Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia, kegunaannya sangat
beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi, sebagai sumber daging dan susu,
sampai dengan kulitnya digunakan sebagai bahan baku industry selain itu kerbau juga binatang
memamahbiak yang masih termasuk dalam sub keluarga bovinae, kerbau merupakan
modifikasi antara bentuk antelope dan sapi, yang ada di Indonesia. Tetapi Bedasarkan
perkembangan peternakan dewasa ini, perkembangan akan produksi kerbau semakin
meningkat setiap tahunnya terutama kerbau perah, apalagi Saat ini kebutuhan susu produksi
dalam negeri terus meningkat. Hal ini terkait dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat
terhadap manfaat susu bagi kesehatan. Mengingat masih kurangnya produksi susu sapi dalam
negeri, maka susu kerbau dapat dijadikan alternatif selain susu sapi. Prospek global susu
kerbau juga masih terbuka lebar. Di Asia kerbau menyumbang 40% produksi susu. Kerbau
perah penghasil susu banyak diternak di India. Di negara ini hampir 70% susu yang diproduksi
berasal dari susu kerbau. Bahkan susu kerbau India telah menyebar konsumsinya di Asia dan
seluruh dunia. Beberapa perusahaan juga sudah mulai mengembangkan berbagai produk susu
kerbau. Produk susu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi selera konsumen baik
dari segi rasa, kandungan gizi dan penampilan. Hal ini menunjukkan bahwa prospek
pengembangan peternakan dan pengolahan susu kerbau perah sangat baik.
Namun masalah peternakan kerbau cukup bervariasi antara lain pola pemeliharaan
masih bersifat tradisional, berkurangnya lahan penggembalaan, tingginya pemotongan
pejantan yang berdampak pada kekurangan pejantan, pemotongan ternak betina produktif,
kekurangan pakan dimusim tertentu, kematian pedet yang cukup tinggi (sekitar 10%),
rendahnya produktivitas serta pengembangan system pemeliharaan semi intensif yang masih
terbatas. Oleh karena itu perlu adanya berbagai upaya guna meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi ternak kerbau, salah satunya melalui manajemen pemeliharaan yang baik
dalam rangka pengembangan ternak kerbau secara terpadu.
Salah satu factor yang mempengaruhi produksi yang sering terjadi adalah adanya factor
biologi/mikrobiologi baik itu dalam hal pemeliharaan maupun dalam pengolahan produk itu
sendiri yang dapat menyebabkan terjadinya permasalahan kesehatan terhadap ternak, pemilik
peternakan maupun konsumen.Sehingga makalah ini bertujuan untuk memanajemen factor
biologi yang terdapat dalam usaha peternakan dengan pendekatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) sehingga produktifitas dapat meningkat

2. Tujuan
Untuk memanajemen permasalahan biologi/mikrobiologi dengan pendekatan K3
menggunakan metode HIRAC pada peternakan kerbau

3. Manfaat Penulisan
a. Terpenuhinya tugas individu mata kuliah Hygiene Industri II
b. Bertambahnya wawasan mahasiswa FKM mengenai K3 dalam peternakan kerbau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ternak Kerbau
Kerbau adalah hewan yang termasuk lembu disamping ternak sapi (lembu sejati). Kerbau
dibedakan dengan sapi karena kerbau dianggap sebagai bentuk yang paling primitive ditinjau
dari tengkoraknya. Kerbau mempunyai sungut (moncong) yang lebar, kuping besar, tanduk
subur pertumbuhannya relative lambat, rambut jarang. Kaki dengan sepatu yang melebar
disesuaikan untuk kehidupan di rawa-rawa/ tanah becek (Baikuni, 2002).
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah hewan memamah biak yang menjadi ternak bagi banyak
bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah hasil domestikasi dari kerbau liar yang masih
dapat ditemukan di daerah daerah seperti Pakistan, India, Nepal, Vietnam, Cina, Filiphina,
Taiwan, Indonesia dan Thailand. Asia adalah tempat asal kerbau. 95% dari populasi kerbau di
dunia terdapat di Asia. Banyak negara-negara Asia yang tergantung pada spesies ini, baik
untuk daging, susu atau tenaga kerjanya (Hardjosubroto W, 2004).

