Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
Program CLTS (Community Led Total Sanitation) yang telah
diadopsi menjadi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
dilakukan melalui pendekatan kepada seluruh masyarakat melalui
motivasi kolektif. Program ini disusun berdasarkan pembelajaran dari
pengalaman-pengalaman yang lalu dan konsensus dari berbagai
stakeholder lintas sektor. Program ini merupakan pemberdayaan
masyarakat, fokus CLTS tidak pada membangun jamban, tetapi lebih
kepada perubahan perilaku. CLTS tidak memberikan subsidi kepada
masyarakat dan tidak mengajari mengenai tipe-tipe jamban, namun
CLTS mendorong masyarakat untuk mengembangkan inisiatif dan
kreativitasnya untuk menemukan jalan keluar dari kebiasaan BAB di
sembarang tempat. Pada tahun 2008 juga telah dikeluarkan
Kepmenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat untuk mendukung program CLTS.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 sekitar 257 Juta jiwa
(BPS, 2017). Dari jumlah tersebut berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2010) pada penduduk perkotaan sebanyak 110 Juta
jiwa (44,5%) belum memiliki akses terhadap sanitasi dan 55 Juta jiwa
(22,1%) belum memiliki akses terhadap air minum, dan penduduk
pedesaan diperkiraan 153 Juta jiwa (61,5%) yang belum memiliki
akses terhadap sanitasi dan 77 Juta jiwa (31%) yang tidak memiliki
akses terhadap air minum. Pada sektor sanitasi, dipedesaan dilaporkan
38,5% penduduk yang memiliki akses sanitasi dasar, angka ini
diperkirakan lebih rendah karena data ini tidak mencantumkan
kepemilikan sarana dan bagaimana standar teknis dan kesehatannya.
2
masih nomer dua terbawah dibanding dengan wilayah Jakarta Timur
lainnya.
I.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memicu masyarakat sehingga dengan kesadarannya sendiri
mau menghentikan kebiasaan buang air besar di sungai/
ditempat terbuka.
b. Tujuan Khusus
- Memfasilitasi masyarakat sehingga dapat mengenali
permasalahan kesehatan lingkungannya sendiri
- Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa masalah
kesehatan lingkungan, mereka dengan memicu perasaan
jijik, malu, takut sakit, dan lain sebagainya sehingga
muncul kesadaran untuk merubah perilakunya ke arah
perilaku hidup bersih dan sehat dengan meninggalkan
kebiasaan BAB di tempat terbuka.
- Memunculkan kemauan keras masyarakat untuk
membangun jawaban yang sesuai dengan keinginan dan
kemampuan mereka tanpa menunggu bantuan.
3
I.4 Manfaat Kegiatan
- Bagi Puskesmas sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan
kegiatan CLTS selanjutnya.
- Bagi peneliti adalah untuk dapat menambah wawasan dan
pengalaman serta menerapkan ilmu yang telah didapat selama
menjalankan program internsip di wahana Puskesmas kelurahan
Ciracas.
- Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak membuang
air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat. Tujuan dari pilar ini
adalah mencegah dan menurunkan penyakit diare dan penyakit lainnya
yang berbasis lingkungan.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang
mengalir pada 5 waktu kritis. Lima waktu kritis tersebut antara lain
sebelum makan, sesudah makan, setelah BAB atau kontak dengan kotoran,
setelah mengganti popok bayi, dan sebelum memberikan makan bayi.
Tujuan jangka panjang dari pilar kedua adalah untuk berkontribusi
terhadap penurunan kasus diare pada anak balita di Indonesia.
3. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM-
RT)
Suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minum
dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral
lainnya. Tujuan dari pilar ketiga adalah untuk mengurangi kejadian
penyakit yang ditularkan melalui air minum.
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
Proses pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dengan prinsip
3R (Reduce, Reuse, and Recycle).
5. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT)
Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah tangga untuk
menghindari terciptanya genangan yang berpotensi menimbulkan penyakit
berbasis lingkungan.
