Вы находитесь на странице: 1из 11

ASIMETRI INFORMASI DAN INDIKASI PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN

Nafi Inayati Zahro *)


Universitas Muria Kudus

Abstract
An existence of asymmetry information considered to be cause of earnings management.
Imbalance domination of information will trigger appearance a condition as called as
asymmetry information. Asymetry between management ( agent) with owner ( principal) can
give opportunity to manager to do earnings management in order to misleading to the owner
( stockholder) concerning about company economy performance.
Earnings management represent important and controversy area in financial
accounting. Some claimants having a notion that earnings management represent
inacceptable behavior, having the reason of that profit management mean a reduction in
financial statement information reliability. Earnings management represent deviation of
behavior of manager which because of existence interest conflict between stockholder and
manager. In this case, manager will try to influence earnings that reported to maximize
manager interest.
Keyword: Information asymmetry, earnings management, relationship agency,
discretioner acrual, financial statement

Abstraksi
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang
disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik
(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi
keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku
yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu
pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Manajemen laba merupakan
penyimpangan perilaku manajer yang disebabkan oleh adanya konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham. Dalam hal ini manajer akan berusaha mempengaruhi tingkat
laba yang dilaporkan untuk memaksimalkan kepentingannya.

Kata kunci: Asimetri informasi, manajemen laba, hubungan keagenan, akrual


diskresioner, laporan keuangan

*) Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

1
I. PENDAHULUAN memaksimisasi nilai saham perusahaan.
Laporan keuangan merupakan Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
sarana pengkomunikasian informasi melalui pengungkapan (disclosure)
keuangan kepada pihak-pihak di luar informasi akuntansi. Berbagai konflik
korporasi. Dalam penyusunan laporan kepentingan dalam perusahaan banyak
keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih disebabkan karena masalah keagenan
rasional dan adil dalam mencerminkan (Rahmawati, Suparno, dan Qomariyah,
kondisi keuangan perusahaan secara riil, 2006). Hubungan keagenan merupakan
namun disisi lain penggunaan dasar akrual suatu kontrak di mana satu atau lebih
dapat memberikan keleluasaan kepada orang (principal) pemerintah orang lain
pihak manajemen dalam memilih metode (agent) untuk melakukan suatu jasa atas
akuntansi selama tidak menyimpang dari nama prinsipal serta memberikan
aturan Standar Akuntansi Keuangan yang wewenang kepada agen untuk membuat
berlaku. Pilihan metode akuntansi yang keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
secara sengaja dipilih oleh manajemen Dividen dapat digunakan sebagai
untuk tujuan tertentu dikenal dengan mekanisme untuk mengurangi mekanisme
sebutan manajemen laba atau earnings biaya keagenan bagi kepemilikan luar
management. (external equity). Menurut (Easterbrook
1982) dalam (Kusuma, 2006), biaya agen
Teori keagenan (agency theory) dapat terjadi dari pemonitoran manajer dan
telah mengimplikasikan adanya asimetri aversi risiko manajerial (managerial risk
informasi antara manajer sebagai agen dan aversion). Permasalahan yang
pemilik (dalam hal ini adalah pemegang berhubungan dengan pemonitoran dan
saham) sebagai prinsipal. Asimetri risiko aversi akan berkurang jika para
informasi muncul ketika manajer lebih manajer sering berkomunikasi dengan
mengetahui informasi internal dan prospek pihak external capital market untuk
perusahaan di masa yang akan datang mendapatkan sumber pendanaan.
dibandingkan pemegang saham dan Logikanya, manajer yang sering diawasi
stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan pihak pasar modal kemungkinan besar
peningkatan nilai perusahaan, ketika akan bertindak mengikuti kepentingan
terdapat asimetri informasi, manajer dapat semua pihak (claimants) untuk
memberikan sinyal mengenai kondisi memperleh harga terbaik ketika
perusahaan kepada investor guna mengeluarkan surat berharga. Komunikasi
2
dengan pihak pasar modal kemungkinan menghindari risiko yang ada. Debt-covenant
bisa terjadi bila perusahaan membayar hypothesis menyatakan bahwa jika semua
dividen yang lebih tinggi dan menghadapi hal lain tetap sama, semakin dekat
kebutuhan dana ntuk investasi. Peranan perusahaan dengan pelanggaran perjanjian

