisan makalah ini.

2. Seluruh rekan Teknik Kimia dan Teknologi Bioproses UI, seluruh angkatan, serta
segala pihak yang telah membantu tim penulis.

Tim penulis menyadari bahwa makalah ini dalam proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, tim penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya, tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Depok, 19 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii


Daftar Isi ...................................................................................................................................iii
Daftar Tabel, Grafik Dan Gambar ............................................................................................ iv
Bab I Soal Dan Pembahasan ...................................................................................................... 5
I.1. Soal Dan Pembahasan Tugas I ....................................................................................... 5
I.2. Soal Dan Pembahasan Tugas Ii .................................................................................... 18
Bab II Kesimpulan .......................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 22
Daftar Tabel, Grafik Dan Gambar

Daftar Tabel

Tabel 1. Data Temperatur dan Nilai Kp Reaksi Primary Steam Reforming (Endotermis) ........ 4

Tabel 2. Data Temperatur dan Nilai Kp Reaksi WGSR High Temperatur (Exotermis) ............ 6

Tabel 3. Data Kondisi operasi dan data komposisi senyawa hasil reaksi ................................... 6

Tabel 4. Komposisi Senyawa WGSR High Temperatur ............................................................ 6

Tabel 5. Komposisi Senyawa WGSR High Temperatur Sebenarnya ........................................ 6

Tabel 6. Data Pengamatan dari Fraksi Benzil Klorida ............................................................... 6

Tabel 7. Data Konstanta Laju Reaksi terhadap Waktu ............................................................... 6

Daftar Grafik

Grafik 1. Hubungan Temperatur vs Nilai Kp Reaksi Endotermis ............................................6

Grafik 2. Hubungan Temperatur vs Nilai Kp Reaksi Eksotermis ............................................ 7

Daftar Gambar

Gambar 1. Primary Reforming..6

Gambar 2. WGSR High Temperatur.


BAB 1

SOAL DAN PEMBAHASAN

I.1. Soal dan Pembahasan Tugas I

1. Buatlah gambar grafis pengaruh harga temperatur terhadap harga Kp untuk masing-
masing reaksi diatas, pilih 2 tipe reaksi yang termasuk reaksi eksotermis dan reaksi
endotermis.

Reaksi (Primary Steam Reforming):


CH4 + H2O CO + 3H2 H = 206 kJ/mol (Endotermis)
T = 621-810C = 894-1083C

Tabel 1. Data Temperatur dan Nilai Kp Reaksi Primary Steam Reforming


(Endotermis)

Kp1 = 30.345 Kp=exp {Kp1 + (Kp2/T) + (P/T).(Kp3+Kp4/T)}


Kp2 = -27278

994 18.21679671
T Kp
999 20.89886173
894 0.845942194
1004 23.94303077
899 1.002399983
1009 27.39367618
904 1.185567116
1014 31.30003856
909 1.399617689
1019 35.71669595
914 1.64931665
1024 40.70407153
919 1.940094475
1029 46.32898243
924 2.278130108
1034 52.66523248
929 2.670442927
1039 59.79425155
934 3.124994578
1044 67.80578458
939 3.650801571
1049 76.79863331
944 4.258059582
1054 86.88145402
949 4.958280511
1059 98.17361454
954 5.764443368
1064 110.8061142
959 6.691160175
1069 124.9225702
964 7.754858127
1074 140.6802744
969 8.97397934
1079 158.2513244
974 10.36919961
1083 173.7396145
979 11.96366765
984 13.78326651
989 15.85689864
1
Hubungan Temperatur vs. Nilai Kp pada Reaksi
Endotermis
1.4
1.2
1
0.8
Kp

0.6
0.4
0.2
0
880 900 920 940 960 980 1000
-0.2
Temperature (C)

