Вы находитесь на странице: 1из 16

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INQUIRY)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak guru yang menghabiskan waktunya berjam-jam ceramah di depan siswa tapi
tidak memberi efek pengetahuan apa-apa pada siswa. Pengetahuan yang disampaikan guru
hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Akhirnya banyak siswa yang memiliki nilai
kurang. Siswa yang seperti ini langsung mendapat label sebagai siswa yang kurang belajar,
kurang memperhatikan guru. Guru yang mampu mengajar dengan baik tentu akan
menghasilkan kualitas siswa yang baik pula. Pendidikan tak sekedar menyampaikan materi
pelajaran, namun juga memberikan nilai-nilai moral.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian di depan
kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk menyampaikan pelajaran
kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu
mengenal berbagai jenis model pembelajaran sehingga dapat memilih model manakah yang
paling tepat untuk suatu bidang pengajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan harus berorientasi pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi,
karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut
akan berlangsung. Dalam makalah ini akan membahas mengenai salah satu model
pembelajaran yang berorientasi pada siswa yaitu model pembelajaran Inquiry bebas (free
inquiry).

2.1 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian model pembelajaran Inquiry bebas (free Inquiry) ?
2. Bagaimana ciri-ciri model pembelajaran Inquiry bebas (free Inquiry)
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Inquiry bebas (free
Inquiry) ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Inquiry bebas (free
Inquiry)?
5. Karakteristik materi fisika yang cocok diajarkan dengan Model pembelajaran Inquiry
bebas (free Inquiry) seperti apa?

1
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran Inquiry (inkuiri), merupakan salah satu model pembelajaran
terkenal. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam
mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Model
pembelajaran inquiry (inkuiri) bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif.
Model ini merupakan pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif para siswa untuk
mentyelidiki dan mencari melalui proses berfikir aktif. Siswa mempunyai keleluasaan dan
kebebasan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuannya tanpa harus terbebani. Aktivitas
siswa diarahkan untuk menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan oleh guru. Guru
hanya bereran sebagai fasilitator yang mengantarkan pada masalah melalui pertanyaan.[2]
Pembelajaran Inkuiri pada prinsipnya tak hanya mengajarkan siswa untuk memahami dan
mendalami materi, tapi juga melatih kemampuan berfikir siswa dengan baik. Siswa yang
mempunyai kemampuan untuk menguasai materi pembelajaran belum tentu bisa
mengembangkan proses berfikir secara benar, tapi siswa yang sudah mempunyai kemampuan
berfikir benar akan dengan mudah memahami materi pelajaran.
Pembelajaran ini mempunyai asumsi bahwa manusia pada dasarnya mempunyai
kodrat ingin tahu tentang alam dan lingkungannya. Sejak dilahirkan, manusia sudah
mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mulai dari mengenal sesuatu melalui indera
pengecapan, pendengaran, penglihatan, serta indra-indra lainnya. Semakin dewasa semakin
besar pula rasa ingin tahu manusia.
Pembelajaran inkuiri ini banyak dipengaruhi oleh teori belajar kognitif dan
konstruktivistik. Dalam teori kognitif disebutkan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal serta menumpuk ilmu pengetahuan, tapi belajar adalah proses memperoleh
pengetahuan melalui keterampilan berfikir. Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan
oleh Piaget menegaskan bahwa pengetahuan akan mempunyai makna jika dicari dan
diselidiki secara mandiri oleh siswa.
Seorang calon guru seharusnya dipersiapkan melalui keterlibatannya di dalam
laboratorium secara substantif dan signifikan meliputi pengalaman belajar inkuiri secara aktif
seperti merumuskan pertanyaan penelitian, mengembangkan prosedur,
mengimplementasikannya, mengumpulkan dan memproses data kemudian melaporkan dan
mempertahankan hasilnya (National Science Teachers Association, 1998). Selain itu jika
calon guru dibekali cara belajar dengan keterampilan proses sains maka sama halnya dengan