pemonitoran dividen dan melihat utang yang berbasis akuntansi, lebih

pembayaran dividen sebagai alat pengikat mungkin manajer perusahaan untuk memilih

yang digunakan untuk mengurangi biaya prosedur akuntansi yang memindahkan laba
yang dilaporkan dari perioda masa datang ke
agen.
perioda saat ini. Alasannya bahwa laba
bersih yang dilaporkan naik akan
II. PEMBAHASAN
mengurangi probabilitas kegagalan teknis
2.1. Teori Keagenan
(Scott, 2000). Jadi sangat dimungkinkan
Teori keagenan memandang
manajer perusahaan mempengaruhi angka-
perusahaan sebagai nexus of contracts yaitu
angka akuntansi pada laporan keuangan,
organisasi yang terikat kontrak dengan
khususnya angka laba bottom line.
beberapa pihak seperti kontrak dengan
Dalam teori keagenan, agen biasanya
pemegang saham, supplier, karyawan
dianggap sebagai pihak yang ingin
(termasuk manajer) dan pihak-pihak lain
memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap
yang terkait (Scott, 2000). Perusahaan juga
selalu berusaha memenuhi kontrak. Dalam
memiliki ikatan kontrak dengan kreditur jika
perusahaan tersebut melibatkan utang hal kontrak utang, perusahaan merupakan

sebagai salah satu pendanaannya. Sebagian agen dan kreditur sebagai prinsipal.

besar perusahaan menggunakan utang Dengan begitu, perusahaan sebagai agen


sebagai sumber pendanaan karena dapat berkeinginan memaksimumkan dirinya
meningkatkan kinerja manajer akibat tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi
kekhawatiran kehilangan pekerjaan dan jika kontrak. Dalam pelaksanaannya, terdapat
kinerjanya meningkat, pemegang saham dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu
bersedia membayar harga saham perusahaan perjanjian utang dipenuhi sesuai dengan
lebih mahal (Jensen dan Meckling 1976). yang diperjanjikan atau perjanjian utang
Teori keagenan mengatakan bahwa dilanggar.
agen biasanya bersikap oportunis dan tidak Angka-angka akuntansi dapat
menyukai risiko (risk averse). Karena itu, dipengaruhi dengan melakukan manajemen
perusahaan khususnya manajer perusahaan laba. Manajemen laba diyakini muncul
yang mendekati atau telah melanggar sebagai konsekuensi langsung dari upaya-
perjanjian utang akan berusaha untuk upaya manajer atau pembuat laporan
mementingkan kepentingannya sendiri dan

3
keuangan untuk melakukan manajemen laba merupakan salah satu faktor yang
informasi akuntansi, khususnya laba dapat mengurangi kredibilitas laporan
(earnings), demi kepentingan pribadi keuangan, manajemen laba menambah
dan/atau perusahaan (Gumanti, 2003). bias dalam laporan keuangan dan dapat
Beberapa peneliti menggunakan akrual mengganggu pemakai laporan keuangan
diskresioner untuk mendeteksi manajemen yang mempercayai angka laba hasil
laba (Healy 1985 dalam Xiong 2006; Jones rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
1991; DeFond dan Jiambalvo 1994; Jaggi
rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000).
dan Lee 2001; Rosner 2003).
Manajemen laba dilakukan oleh
Agent memiliki informasi yang
manajer pada faktor-faktor fundamental
lebih banyak (full information) dibanding perusahaan, yaitu dengan intervensi pada
dengan principal di sisi lain, sehingga penyusunan laporan keuangan berdasarkan
menimbulkan adanya asimetry akuntansi akrual. Padahal kinerja
information. Informasi yang lebih banyak fundamental perusahaan tersebut digunakan
dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk oleh pemodal untuk menilai prospek
melakukan tindakan-tindakan sesuai perusahaan, yang tercermin pada kinerja
dengan keinginan dan kepentingan untuk saham. Manajemen laba yang dilakukan
memaksimumkan utilitynya. Sedangkan manajer pada laporan keuangan tersebut
bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan mempengaruhi kinerja keuangan
akan sulit untuk mengontrol secara efektif perusahaan, yang selanjutnya akan
tindakan yang dilakukan oleh manajemen mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004).

