Вы находитесь на странице: 1из 7

JAWABAN-JAWABAN DARI SEMUA SOAL

BAB 1
No 1
Komunikasi merupakan hal yang sangat fundamental dalm kehidupan. Peristiwa komunikasi bisa terjadi dimana-
mana.
No 2
- Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Model ini sering
disebut sebagai seni berpidato.
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-keterpercayaan anda), argumen anda (logos-
logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek
persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya.
- Model Lasswell
Model ini berupa ungkapan verbal, yaitu :
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
With What Effect
- Model Shannon dan Weaver
Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model itu melukiskan suatu sumber yang
menyandi atau menyiptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima.
Konsep penting Shannon dan Weaver adalah : Gangguan (noise), Setiap rangsangan tambahan dan tidak
dikendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.
Konsep lain yang ikut andil adalah entropi dan redundasi serta keseimbangan yang diperlukan diantara keduanya
untuk menghasilkan komunikasi yang efisien dan dapat mengatasi gangguan dalam saluran
No 3
Perbedaan Komunikasi Verbal dengan Komunikasi Nonverbal
Ada beberapa perbedaan mendasar antara komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal, yaitu:
1. Komunikasi verbal bersaluran tunggal, nonverbal multisaluran
2. Pesan verbal terpisah-pisah, pesan nonverbal berkesinambungan
3. Komunikasi nonverbal lebih banyak mengandung muatan emosional dibanding komunikasi verbal
(Mulyana:2007)
No 4
contoh komunikasi verbal:
Berbicara dengan seseorang atau kelompok orang
Mendengarkan radio
Membaca buku, majalah dan novel,
Menulis surat lamaran, surat perjanjian jual beli, brosur, dll.
Berpidato dihadapan orang banyak
Contoh komunikasi non verbal yaitu:
a. Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-
elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau
perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima
sentuhan, baik positif ataupun negatif.
b. Gerakan tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap
tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk
untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya
memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau mengendalikan jalannya percakapan; atau
untuk melepaskan ketegangan.
c. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah
nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti mm, e, o, um, saat berbicara juga tergolong unsur
vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.
d. Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan
ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.
e. Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu
dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang
dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
No 5
Salah satu kebaikan komunikasi nonverbal adalah ke sahihannya (reabilitas). Hal ini berkaitan dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesanpesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa
isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata dari pada
menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Komunikasi dengan menggunakan kata-kata akan lebih mudah
dikendalikan daripada dengan menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau ekspresi Wajah. Hal ini
disebab oleh sifat komunikasi nonverbal yang spontan. Ketika seseorang mendengar berita yang menyenangkan,
ekspresi wajab seseorang nampak cerah ceria, seolah-olah tanpa beban. Namun, bila seseorang mendengar
berita yang kurang :nenyenangkan yang menyangkut diri sendiri, keluarga, atau teman karib, maka dengan cepat
ekspresi wajah seseorang akan mudab berubah menjadi murung, lesu, lemah, tak bergairah, seolah-olah hampa
dunia ini.

No 6
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
komunikan memberikan umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa
persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah
dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah
dimengerti oleh komunikan. Sebagai contoh, auditor meminta data anggaran kepada auditan. Auditan mengerti permintaan auditor, tetapi
menolak memberikan data tersebut, maka komunikasi yang terjadi telah efektif. Komunikasi tersebut efektif, meskipun umpan balik tidak
sesuai keinginan auditor, karena pesan telah dimengerti dengan benar dan diberikan umpan balik.

No 7
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi : kredibilitas, atraksi, kekuasaan. Kredibilitas itu adalah
masalah persepsi bergantung pada persepsi pelaku, topik yang dibahas, dan pada situasi. Kredibiltas ini hanya
anggapan komunikan. Atraksi memepegaruhi daya tari fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Atraksi fisik
menyebabkan daya tarik komunikator dan karena menarik ia memiliki daya persuasive.