Grafik 1. Hubungan Temperatur vs. Nilai Kp Reaksi Endotermis

Seperti yang telah dicantumkan di atas bahwa reaksi primary steam refoming merupakan
reaksi endotermis (menyerap energi, H positif). Reaksi tersebut terjadi pada suhu 894-1083K,
di mana ketika mencapai kesetimbangan pada suhu 894K maka nilai Kp yang didapat sebesar
0,845942194 kemudian ketika suhu dinaikkan pada suhu 899K maka nilai Kp juga naik menjadi
1,002399983. Hal ini terus terjadi sampai suhu mencapai 1083 K di mana nilai Kp adalah
173,7396145. Data-data tersebut kemudian diubah menjadi bentuk grafik yang menampilkan
hubungan temperatur dan nilai kp adalah linear pada reaksi endotermis (sebanding).
Jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan maka reaksi sistem menurunkan suhu dengan
cara kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (endoterm). Dengan asas Le
Chatelier maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (ke arah produk) sehingga nilai Kp yang
diperoleh menjadi semakin besar. Oleh karena itu, temperatur memiliki nilai yang sebanding
dengan nilai Kp yaitu semakin tinggi suhu yang diberikan pada reaksi endotermis, maka semakin
besar Kp yang diperoleh (begitu pula sebaliknya).
Dikarenakan dalam soal diwajibkan untuk memilih dua reaksi antara eksotermis dan
endotermis, penulis memilih reaksi WGSR High Temperature dengan alasan reaksi tersebut
dalam jurnal dikatakan Highly Exothermic. Konsep dr tahap ini adalah mengubah semua CO
menjadi CO2. Pada tahapan selanjutnya akan ada tahapan CO2 removal. Sehingga baik CO
maupun CO2 kandungannya sangat minim dalam Syn Gas yang akan dijadikan ammonia. Oleh
karena itu penulis memilih reaksi exotermis dari prosess WGSR High Temperature. Berdasarkan
sebuah jurnal yang berjudul International Journal of Hydrogen Energy, dijabarkan bahwa
terdapat 4 reaksi utama dalam methanation yakni:
() + 2 () 2 () + 2()
2
Reaksi diatas adalah reaksi dalam proses pembuatan pupuk ammonia dan reaksi tersebut
merupakan reaksi eksotermis.

Berdasarkan data dari tabel konstanta kesetimbangan reaksi-reaksi dalam sintesa ammonia,
didapatkan data Kp1 dan Kp2 untuk reaksi (1). Kemudian akan dihitung untuk menghasilkan Kp
dengan persamaan berikut
2 4
= exp{1 + ( ) + ( ) . (3 + ( ))}

Diketahui :
Kp1 = -4.2939
Kp2 = 4546
P = 0 50 bar

Berikut ini tabulasi perhitungan nilai Kp dengan variasi temperatur 371-451oC dengan tekanan 1
bar

T (K) Kp
644 15.88073
649 15.04014
654 14.25589
659 13.52352
664 12.83898
669 12.19855
674 11.59886
679 11.03685
684 10.5097
689 10.01484
694 9.549915
699 9.112768
704 8.701421
709 8.314057
714 7.949005
719 7.60473
724 7.279816

Tabel 2. Data Temperatur dan Nilai Kp Reaksi WGSR High Temperatur (Exotermis)

3
Grafik Hubungan Kp dan T pada
Reaksi Exotermis
20

Kp 15

10

0
640 650 660 670 680 690 700 710 720 730
Temperatur

Grafik 2. Hubungan Temperatur vs. Nilai Kp Reaksi Exotermis

2. Periksalah, apakah data-data hasil reaksi dalam tabel sudah mendekati(beda<10%)


atau jauh dari harga kesetimbangan-nya(beda>10%). Pilih data reaksi, kondisi reaksi
dan titik dalam flowsheetnya (inlet/outlet unit mana??) dari tabel yang mana dan
dievaluasi, dan diberikan alasannya titik pemilihan ....

Tabel 3 : Kondisi operasi dan data komposisi senyawa hasil reaksi, dengan data steam
ratio (diolah dari berbagai sumber dari buku HandBook of Catalyst (Martyn V. Twigg)

o
Reaction C Steam Bar CH H2 CO CO2 H2 N2 Ar NH
Ratio 4 O 3

Inlet Primary 525 H2O/CH4 35 91. ? 0 0.3 2.9 1.0 0 -


Reformer * =4 9pp pp ppm
m m

Steam Reforming- 790 H2O/CH4 30 9.4 ? 8.3 11.6 70. 0.5 - -


Exit (Primary) = 1.0 pp ppm 2 ppm
m pp
m

4
High Temp. (exit) 432 H2O/CH4 30 0.2 ? 3.33 15.8 60. 20.1 0.2 -
=0.48 1 ppm 5 02 6 5
pp pp ppm pp
m m m

Primary Steam Reforming


Reaksi:
CH4 + H2O CO + 3H2
OUTLET/
INLET EXIT Kondisi Reaksi:
T inlet = 525C = 798 K
T exit = 790C = 1063 K
EX
Gambar 1. Primary Reforming P = 30 bar

Konversi:
[CO] = 8.3 ppm data exit primary (setimbang)
g
0.001 g 1
[CO] = 8.3 ppm x 1 ppm = (8.3 x 103 L) x
L
g = 2.963 x 104 =
28.01
gmol

2.963 x 104 M
[H2] = 70.2 ppm data exit primary (setimbang)
g
0.001 g 1
[H2] = 70.2 ppm x 1 ppmL = (0.0702 L) x g = 0.0347 = 0.0347 M
2.02
gmol

[CH4] = 9.4 ppm data exit primary (setimbang)


g
0.001 g 1
[CH4] = 9.4 ppm x 1 ppm = (9.4 x 103 L) x
L
g = 5.86 x 104 = 5.86 x 104 M
16.04
gmol

[H2O] = 1 x [CH4] = 9.4 ppm data exit primary (setimbang)


g
0.001 g 1
[H2O] = 9.4 ppm x 1 ppmL = (9.4 x 103 L) x g = 5.216 x 104 =
18.02
gmol