karena hanya memiliki sedikit informasi Dari sudut pandang teori akuntansi,

yang ada. Oleh karena itu, terkadang manajemen laba sangat ditentukan oleh

kebijakan-kebijakan tertentu yang motivasi manajer perusahaan. Motivasi

dilakukan oleh manajemen perusahaan yang berbeda akan menghasilkan besaran

tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal manajemen laba yang berbeda, seperti

atau investor. (Scott, 2000) antara manajer yang juga sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak
2.2. Tinjauan Mengenai Manajemen sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut
Laba akan mempengaruhi manajemen laba,
Manajemen laba adalah campur sebab kepemilikan seorang manajer akan
tangan dalam proses pelaporan keuangan ikut menentukan kebijakan dan
eksternal dengan tujuan untuk pengambilan keputusan terhadap metode
menguntungkan diri sendiri. Manajemen akuntansi yang diterapkan pada

4
perusahaan yang mereka kelola. Secara Watts dan Zimmerman (1986)
umum dapat dikatakan bahwa persentase menyatakan bahwa adanya insentif untuk
tertentu kepemilikan saham oleh pihak melakukan manajemen laba yang timbul
manajemen cenderung mempengaruhi karena perjanjian utang, disebut dengan

tindakan manajemen laba (Gideon, 2005). hipotesis perjanjian utang (debt covenant