2. Manajemen Pemeliharaan Ternak Kerbau


a. Pemilihan Ternak
Langkah pertama adalah menentukan jenis kerbau yang akan dipelihara. Hal ini di
sesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, apakah untuk tenaga kerja, untuk dipotong atau
untuk di tabung. Setelah menentukan jenis kerbau yang akan dipelihara, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan kerbau yang termasuk bibit unggul dengan kriteria sebagai
berikut:

1. Pertumbuhan kerbau sesuai umurnya ;


2. Bentuk tubuh yang seimbang ;
3. Telah diketahui sifat baiknya ;
4. Pandai mengasuh anak waktu melahirkan ;
5. Dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
b. Kandang
Pada daerah yang padang rumputnya masih cukup luas, kerbau masih bisa
dipelihara secara ekstensif (dibiarkan berkeliaran di padang rumput mencari pakan sendiri
tanpa diberi fasilitas kangdang). Kerbau-kerbau tersebut dikandangkan hanya pada musim
membajak sawah. Ada juga yang memelihara secara semi instensif, dilepas disiang hari
dan dikandangkan di malam hari. Namun bagi daerah yang lahan untuk ternak sudah sangat
terbatas, fungsi kandang sangat penting untuk memudahkan pemeliharaan tanpa
menggangu kepentingan manusia. Kerbau membutuhkan kandang yang sangat
sederhana di banding dengan kandang sapi.
Berikut ini hal - hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membangun kandang kerbau :

1. Tempat pakan dan air harus selalu teduh dan terlindung dari hujan lebat baik oleh
pepohonan atau pun atap ;
2. Air yang sejuk baik dari sungai yang jernih atau pun yang disediakan dalam ember
membantu kerbau menjaga suhu badannya. Tempat air harus selalu diletakkan di
tempat yang teduh ;
3. Padang rumput yang diselingi pepohonan merupakan fasilitas perlindungan yang
sangat murah dan efektif dari sinar matahari ;
4. Kandang dengan konstruksi sederhana yang hanya diberi atap. Di daerah beriklim
panas dan lembab kandang ini sebaiknya tidak diberi dinding. Dinding bisa
menghambat ventilasi dan menyebabkan perkembangan bakteri dan pertumbuhan
jamur sehingga kandang jadi tidak sehat. Untuk melindungi bagian dalam kandang
dari cahaya matahari terik atau hujan lebat, tirai yang terbuat dari jerami, kain atau
bahan lainnya dapat digunakan ;
5. Penyediaan tempat berkubang. Namun demikian, kubangan ini harus berair bersih
(bukan air limbah kotor yang membahayakan kesehatan) dan tidak jauh dari kandang
;
6. Menyiram kerbau dengan air sejuk selama 3 menit dua kali sehari terbukti efisien
untuk membuang kelebihan panas badan kerbau.
c. Pakan
Menurut Murtidjo (1991), makanan ternak kerbau dapat dibagi dalam beberapa golongan
menurut kebutuhan, usia, dan manfaat ternak kerbau, yaitu makanan pengganti untuk anak
kerbau (gudel), makanan kerbau dara, makanan kerbau dewasa, makanan kerbau laktasi,
dan makanan kerbau kering kandang. Bahan baku makanan ternak kerbau digolongkan
menjadi 8 kelas, yakni hijauan kering, hijauan segar, silase, makanan sumber energi,
makanan sumber protein, makanan sumber mineral, makanan sumber vitamin, dan
makanan tambahan.
Kontribusi pakan sangat kuat pengaruhnya terhadap performa reproduksi. Makanan
berperan penting dalam perkembangan umum dari tubuh dan reproduktif (Tillman, et al.,
1983).
Pemberian pakan pada kerbau disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan dan ukuran
tubuhnya. Kebutuhan pakan kerbau adalah 10 % dari bobot badannya.
Campuran Pakan :