5.216 x 104 M

[CO].[H2 ]3 (2.963 x 104 )(0.0347)3


Kc1 = [CH = = 0.0405
4 ].[H2 O] (5.86 x 104 )(5.216 x 104 )
Kp1 = Kc1.(RT)n
L.bar
= 0.0405 x ((0.08314472 K.gmol) x (1063 K))2

= 316.05

316.05 30.345
Kesalahan literatur = | | x 100% = 99% ( beda > 10% )
30.345
5
Data yang dihasilkan dari primary steam reforming atas hasil reaksi dengan nilai di dalam
tabel memiliki nilai kesalahan literatur sebesar 99% yang menunjukan data
kesetimbangan memiliki perbedaan >10%

WGSR High Temp


Reaksi:
OUTLET/ CO + H2O CO2 + H2
INLET EXIT
Kondisi Reaksi:
T inlet = 971C = 1244 K
T exit = 242C = 515 K
EX P = 30 bar
Gambar 2. WGSR High Temp

Konversi:
[CO] = 3.33 ppm data exit secondary (setimbang)
g
0.001 g 1
[CO] = 3.33 ppm x 1 ppmL = (3.33 x 103 L) x g = 1.189 x 104 =
28.01
gmol

1.189 x 104 M
[H2] = 60.02 ppm data exit secondary (setimbang)
g
0.001 g 1
L
[H2] = 60.2 ppm x 1 ppm = (0.06002 L) x g = 0.0297 = 0.0297 M
2.02
gmol

[CO2] = 15.85 ppm data exit secondary (setimbang)


g
0.001 g 1
[CO2] = 15.85 ppm x 1 ppmL = (0.01585 L) x g = 3.602 x 104 =
44
gmol

3.602 x 104 M
[H2O] = 1 x [CO] = 1 x 3.33 ppm = 3.33 ppm data exit secondary (setimbang)
g
0.001 g 1
[H2O] = 3.33 ppm x 1 ppmL = (3.33 x 103 L) x g = 1.85 x 104 =
18.02
gmol

1.85 x 104 M

[CO2].[2 ] (3.602 x 104 )(0.0297)


Kc1 = [CO].[H = = 486.34737
2 O] (1.189 104 )(1.85 x 104 )
Kp1 = Kc1.(RT)n
L.bar
= 486.34737 x ((0.08314472 K.gmol) x (515 K))0

= 40.437
40.437(4.2939)
Kesalahan literatur = | 4.2939
| x 100% = 100% ( beda > 10% )
6
Data yang dihasilkan dari secondary steam reforming atas hasil reaksi dengan nilai di
dalam tabel memiliki nilai kesalahan literatur sebesar 100% yang menunjukan data
kesetimbangan memiliki perbedaan >10%

3. Seharusnya bagaimanakah komposisi setiap senyawa yang sesuai dengan perhitungan


anda (BUAT tabel)

Dalam hal ini, inlet dari WGSR High Temperature adalah outlet dari Secondary Reformer atau
Steam Reforming-Exit (Secondary). Sebagaimana yang dapat dilihat pada potongan gambar 1
ini.

o
Reaction C Steam Ratio Bar CH4 H2O CO CO2 H2 N2 Ar NH3

Steam 971 0,51 29 0,20 0,102 11,50 8,80 57,10 22,10 0,30 -
Reforming-
Exit
(Secondary)

7
High Temp. 432 0,48 30 0,21 0,1008 3,33 15,85 60,02 20,16 0,25 -
(exit)

Low Temp. 242 0,44 30 0,20 0,088 0,40 18,24 61,15 19,77 0,24 -
(exit)

Tabel 4. Komposisi Senyawa WGSR High Temperatur


Kondisi Reaksi:
T inlet = 971C = 1244 K
T exit = 432C = 705 K
P = 30 bar

Komposisi Percobaan

Basis = 1 L
Konversi:
[H2] = 60,02 ppm data exit primary (setimbang)
g
0.001 1
L
[H2] = 60,02 ppm x 1 ppm x g = 0,03 = 0,03 gmol (1L)
2
gmol

[CO2] = 15,85 ppm data exit primary (setimbang)


g
0.001 1
[CO2] = 15,85 ppm x 1 ppmL x g = 3,6 104 = 3,6 104 gmol (1L)
44
gmol

[CO] = 3,33 ppm data exit primary (setimbang)


g
0.001 1
L
[CO] = 3,33 ppm x 1 ppm x g = 1,189 x 104 = 1,189 x 104 gmol (1L)
28
gmol

[H2O] = 0,21 x [CH4] = 0,1008 ppm data exit primary (setimbang)


g
0.001 1
[H2O] = 0,1008 ppm x 1 ppmL x g = 5,6 x 106 = 5,6 x 106 gmol (1L)
18
gmol

Mol Total
= 2 + 2 + + 2 =
= 0,03 + 3,6 104 + 1,189 104 + 5,6 106 l
= 0,0304845

Fraksi Mol

=

0,03
2 = = 0,984106677
0,0304845
8
3,6 104
2 = = 0,0118092801
0,0304845
1,189 104
= = 0,003900343
0,0304845
5,6 106
2 = = 0,0001837
0,0304845

Komposisi Sebenarnya

Kp=exp {Kp1 + (Kp2/T) + (P/T).(Kp3+Kp4/T)}

Temperature Pressure Kp2 Kp3 Kp4


Reaction Kp Kp1
(o C) (bar) (K) (K bar-1) (K2 bar-1)
WGSR-
High (pH2.pCO2)/(pH2O.pCO) ~ 440 0-50 -4.2939 4546 - -
Temp.