No 8
Menurut Denis McQuail (1987) Mass Communication Theory
Proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sbb :

-Komunikasi dalam sedikit


kasus
masyarakat luas
-Komunikasi organisasi
-Komunikasi antar kelompok\
organisasi
-Komunikasi dalam kelompok
-Komunikasi antar pribadi
-Komunikasi intra pribadi banyak kasus
1. Komunikasi intra pribadi proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang
2. Komunikasi antar pribadi kegiatan komunikasi secara langsung antar manusia
3. Komunikasi dlm kelompok kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara anggota
suatu kelompok
4. Komunikasi antar kelompok kegiatan komunikasi yang berlangsung antara satu
kelompok dengan kelompok lain
5. Komunikasi organisasi mencakup kegiatan-kegiatan komunikasi dalam suatu
organisasi
6. Komunikasi dgn masyarakat luas komunikasi ditujukan pada masyarakat secara luas bentuk
komunikasi dapat dilakukan lewat media massa dan langsung misal : ceramah
No 9
Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim
pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol
yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan
suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan,
sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi
memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain,
misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta
harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

No 10
Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa persyaratan, atara lain : persepsi,
ketetapan, kredibilitas, pengendalian, dan kecocokan / keserasian. Komunikasi yang efektif dapat mengatasi
berbagai hambatan yang dihadapi dengan memperhatikan tiga hal sebagai berikut:
1. Membuat satu pesan secara lebih berhati-hati
2. Minimalkan gangguan dalam proses komunikasi
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si Pengirim dan si penerima pesan
1.
a. Norma: tatanan nilai yang di sepakati bersama
b. Budaya: suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi
c. Etika: karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan.
d. Moral: nilai nilai dan norma norma yang menjadi pegangan seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

2.
Profesional : Pekerja yang menjalankan profesi.
Profesionalisme: tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional

3.
Magnis Suseno (1975) mengemukakan kebiasaan sebagai dasarnya, tetapi Hobbes dan
Rousseau seperti dikutip oleh Huijbers (1995) mengemukakan kesepakatan masyarakat
sebagai dasar pengakuan perbuatan. Aliran yang digunakan untuk menyatakan
perbuatan moral itu baik atau buruk :
1. Aliran Hedonise (Aristippus pendiri mazhab Cyrene 400 SM, Epicurus 341271 SM)
Perbuatan manusia dikatakan baik apabila menghasilkan kenikmatan atau kebahagiaan
bagi dirinya sendiri atau orang lain (perbuatan itu bermanfaat bagi semua orang).
2. Aliran Utilisme (Jeremy Bentham 1742-1832, John Stuart Mill 1806-1873) Perbuatan itu
baik apabila bermanfaat bagi manusia, buruk apabila menimbulkan mudharat bagi
manusia.
3. Aliran Naturalisme (J.J. Rousseau). Perbuatan manusia dikatakan baik apabila bersifat
alami, tidak merusak alam.
4. Aliran Vitalisme (Albert Schweizer abad 20). Perbuatan baik adalah perbuatan yang
menambah daya hidup, perbuatan buruk adalah perbuatan yang mengurangi bahkan
merusak daya hidup

4.
Pengertian : Pekerjaan yang adalah kegiatan yang menghasilkan uang bagi seseorang.
Profesi adalah suatu lapangan kerja yg memerlukan pendidikan khusus, yang berakhir
dengan suatu gelar dari lembaga pendidikan tinggi, serta mengakui adanya kewajiban
terhadap masyarakat dan memiliki kode etik yang mengikat setiap orang yang
menyandang suatu profesi tertentu. Jelas dari pengertian diatas agar dikatakan sebuah
profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pendidikan khusus yang
menghasilkan uang tapi tidak semua pekerjaan memerlukan pendidikan khusus karena
point yang terpenting adalah menghasilkan uang.

5.
a. Guru
a) Mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk mengajar siswa
b) Memberikan nilai sesuai dengan prestasi siswa.
c) Mengembangkan pengetahuan sesuai dengan kemajuan teknologi agar menjadi guru
yang kompeten.
b. Dokter:
a) mempunyai sikap dan perilaku insani pancasila dan menjunjung tinggi etika
kedokteran indonesia
b) mempunyai kompetensi untuk memberikan pelayanan dan memimpin laboratorium
klinik secara profesional
c) mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan
sumber yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada
d) mampu mengembangkan keterampilan dalam memimpin laboratorium klinik secara
mandiri sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
e) memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam mendidik dan
melaksanakan penelitian maupun apresiasi atas hasil penilitian
c. Programmer :
a) Seorang programer tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal
yang harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh
kliennya atau user;
b) ia dapat menjamin keamanan (security) sistem kerja program aplikasi tersebut dari
pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya (misalnya : hacker, cracker, dll).
d. Akuntan Publik : Timbul dan perkembangannya profesi akuntan publik di suatu negara
adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang
sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai
memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan
hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik
mulai diperlukan dan berkembang.

6.
1. Sebagai sarana kontrol sosial
2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

7.
Profesi :
a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus
b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu)
c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam
Profesional :
a. Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya,
b. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya ,
c. Hidup dari situ,
d. Bangga akan pekerjaannya.