2
dibekali keterampilan belajar sepanjang hayat (Carin, 1997). NSTA (1998) menyatakan
bahwa guru yang belajar sains secara didaktik dan abstrak tidak dapat diharapkan mengajar
siswanya secara konstruktif dan konkrit. Guru-guru yang tidak pernah melakukan penelitian
atau penyelidikan tidak akan menyukai model investigasi dalam pembelajaran terhadap
siswanya. Menurut NSTA (1998) jika perkuliahan lebih menekankan metoda mengajar yang
abstrak ditambah dengan kegiatan laboratorium yang bersifat demonstratif dan verifikatif
maka siswa hanya akan belajar sains pada permukaan saja. Apabila keadaan tersebut
dipertahankan terus maka calon guru tersebut akan mendapatkan pembekalan yang kurang
bermanfaat untuk tugasnya di lapangan nanti.
2.2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inquiry
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi model pembelajaran Inquiry
(inkuiri), yaitu :
1). Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) menekankan kepada aktifitas peserta didik secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima materi pembelajaran dari keterangan verbal seorang guru, melainkan juga berperan
aktif untuk menemukan sendiri makna dan substansi dari materi pembelajaran itu sendiri.
2). Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Artinya dalam model pembelajaran Inquiry (inkuiri) menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
peserta didik.
3). Tujuan dari penggunaan model pembelajaran Inkuiri adalah mengembangkan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental.
2.3.Komponen-komponen Pembelajaran Inquiry
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam,
tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran
dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu:
1).Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa
ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Untuk memudahkan proses
ini, guru menanayakan kepada siswa mengenai hipotesis yang memungkinkan. Dari semua
gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberi.

3
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan
inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau
masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini sesuai
dengan Taxonomy Bloom siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti
evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya
di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
2). Student Engangement.
Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran
guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan
pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut
terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
3). Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan
mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban
dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin
saja semua jawaban benar.
4). Performance Evaluation.
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang
dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan.
Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain.
5).Variety of Resources.
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website,
televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
2.4. Macam-macam Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Ketiga jenis model pembelajaran Inquiry (inkuiri) tersebut adalah:
1).Inquiry Terbimbing (guided inquiry approach)
Model pembelajaran inkuiri yang dalam praktiknya guru menyediakan bimbingan dan
petunjuk bagi siswa. Guru membuat rumusan masalah, lalu menyerahkan kepada siswa. Guru
tidak langsung melepas segala kegiatan yang dilakukan siswa. Model ini biasanya digunakan
pada siswa yang belum pernah melakukan model inkuiri. Guru dituntut kreatif dan dinamis

4
ketika melakukan model pembelajaran ini. Ketika pembelajaran vakum, guru harus berperan
sebagai penggerak untuk menghidupkan suasana dengan pertanyaan.
2). Inquiry yang Dimodifikasi ( modified free inquiry approach)
Inkuiri yang dimodifikasi adalah model pembelajaran dimana guru hanya memberikan
permasalahan pada siswa dan siswa diminta untuk memecahkannya melalui pengamatan,
eksplorasi, atau melalui prosedur penelitian. Guru berperan sebagai pendorong, narasumber,
dan bertugas memberi bantuan apabila siswa membutuhkan.
3). Inquiry Bebas (free inquiry approach).
Model ini memberikan kemandirian penuh terhadap siswa. Siswa merumuskan masalah,
memecahkan masalah, dan mencari data secara mandiri. Kemampuan siswa untuk berpikir,
ketekunan, dan ketelitian siswa benar-benar dipertaruhkan dalam model ini. Karena dalam
model pembelajaran Inquiry (inkuiri) bebas, menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan.
2.5. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inquiry
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkag sebagai berikut :
1). Orientasi
Langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran dengan model
ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya
dalam memecahkan masalah.
2). Merumuskan masalah
Merupakan langkah yang melibatkan siswa pada persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berfikir memecahkan
teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Melalui proses ini siswa akan memperoleh pengalaman
yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berfikir.
3). Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Pada
prinsipnya, setiap siswa mempunyai potensi untuk melakukan hipotesis. Agar siswa
terdorong untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya guru bias melontarkan pertanyaan
yang mampu merangsang siswa agar mencari dan menemukan jawaban sementara, dan siswa
juga bias mencari alternative jawaban lain yang ditopang dengan cara berfikir yang rasional,