Tabel 5. Komposisi Senyawa WGSR High Temperatur Sebenarnya

Dari perhitungan persamaan Kp, diperoleh nilai Kp:

2
= {1 + ( )}

4.546
= {4,2939 + ( )}
705
= 8,622085134

Menggunakan nilai Kp sebesar 8,622085134

Reaksi pada WGSR High Temperature


CO + H2O -----> CO2 + H2

Persamaan CO H2O CO2 H2


Mula-mula a a - -
Reaksi b b b b
Setimbang a-b a-b b b

9
2 2
= = 8,622085134
2

= = =
+++ 2

Persamaan Kp:

(30 )(30 ) (30 2 ) (30 2 )
= =
(30 )(30 )
(30 2 ) (30 2 )
2
( 2) 2
4
= 2 = 2
2 + 2 2 + 2
( 2 )
4

Persamaan 1:
2
= = 8,622085134
2 2 + 2
2 = 8,622085134(2 2 + 2 )

Menggunakan Basis = 1
2 = 8,622085134(1 2 + 2 )
2 = 8,622085134 17,244170268 + 8,622085134 2
7,622085134 2 17,244170268 + 8,622085134 = 0

Dengan menggunakan teknik faktorisasi, diperoleh nilai


= 1,51644 = 0,74596
Namun, nilai b yang memungkinkan adalah = 0,74596
2 = 2(1) = 2
= 0,74596
0,74596
CO = 2 = = 0,37298
2
0,74596
H2O = 2 = = 0,37298
2
10,74596 0,25404
CO2 = = = = 0,12702
2 2 2
10,74596 0,25404
H2 = = = = 0,12702
2 2 2

10
00
00
00
00
WGSR High
Temperature Komposisi seharusnya
CO + H2O CO2 + H2
T (K) 705 705
Steam Ratio
0,48 0,48
(H2O/CH4)
P (bar) 30 30
H2 0,03 gmol (1L) =
0,37298 = 37,298%
fraksi mol 98,41066772%
CO2 3,6 104 gmol (1L) =
0,37298 = 37,298%
fraksi mol 1,180928013%
CO 1,189 x 104 gmol (1L) =
0,12702 = 12,702%
fraksi mol 0,39003428%
H2 O 5,6 x 106 gmol (1L) =
0,12702 = 12,702%
fraksi mol 0,018369991%

4. Berdasarkan persamaan Vant Hoff yang sudah anda pelajari, bisakah anda
menghitung harga H untuk reaksi tersebut (pilih 2 reaksi : eksotermis & endotermis).

Persamaan Vant Hoff


Ketergantungan konstanta kesetimbangan pada tempratur dapat dinyatakan oleh persamaan
Vant Hoff. Pengembangan persamaan ini dimulai dengan penyusulan persamaan
kesetimbangan.

= [( + + ) ( + + )

Setiap entalpi dan entropi spesifik di dalam persamaan ini tergantung pada tempratur saja.
Melakukan diferensiasi terhadap tempratur
Dari definisi so(T) dapat diperoleh dso /dT = cp/T. Selain itu dh/dT = cp. Oleh karena itu
setiap suku yang digunakan pada persamaan di atas terseliminasi dan akan menjadi persamaan
yang lebih sederhana. Setelah mengevaluasi persamaan akan didapat persamaan.

( + + )
=
2

atau ditulis lebih ringkas menjadi



=
2

yang merupakan persamaan Vant Hoff. Persamaan Vant Hoff menunjukan nilai entalpi reaksi
pada tempratur. Ia menunjukan bahwa ketika H bernilai negatif maka reaksi tersebut dikatakan
eksotermik dan K akan berkurang dengan tempratur. Sedangkan ketika nilai H bernilai positif
reaksi tersebut dikatakan endotermik dan K akan meningkat dengan tempratur. Entalpi reaksi
seringkali bernilai hampir konstan di dalam interval tempratur yang lebar maka diperoleh.
2 1 1
= ( )
1 2 1

yang akan digunakan dalam perhitungan nilai H dalam soal.

Perhitungan

Reaksi 1.

Menghitung nilai H reaksi endotermis dari prosess primary steam reforming. Menggunakan
data pada soal no.1 dan mengambil interval tempratur pada awal dan akhir interval reaksi.