Kelima pilar tersebut diatas perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya
kondisi sanitasi total. Namun, pada pelaksanaan STBM di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Ciracas, dari kelima pilar masih melaksanakan pilar
pertama. Pelaksanaan kegiatan hanya dilakukan pada pilar pertama atau Stop
BABS dimaksudkan agar fokus pada satu kegiatan dan mendapatkan hasil yang
maksimal. Pada saat masyarakat telah sadar bahwa berperilaku hidup bersih dan
6
sehat sangat perlu dilakukan, maka pelaksanaan keempat pilar selanjutnya akan
lebih mudah dijalankan.
7
Indikator PHBS dalam Rumah Tangga.
8
- Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui
hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.
c. Apa tanda-tanda bahaya persalinan?
- Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas.
- Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.
- Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir.
- Tidak kuat mengejan .
- Mengalami kejang-kejang.
- Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas.
- Air ketuban keruh dan berbau.
- Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar.
- Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
- Keluar darah banyak setelah bayi lahir.
d. Apa peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?
- Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya
dengan memberi tanda seperti menempelkan stiker.
- Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannyadi
bidan/dokter.
- Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan,misalnya melalui penyuluhan kelompok
di posyandu, arisan,pengajian, dan kunjungan rumah.
- Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakkan
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu
dan bayi seperti dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans
desa, calon donordarah, warga dan suami Siap Antar Jaga, dan
sebagainya.
- Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke
bidan/dokter selama masa nifas (40 harisetelah melahirkan) sedikitnya
tiga kali pada minggu pertama,ketiga, dan keenam setelah melahirkan.
- Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
9
- Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) sajasampai bayi
berumur 6 bulan (ASI Eksklusif).
10
- Bayi segera diteteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit
setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan
menghentikan pendarahan.
- Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu
berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak
perlu dibatasi, dan berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian.
- Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi
berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yangsesuai
dengan perkembangan umur bayi.
- Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
d. Bagaimana cara menyusui yang benar
- Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci keduatangannya
dengan menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih.
- Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah direndam
terlebih dahulu dengan air hangat.
- Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan
santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang).
- Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
- Upayakan badan bayi menghadap kepada badan ibu, rapatkan dada
bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
- Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
- Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
- Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri,lalu ke sebelah
kanan sampai bayi merasa kenyang.
- Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan
dengan kapas yang telah direndam air hangat.
- Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang
terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu
dan perlahan-lahan diusap belakangnya sampai bersendawa. Udara
akan keluar dengan sendirinya.
11
e. Apa manfaat memberikan ASI
- Bagi Ibu:
o Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
o Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
o Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
o Menunda kehamilan berikutnya.
o Mengurangi risiko terkena kanker payudara.
o Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap
saatbayi membutuhkan.
- Bagi Bayi:
o Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
o Bayi tidak sering sakit.
- Bagi Keluarga:
o Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian
susuformula dan perlengkapannya.
o Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu
formula,misalnya merebus air dan pencucian peralatan.
f. Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI.
- Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan.sayuran dan
buah-buahan. Makan lebih banyak dari biasanya.
- Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.
- Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1-2 jam dan
menjaga ketenangan pikiran.
- Susui bayi sesering mungkin dari kedua payudara kiri dan kanan
secara bergantian hingga bayi tenang dan puas.
Ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI Eksklusif pada bayi,
dengan cara memberikan ASI sebelum berangkat bekerja. Selama bekerja,
bayi tetap bisa diberi ASI dengan cara memerah ASI sebelum berangkat
kerja dan ditampung di gelas yang bersih dan tertutup untuk diberikan
kepada bayi di rumah. Setelah pulang bekerja, bayi disusui kembali seperti
biasa.
12
g. Bagaimana cara menyimpan ASI di rumah.
- ASI yang disimpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam.
- ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam.
- ASI yang disimpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam.
- ASI yang disimpan di freezer akan tahan selama 2 minggu.
h. Bagaimana cara memberikan ASI yang disimpan.
- Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih.
- Apabila ASI diletakkan di ruangan yang sejuk, segera berikan sebelum
masa simpan berakhir (8 jam).
