Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang dibuang langsung ke lingkungan
merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari terjadinya
dampak akibat limbah B3 diperlukan suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi dan
berkesinambungan. Upaya pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu usaha
dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) baik dari air limbah domestik maupun
dari limbah industri mengandung: zat organik, N dan P, logam berat, toksik, minyak, dan
zat lainnya. Air limbah tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan matinya
habitat sungai, serta mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat yang
menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan hidup sehari harinya. Berarti dengan
tingkat pencemaran yang tinggi, akan dapat menyebabkan masalah bagi ekosistem dan
habitat pada lingkungan menjadi rusak bahkan mengalami kematian pada kehidupan yang
terdapat di lingkungan dan merusak habitatnya.
Air limbah ikut memberikan andil yang relatif cukup besar dalam masalah
pencemaran air karena kandungan B3 serta zat pencemar lain. Oleh karena itu diperlukan
upaya - upaya guna mengurangi besarnya dampak pencemaran lingkungan. Banyak upaya
untuk mereduksi limbah B3 ini seperti solidifikasi dan Pemerintahpun telah pula membuat
undang undang khusus untuk B3 dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun Presiden
Republik Indonesia).
Kendala dalam pengolahan limbah B3 membutuhkan biaya yang tidak murah,
sehingga untuk mengolah limbah B3 tersebut diperlukan biaya ekstra. Dari kendala
tersebut maka diperlukan pemikiran untuk menekan biaya pengolahan tersebut yaitu
dengan memanfaatkan apa yang terdapat dialam ini.
Menurut Departeman Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya, Direktorat Pembenihan, 2010) menyatakan salah satu jenis cacing yang dapat
digunakan adalah cacing sutra (Tubifex sp.) yang mempunyai bentuk tubuhnya menyerupai
benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena mengandung haemoglobin (sel darah

1
merah), memiliki panjang tubuh 1 2 cm dan terdiri dari 30 60 ruas. Berkembang biak
pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2 5
ppm,kandungan ammonia <1 ppm, suhu air berkisar antara 28 30 0C dan pH air antara 6
8.
Hasil dari pengolahan air limbah secara biologis yang berlangsung aerobic dan
anoksik dan berupa endapan serta filtrat, terjadi pada pH dan suhu yang sesuai dengan
media berkembang biaknya cacing sutra tersebut. Selain itu pengolahan air limbah biologis
secara aerobic tersebut juga berlangsung pada konsentrasi oksigen mendekati 2 seperti
konsentrasi oksigen yang dibutuhkan oleh cacing sutra.
Berdasarkan pada uraian diatas maka diperlukan penelitian dalam skala
laboratoium dengan menggunakan Cacing Sutra (Tubifex sp) untuk mereduksi Bahan
Beracun Berbahaya (B3) dalam lumpur endapan hasil pengolahan air limbah beserta
kuantitasnya. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ellisen et al,. (2006)
yang meneliti dan menemukan sebuah konsep reaktor menggunakan cacing akuatik untuk
mereduksi jumlah lumpur. Penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan menggunakan
reaktor cacing, TSS dapat tereduksi sebesar 75%. Disebutkan pula pada Buys et al., (2008)
bahwa cacing akuatik dari kelompok Aeolosomatidae, Tubificidae, dan Naididae juga
memiliki potensi untuk mereduksi lumpur. Pada proses reduksi lumpur, cacing akuatik
memiliki kemampuan dengan menunjukkan bahwa laju reduksi Total Suspended Solid
(TSS) lumpur hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan pengolahan tanpa menggunakan
cacing Elissen et al., (2006).
Pada tahun 2010, Ellisen juga meneliti kemampuan cacing akuatik ini dalam
mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya hingga kadar maksimum yang dapat diterima
(Elissen et al., 2010). Pengolahan lumpur lumpur secara konvensional dapat meningkatkan
biaya pengolahan limbah hingga 60% dari total biaya operasional instalasi pengolahan air
limbah (Wei et al., 2008). Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menurunkan jumlah lumpur yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi biaya pengolahan
lumpur pada instalasi pengolahan air limbah.