2 1 1
= ( )
1 2 1

T Kp1 Kp2 Kp

894 30.345 -27278 0.8459412194

1083 30.345 -27278 173.7396145

12
11
00
00
00
00
173.7396145 1 1
= ( )
0.8459412194 0.082 1083 894

173.7396145

= 0.8459412194
0.082 1 1
(1083 894)

= 223.6

H yang didapat dari reaksi endotermis primary steam reforming adalah 223.6 kJ/mol

Reaksi 2.

Menghitung nilai H reaksi exotermis dari prosess reaksi WGSR High Temp. Menggunakan
data pada tabel dan mengambil interval tempratur pada awal dan akhir interval reaksi.

2 1 1
= ( )
1 2 1

T Kp1 Kp2 Kp

644 -4.2939 4546 15.88073

724 -4.2939 4546 7.279816

7.279816 1 1
= ( )
15.88073 0.082 724 644

7.279816
ln( )
= 15.88073
0.082 1 1
(724 644)

= 372.772

H yang didapat dari reaksi exotermis WGSR High Temp adalah sebesar . kJ/mol

13
14
00
00
00
00
5. Karena reaksi berlangsung pada fasa gas, uraikan bagaimana pengaruh suhu terhadap
berlangsungnya reaksi fasa gas. Tunjukkan persamaan matematika yang memadai

Pergeseran Kesetimbangan

Suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan kesetimbangannya,


sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut akan berubah sedemikian rupa agar
segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi.

Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika


reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi
tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk
mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan
yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier.

Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain:

A. Pengaruh Perubahan Konsentrasi


B. Pengaruh Perubahan Tekanan
C. Pengaruh Perubahan Suhu

Contoh pada reaksi steam reforming:

CH4 + H2O CO + 3H2 H = 206 kJ

Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait langsung dengan
jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksothermis adalah reaksi bersifat spontan,
tidak memerlukan energi melainkan justru menghasilkan energi(H reaksi negatif), sedangkan
Reaksi endothermis adalah reaksi yang membutuhkan energi/ kalor untuk bisa bereaksi(H
positif). Sistem kesetimbangan yang bersifat eksothermis ke arah kanan dan endothermis ke arah
kiri.

Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang
bersifatendothermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kanan
yaitu reaksiyang bersifat eksothermis. Menaikan suhu, sama artinya kita meningkatkan kalor
atau menambah energi ke dalam sistem, kondisi ini memaksa kalor yang diterima sistem akan
dipergunakan, oleh sebab itu reaksi semakin bergerak menuju arah reaksi endoterm. Begitu juga
sebaliknya.

Pengaruh perubahan temperatur terhadap kesetimbangan

Menurut Vant Hoff:


1. Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
2. Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).

(reaksi ke kanan eksoterm)

Reaksi ke kanan eksoterm berarti reaksi ke kiri endoterm.

Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kiri (ke arah endoterm atau yang membutuhkan kalor).

Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kanan (ke arah eksoterm).

Pengaruh suhu terhadap kesetimbangan dapat dilihat dari persamaan Vant Hoff dari turunan
persamaan kesetimbangan yang menyatakan hubungan temperatur terhadap kesetimbangan.

DG/RT = lnK

dlnK /dT =- (1/R)(d(DG /T)/dT)

Menggunakan persamaan Gibbs-Helmhotz

d(DG /T)/dT = [d(DG /T)/d(1/T)][d(1/T)/dT]

d(DG /T)/dT = [d(DG /T)/d(1/T)][1/T2]

maka, DG = DH - TDS or DG/T = DH/T - DS

d(DG /T)/dT = [d(DH /T -DS)/d(1/T)][1/T2] = DH /T2

Didapatkan, d(lnK) /dT = DH /RT2 Persamaan Vant Hoff

d(1/T)/dT = -1/T2 , dT = -T2 d(1/T)

d(lnK) /d(1/T) = -DH /R

15
00
00
00
00
d(lnK) /d(1/T) = -DH /R

Plot garis persamaan dari K vs. 1/T dengan garis lurus bersama slope = -DH /R

Dari persamaan di atas dapat di simpulkan bahwa

Jika reaksi tersebut exotermis DH <0 dengan slope ln(K) vs. 1/T positif (>0)
Ketika T meningkat nilai K semakin kecil
Kenaikan temperatur terhadap reaktan (le Chatelier)
Jika reaksi tersebut endothermis DH >0 dengan slope ln(K) vs. 1/T is negatif (>0)
Ketika T meningkat nilai K semakin besar
Kenaikan temperatur terhadap produk (le Chatelier)

Pengaruh perubahan temperatur terhadap laju reaksi

Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan
suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan
lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian
lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan
reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k)
terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi Arrhenius:

dimana:
k : tetapan laju reaksi A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)

Hubungan antara konstanta laju pada dua suhu adalah:

16
00
00
00
00
6. Berdasarkan pendapat anda, seharusnya bagaimanakah konversi yang setinggi-tingginya
bisa dicapai oleh berbgai reaksi tersebut

Reaksi steam reforming CH4 dalam gas alam merupakan cara yang paling ekonomis pada
saat ini untuk memproduksi hidrogen secara komersial. Hasil reaksi steam reforming CH4 adalah
syngas atau gas sintesis yang kandungannya berupa CO dan H2. Selain untuk mensintesa
amoniak, gas sintesis merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan oleh berbagai industri
(methanol, asam asetat, glikol, dan sebagainya).