1. Hijauan: 35 50 Kg (terdiri dari 70% rumput-rumputan dan 30% kacang -kacangan)


2. Konsentrat: 2 - 5 Kg/hr/ekor (terdiri dari dedak halus, bungkil-bungkilan)

d. Penyakit
Penjagaan kesehatan perlu dilakukan sama halnya pada sapi. Kerbau biasanya lebih rentan
kena penyakit dibanding dengan sapi, walaupun biasanya kerbau tidak menunjukan tanda-
tanda penyakit. Untuk mencegah terjadinya penyakit maka perlu langkah-langkah:

1. Bila hendak memasukkan kerbau baru kedalam kelompok yang ada, pilihlah kerbau yang
sehat ;
2. Pisahkan kerbau yang dicurigai sakit ;
3. Adakan testing regular terhadap penyakit-penyakit tertentu seperti brucellious ;
4. Adakan program vaksinasi ;
5. Adakan inspeksi terhadap pealatan kandang secara teratur ;
6. Luka-luka segera diobati ;
7. Lakukan penyemprotan terhadap parasit eksternal.
BAB III

STUDI KASUS

MANDAR, KOMPAS.com Penyakit antraks yang kali pertama menyerang puluhan sapi dan
kerbau di Pinrang, Sulawesi Selatan, kini merebak luas hingga ke Polewali Mandar, Sulawesi
Barat. Penyakit ini diakibatkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang menyerang sejak Februari
lalu.

Untuk mengatasi penyebaran penyakit kepada hewan lain, pemerintah setempat kini mengisolasi
lokasi yang terjangkit antraks agar tidak ada hewan yang dibawa keluar atau dimasukkan
sebelum ada surat edaran bebas antraks yang dikeluarkan pemerintah.

Jumat (18/3/2016) kemarin, dua kambing milik warga di Dusun Gattungan, Desa Gattungan,
Kecamatan Campalagian, kembali ditemukan mati mendadak. Dua hari sebelumnya, dua sapi
bernilai puluhan juta rupiah juga ditemukan mati mendadak karena terserang antraks.

Semula, sapi-sapi milik warga ini diduga mati karena terserang penyakit orok. Namun, sampel
daging, darah, dan kotoran hewan yang diuji di Laboratorium Balai Besar Veteriner Maros,
Sulawesi Selatan, menunjukkan, sapi-sapi dan kambing milik warga tersebut dipastikan positif
terjangkit antraks.

Kambing milik Hasan, salah satu peternak kambing di Desa Gattungan, Kecamatan
Campalagian, tiba-tiba saja mati mendadak di kandangnya. "Ada dua ekor di sini yang tiba-tiba
mati, termasuk kambing saya," tutur Hasan.

Untuk menghindari penyebaran penyakit antraks, ternak yang mati langsung dibakar dan dikubur
warga. Cara ini dinilai paling efektif memutus mata rantai penyebaran bakteri Bacillus anthracis
yang juga berpotensi menyerang manusia.

Meski belum ada warga yang dinyatakan terjangkit penyakit antraks, pemerintah setempat mulai
mengambil berbagai langkah pencegahan.
Selain mengisolasi lokasi yang terjangkit antraks, petugas kini juga terus melakukan
penyemprotan disinfektan secara massal di sekitar lokasi kandang ternak milik warga.

Ternak yang dinyatakan masih sehat dan berada di luar lokasi yang terjangkit antraks langsung
diberi vaksinasi. Sementara itu, hewan yang ada dalam kawasan yang terjangkit antraks diberi
pengobatan.