1.2. Perumusan dan Pembatasan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan dan pembatasan masalah
yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

2
Untuk menghindari terjadinya dampak akibat limbah B3 diperlukan suatu sistem
pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya pengelolaan limbah B3
tersebut merupakan salah satu usaha dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup.
Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan organisme yang dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah cacing yang mempunyai bentuk tubuh menyerupai benang sutra dan
berwarna merah kecoklatan dapat dimanfaatkan membantu mereduksi jumlah konsentrasi
limbah B3 pada endapan pengolahan air limbah secara aerobic belum dilakukan. Selain itu
cacing Tubifex sp juga mampu mereduksi Total Suspended Solid (TSS) dari lumpur
endapan hasil olahan tersebut.
Dalam mengolah limbah B3 membutuhkan biaya yang tidak murah, sehingga untuk
mengolah limbah B3 tersebut diperlukan biaya ekstra.
.
Dari uraian diatas, ditetapkan batasan masalah yang diperlukan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Penelitian dilakukan dalam skala Laboratorium
2. Sludge atau lumpur endapan diambil dari Hasil pengolahan limbah yang berlangsung
secara aerobic dan anoksik di kota Surabaya
3. Cacing yang digunakan dari jenis cacing sutra ((Tubifex sp.) yang memiliki panjang
tubuh 1 2 cm dan terdiri dari 30 60 ruas.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan penelitian
Dari uraian dalam latar belakang penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut::
- Mengidentifikasi limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) dalam air limbah dari Instalasi
Pengolahan Limbah
- Menganalisis reduksi limbah B3 oleh cacing sutra ( (Tubifex sp)
- Menganalisis pengaruh rasio worm:sludge terhadap reduksi lumpur yang dilakukan
oleh Tubifex sp

3
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang diharapkan dalam dua tahap penelitian yang akan
dilaksanakan ini adalah:
- Memanfaatkan cacing sutra ((Tubifex sp) dalam mereduksi besarnya limbah bahan
beracun dan berbahaya (B3) yang ada pada lumpur endapan dari pengolahan Limbah
- Membantu meminimalkan jumlah/konsentrasi limbah bahan beracun dan berbahaya
(B3) di lingkungan dengan biaya relative rendah.

1.4. Relevansi
Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang,
permasalahan dan, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini, relevansi
penelitian untuk mengurangi konsentrasi limbah B3 di lingkungan
dengan melalui:
1. Upaya meminimalkan jumlah/konsentrasi limbah B3 di air limbah
dibuang langsung ke lingkungan disekitarnya.
2. Pemberian solusi terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh air
limbah B3 terhadap kualitas lingkungan.
3. Upaya peningkatan pengawasan atau monitoring limbah B3 yang
dibuang langsung ke lingkungan dengan kontinyu.

1.5. Target Luaran


Hasil penelitian yang terkait dengan masalah pencemaran yang diakibatkan oleh
limbah B3 direncanakan dipublikasikan dalam seminar internasional atau seminar nasional,
dan jurnal nasional atau internasional.

1.6. Diskripsi Laboratorium yang Terlibat


Diskripsi laboratorium dalam penelitian yaitu: kerjasama antara laboratorium
Manajemen Kualitas Lingkungan dan Laboratorium Air Limbah

1. Laboratorium Manajemen Kualitas Lingkungan (MKL) :

4
Laboratorium Manajemen Kualitas Lingkungan mempunyai kompetensi terhadap:
1. Pelaksanaan penelitian yang meliputi running, pengamatan dan analisis laboratorium
terhadap parameter parameter limbah B3 yang ditetapkan dalam penelitian ini.
2. Menganalisis dan membahas data hasil analisis di laboratorium
3. Menyusun laporan hasil penelitian hasil penelitian

2. Laboratorium Air Limbah :


Membantu indentifikasi karakteristik limbah B3 yang akan digunakan dalam
penelitian.

Вам также может понравиться