Industri amonia merupakan salah satu industry yang cukup banyak didirikan dan
dibutuhkan terutama dalam negara agraris seperti Indonesia. Dalam pabrik amoniak, unit yang
digunakan untuk sintesis H2 adalah unit primary and secondary reformer. Pada unit ini H2
terbentuk dari reaksi steam reforming CH4 (dari gas alam) yang menghasilkan produk berupa gas
CO dan H2 yang biasa disebut dengan synthesis gas.

Hal-hal yang menjadi faktor penentu dalam efektivitas sintesa tersebut adalah rasio H2O
terhadap CH4, tekanan operasi, serta temperature umpan. Rasio H2O : CH4 yang biasanya
digunakan adalah 2 : 6. Konversi untuk menghasilkan H2 yang relatif tinggi dapat dicapai dengan
meningkatkan rasio H2O : CH4 pada temperatur tinggi. Namun penggunaan rasio yang tinggi
akan meningkatkan kebutuhan H2O yang akan meningkatkan biaya karena peningkatan rasio
sedikit saja akan berdampak sangat besar bagi biaya dalam skala industri. Pemilihan rasio ini
berdasarkan pertimbangan untuk mencegah terjadinya pembentukan karbon pada permukaan
katalis yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja katalis. Menurut hukum termodinamika
untuk reaksi steam reforming, semakin tinggi temperatur dan semakin rendah tekanan akan
mengakibatkan peningkatan konversi CH4. Pada nyatanya, penggunaan tekanan tinggi tetap
dilakukan dengan pertimbangan bahwa gas alam tersedia pada tekanan tinggi. Selain itu,
penggunaan tekanan tinggi dapat meningkatkan jumlah umpan gas. Tekanan umpan yang
biasanya digunakan adalah 5-30 atm. Temperatur umpan yang digunakan sangat bervariasi,
diantaranya adalah 454650C. Sedangkan temperatur reaksi yang digunakan adalah 727927oC.

Pada proses steam reforming, umpan hidrokarbon dapat berupa gas alam ataupun nafta
akan diubah menjadi gas sintesis (H2 dan CO) melalui reaksi dengan steam dengan bantuan
katalis dalam primary reformer furnace. Proses ini biasanya dioperasikan pada temperatur sekitar
800-870oC dan pada tekanan 2,17-2,86 MPa (300-400 psig), dengan menggunakan
17
00
00
00
00
bantuan katalis nikel. Temperatur di atas 1000oC dan tekanan di atas 3,79 MPa (550 psia)
digunakan pada unit autothermal reformer (secondary reformer), dimana hidrogen yang
dihasilkan kemudian digunakan untuk produksi amonia atau metanol.

Pada proses steam reforming dengan gas alam, jika gas alam direpresentasikan dengan
CH4, maka reaksi utama reformasi gas alam dengan steam dapat dituliskan seperti dalam
persamaanpersamaan berikut :

CH4 + H2O CO + 3H2 ; HR = + 205 kJ/mol

Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa reaksi yang terjadi bersifat sangat endoterm
sehingga proses steam reforming ini membutuhkan panas yang besar supaya reaksi dapat
berjalan dengan baik. Reaksi tersebut merupakan reaksi reversible pada temperatur reforming,
sehingga perlu untuk memperhatikan prinsip Le Chatelier agar konversi kesetimbangan dapat
dioptimalkan. Menurut Le Chatelier, temperatur, tekanan serta penambahan atau pengurangan
pereaksi dan produk reaksi akan mempengaruhi kesetimbangan.

Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran


kesetimbangan:

1. Temperatur

- Untuk reaksi endoterm (H positif), produk reaksi bertambah pada keadaan kesetimbangan
jika temperatur dinaikkan.

- Untuk reaksi eksoterm (H negatif), produk reaksi bertambah pada keadaan kesetimbangan
jika temperatur diturunkan.

2. Tekanan

- Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada reaksi dalam larutan atau dalam keadaan padat,
karena cairan dan padatan sukar dimampatkan. Akan tetapi dengan mengubah tekanan dari
campuran gas pada keadaan kesetimbangan, maka sistem tidak lagi berada dalam keadaan
setimbang.

- Jika tekanan dinaikkan dengan memperkecil volume campuran reaksi, reaksi bergeser ke
arah jumlah mol gas paling sedikit.