- Apabila ASI disimpan dalam termos atau lemari es, ASI yang
disimpan dalam gelas bersih tertutup dihangatkan dengan cara
direndam dalam mangkok berisi air hangat, kemudian ditunggu sampai
ASI terasa hangat (tidak dingin).
- ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot,
karena botol dan dot lebih sulit dibersihkan dan menghindarit
erjadinya bingung puting susu pada bayi.
i. Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif.
- Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir
yang ada di wilayah kerjanya.
- Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusuidi
Posyandu tentang pentingnya memberikan ASI Eksklusif.
- Melakukan kunjungan rumah kepada ibu nifas yang tidak datang ke
Posyandu dan menganjurkan agar rutin memeriksakan kesehatan
bayinya serta mempersiapkan diriuntuk memberikan ASI Eksklusif.
13
jika berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik atau bahkan balita yang berat
badannya dibawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, sehingga dapat
dirujuk ke Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk
mengetahui kelengkapan imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
14
Sesudah berkebun.
Sesudah menceboki bayi atau anak.
Sesudah memegang uang.
b. Apa manfaat mencuci tangan?
Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typhus,
cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
c. Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan.
Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
d. Apa peran kader dalam membina perilaku cuci tangan?
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk
memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan,
misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan,
pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan rumah.
Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik
perhatian masyarakat, misalnya pada peringatan hari-hari besar
kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan.
15
- Mencegah kontak antara manusia dan tinja
- Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang
lainnya
- Mencegah bau yang tidak sedap
- Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.
16
- Lingkungan yang lebih bersih, bau berkurang, sanitasi dan kesehatan
meningkat
- Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya
- Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam hari)
- Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan biogas
untuk energi
- Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi
(Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan)
17
- Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah
tangga yang belum memiliki jamban sehat.
- Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat
berupaya untuk menggerakkan masyarakat untuk memiliki jamban.
- Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara
bergilir.
- Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan dalam
penyediaan jamban sehat.
- Manfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban
sehat, misalnya melalui penyuluhan kelompok di Posyandu, pertemuan
kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan lain- lain.
- Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan
bimbingan teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
18
mangga, papaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin
dan mineral serta seratnya.
19
- Jika sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin
paling sedikit 30 menit setiap hari.
d. Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik setiap hari?
- Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan
tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.
- Bersama anggota keluarga sering melakukan aktivitas fisik secara
bersama, misalnya jalan pagi bersama, membersihkan rumah secara
bersama-sama, dll.
- Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau
melaksanakan pekerjaan di rumah.
- Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan
fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak.
- Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan
aktivitas fisk.
20
Kebiasaan BABS ini terjadi karena tidak adanya pengamanan tinja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga menimbulkan dampak yang
merugikan bagi kesehatan baik untuk individu yang melakukan praktik BABS
maupun komunitas lingkungan tempat hidupnya.
21
Ketika masyarakat secara keseluruhan sudah berperilaku SBS maka
dikatakan komunitas tersebut mencapai kondisi Desa/Kelurahan SBS/ODF
dimana kondisi komunitas tersebut dengan kondisi sebagai berikut:
22
II. 7 Perilaku Sanitasi Total
23
Secara konstruksi kriteria diatas dalam prakteknya mempunyai banyak
bentuk pilihan, tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi
jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dibagi menjadi 3 bagian utama,
bangunan bagian atas (rumah jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan
jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung tinja).
24
atau binatang lain.
Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan
(menghindari licin, runtuh, atau terperosok).
Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.
Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.
25
Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat
Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat
Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi
Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar
Sembarangan, pada tahap pasca ODF diharapkan akan mencapai tahap yang
disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua masyarakat di suatu
komunitas, telah:
Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat
Mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan,
setelah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak
dan sebelum menyiapkan makanan
Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman
Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).
26
BAB III
METODE
Umum :
Memicu masyarakat sehingga dengan kesadarannya sendiri mau memiliki septic
tank menghentikan kebiasaan buang air besar dengan saluran tempat terbuka dan
sungai.