8.
Prinsip-prinsip etika profesi
Tuntutan profesional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk masing-
masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk
suatu profesi. Di sini akan dikemukakan empat prinsip etika profesi yang paling kurang
berlaku untuk semua profesi pada umumnya. Tentu saja prinsip-prinsip ini sangat minimal
sifatnya, karena prinsip-prinsip etika pada umumnya yang paling berlaku bagi semua
orang, juga berlaku bagi kaum profesional sejauh mereka adalah manusia.
1. Pertama, prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi
kaum profesional, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang
bertanggung jawab. Pertama, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya
dan terhadap hasilnya. Maksudnya, orang yang profesional tidak hanya diharapkan
melainkan juga dari dalam dirinya sendiri menuntut dirinya untuk bekerja sebaik mungkin
dengan standar di atas rata-rata, dengan hasil yang maksimum dan dengan moto yang
terbaik. Ia bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sebaik mungkin dan dengan
hasil yang memuaskan dengan kata lain. Ia sendiri dapat mempertanggungjawabkan
tugas pekerjaannya itu berdasarkan tuntutan profesionalitasnya baik terhadap orang lain
yang terkait langsung dengan profesinya maupun yang terhadap dirinya sendiri. Kedua,
ia juga bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap kehidupan dan
kepentingan orang lain khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Pada
tingkat dimana profesinya itu membawa kerugian tertentu secara disengaja atau tidak
disengaja, ia harus bertanggung jawab atas hal tersebut, bentuknya bisa macam-macam.
Mengganti kerugian, pengakuan jujur dan tulus secara moral sebagai telah melakukan
kesalahan: mundur dari jabatannya dan sebagainya.
2. Prinsip kedua adalah prinsip keadilan . Prinsip ini terutama menuntut orang yang
profesional agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan
pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayaninya dalam rangka profesinya
demikian pula. Prinsip ini menuntut agar dalam menjalankan profesinya orang yang
profesional tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapapun termasuk orang yang
mungkin tidak membayar jasa profesionalnya .prinsip siapa yang datang pertama
mendapat pelayanan pertama merupakan perwujudan sangat konkret prinsip keadilan
dalam arti yang seluas-luasnya .jadi, orang yang profesional tidak boleh membeda-
bedakan pelayanannya dan juga kadar dan mutu pelayanannya itu jangan sampai terjadi
bahwa mutu dan itensitas pelayanannya profesional dikurangi kepada orang yang miskin
hanya karena orang miskin itu tidak membayar secara memadai. Hal ini dapat kita lihat
dari beberapa kasus yang sering terjadi di sebuah rumah sakit, yang mana rumah sakit
tersebut seringkali memprioritaskan pelayanan kepada orang yang dianggap mampu
untuk membayar seluruh biaya pengobatan, tetapi mereka melakukan hal sebaliknya
kepada orang miskin yang kurang mampu dalam membayar biaya pengobatan.
Penyimpangan seperti ini sangat tidak sesuai dengan etika profesi, profesional dan
profesionalisme, karena keprofesionalan ditujukan untuk kepentingan orang banyak
(melayani masyarakat) tanpa membedakan status atau tingkat kekayaan orang tersebut.
3. Prinsip ketiga adalah prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut oleh
kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya
dalam menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan kensekuensi dari hakikat
profesi itu sendiri. Karena, hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam bidang
profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan
profesi tersebut. ini terutama ditujukan kepada pihak pemerintah. Yaitu, bahwa
pemerintah harus menghargai otonomi profesi yang bersangkutan dan karena itu tidak
boleh mencampuri urusan pelaksanaan profesi tersebut. Otonomi ini juga penting agar
kaum profesional itu bisa secara bebas mengembangkan profesinya, bisa melakukan
inovasi, dan kreasi tertentu yang kiranya berguna bagi perkembangan profesi itu dan
kepentingan masyarakat luas. Namun begitu tetap saja seorang profesional harus
diberikan rambu-rambu / peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk membatasi /
meminimalisir adanya pelanggaran yang dilakukan terhadap etika profesi, dan tentu saja
peraturan tersebut ditegakkan oleh pemerintah tanpa campur tangan langsung terhadap