3. Penambahan atau pengurangan pereaksi dan produk reaksi

- Jika pereaksi ditambahkan atau produk dikurangi yaitu mengubah konsentrasi maka reaksi
bergeser dari kiri ke kanan (produk bertambah) untuk memperoleh kesetimbangan baru.

- Jika pereaksi diambil atau produk ditambahkan yaitu mengubah konsentrasi maka reaksi

18
00
00
00
00
akan bergeser dari kanan ke kiri (pereaksi bertambah) untuk memperoleh kesetimbangan
baru.

Berdasarkan prinsip Le Chatelier di atas jika produk yang diinginkan adalah H2, maka
reaksi harus dilakukan pada suhu tinggi serta pada tekanan rendah. Selain itu, konversi yang
tinggi juga akan dihasilkan dari penggunaan rasio steam : karbon yang tinggi. Agar dapat
berlangsung, reaksi steam reforming memerlukan katalis yang memiliki pusat aktif yang
menggunakan logam nikel.

I.2 Soal dan Pembahasan Tugas II

1) Huang dan Dauerman telah mempelajari asetilasi dari benzil klorida dalam larutan encer
pada temperatur 102 0C. Dengan menggunakan konsentrasi kesetimbangan molal sodium
asetat dan benzil klorida (0,757kmol/m3). Tabel berikut ini menunjukkan data
pengamatan dari fraksi benzil klorida yang tersisa dan waktu.

Waktu, t (ksec) CB/CB0 untuk C6H5CH2Cl


10,80 0,945
24,48 0,912
46,08 0,846
54,72 0,809
69,48 0,779
88,56 0,730
109,44 0,678
126,72 0,638
133,74 0,619
140,76 0,590

Tabel 6. Data pengamatan dari fraksi benzil klorida

Pertanyaan:

Tulislah persamaan laju reaksinya secara lengkap dari hasil perhitungan tersebut. Ulangi soal no.
7 ini dengan mengasumsikan bahwa reaksi berlangsung mengikuti reaksi orde pertama kemudian
bandingkan dengan reaksi orde kedua. Berilah komentar hasil perhitungan anda.

Solusi:
19
00
00
00
00
A. Menggunakan Orde Pertama

Reaksi ini diasumsikan sebagai reaksi orde kedua yang dinyatakan dalam persamaan berikut:

yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

Persamaan reaksi untuk komponen B adalah sebagai berikut:

A B
Amount at t=0 CA0 CB0
Amount at t=t CA CB
Amounts that have reacted (CA0-CA) (CB0-CB)

Karena konsentrasi A dan B dianggap sama, maka:

Mengkonstruksi ulang persamaan dan mengintegrasikan persamaan dengan batas antara t = 0,


XB=0 dan t=t, XB=XB, maka:

20
00
00
00
00
Tabel berikut ini menunjukkan konstanta laju reaksi yang dihitung dalam berbagai variasi waktu:

Waktu, t (ksec) CB/CB0

10,80 0,945 0,058 0,122 0,0071


24,48 0,912 0,096 0,054 0,0052
46,08 0,846 0,182 0,029 0,0053
54,72 0,809 0,236 0,024 0,0057
69,48 0,779 0,284 0,019 0,0054
88,56 0,730 0,370 0,015 0,0056
109,44 0,678 0,475 0,012 0,0057
126,72 0,638 0,567 0,010 0,0057
133,74 0,619 0,616 0,010 0,0062
140,76 0,590 0,695 0,005 0,0034

Tabel 7. Konstanta Laju Reaksi terhadap variasi waktu

Dengan merata-ratakan konstanta laju, kita memperoleh k= 0,0055 m3/(mol.sec).

B. Menggunakan Orde Pertama

Persamaan reaksi untuk orde pertama adalah :


= 1

Dengan mengintegrasikannya dengan batas t = 0 dan t = t maka diperoleh :
=
/ = 1
0 =0

ln c ln c0 = -k1t

ln = -k1t
21
00
00
00
00
Waktu, t (ksec) C/C0 Ln c/c0

.
10,80 0,945 -0,056 0,005
24,48 0,912 -0,092 0,003
46,08 0,846 -0,167 0,003
54,72 0,809 -0,211 0,003
69,48 0,779 -0,249 0,003
88,56 0,730 -0,314 0,004
109,44 0,678 -0,388 0,003
126,72 0,638 -0,449 0,003
133,74 0,619 -0,479 0,003
140,76 0,590 -0,527 0,003

Nilai konstanta laju kemudian dirata-rata sehingga diperoleh nilai k = 0,0033 m2/mol.sec.
Sehingga jika dibandingkan nilainya dengan asumsi orde kedua, dapat disimpulkan bahwa
perhitungan orde pertama menghasilkan nilai k yang lebih kecil.