Khusus:
1. Memfasilitasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali
permasalahan kesehatan lingkungannya sendiri
2. Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa masalah kesehatan
lingkungan mereka dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit, rasa
dosa dan lain sebagainya sehingga muncul kesadaran untuk merubah
perilakunya kearah perilaku hidup bersih dan sehat dengan meninggalkan
kebiasaan BABS
3. Memunculkan kemauan keras masyarakat untuk membangun jamban yang
sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka tanpa menunggu
bantuan.
27
III.3 Tahapan Pemicuan CLTS
Ada beberapa langkah yang dapat diikuti untuk memicu CLTS. Urutan
langkah yang digunakan untuk memicu CLTS adalah :
28
sudah cair, tanyakan istilah sehari hari mereka tentang tinja, BAB,
dan jamban.
2. Analisa Partisipatif
Dengan menggunakan peralatan dan metode PRA (Participatory
Rural Appraisal) yaitu sebuah pendekatan untuk menggabungkan
pengetahuan dan opini masyarakat dalam sebuah perencanaan program.
Metode PRA ini dapat memfasilitasi suatu analisa komprehensif oleh
komunitas setempat mengenai sanitasi dalam desanya. Salah satu teknik
PRA adalah Transect Walk yang bertujuan untuk memotivasi orang untuk
mengadakan analisa sanitasi yang lebih luas dengan melibatkan seluruh
komunitas.
Tujuan:
- Pemetaan sosial
- Membuat alat bantu pemicuan
- Mengetahui tempat masyarakat biasa BAB
Teknik pemetaan sosial:
- Minta beberapa sukarelawan utuk membantu membuat peta dusun/dukuh
dengan alat seadanya atau alat yang disiapkan fasilitator.
- Minta sukarelawan menggambarkan batas dusun/dukuh, sungai,
kebun/sawah, fasilitas umum & posisi pertemuan.
- Minta semua peserta untuk menandai rumah masing masing dengan
menggunakan bahan sesuai kesepakatan (misalnya batu).
29
- Transect walk :
Merupakan kegiatan jalan jalan menyusur dusun / dukuh, untuk melihat
tempat - tempat masyarakat biasa BAB sehari - hari. Tujuan dari
Transcect Walk ini adalah untuk menimbulkan rasa malu dan jijik dari
masyarakat setelah masyarakat dan fasilitator melihat tempat - tempat
BAB.
Teknik:
- Datangi secara sistematis tempat tempat dimana masyarakat biasa BAB
ditempat terbuka, bila ketemu tumpukan tinja rombongan diajak berhenti
dan lakukan FGD (Focus Group Discussion)
- Ditempat tumpukan tinja, fasilitator dilarang menutup hidung (untuk jalan
masuknya memicu), picu rasa jijik, rasa malu, takut sakit, takut dosa, dan
sebagainya.
- Ajukan beberapa pertanyaan seperti keluarga mana yang BAB di tempat
terbuka, dan apa yang terjadi pada waktu BAB darurat di malam hari atau
semasa mengalami diare.
- Tarik perhatian mereka pada lalat lalat di atas kotoran manusia, dan
ayam- ayam yang sedang mematuk dan memakan kotoran manusia
tersebut. Tanyakan seberapa sering terdapat lalat pada makanan mereka
atau makanan anak anak mereka, dan apakah mereka senang makan
ayam lokal yang demikian.
Catatan:
Transect walk dilakukan setelah pemetaan karena pemetaan tidak ada yang
terpicu atau dilakukan lebih dulu sebelum pemetaan tergantung situasi dan
kondisi di lapangan.
3. Pemicuan
Bertujuan untuk membantu masyarakat mengenali masalahnya
sendiri dan memicu masyarakat untuk berubah atas kemauan sendiri
menuju perilaku hidup bersih dan sehat.
30
- Perasaan jijik
- Perasaan malu
- Perasaan takut sakit
- Perasaan takut dosa (agama)
- Perasaan tidak mampu
Teknik pemicuan:
Memicu rasa jijik dengan cara:
- Yang masih BAB sembarangan ditanya satu satu: Berapa anggota
keluarga, berapa kali BAB dalam sehari? dan diminta menempatkan
peraga tinja ditempat dia biasa BAB, bila anggota keluarga 5, buat 5
tumpukan.