profesi yang dikerjakan oleh profesional tersebut.
Hanya saja otonomi ini punya batas-batasnya juga. Pertama, prinsip otonomi dibatasi
oleh tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan
profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat. Jadi, otonomi ini
hanya berlaku sejauh disertai dengan tanggung jawab profesional. Secara khusus,
dibatasi oleh tanggung jawab bahwa orang yang profesional itu, dalam menjalankan
profesinya secara otonom, tidak sampai akan merugikan hak dan kewajiban pihak lain.
Kedua, otonomi juga dibatasi dalam pengertian bahwa kendati pemerintah di tempat
pertama menghargai otonom kaum profesional, pemerintah tetap menjaga, dan pada
waktunya malah ikut campur tangan, agar pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai
merugikan kepentingan umum. Jadi, otonomi itu hanya berlaku sejauh tidak sampai
merugikan kepentingan bersama. Dengan kata lain, kaum profesional memang otonom
dan bebas dalam menjalankan tugas profesinya asalkan tidak merugikan hak dan
kepentingan pihak tetentu, termasuk kepentingan umum. Sebaliknya, kalau hak dan
kepentingan pihak tertentu dilanggar, maka otonomi profesi tidak lagi berlaku dan karena
itu pemerintah wajib ikut campur tangan dengan menindak pihak yang merugikan pihak
lain tadi. Jadi campur tangan pemerintah disini hanya sebatas pembuatan dan penegakan
etika profesi saja agar tidak merugikan kepentingan umum dan tanpa mencampuri
profesi itu sendiri. Adapun kesimpangsiuran dalam hal campur tangan pemerintah ini
adalah dapat dimisalkan adanya oknum salah seorang pegawai departemen agama pada
profesi penghulu, yang misalnya saja untuk menikahkan sepasang pengantin dia
meminta bayaran jauh lebih besar daripada peraturan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah.
4. Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat dan ciri-ciri profesi di atas terlihat jelas
bahwa orang yang profesional adalah juga orang yang punya integritas pribadi atau
moral yang tinggi. Karena, ia mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran
profesinya, nama baiknya dan juga kepentingan orang lain dan masyarakat. Dengan
demikian, sebenarnya prinsip ini merupakan tuntutan kaum profesional atas dirinya
sendiri bahwa dalam menjalankan tugas profesinya ia tidak akan sampai merusak nama
baiknya serta citra dan martabat profesinya. Maka, ia sendiri akan menuntut dirinya
sendiri untuk bertanggung jawab atas profesinya serta tidak melecehkan nilai yang
dijunjung tinggi dan diperjuangkan profesinya. Karena itu, pertama, ia tidak akan mudah
kalah dan menyerah pada godaan atau bujukan apa pun untuk lari atau melakukan
tindakan yang melanggar niali uang dijunjung tinggi profesinya. Seorang hakim yang
punya integritas moral yang tinggi menuntut dirinya untuk tidak mudah kalah dan
menyerah atas bujukan apa pun untuk memutuskan perkara yang bertentangan dengan
prinsip keadilan sebagai nilai tertinggi yang diperjuangkan profesinya. Ia tidak akan
mudah menyerah terhadap bujukan uang, bahkan terhadap ancaman teror, fitnah,
kekuasaan dan semacamnya demi mempertahankan dan menegakkan keadilan. Kendati,
ia malah sebaliknya malu kalau bertindak tidak sesuai dengan niali-nilai moral,
khususnya nilai yang melekat pada dan diperjuangkan profesinya. Sikap malu ini
terutama diperlihatkan dengan mundur dari jabatan atau profesinya. Bahkan, ia rela mati
hanya demi memepertahankan kebenaran nilai yang dijunjungnya itu. Dengan kata lain,
prinsip integritas moral menunjukan bahwa orang tersebut punya pendirian yang teguh,
khususnya dalam memperjuangjan nilai yang dianut profesinya. Biasanya hal ini
(keteguhan pendirian) tidak bisa didapat secara langsung oleh pelaku profesi
(profesional), misalnya saja seorang yang baru lulus dari fakultas kedokteran tidak akan
langsung dapat menjalankan seluruh profesi kedokterannya tersebut, melainkan dengan
pengalaman (jam terbang) dokter tersebut dalam melayani masyarakat.

9.
Kebutuhan Individu
Misal : cara berpakaiaan yang tidak sopan,melanggar lalu lintas demi kebutuhan yang
mendesak.
Tidak Ada Pedoman
Misal : seseorang individu tidak mengetahui aturan yang berlaku di sekitarnya.
Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
Misal : Kebiasaan buruk sering dibawa-bawa kedalam kehidupan sehari-hari
Lingkungan Yang Tidak Etis
Misal: lingkungan yang tercemar.
Perilaku Dari Komunitas
Misal: mengikuti gaya bertato dan tindik di telinga bagi laki-laki

10.

Вам также может понравиться