5
sistematis, serta didukung data dan informasi yang kuat. Siswa dilatih menggunakan
pikirannya untuk menganalisis suatu masalah hingga menemukan jawabannya.
4).Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berfikirnya. Ketekunan siswa mengumpulkan data itu juga bias dipengaruhi oleh
pertanyaan guru. Pertanyaan guru yang baik dapat merangsang siswa untuk mencari
jawabannya dengan baik.
5).Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis
yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di
samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6). Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dala proses
pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Oleh
karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan
pada siswa data mana yang relevan.
2.6.Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry
Metode pembelajaran inkuiri mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
1).Kelebihan dari Metode Pembelajaran Inkuiri
a) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
seimbang, sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna.
b) Dapat memberikan ruang pada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
c) Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

6
d) Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.
2) Kelemahan dari Metode Pembelajaran Inkuiri
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.
b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
peserta didik dalam belajar.
c) Memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik
menguasai materi pelajaran, maka model ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
2.7. INQUIRY BEBAS (FREE INQUIRY )
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan
siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Pada model ini peserta didik harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam
problem yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada kedua
juenis inkuiri sebelumnya. Pada model inkuiri ini guru memberikan masalah saja, sedangkan
prosedur dan pemecahan masalah tergantung kepada peserta didik. Jadi, pembelajaran aktif
akan terbentuk dalam model ini. Namun, model pembelajaran akti akan terbentuk dalam yang
berada dibawah standqar tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak
diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan
solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,

7
b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki,
ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum,
c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda,
sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang
diperoleh siswa,
d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang
diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
Pembelajaran model inkuiri bebas memiliki karakteristik bahwa Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama
proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama
sekali. Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri, ( Darma,2014;1 )
Gulo (dalam Trianto, 2010:166) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secaramaksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan
pembelajran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,
keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan
mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri. Siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan berpikir kritis seperti mencari
informasi, menganalisis argumen dan data, membangundan mensintesis ide-ide baru,
memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data.
Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentatif yang
menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti yang biasa
dilakukan oleh para ahli. Siswa dalam model free inquiry ini diberikan kebebasan dalam
menyelesaikan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data, serta membuat
kesimpulan. Kebebasan dalam menentukan masalah memancing siswa untuk melakukan
kegiatan berpikir untuk dapat menemukan masalah yang akan diujicobakan sehingga
menimbulkan suatu ide yang bermacam macam.Siswa juga akan menuangkan keberagaman
ide yang unik saat melakukan analisis data dan membahas permasalahan yang dibuat.

8
Harapan dengan digunakannya model free inquiry ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam multirepresentasi fisika yang juga akan meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.
Seorang guru melakukan inkuiri secara penuh mulai dari observasi, pencarian
literatur,merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan, mendesain percobaan,
menyusun atau menggunakan alat bahan, merekam data, menyusun dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, menyajikan dan mempertahankan hasilnya. Model pembelajaran inkuiri
bebas sesuai dengan tuntutan KTSP dan sesuai dengan padandangan konstruktivistik. Model
pembelajaran inkuri bebas cocok diterapkan pada siswa tingkat SMA kelas X karena
umumnya pada tingkat tersebut siswa-siswa ada yang belum terbiasa belajar melalui
melakukan praktikum, namun ada juga yang terbiasa melakukan praktikum mandiri. Pada
jenjang pendidikan tersebut, anak-anak mulai berpikir seperti orang dewasa. Mereka mulai
menyampaikan pola pikirnya melalui symbol, pertimbangan ide-ide yang berlawanan dengan
realitas dan menyusun teori abstrak. Pada tahapan ini siswa sudah memiliki
keterampilanketerampilan proses IPA. Melalui model pembelajaran inkuiri bebas siswa
secara aktif akan terlibat dalam kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data
untuk menarik suatu kesimpulan.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan
pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. Bayer (dalam Wijana, 2009)
mengemukakan bahwa inkuiri terdiri atas tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap dan nilai,
serta proses. Pengetahuan, adalah apa yang diketahui baik secara individu maupun kelompok.
Pengetahuan ini tidak lengkap dan final, karena akan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan informasi yang diperoleh sehingga disebut bersifat tentatif. Belajar dengan inkuiri
adalah memahami pengetahuan itu sendiri dan memahami implikasi untuk menemukan
kebenaran terhadap sesuatu. Sikap dan nilai sebagai komponen inkuiri, adalah sikap ilmiah
yang dimiliki bila seseorang sukses dalam melakukan inkuiri. Sikap ilmiah yang dimaksud
diantaranya skeptis, curiocity, respek dalam menggunakan rasionalisasi, respek terhadap data
atau fakta untuk menunjukkan kebenaran, mau menunda pendapat, obyektif, toleran terhadap
perubahan. Proses, sebagai komponen ketiga dari inkuiri adalah bagaimana proses inkuiri itu
dilaksanakan. Proses inkuiri terjadi muncul dari sikap, nilai, dan pengetahuan. Gulo (dalam
Trianto, 2007) menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual saja tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
keterampilan inkuiri merupakan suatu proses aplikasi langkah-langkah metode ilmiah. Model
pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada

9
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui model ini lebih bermakna. Memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, sesuai dengan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Model
pembelajaran inkuiri ini juga dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampauan di
atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Berikut pemakalah mengambil langkah-langkah atau halhal yang harus dipersiapkan
oleh seorang guru ketika hendak melakukan kegiatan model pembelajaran inqury bebas dari
salah satu jurnal yang telah melakukan model pembelajaran tersebut. Di dalam jurnal tersebut
peneliti melakukan inquiry dengan kegiatan praktikum. Jadi ketika hendak menerapkan
model ini di dalam ruangan kelas maka guru harus :
a. Menentukan permasalahan yang hendak diinquiry siswa di dalam kelas
b. Membuat rancangan percobaannya
c. Mendapatkan literatur yang tepat
d. Menyusun dasar teori
e. Pengolahan data

Ketika melakukan presentasi di hadapan teman-temannya, mereka mendapat masukan


untuk perbaikan mulai dari judul, asumsi, hipotesis, perlakuan, dan metoda percobaan. Dalam
halini guru memberikan pengarahan tentang kemungkinan bisa tidaknya percobaan
dilakukan, atau memberi saran dengan memperhatikan keterbatasan alat/specimen yang ada,
murah, mudah, tapi sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Bantuan guru dalam fase ini
sangat penting karena sesuai dengan pendapat Donham dalam Alberta (2004) bahwa yang
diharapkan dari guru dalam fase ini, selain mengarahkan percobaan yang ingin mereka teliti
juga memberi motivasi dan kepercayaan diri.
Model ini memberikan kemandirian penuh terhadap siswa. Siswa merumuskan
masalah, memecahkan masalah, dan mencari data secara mandiri. Kemampuan siswa untuk
berpikir, ketekunan, dan ketelitian siswa benar-benar dipertaruhkan dalam model ini. Karena

10
dalam model pembelajaran Inquiry (inkuiri) bebas, menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan.

2.8. Karakteristik materi fisika yang cocok diajarkan dengan Model pembelajaran
Inquiry bebas (free Inquiry)

Pembelajaran Fisika dengan strategi inkuiri ini akan diterapkan di kelas X dengan
mengambil contoh satu kompetensi dasar, yaitu menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu
zat. Adapun skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri pada kompetensi
dasar tersebut dengan mengacu kepada tahapan seperti telah diuraikan di atas adalah sebagai
berikut :

A. Materi Kalor

1. Siswa diberi suatu permasalahan mengenai kalor, permasalahan tersebut disampaikan


dalam bentuk pertanyaan. Apakah sama besarnya kalor yang terdapat pada 100 ml air
bersuhu 70 0C (wadah A) dan 40 ml air bersushu 70 0C (wadah B)?

2. Siswa diminta diminta menjawab pertanyaan tersebut, mungkin ada sebagian yang
akan menjawab sama dan sebagian yang lain menjawab tidak sama.Mereka juga diminta
memberi alasan jawaban masing-masing. Pada tahap ini terjadi perdebatan diantara siswa.
Guru hanya memfasilitasi perdebatan tersebut dan belum perlu untuk memberikan jawaban
yang benar terhadap pertanyaan di atas. Perdebatan juga diarahkan untuk menemukan cara
untuk membuktikan kebenaran jawaban masing-masing. Siswa akan mengusulkan berbagai
cara untuk membuktikan kebenaran jawaban mereka. Cara-cara tersebut haruslah dapat
dilakukan di laboraturium sekolah. Guru mendaftar cara-cara yang diusulkan oleh siswa,
kemudian secara bersama mendiskusikan kemungkinan pelaksanaannya. Mungkin akan
didapati lebih dari satu cara yang dapat dicoba untuk membuktikan jawaban yang benar.
Tetapi apabila dari usulan-usulan tersebut masih belum ada cara yang dianggap tepat dan
dapat dilakukan maka guru memberikan petunjuk tambahan yang digunakan untuk
mengarahkan jawaban siswa terhadap cara yang dapat dilakukan.