Gejala antraks

Gejala ternak yang terjangkit antraks serupa satu sama lain. Hewan semula tampak sehat. Begitu
terserang penyakit antraks atau bakteri Bacillus anthracis, ternak tiba-tiba stres, mual-mual, dan
demam tinggi. Ternak yang tampak sehat ini kemudian akan mati mendadak.

Kaharuddin, Kepala Bidang Peternakan di Dinas Pertanian dan Peternakan Polewali Mandar,
mengatakan, sudah ada empat ternak milik warga yang positif antraks.

"Petugas meminta warga untuk membakar bangkai ternak yang terkena antraks, kemudian
ditanam ke dalam lubang guna menghindari penyebaran penyakit," kata Kaharuddin.

Pemerintah mengimbau kepada warga yang menemukan adanya ternak atau manusia yang
terserang gejala antraks untuk segera berkomunikasi dengan petugas kesehatan setempat. Warga
juga bisa melaporkan kasusnya kepada pemerintah setempat agar bisa diantisipasi lebih dini.

PenulisKontributor Polewali, Junaedi

EditorAmir Sodikin
BAB III
PEMBAHASAN

No uraian Deskripsi Deskripsi Deskripsi Risk assessment pengendalian


bahaya Penyebab konsekuensi S L resiko Kategori
1. Kandang Kandang Berkembangnya Kontaminasi 2 3 6 Resiko Pembersihan kandang secara berkala
ternak jarang bakteri jamur, cacing dan sedang (pengendalian administratif)
dibersihkan mikrobiologi, bakteri. Pemberian vaksin kepada pekerja dan kerbau
cacing dan jamur. ternak (pengendalian administratif)
Menimbulkan bau Penggunaan APD seperti sepatu boot, sarung
busuk. tangan, celemek dan masker (APD)
Kontruksi Mudah roboh dan Tertimpa 4 1 4 Resiko Mengganti bahan bangunan kandang dengan
kandang mudah rusak. bangunan, rendah menggunakan bahan bangunan permanen
belum dibuat Gempa bumi genteng, kayu dll (pengendalian substitusi)
permanen Pengecekan kandang secara berkala
(pengendalian administratif)
Penggunaan helm keselamatan (APD)
Air kolam Tempat untuk Kontaminasi 3 3 9 Resiko Mengganti air di kubangan secara berkala
kubangan berkembang biak zoonosis dari sedang (pengendalian substitusi)
ternak kerbau bakteri kerbau ke Membuat kolam kubangan buatan
jarang manusia (pengendalian teknik)
diganti
Penyemprotan air bersih kepada kerbau setelah
berkubang (pengendalian teknik)