2) Untuk sintesis ammonia, N2 + 3H2 2NH3, terhadap katalis besi,

(1)

(2)

(3)

(4)

Pertanyaan:

Tentukan laju untuk mekanisme berikut dan uraikan apa yang dimaksud dengan penentu laju
reaksi? Pada prinsipnya, step reaksi yang manakah sebagai penentu berlangsungnya reaksi secara
keseluruhan

Jawab:

Laju untuk mekanisme di atas didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

1. Permukaan intermediate paling berlimpah adalah NS

(5)
22
00
00
00
00
2. Langkah 1,3, dan 4 adalah setimbang dan langkah 2 merupakan penentu laju.

3. Kondisi pada saat reaksi N2 + 3H2 2NH3 berlangsung sedemikian rupa sehingga laju
arah baliknya dapat diabaikan.

= konsentrasi total dari berbagai tempat, didefinisikan sebagai

= konsentrasi dari tempat yang kosong

= konsentrasi hydrogen yang diadsorbsi

= konsentrasi permukaan intermediate paling berlimpah

= konsentrasi ammonia yang teradsorbsi

= tekanan parsial dari nitrogen

= tekanan parsial dari ammonia

= laju reaksi dari nitrogen, mol nitrogen yang berkurang per satuan waktu per satuan
massa dari katalis

Karena langkah 2 merupakan langkah penentu laju, persamaan lajunya menjadi:

(6)

Laju berkurangnya H2 bersih adalah

(7)

Pada basis pseudo-steady state, laju pengurangan bersih adalah nol, sehingga

(8)

Dan

23
00
00
00
00
(9)

(10)

(11)

Dari persamaan (10), konsentrasi dari permukaan intermediate paling berlimpah adalah

(12)

Konsentrasi dari ammonia yang teradsorbsi dari persamaan (11) adalah

(13)

Konsentrasi dari hydrogen yang teradsorbsi dari persamaan (9)

(14)

Dengan mensubstitusi persamaan (13) dan (14) ke dalam persamaan (12) menghasilkan

(15)

(16)

Dimana .

Dengan mensubstitusi persamaan (16) ke dalam persamaan (5), menghasilkan

(17)

Atau

(18)
24
00
00
00
00
Dengan mensubstitusi persamaan (18) ke dalam laju persamaan (6), menghasilkan

(19)

Tahap penentu laju reaksi (rate determining step) yaitu tahap yang paling lambat dari
urutan reaksi elementer yang mengarah pada pembentukan produk. Hal ini dikarenakan tahap ini
merupakan penghalang untuk laju reaksi secara keseluruhan. Secara umum, tahap penentu laju
adalah tahap dengan konstanta laju terkecil.

Menurut asumsi yang terdapat pada soal diatas, yang berperan sebagai penentu laju reaksi
secara keseluruhan yaitu pada reaksi nomor 2. Pada reaksi nomor 2 reaksi yang berlangsung
tidak dalam keadaan steady state sehingga reaksi yang berlangsung lambat. Sedangkan pada
reaksi nomor 1,3 dan 4 berada dalam keadaan yang steady state (setimbang) yang dapat dilihat
dari anak panah yang terdapat pada reaksi diatas yaitu reversible (bolak balik).

25
00
00
00
00
BAB II

KESIMPULAN

Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati
selama bertambahnya waktu reaksi.
Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan
produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem.
Konsep konstanta kesetimbangan sangat penting dalam ilmu kimia. Konsep ini
digunakan sebagai kunci untuk menyelesaikan berbagai permasalahan stoikiometri yang
melibatkan sistem kesetimbangan.
Untuk menyatakannya ada langkah berbeda beda.
Laju reaksi adalah laju berkurangnya reaktan dan bertambahnya produk selama
berlangsungnya reaksi. Laju reaksi bergantung pada komposisi dan temperature
campuran reaksi.
Penentu laju reaksi yaitu tahap reaksi yang paling lambat karena tahap ini merupakan
penghalang untuk laju reaksi secara keseluruhan
Faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya adalah konsentrasi, suhu,
volume dan tekanan.

26
00
00
00
00
DAFTAR PUSTAKA

Winarto, Dwi. (2014) Orde Reaksi [Online], Available:


http://www.ilmukimia.org/2013/02/orde-reaksi.html. [17 Desember 2016].

Dogra, S. (1990). Physical Chemistry Through Problems. England: Wiley Eastern


Limited

Atkins, P.W. (1989). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Levine, Ira N., (1978), Physical Chemistry, McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo

Logan, S.R. (1998). Physical Chemistry for The Biomedical Sciences. UK: British library
Cataloguing-in-publicating

B. Lando, Jerome. H. Maron, Samuel. (1965). Fundamental of Physical Chemistry. USA:


Macmillan Publishing Co, Inc.

Atkins, Peter. De Paula, Julio. (2006). Physical Chemistry Eight Edition. New York:
W.H. Freeman Company

Irma I. Kartohadiprodjo (1999) Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Apriyananda, Onny. (2015) Energi Panas, [Online], Available: article


teknologi.com/energi-panas/ [18 Desember 2016].

27
00
00
00
00

Вам также может понравиться