Sampai saat ini manajemen laba hypothesis). Kreditur perusahaan

belum didifinisikan secara akurat dan menentukan batasan pada pembayaran


dividen, pembelian kembali saham, dan
berlaku secara umum. Walupun demikian
pengeluaran utang tambahan untuk
Dechow dan Skinner (2000) menyebutkan
meyakinkan pembayaran kembali pokok dan
dua definisi yang sudah dapat diterima
bunga mereka. Pembatasan ini seringkali
secara luas, yaitu: menurut Schiper (1989)
diekspresikan dalam bentuk angka akuntansi
manajemen laba adalah suatu intervensi
dan rasio-rasio, seperti working capital
yang disengaja dilakukan dengan maksud
levels, interest coverage, dan net worth.
tertentu terhadap proses pelaporan
Dalam positif accounting theory terdapat
keuangan eksternal untuk memperoleh
tiga hipotesis yang melatarbelakangi
beberapa keuntungan pribadi. Menurut
terjadinya manajemen laba (Watt dan
Healy dan Wahlen (1999), manajemen
Zimmerman, 1986), yaitu:
laba terjadi ketika para manajer
1. Bonus Plan Hypothesis
menggunakan judgment dalam pelaporan
Manajemen akan memilih metode
keuangan dan penyusunan transaksi untuk
akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya
merubah laporan keuangan yang
yaitu bonus yang tinggi. Manajer
menyesatkan terhadap pemegang saham
perusahaan yang memberikan bonus besar
atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau
berdasarkan earnings lebih banyak
untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan
menggunakan metode akuntansi yang
kontrak yang tergantung pada angka-angka
meningkatkan laba yang dilaporkan.
akuntansi yang dilaporkan. Kedua
2. Debt Covenant Hypothesis
pendapat tersebut secara implisit dapat
Manajer perusahaan yang melakukan
diartikan bahwa manajemen laba erat
pelanggaran perjanjian kredit cenderung
kaitanya dengan motivasi-motivasi yang
memilih metode akuntansi yang memiliki
mendasari manajer melakukan manajemen
dampak meningkatkan laba (Sweeney,
laba, sasaran-sasaran yang ingin dicapai
1994). Hal ini untuk menjaga reputasi
manajer, dan penggunaan
mereka dalam pandangan pihak eksternal.
judgmentjudgment dalam pelaporan
3. Political Cost Hypothesis
keuangan.
5
Semakin besar perusahaan, semakin besar laba yang dapat dilakukan manajer ada dua
pula kemungkinan perusahaan tersebut yaitu meningkatkan laba dan menurunkan
memilih metode akuntansi yang laba yang dilaporkan.
menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi 2.3. Teknik Manajemen Laba
pemerintah akan segera mengambil Teknik dan pola manajemen laba
tindakan, misalnya : mengenakan menurut (Setiawati dan Naim, 2000)
peraturan antitrust, menaikkan pajak dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
pendapatan perusahaan, dan lain-lain. (1) Memanfaatkan peluang untuk membuat
Studi DeFond dan Jiambalvo estimasi akuntansi.
(1994); Sweeney (1994); Peltier-Rivest Cara manajemen mempengaruhi
(1999); Jaggi dan Lee (2001); dan Rosner laba melalui judgment (perkiraan) terhadap
(2003) memberikan bukti empiris mengenai estimasi akuntansi antara lain estimasi
pola manajemen laba dalam bentuk tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun
meningkatkan laba yang dilaporkan. waktu depresiasi aktiva tetap atau
Sedangkan beberapa studi lain menyatakan amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi
bahwa manajer sedikit mungkin melakukan biaya garansi, dan lain-lain.
manajemen laba yang meningkatkan laba, (2) Mengubah metode akuntansi.
malahan manajer lebih mungkin melakukan Perubahan metode akunatansi yang
manajemen laba yang menurunkan laba
digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
untuk menyoroti kesulitan keuangan
contoh : merubah metode depresiasi aktiva
perusahan yaitu DeAngelo et al. (1994); dan
tetap, dari metode depresiasi angka tahun
Saleh dan Ahmed (2005). Di Indonesia
ke metode depresiasi garis lurus.
terdapat juga beberapa penelitian yang
(3) Menggeser periode biaya atau
memberikan bukti empiris mengenai pola
pendapatan.
manajemen laba yang dilakukan manajer
Contoh rekayasa periode biaya atau
perusahaan pada beberapa kondisi tertentu.
pendapatan antara lain :
Djakman (2003); Syam (2004); dan
mempercepat/menunda pengeluaran untuk
Kusumawati dan Sasongko (2005)
menemukan bahwa pola manajemen laba penelitian dan pengembangan sampai pada

yang meningkatkan laba yang dilaporkan. periode akuntansi berikutnya,

Sedangkan yang melakukan manajemen laba mempercepat/menunda pengeluaran


yang menurunkan laba yang dilaporkan promosi sampai periode berikutnya,
adalah Djakman (2003) dan Kusumawati mempercepat/menunda pengiriman produk
dan Sasongko (2005). Jadi, pola manajemen ke pelanggan, mengatur saat penjualan

