Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Mar 16
Tidak terasa, sudah lama saya tidak menulis di blog. Bahayanya ketika
merekomendasikan teman untuk berkunjung ke blog ini, saya hampir lupa alamatnya.
Waduh, kacau (tepuk dahi).
Beruntung, hari ini datang seorang teman untuk asistensi. Perbincangan mengenai
analisis gempa menggunakan program SAP 2000. Menarik sekali, teman saya ini
memang tergolong pandai dan pede. Bahasanya cukup tinggi, terkadang membuat saya
tersenyum. Tetapi saya menangkap, sepertinya kurang memahami cara SAP 2000 dalam
menganalisis beban gempa. Alhamdulillah, saya mendapat dorongan untuk menulis lagi.
Dalam SAP 2000, analisis bebsn gempa dapat dihitung dengan 3 metode yaitu analisis
statik ekuivalen, Response spektrum dan Time History.
Dalam metode statik ekuivalen, tanah dasar dianggap tidak bergetar dan beban gempa
diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang disebar pada elemen-elemen gedung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan adalah beban nominal, wilayah gempa,
jenis tanah, respon spektrum gempa rencana, wsktu getar alami fundamental, faktor
keutamaan dan faktor reduksi.
Nah, jika anda masih berpikir menghitung gempa dengan SAP 2000 tidak bisadam
membuat kita hanya gigit jari, saya sarankan untuk membeli buku tentang SAP 2000
edisi analisis gempa, kemudian mempelajarinya lebih mendalam.
Semoga bermanfaat.
Sumber :
BAHAN STRUKTUR
Mutu baja :
1. BERAT SENDIRI ( MS )
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang
dipikulnya dan bersifat tetap. Berat sendiri elemen struktural seperti elemen box
girder, pylon, cable, dihitung secara otomatis oleh Program SAP2000. Berat sendiri
yang tidak termasuk elemen struktur adalah berat trotoar yang dihitung sbb. :
Berat sendiri trotoar dianggap sebagai beban terpusat setiap jarak 5 m, sehingga
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural,
dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan.
Jembatandirencanakan mampu memikul beban tambahan sebagai berikut.
Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load), UDL
dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti terlihat pada gambar.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L
yang dibebani dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut :
4. GAYA REM ( TB )
Gaya rem, TTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m
q = 4.71 kPa p = 49 kN
5% x Beban lajur "D" penuh tanpa faktor beban dinamis :
Karena, TTB > 5%*TD maka diambil gaya rem, TTB = 1000 kN
Gaya rem tsb. didistribusikan ke setiap joint pertemuan balok lantai jembatan dengan jumlah
joint, n = 240 maka gaya rem pada setiap joint, TTB = 4.2 kN
Trotoar pada jembatan jalan raya harus direncanakan mampu memikul beban
pejalan kaki sebagai berikut :
Untuk A 10 m2 : q = 5 kPa
6. BEBAN ANGIN ( EW )
TEW = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN
Gaya angin didistribusikan merata pada bidang samping pylon yg lebarnya 2,50 m :
QEW = 0.0006*Cw*(Vw)2 * 2.50 = 2.3 kN/m
Beban angin pada box girder dengan lebar bidang samping 2 m, didistribusikan
pada setiap joint setiap jarak 5 m sehingga :
Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan
akibat angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan
tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan.h = 2.00 m
Untuk beton normal dengan faktor air semen, w = 0.45 dan cement content = 3.5
kN/m3, maka nilai : kb = 0.75
Untuk perhitungan diambil kondisi kering dengan kelembaban udara < 50 %, maka
nilai : kc = 3
kd = koefisien yang tergantung pada derajat pengerasan beton saat dibebani dan
pada suhu rata-rata di sekelilingnya selama pengerasan beton.
t' = t * (T + 10) / 30 = 35 hari, untuk semen normal tipe I maka nilai : k d = 0.938
Keliling penampang balok yang berhubungan dengan udara luar, K = 5.10 m dan
em = 2 * A / K = 0.549 m, maka nilai : ke =0.734
ktn = koefisien yang tergantung pada waktu (t) dimana pengerasan terjadi dan tebal
teoritis (em).
kb = koefisien yang tergantung pada pemakaian air semen (water cement ratio)
Untuk beton dengan faktor air semen, w = 0.45 dan cement content = 3.5 kN/m3
maka nilai : kb = 0.75
kp = koefisien yang tergantung pada luas tulangan baja memanjang non prategang.