- Mereka diminta melihat tumpukan tinja yang ada dimana mana, minta
mereka menghitung produksi tinja dalam
sehari/seminggu/sebulan/setahun, Tanya perasaannya dan apakah mau
mempertahankan kebiasaan ini?
- Bila ada yang mau berubah, Tanya: Terus rencananya bagaimana? Bila
ingin buat jamban (terpicu) beri aplaus.
- Katakan bahwa yang mau berubah merupakan contoh pahlawan
lingkungan dan tanyakan pada yang hadir siapa yang mau meniru
pahlawan lingkungan itu?
- Tanyakan kepada yang telah punya jamban: Bagaimana perasaannya
setelah tahu ternyata masih banyak tinja ada dimana mana disekitar
lingkungannya?
31
- Masyarakat yang masih BAB disembarang tempat ditanya: Bagaimana
rasanya BAB ditempat terbuka, bagaimana kalau ada tamu, bagaimana
wanita BAB ditempat terbuka, bagaimana jika waktu haid?
- Bila ada yang mau berubah, Tanya: Terus rencananya bagaimana? Bila
ingin buat jamban (terpicu) beri aplaus.
32
- Bila ada yang mau berubah, Tanya: Terus rencananya bagaimana? Bila
ingin buat jamban (terpicu) beri aplaus
- Tanyakan kepada yang telah punya jamban: Apakah mereka telah
terbebas dari ancaman najis dimana mana walaupun telah punya
jamban? Terus mau bagaimana?
33
- Walau tidak ada yang terpicu, ajak beberapa vokalis dan tokoh tokoh
ketempat pleno masyarakat untuk dilakukan pemicuan ulang ditempat
pleno masyarakat (diharapkan berubah jadi terpicu). Bila tetap tidak ada
yang terpicu maka tetaplah berterimakasih dan katakan kita akan catat
bahwa desa tersebut akan melanjutkan kondisi seperti itu.
Pasca pemicuan
Tujuan: mendampingi masyarakat buat RTL dan bentuk komite
Urutan kegiatan:
- Kalau pertemuan sudah dianggap cukup, leader fasilitator sampaikan
terima kasih, mohon maaf, mohon pamit, katakan kalau selama pertemuan
dapat pengalaman belajar yang luar biasa, salut kepada yang berubah dan
yakin bahwa yang lain akan menyusul.
- Masyarakat yang belum terpicu dipersilahkan pulang dan yang terpicu
diminta untuk tinggal sesaat karena ada yang masih perlu dibicarakan
bersama.
- Masyarakat yang terpicu diminta memindahkan peta yang dibuat diatas
tanah keatas kertas, tunjukkan tangga sanitasi sebagai bahan pertimbangan
masyarakat buat jamban.
34
- Masyarakat yang terpicu diminta menuliskan komitmen mereka untuk
buat jamban, bantu susun komite dan buat kesepakatan kapan dilakukan
monitoroing.
4. Perencanaan Kegiatan
Proses Perencanaan :
35
- Dorong keluarga yang berada untuk membantu keluarga yang kurang
mampu dan mencari jalan keluarnya.
- Perhatikan pada pemimpin alami (natural leader) yang timbul saat proses
pemicuan. Oegang dan beri dorongan untuk memimpin kegiata di
wilayahnya.
36
Yang harus dilakukan (Do) dan dihindari (Dont) dalam CLTS
37
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data warga yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Januari-Desember 2016.
bebas BABS
BABS
99%
38
BAB V
PEMBAHASAN
Anggaran
Anggaran untuk pelaskanaan program CLTS di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Ciracas sudah tersedia anggaran khusus tiap tahunnya. Sumber
pembiayaan utama untuk pelaksanaan tingkat kecamatan dan masyarakat
berasal dari APBD dan masyarakat sendiri. Sedangkan sumber
pembiayaan altenatif bisa diperoleh dari donor dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Anggaran yang berasal dari masyarakat juga tidak ada
karena kondisi ekonomi dari masyarakat yang belum begitu baik. Program
CLTS memang program non subsidi namun dalam pelaksanaannya tetap
membutuhkan dana. Tidak adanya anggaran dikarenakan program ini
kemungkinan besar belum menjadi prioritas utama di bidang kesehatan.