3. Siswa diminta untuk melakukan kegiatan atau percobaan untuk membuktikan


jawaban mereka secara berkelompok. Kemudian setiap kelompok mempersiapkan presentasi
tentang jawaban awal dari permasalahan yang ada (hipotesis), prosedur percobaan untuk
membuktikan jawaban tersebut dan menyampaikan hasil percobaan.

11
4. Dengan data yang mereka peroleh selama percobaan, mereka diminta untuk membuat
kesimpulan. Hasil percobaan dapat sesuai atau tidak sesuai dengan jawaban awal mereka,
atau bahkan tidak dapat digunakan untuk menentukan kebenaran jawaban awal mereka.
Mereka juga diminta untuk menilai apa yang sudah mereka lakukan untuk membuktikan
jawaban awal, apakah cara pembuktiannya sudah tepat, adakah kelemahan, kelebihan atau
perlukah mengontrol faktor lain selama percobaan tersebut.

5. Kelompok lain mendengarkan presentasi mereka dan memberikan tanggapan terhadap


hasil yang mereka peroleh. Tanggapan dari kelompok lain dicatat dan diberi komentar oleh
kelompok yang sedang mempresentasikan hasil percobaannya. Guru menginventaris hasil,
kelebihan dan kelemahan masing-masing cara.

Apabila guru menilai tidak ada satu kelompok yang dapat memberikan cara
membuktikan jawaban awal terhadap pertanyaan di atas, maka guru dapat mengusulkan suatu
cara yang dapat dicoba secara bersama dan masing-masing kelompok memberikan catatan
yang berbeda terhadap hasil yang diperoleh. Salah satu cara yang dapat diusulkan oleh guru
adalah sebagai berikut dengan mencampur air dalam wadah A dengan 50 ml air 500C dalam
wadah C, dan mencampur air dalam wadah B dengan 50 ml air 500C dalam wadah D.
Selanjutnya dalam interval waktu yang sama, siswa ,mencatat temperatur campuran tersebut.
Apabila temperatur campuran tersebut cenderung sama maka berarti kalor yang terkandung
dalam wadah A dan B adalah sama, tetapi apabila temperatur campuran tersebut berbeda,
maka dapat disimpulkan kalor yang terdapat pada wadah A berbeda dengan wadah B. Siswa
juga dapat mengetahui kalor lebih banyak terdapat pada wadah yang mana.Dari kegiatan ini
siswa dapat menarik hubungan antara besar kalor dan massa atau volume suatu zat.

Kegiatan pembelajaran di atas dapat berlangsung dalam waktu dua jam pelajaran atau
90 menit. Untuk menurunkan hubungan kalor dengan temperatur dapat menggunakan cara
seperti di atas, tetapi dengan pemahaman dan pengalaman yang sudah diperoleh melalui
kegiatan ini, maka tidak perlu dilakukan percobaan secara khusus untuk membuktikan hal
tersebut, cukup melakukan diskusi dengan siswa mengenai pengaruh temperatur terhadap
besar kalor yang dimiliki oleh suatu zat dan pengaruh jenis zat terhadap besar kalor yang
dimilikinya. Pengaruh temperatur terhadap besar kalor yang dimiliki suatu zat dapat diselidiki
dengan menuangkan sejumlah air dengan temperatur berbeda ke dalam wadah yang berisi air
dengan temperatur tertentu, lalu melihat temperatur campuran. Sedangkan untuk menyelidiki
pengaruh jenis zat terhadap besar kalor yang dimilikinya dapat dilakukan dengan

12
memasukkan benda yang berukuran dan bersuhu sama tetapi terbuat dari bahan berbeda ke
dalam wadah yang berisi air dengan suhu tertentu, lalu mengamati temperatur campuran
tersebut.