2 Peralatan menaruh tidak sengaja Tergores/tertusuk 2 3 6 Resiko Pembuatan wadah tempat menyimpan perkakas
peternakan pisau sabit tergores/ tertusuk sedang (pengendalian teknik)
sembarangan
Pisau sabit Sebagai tempat Apabila tergores/ 3 2 6 Resiko Pembersihan pisau sabit secara berkala
jarang perkembangbiakan tertusuk dapat sedang (pengendalian administrasi)
dibersihkan mikroba dan jamur mengkontaminasi
pekerja
Pisau sabit Sebagai tempat Apabila tergores/ 3 1 3 Resiko Penggantian pisau sabit berkarat dengan yang
berkarat perkembangbiakan tertusuk dapat rendah baru (pengendalian substitusi)
mikroba, terutama mengkontaminasi Pembersihan pisau sabit secara berkala
tetanus pekerja (pengendalian administrasi)
3. Ternak Kerbau Terkena tanduk Tertusuk tanduk, 3 3 9 Resiko Penempatan kerbau pada kandang-kandang
kerbau marah kerbau terkena hantaman sedang (pengendalian isolasi)
Terkena kaki Pelatihan penanganan ternak kerbau pada
kerbau pegawai (pengendalian administrasi)
Kerbau kotor Sebagai hospes Terjadi 3 4 12 Resiko Pembersihan kerbau secara berkala
ektoparasit (kutu, kontaminasi sedang (pengendalian administratif)
pinjal, lalat dll)
silang dari ternak Pemisahan kerbau kotor dengan kerbau bersih
ke pekerja (pengendalian isolasi)
Pemberian vaksin kepada kerbau dan pekerja
(pengendalian adminsitratif)
Penggunaan APD seperti sepatu boot, sarung
tangan, celemek dan masker (APD)
Kerbau sakit Adanya bakteri di Menularkan 4 3 12 Resiko Pemisahan kerbau sehat dengan kerbau sakit
dalam tubuh penyakit ke sedang (pengendalian isolasi)
kerbau lingkungan dan Pemberian vaksin kepada kerbau dan pekerja
manusia melalui (pengendalian adminsitratif)
feses, urin dll Penggunaan APD seperti sepatu boot, sarung
tangan, celemek dan masker (APD)
Pemeriksaan kesehatan pada pekerja setelah
kontak
Kotoran Adanya bakteri / Menularkan ke 3 3 9 Resio Penggunaan APD seperti sepatu boot, sarung
ternak kerbau telur cacing pengelola melalui sedang tangan, celemek dan masker (APD) saat
vector, badan air membersihkan kotoran kerbau
dan kontak Pembersihan kandang sacara berkala
langsung (pengendalian adminisrasi)
4. manusia Kurang Tersayat pisau Tersayat, tertusuk 2 3 6 Resiko Penggantian pisau sabit dengan mesin
konsentrasi sabit sedang pemotong rumput (pengendalian teknik)
saat mencari Penyediaan waktu istirahat untuk pekerja
makan ternak (pengendalian administratif)
Penggunaan APD seperti sarung tangan dan
sepatu boot
Digigit hewan liar Tertusuk, tergigit, 3 3 9 Resiko Penggunaan APD seperti sarung tangan dan
(ular, nyamuk, terkontaminasi sedang sepatu boot
tikus dll) penyakit Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Melakukan vaksinasi
Kurangnya Setelah kontak Bakteri dapat 2 3 6 Resiko Menyediaan tempat untuk membersihkan diri
kebersihan dengan ternak bisa masuk melalui sedang (pengendalian teknik)
individu terkontaminasi makanan ataupun Pendidikan tentang hygiene personal
pakaian (pengendalian administrasi)
Membersihk Adanya air dan terpeleset 2 4 8 Resiko Menyediaan tempat untuk membersihkan diri
an kandang kotoran ternak sedang (pengendalian teknik)
ternak kerbau sehingga lantai Penggunaan APD seperti sarung tangan dan
menjadi licin sepatu boot
Pembuatan alur pada lantai sehingga tidak licin
(pengendalian teknik)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penilaian resiko menggunakan HIRADC dapat diketahui bahwa rata-rata
kategori resiko di peternakan kerbau adalah resiko rendah dan resiko sedang dimana setelah
dilakukan penilaian resiko diketahui bahwa resiko terbesar pada keselamatan dan kesehatan
kerja adalah adanya kerbau yang sakit, hal ini dikarenakan kerbau yang sakit dapat
menularkan penyakit tersebut ke ternak lain, lingkungan maupun pekerja.

B. Saran
Berdasarakan penilaian resiko diketahui bahwa resiko terbesar terdapat pada ternak kerbau
yang sakit, maka saran kami adalah:
Pemisahan kerbau sehat dengan kerbau sakit (pengendalian isolasi)
Pemberian vaksin kepada kerbau dan pekerja (pengendalian adminsitratif)
Penggunaan APD seperti sepatu boot, sarung tangan, celemek dan masker (APD)
Pemeriksaan kesehatan pada pekerja setelah kontak

Вам также может понравиться