39
Sistem Kebijakan Operasional
Sistem kebijakan operasional merupakan aturan tertulis yang digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan program stop BABS. Adapun dokumen-
dokumen yang digunakan sebagai acuan antara lain:
Dokumen Millenium Development Goals (MDGs) 2015
Dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(Permenkes RI Nmor 852/MENKES/SK/IX/2008)
Dokumen kebijakan Nasional AMPL-BM
Dokumen Pedoman Pemantauan dan Evaluasi
Dokumen Pedoman Pengelolaan pengetahuan
Dokumen Pedoman Teknis Program STBM
Petugas sanitarian minimal harus mempunyai tiga dokumen dari beberapa
dokumen di atas, yaitu Dokumen Pedoman Pengelolaan Pengetahuan,
Dokumen Pedoman Pemantauan dan Evaluasi, dan Dokumen Kebijakan
Nasional AMPL-BM serta dapat pula Dokumen Strategi Nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Karena dokumen tersebut merupakan standar
minimal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan program mulai dari
standar perencanaan, teknis pemicuan, hingga standar minimum
mempertahankan desa yang sudah CLTS/ STBM. Di Puskesmaskelurahan
Ciracas sendiri dokumen sudah mengacu dari ketiga dokumen di atas.
Metode
Metode yang digunakan adalah pemicuan. Pemicuan lebih dikenal dengan
metode Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA merupakan metode
yang membutuhkan partisipasi keluarga secara aktif dengan pengetahuan
yang mereka miliki dan diharapkan dapat menganalisa dan membuat
perencanaan tentang bagaimana menangani kondisi mereka. Masyarakat
harus lebih aktif dan fasilitator hanya sebagai perantara. Namun,
partisipasi masyarakat dalam membuat perencanaan masih kurang karena
mereka belum menyadari bahwa Buang Air Besar Sembarangan dapat
menimbulkan penyakit. Jika sudah sadarpun mereka mengingin biaya ini
sepenuhinya dibiayai oleh pemerintah, tidak tersedianya lahan untuk
pembuatan septic tank.
40
V.2 Proses Pelaksanaan Program CLTS di Puskesmas kelurahan
Ciracas
Perencanaan
Berdasarkan hasil penelitian, program ini dapat berjalan dengan maksimal
apabila tedapat peran yang nyata dari pemerintah daerah, dalam hal ini
mendampingi masyarakat maupun motivasi. Di daerah ini nampaknya para
pemangku kepentingan belum begitu berkomitmen dalam pelaksanaan
program ini. Hal ini dapat disebabkan karena BABS belum menjadi
prioritas masalah.
Kerjasama lintas sektor diperlukan karena program-program mereka
langsung bersentuhan dengan masyarakat yang notabene memiliki
beragam masalah, sehingga dalam penangannya pun harus multidimensi
dari berbagai institusi yang terkait.
Pemicuan
Paska Pemicuan
Di beberapa wilayah yang telah diberi pemicuan oleh petugas setelah
pelaksanaan dilakukan monitoring oleh kader-kader setempat, namun tetap
dipantau oleh petugas dari Puskesmas kelurahan Ciracas. Pemantuan
dilakukan 1 minggu paska pemicuan. Dalam hal ini peran serta masyarakat
juga masih kurang. Karena kebanyakan memiliki kesibukannya tersendiri
dan tidak menganggap bahwa program ini merupakan program yang
bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan sekitar. Mereka memiliki pola
41
pikir bahwa program ini bukan bagian dari tanggung jawab mereka
melainkan tanggung jawab pemegang program.