6
aktiva tetap yang sudah tak dipakai. 2.5. Tinjauan Mengenai Asimetri
Informasi
2.4. Pola Manajemen Laba Asimetri informasi merupakan
Pola manajemen laba menurut Scott suatu keadaan dimana manajer memiliki
(2000) dapat dilakukan dengan cara: akses informasi atas prospek perusahaan
1) Taking a Bath yang tidak dimiliki oleh pihak luar
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi perusahaan. Adanya asimetri informasi
termasuk pengangkatan CEO baru dengan memungkinkan manajemen untuk
melaporkan kerugian dalam jumlah besar. melakukan manajemen laba. Keberadaan
Tindakan ini diharapkan dapat asimetri informasi dianggap sebagai
meningkatkan laba di masa datang. penyebab manajemen laba. perusahaan
2) Income Minimization yang melakukan takeover cenderung
Dilakukan pada saat perusahaan memilih metode depresiasi dan metode
mengalami tingkat profitabilitas yang pencatatan persediaan, yang dapat
tinggi sehingga jika laba pada periode meningkatkan laba akuntansi (Cristie &
mendatang diperkirakan turun drastis dapat Zimmerman, 1994).
diatasi dengan mengambil laba periode Asimetri informasi merupakan
sebelumnya. suatu keadaan dimana manajer memiliki
3) Income Maximization akses informasi atas prospek perusahaan
Dilakukan pada saat laba menurun. yang tidak dimiliki oleh pihak luar
Tindakan atas income maximization perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)
bertujuan untuk melaporkan net income menambahkan bahwa jika kedua kelompok
yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-
besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan orang yang berupaya memaksimalkan
yang melakukan pelanggaran perjanjian utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat
hutang. untuk meyakini bahwa agen tidak akan
4) Income Smoothing selalu bertindak yang terbaik untuk
Dilakukan perusahaan dengan cara kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat
meratakan laba yang dilaporkan sehingga membatasinya dengan menetapkan insentif
dapat mengurangi fluktuasi laba yang yang tepat bagi agen dan melakukan
terlalu besar karena pada umumnya monitor yang didesain untuk membatasi
investor lebih menyukai laba yang relatif aktivitas agen yang menyimpang.
stabil. Asimetri antara manajemen (agent)
dengan pemilik (principal) memberikan
7
kesempatan kepada manajer untuk pengendaliaan yang merupakan
bertindak oportunis, yaitu memperoleh karakteristik kebanyakan perusahaan
keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan besar.
keuangan, manajer dapat melakukan Keberadaan asimetri informasi
manajemen laba (earnings management) dianggap sebagai penyebab manajemen
untuk menyesatkan pemilik (pemegang laba. Richardson (1998) dalam Muliati
saham) mengenai kinerja ekonomi (2011) berpendapat bahwa terdapat
perusahaan. hubungan yang sistematis antara asimetri
Ada dua tipe asimetri informasi : adverse informasi dengan tingkat manajemen laba.
selection dan moral hazard. Adanya asimetri informasi akan
Adverse selection mendorong manajer untuk menyajikan
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi yang tidak sebenarnya terutama
informasi dalam mana satu pihak atau jika informasi tersebut berkaitan dengan
lebih yang melangsungkan/akan pengukuran kinerja manajer. Kualitas
melangsungkan suatu transaksi usaha, atau laporan keuangan akan mencerminkan
transaksi usaha potensial memiliki tingkat manajemen laba.
informasi lebih atas pihak-pihak lain. Dalam penyajian informasi
Adverse selection terjadi karena beberapa akuntansi, khususnya penyusunan laporan
orang seperti manajer perusahaan dan para keuangan, agent juga memiliki informasi
pihak dalam (insiders) lainnya lebih yang asimetri sehingga dapat lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek ke fleksibel mempengaruhi pelaporan
depan suatu perusahaan daripada para keuangan untuk memaksimalkan
investor luar. kepentingannya. Tujuan laporan keuangan
Moral Hazard adalah menyediakan informasi yang
Moral hazard adalah jenis asimetri menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
informasi dalam mana satu pihak atau perubahan posisi keuangan suatu
lebih yang melangsungkan atau akan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
melangsungkan suatu transaksi usaha atau besar pemakai laporan keuangan dalam
transaksi usaha potensial dapat mengamati pengambilan keputusan ekonomi (IAI,
tindakan-tindakan mereka dalam 2002). Namun karena adanya kondisi
penyelesaian transaksi-transaksi mereka yang asimetri, maka agent dapat
sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. mempengaruhi angka-angka akuntansi
Moral hazard dapat terjadi karena adanya yang disajikan dalam laporan keuangan
pemisahan pemilikan dengan dengan cara melakukan manajemen laba.
8
Beberapa peneliti telah di masa yang akan datang dibandingkan
menemukan bahwa asimetri informasi pemilik (pemegang saham). Oleh karena
dapat mempengaruhi manajemen laba. itu sebagai pengelola, manajer
Teori keagenan (Agency Theory) berkewajiban memberikan sinyal
mengimplikasikan adanya asimetri mengenai kondisi perusahaan kepada
informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik. Akan tetapi informasi yang
pemilik (dalam hal ini adalah pemegang disampaikan terkadang diterima tidak
saham) sebagai prinsipal. Asimetri sesuai dengan kondisi perusahaan
informasi muncul ketika manajer lebih sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai
mengetahui informasi internal dan prospek informasi yang tidak simetris atau asimetri
perusahaan di masa yang akan datang informasi (information asymmetric).
dibandingkan pemegang saham dan Asimetri antara manajemen (agent) dengan
stakeholder lainnya. Jika dikaitkan dengan pemilik (principal) dapat memberikan
peningkatan nilai perusahaan, ketika kesempatan kepada manajer untuk
terdapat asimetri informasi, manajer dapat melakukan manajemen laba.
memberikan sinyal mengenai kondisi Perilaku manipulasi oleh manajer
perusahaan kepada investor guna yang berawal dari konflik kepentingan
memaksimisasi nilai saham perusahaan. tersebut dapat diminimumkan melalui
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan suatu mekanisme monitoring yang
melalui pengungkapan (disclosure) bertujuan untuk menyelaraskan
informasi akuntansi. (alignment) berbagai kepentingan tersebut.
Pertama, dengan memperbesar
III. PENUTUP kepemilikan saham perusahaan oleh
Manajer sebagai pengelola manajemen sehingga kepentingan pemilik
perusahaan lebih banyak mengetahui atau pemegang saham akan dapat
informasi internal dan prospek perusahaan disejajarkan dengan kepentingan manajer.