Presentase luas tulangan memanjang terhadap luas tampang balok rata-rata :
9. BEBAN GEMPA ( EQ )
dengan, Kh = C * S
TEQ = gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN).
I = faktor kepentingan.
Wt = berat total jembatan yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
= PMS + PMA kN
C = koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah.
Lokasi di wilayah gempa : Zone-3 maka dari kurva spectrum diperoleh, C = 0.10
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa beton bertulang dan
bangunan atas bersatu dengan bangunan bawah dan struktur dapat berperilaku
daktail, maka diambil faktor tipe bangunan, S = 1
Untuk jembatan yang memuat > 2000 kendaraan / hari, jembatan pada jalan raya
utama atau arteri, tetapi terdapat route alternatif, maka diambil faktor kepentingan, I
= 1.0 sehingga, TEQ = Kh * I * Wt TEQy = 0.10 * Wt
Lokasi di wilayah gempa : Zone-3 maka dari kurva spectrum diperoleh, C = 0.10
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa beton bertulang
dan bangunan atas bersatu dengan bangunan bawah dan struktur dapat berperilaku
daktail, maka diambil faktor tipe bangunan, S = 1
Untuk jembatan yang memuat > 2000 kendaraan / hari, jembatan pada jalan raya
utama atau arteri, tetapi terdapat route alternatif, maka diambil faktor kepentingan, I
= 1.0 sehingga, TEQ = Kh * I * Wt TEQx = 0.10 * Wt
Gaya gempa arah memanjang maupun arah melintang jembatan didistribusikan secara
otomatis ke setiap joint oleh Program SAP2000.
Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total
struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri elemen struktur (DEAD), berat
sendiri elemen non-struktur (MS) dan beban mati tambahan (MA). Percepatan
gempa diambil dari data zone 3 Peta Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
Input data kurva spectrum gempa rencana ke dalam SAP2000 seperti Gambar 19.
Gambar 19. Input data kurva spectrum gempa rencana
Nilai spectrum respons tersebut harus dikalikan dengan suatu factor skala (scale
factor) yang besarnya = g x I/Sdengan g = percepatan grafitasi (g = 9,81
m/det2). Scale factor = 9,81 x 1 / 1 = 9,81.
Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok digunakan untuk
analisis struktur yang tidak beraturan terhadap pengaruh gempa rencana. Mengingat
gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi sulit diperkirakan dengan tepat, maka
sebagai input gempa dapat didekati dengan gerakan tanah yang disimulasikan.
Dalam analisis ini digunakan hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data
percepatan gerakan tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa
diambil dari akselerogram gempa El-Centro N-S yang direkam pada tanggal 15 Mei
1940. Input data akselerogram gempa El-Centro ke dalam SAP2000 dilakukan
seperti pada Gambar 21.
Dalam analisis ini redaman struktur yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5%
dari redaman kritisnya. Faktor skala yang digunakan = g x I/S dengan g =
percepatan grafitasi (g = 9,81 m/det2). Scale factor = 9,81 x 1 / 1 = 9,81
Untuk memasukkan beban gempa Time History ke dalam SAP2000 maka harus
didefinisikan terlebih dahulu ke dalamTime History Case seperti terlihat pada
Gambar 21. Mengingat akselerogram tersebut terjadi selama 10 detik, maka dengan
interval waktu 0,1 detik, jumlah output step-nya menjadi = 10/0,1 = 100. Data-data
tersebut diinputkan ke dalam SAP2000 untuk gempa Time History arah X dan Y
seperti Gambar 22.