42
Saat ini pembinaan baru dilakukan di wilayah RW 10, mengingat luasnya
wilayah Ciracas dan padatnya jumlah penduduk sehingga harus dibenahi
satu persatu. RW 10 dipilih karena kawasan ini banyak dialiri sungai dan
padat penduduk.
1. Lingkungan
Faktor manusia meliputi komite/kader yang belum cukup aktif dan
kurangnya stakeholder dikarenakan kesadaran akan lingkungan yang
kurang. Tidak adanya kesadaran lingkungan menyebabkan perilaku buang
air besar sembarangan. Perilaku ini dapat dipengaruhi antara lain karena
tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan
lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sedangkan dari segi lingkungan
fisik terkait dengan suplai air bersih. Rumah tangga yang terletak dari
fasilitas sumber air biasanya enggan membangun jamban. Mereka
biasanya lebih senang menggunakan sungai terdekat.
2. Metode
Kerjasama lintas sektor dan monitoring evaluasi belum berhasil karena
individu program, masyarakat, dan pokja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL) belum berjalan maksimal. Dinas kesehatan
melakukan upaya merubah perilaku masyarakat dan dengan bantuan pokja
AMPL bekerja sama dalam membangun jamban untuk membantu
masyarakat yang kurang mampu. Monitoring dilakukan oleh dinas
kesehatan, petugas sanitarian Puskesmas, dan masyarakat itu sendiri.
Dinas kesehatan dan petugas sanitarian telah melakukan monitoring dan
evaluasi. Sedangkan masyarakat tidak melaksanakan monitoring dengan
cukup baik. Peran petugas sanitarian dari puskesmas dan Dinkes adalah
43
mengontrol jalannya paska pemicuan. Namun hal ini juga harus didukung
dengan peran aktif dari masyarakat dalam melakukan monitoring.
3. Anggaran
Kondisi masyrakat yang kurang secara ekonomi dan tidak adanya
stakeholder yang menunjukan ketertarikan dan kepedulian akan program
ini menyebabkan sulit terwujudnya pembangunan septic tank. Kurangnya
ketertarikan ini kemungkinan besar disebabkan karena program ini belum
menjadi prioritas masalah di wilayah kelurahan Ciracas serta dari segi
ekonomi masyarakat yang tidak begitu baik.
44
BAB VI
VI.1. KESIMPULAN
VI.2 SARAN
Bagi Puskesmas
1. Pelaksanaan program hendaknya difokuskan pada satu wilayah hingga
mencapai kondisi ODF. Setelah tercapai kondisi ODF, desa tersebut dapat
dijadikan sebagai Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
sehingga dapat menjadi motivasi bagi desa lain untuk mencapai kondisi
ODF.
2. Hendaknya ada peningkatan koordinasi dengan sector lain yang terkait
agar meningkatkan cakupan STBM
3. Mendirikan forum peduli kesehatan. Pada forum tersebut merupakan
wadah untuk menampung saran dari berbagai pihak mengenai program
CLTS, membantu menggalang dana dan lain sebagainya.
45
Bagi Dinas Kesehatan
1. Upaya advokasi pada lintas sektor lebih ditingkatkan lagi melalui seminar
bersama sektor yang terkait. Dalam seminar disampaikan hasil dan
hambatan dari pelaksanaan program STBM di Puskesmas Kelurahan
Ciracas serta menyampaikan bahwa program saling berkaitan dengan
sektor lain yaitu dalam pemasaran sanitasi atau pembangunan septic tank.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan
(STOP BABS) , Ditjen PP dan PL bekerjasama dengan Pokja AMPL Pusat,
Depkes RI . Jakarta
2. Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
3. Dinkes. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto 2010.
4. Dinkes Kabupaten Mojokerto. Mojokerto Ditjen PP dan PL. 2010.
Pedoman Umum Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (draft 03). Menkes
RI. Jakarta
5. Ditjen PP dan PL. 2010. Petunjuk Pelaksanaan Program STBM (draft 02).
Menkes RI. Jakarta
6. Ditjen PP dan PL. 2011. Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Depkes RI. Jakarta
47
Lampiran
48