B. Materi Elastisitas

1. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil, masing-masing terdiri atas 4 orang

2. Peserta didik dalam kelompok diminta untuk menarik dua karet berbeda jenis,
kemudian membandingkan kekuatannya, mana yang lebih kuat
3. Peserta didik mencermati demonstrasi percobaan. Perwakilan kelompok mencatat
hasil bacaan panjang pegas/karet awal, pertambahan panjang, dan skala pegas.
4. Peserta didik menyimpulkan hubungan antara perubahan panjang dengan besar gaya
(skala pegas). Kegiatan dilakukan untuk pegas lain yang berbeda
5. Masing-masing kelompok berdiskusi menghitung konstanta pegas untuk kedua
pegas/karet, kemudian menyimpulkan kaitan antara kuat lemahnya karet/pegas
dengan besar kecilnya konstanta pegas
6. Kelompok diminta untuk mencoba menarik satu karet, kemudian menarik tiga karet
yang disusun seri,dan tiga karet yang disusun paralel.
7. Setiap kelompok diberikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan elastisitas dan
susunan pegas
8. Kelompok mendiskusikan pemecahan masalah modulus elastisitas dan susunan pegas
seri/parallel
9. Guru menilai sikap peserta didik dalam kerja kelompok dan kemampuan menerapkan
konsep dan prinsip dalam pemecahan masalah dan keterampilan mencoba instruksi
kerja.
10. Dengan fasilitasi guru, peserta didik merumuskan konstanta pegas seri dan parallel

Masih banyak materi fisika yang dapat diajarkan dengan penerapan model
pembelajaran inquiry bebas, seperti hukum arhimedes, hukum bernouli, hukum
newton, tekanan, dan masih banyak lagi. Yang pasti untuk kita ketahui bahwa model
yang hendak kita terapkan harus cocok dengan materi yang hendak kita ajarkan.
Materi yang berdasarkan masalah dan kita menggunakan inquiry untuk
menyelesaikannya.

13
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan pada
proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan.
2. Ciri-ciri model pembelajaran inkuiri adalah siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai materi, tetapi juga bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
3. Komponen model pembelajaran inkuiri :
a. Question
b. Student Engangement
c. Cooperative Interaction
d. Performance Evaluation
e. Variety of Resources
4. Macam-macam model pembelajaran inkuiri :
a. Model inkuiri terbimbing
b. Model inkuiri yang dimodifikasi
c. Model inkuiri bebas
5. Langkah-langkah pelaksanaan mdel pembelajaran inkuiri :
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Menguji hipotesis
f. Merumuskan kesimpulan
6. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri :
a. Kelebihan
Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Siswa dapat belajar sesuai gaya belajarnya masing-masing.
Sesuai dengan psikologi belajar modern
Melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
b. Kekurangan
Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

14
Sulit merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
Memerlukan waktu yang panjang.
7. Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini
menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan.
8. Pembelajaran model inkuiri bebas memiliki karakteristik bahwa Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan
menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah
yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau
bahkan tidak diberikan sama sekali. Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi
siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.

Demikian makalah ini kami susun dengan segala keterbatasan. Oleh sebab itu
kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutnya. Terimakasih atas perhatian pembaca. Semoga makalah kami
bermanfaat.

15
V. DAFTAR PUSTAKA
Anggarita Meylinda Putri, dkk, Model Pembelajaran Free Inquiry (Inkuiri Bebas) Dalam
Pembelajaran Multirepresentasi Fisika Di Man 2 Jember,Program Studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember. Diambil pada tanggal 13 Oktober 2016 dari http:// www. edu. co.
id.
Darma, dkk, Studi Komparatif Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Dan Generatif Terhadap
Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Siswa, Program Studi Pendidikan IPA, Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Khanafiyah, Penerapan Pendekatan Modified Free Inquiry Sebagai Upaya Meningkatkan
Kreativitas Mahasiswa Calon Guru Dalam Mengembangkan Jenis Eksperimen Dan
Pemahaman Terhadap Materi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Negeri Semarang
Made, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Penguasaan Materi Dan
Kinerja Ilmiah Siswa Kelas X Sma Negeri 4 Denpasar Program Studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember.
Sri Anggraeni, Kemampuan Melakukan Inkuiri Bebas Dan Dampaknya Terhadap Sikap Ilmiah
Dari Calon Guru Biologi Sri Anggraeni Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia, Diambil pada tanggal 13 Oktober 2016 dari
http:// www. edu. co. id.

16

Вам также может понравиться