Gambar 21. Input data akselerogram gempa El-Centro
Kombinasi beban dilakukan sesuai ketentuan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, 1992
seperti table berikut :
Aksi / Beban Faktor KOMBINASI
Beban 1 2 3 4
A. Aksi Tetap
B. Aksi Transien
C. Aksi Lingkungan
Dari tabel loading di atas dapat diketahui bahwa enam jenis pembebanan yang
diterapkan adalah: Dead Load (DL); Live Load (LL); Earthquake X-dir (Ex);
Earthquake Y-dir (Ey); Windload X-dir (Wx). Keenam jenis pembebanan ini yang
nantinya akan digunakan untuk permodelan pondasi Boiler.
Data lain yang diperlukan adalah data investigasi tanah. Melalui penyelidikan
tanah diperoleh data bore-log dan data laboratorium. Data tersebut diolah
menggunakan bantuan software Allpile untuk mendapatkan parameter constanta
spring yang akan digunakan dalam SAP2000.
Tahap Pemodelan
Data- data yang telah diperoleh kemudian di-input ke dalam SAP2000. Tiang
pancang dimodelkan sebagai joint spring, pile cap sebagai shell-thick dan tied
beam sebagai beam. Grid dan dimensi mengacu kepada vendor loading data
yang telah saya sebutkan di atas. Jangan lupa untuk menyesuaikan material
yang dipakai sesuai spesifikasi yang diminta
Yang tidak kalah penting adalah kombinasi pembebanan serta standar yang
dipakai. Dalam model ini saya menggunakan standar ACI 318-2002 Building
Code Requirement for Structural Concrete sekaligus standar SNI 03-2847-2002
Tata Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
Setelah semua terlengkapi maka model dapat di Run oleh SAP2000. Dari analisis
tersebut maka kita mencari output joint spring reaction yang merupakan gaya
yang ditahan oleh tiang pancang. Gaya inilah yang kemudian dikontrol agar bisa
dipastikan gaya yang terjadi lebih kecil dari kapasitas dukung satu pile.
Gambar Joint spring reaction
Selain joint spring reaction, dari hasil SAP2000 juga diperoleh moment yang
terjadi dalam pile cap sehingga dapat digunakan untuk menghitung penulangan,
untuk hal ini saya akan membahas dilain waktu.
Kelemahan Desain
SAP2000 merupakan salah satu program komputer yang terbukti handal untuk
digunakan dalam pemodelan struktur. Akan tetapi bukan berarti program ini
tidak memiliki kelemahan. Sebagai program fined-element yang basis
perhitungannya berdasarkan iterasi matriks, maka terkadang output yang
dihasilkan kurang tepat menggambarkan perilaku struktur yang sebenarnya.
Sebagai contoh, untuk analisis pondasi maka pilecap seharusnya dianggap
sangat kaku sehingga displacement akan terjadi dalam satu arah saja. Yang
terjadi adalah output SAP2000 menunjukkan displacement terjadi acak ke segala
arah.
Dalam hal ini justifikasi engineer yang dibutuhkan, dan ini tentunya menjadi
tanggung jawab masing- masing engineer. Apabila hasil joint spring reaction
yang dihasilkan menunjukkan perilaku yang tidak wajar maka engineer yang
bersangkutan harus menganalisa lebih lanjut. Perbandingan dengan hasil
hitungan software lain sangat disarankan. Mengenai justifikasi teknis ini secara
khusus saya bahas dalam artikel berikut ini. Semoga dapat memberikan sedikit
pencerahan mengenai prinsip kehati- hatian dalam melakukan justifikasi.
Demikian artikel singkat dari saya, sharing ilmu pengetahuan sangat saya
harapkan. Please feel free untuk kontak atau tinggalkan komentar..
Perencanaan Pondasi Tiang Pancang
Posted by Muttaqin on Selasa, 28 Juni 2011
Pondasi suatu bangunan berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke
tanah. Substruktur ini meliputi pondasi dan balok penghubung.
Dalam tulisan ini terlampir contoh perencanaan / perhitungan Pondasi tiang pancang.
Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
1. Daya Dukung berdasarkan Kekuatan bahan
P=(Ap*Tbk)+(As*Tau) ; dimana ; P = daya dukung tiang pancang ijin (kg)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
As = Luas tulangan tiang pancang (cm2)
Tbk = Tegangan ijin beton (kg/cm2)
Tau = Tegangan ijin tulangan (kg/cm2)
2. Daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir (CPT/Cone Penetration Test)
P =(qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5 ;
dimana ; P = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
Ka = Keliling penampang tiang (cm1)
JHL = Jumlah hambatan lekat
SF = Safety factor ; 3 dan 5
3. Daya dukung tiang pancang berdasarkan Data SPT/ Standart Penentration Test
Qu = (40*Nb*Ap)
DARI HASIL KE TIGA PERHITUNGAN DI ATAS NANTI , DAYA DUKUNG IJIN TIANG
PANCANG YANG AKAN DIPERGUNAKAN ADALAH NILAI DAYA DUKUNG TERKECIL.
CONTOH PERHITUNGAN
Beban Normal maksimum N=814.07 ton ; M=90.671Ton
kuat tekan beton rencana fc=35Mpa ; fy=400Mpa
Daya dukung ijin satu tiang pancang berdasarkan data Sondir (CPT/Cone Penetration Test)
P = (qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5
= (250*40*40)/3 + (1200*40*4)/5
= 133,333+38,400
= 171733.33 kg
= 171,7 Ton
Daya dukung satu tiang pancang berdasarkan Sondir/CPT adalah 171.7ton
Daya dukung satu tiang pancang berdasarkan data SPT/Standart Penetration Test
P = (Qu + Qsi)/3
Data SPT
Kedalaman (m) Jenis tanah N
0.0 s/d 2.0 (lempung) 4
2.0 s/d 4.0 (lempung) 10
4.0 s/d 6.0 (lempung) 13
6.0 s/d 8.0 (lempung) 36
8.8 (8D) (lempung) 40 > (8*0.4)=3.2 m ; -> 12m-3.2m = 8.8 m
10 (lempung) 44
10.0 s/d 12.0 (pasir) 50 > kedalaman tiang pancang rencana 12m
13.2 (3D) (pasir) 52 > (3*0.4)= 1.2 ; -> 12m+1.2m = 13.2 m
Qu = (40*Nb*Ap) ; -> Nb = (N1 + N2)/2
Nb1 = (40+50)/2 ; > Nb1= 45
Nb2 = (50+52)/2 ; > Nb2= 51
Nb = (45+51)/2 ; > Nb = 48
Qu = (40*48*Ap) ; > Ap = 0.4*0.4 ; > Ap=0.16
= (40*48*0.16)
= 307.2ton
Daya dukung Gesek/Friction tiang pancang berdasarkan data SPT
Qsi = qs*Asi
pada lapisan tanah hingga kedalam1- 10 m adalah jenis tanah lempung, dan lapisan tanah pada
kedalaman 10-12 m adalah pasir .
qs > untuk pasir 0.2N
qs > untuk lempung 0.5N
kedalaman 0-10 (jenis tanah lempung)
qs1 = 0.5N*Asi ; (ket ; 0.5N adalah karena jenis tanah lempung)
Asi = keliling penampang tiang pancang*tebal
Asi = (0.4*4)*10; > Asi = 16 m2
qs1 = 0.5*48*16 ; > qs1=384ton
kedalaman 12 m > jenis tanah pasir
qs2 = 0.2N*Asi ; (ket 0.2N karena jenis tanah adalah pasir)
Asi = 0.4*4*2
Asi = 3.2 m2
qs2 = 0.2*48*3.2
= 30.72Iton
Qsi = qs1+qs2 ; Qsi = 384+30.72
Qsi = 414.72ton
Daya dukung satu tiang pancang berdasarkan SPT
Pu = (Qu +Qsi)/3 ;
Pu = (307.2+414.72)/3
Pu = 240.64ton
kesimpulan
Nilai terkecil daya dukung satu tiang pancang dari metode CPT dan SPT yang akan
dipergunakan pada perencanaan selanjutnya.
Daya dukung satu tiang pancang
berdasarkan CPT = 171.7ton
berdasarkan SPT = 240.67ton
Maka nilai daya dukung satu tiang pancang yang akan dipergunakan selanjutnya adalah
berdasarkan CPT