9
DAFTAR PUSTAKA

DeAngelo, Harry; Linda DeAngelo; and Douglas J. Skinner. 1994. Accounting Choice in
Troubled Companies. Journal of Accounting and Economics 17. pp.1l3-143.

Dechow, P. M. and D. J. Skinner. 2000. Earnings Management: Reconciling the Views of


Accounting Academics, Practitioners, and Regulators. Accounting Horizons 14 (2): 235-250.

DeFond, Mark L. and James Jiambalvo. 1994. Debt Covenant Violation and Manipulation
of Accruals. Journal of Accounting and Economics 17, pp.145-176.

Dichev, Ilia D., and Douglas J. Skinner. September 2002. Large-Sample Evidence on the
Debt Covenant Hypothesis. Journal of Accounting Research, Vol. 40, No. 4. pp.1091-1123.

Djakman, Chaerul D. 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa
Efek Jakarta. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI di Surabaya,
16-17 Oktober.

Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate


Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Haris Wibisono. (2004). Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar


SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak dipublikasikan.

Healy, P. M. and J. M. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and
Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons 13 (4): 365-383.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. hal. 305-360.
Jones, Jennifer J. Auntumn 1991. "Earnings Management During Import Relief Investigations."
Journal of Accounting Research, Vol. 29, No. 2.

Kusuma, Hendri. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi:
Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 8. No. 1, 1-12.

Kusumawati, Astri Arfani Nur dan Noer Sasongko. 2005. Analisis Perbedaan Pengaturan
Laba (Earnings Management) pada Kondisi Laba dan Rugi pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1. hal.1-20.

Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik
Manajemen Laba Di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis.
Universitas Udayana.

10
Rosner, Rebecca L. Summer 2003. Earnings Manipulation in Failing Firms.
Contemporary Accounting Research, Vol. 20, No. 2., pp.361-408.

Saleh, Norman Mohd and Kamran Ahmed. 2005. Earnings Management of Distressed
Firms During Debt Renegotiation. Accounting and Business Research, Vol. 35, No. I,
pp.69-86.

Setiawati, Lilis dan Ainun Naim. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 15, No. 4, 424-441.
____________________________ . 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and
Earning Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of Business.

Schipper, K. 1989. Commentary on Earnings Management. Accounting Horizons 3: 91-102.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Printice-Hall Canada
Inc.

Sweeney, Amy Patricia. 1994. Debt-Covenant Violations and Managers Accounting


Response. Journal of Accounting and Economics 17, pp.281-308.

Syam, Herry. 2004. "Earnings Management untuk Meningkatkan Kinerja Pada Perusahaan
Yang Mengalami Financial Distress Studi Empiris Pada Perusahaan Public Yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta." Tesis Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Watts, Ross L dan Zimmerman, Jerold L. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

11

Вам также может понравиться