Вы находитесь на странице: 1из 10

POLA BELAJAR DAN MENGAJAR PARA PENGHAFAL AL-QURAN

(UFF)

THE PATTERN OF THE UFFS TEACHING-LEARNING


PROCESS
Moh. Khoeron

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI


Gedung Bait Al-Quran/Museum Istiqlal
Jln. Pintu Utama I TMII Jakarta Timur
Pos-el: Khoirondurori@yahoo.com

ABSTRACT
This is a study of Biografi uff di Indonesia which aimed to describe uffs teaching-learning process.
The data were described and analyzed according to relevant theories, in order to give a clear description of their
process. The final result showed the variety of uffs teaching-learning process. uff learning patterns can
be grouped into three, namely: a) from the kitab kuning learning and memorizing the Quran; b) of memorizing the
Quran and study kitab kuning; c) of the kitab kuning to learn, memorize the Quran, then return to the kitab kun-
ing. Patterns of teaching based on talaqq and musyfahah. The method includes talaqq, musyfahah, simaan,
ngeloh, mur jaah, mudrasah, and takrr.
Keywords: learning, teaching, uff

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan menjelaskan proses belajar dan mengajar para penghafal Al-Quran (uff). Data
dalam tulisan ini bersumber dari hasil penelitian kualitatif tentang Biografi uff Al-Quran di Indonesia. Dengan
menggunakan teori yang relevan, data itu kemudian dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat menggambarkan
tahapan belajar dan mengajar para penghafal Al-Quran (uff). Adapun hasilnya adalah penjelasan tentang pola
proses belajar dan mengajar para penghafal Al-Quran (uff). Pola belajar uff dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu: a) dari belajar kitab kuning lalu menghafal Al-Quran; b) dari menghafal Al-Quran lalu belajar kitab
kuning; c) dari belajar kitab kuning, menghafal Al-Quran, lalu kembali ke kitab kuning. Pola mengajar uff be-
rasaskan talaqq dan musyfahah. Adapun metodenya mencakup talaqq, musyfahah, simaan, ngeloh, murjaah,
mudrasah, dan takrr.
Kata kunci: belajar, mengajar, uff

PENDAHULUAN tetap terjaga keautentikannya; bahkan setelah


14 abad lamanya. Lebih dari itu, Al-Quran juga
Sejak pertama kali diturunkan, Al-Quran
terus dikaji dan dipahami hingga kajian Islam
terus dihafal dan dipelajari. Tradisi belajar dan
mentradisi.
mengajarkannya juga terus berlangsung dari
satu generasi ke generasi. Berangkat dari sabda Awal munculnya tradisi keilmuan Islam
Nabi, bahwa sebaik-baik kalian adalah yang disinyalir berawal dari kolaborasi antara para
mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya;1 penghafal dan penafsir Al-Quran dengan penjaga
ayat demi ayat terus dihafal hingga Al-Quran hukum agama. Hal ini ditandai dengan munculnya

| 187
al-fuqah as-sabah dan al-qurr as-sabah. pencapaian belajar yang dapat meningkatkan
Kelompok pertama dikenal sebagai peletak dasar status sosial.4 Simpulan ini diperkuat dengan
ilmu-ilmu agama yang aK.H.irnya bermuara pada pernyataan K.H. Abdul Hasib Hasan, Ketua
tradisi mazhab fikih. Kelompok kedua merupakan Ikatan Lembaga Al-Quran Indonesia Rabithah
golongan yang berhasil memajukan bacaan Al- Maahid li Tahfiz Al-Quran, bahwa santri di
Quran sedemikian jauh melalui kajian fonetik pesantren Al-Quran umumnya tidak mengenyam
dan linguistik yang berkembang pada saat itu.2 wawasan keilmuan yang memadai karena fokus
Tradisi keilmuan ini terus berlangsung menghafal. Waktu untuk mempelajari materi
hingga menjadi bagian dari proses transmisi dan lainnya sangat minim. Bahkan, banyak dari
penyebaran keilmuan agama dari Timur Tengah mereka yang meninggalkan sekolah formal demi
ke bumi Nusantara. Pada aK.H.irnya, proses ini menghafal Al-Quran. Hasilnya, kompetensi
ikut melestarikan kehadiran komunitas Ashab mereka sebatas pada hafalan yang sangat bagus,
al-Jawiyyin (saudara kita dari Jawi/Nusantara) tidak sampai pada pemahaman.5
di Haramain. Merekalah yang kemudian menjadi Hal senada juga dikemukakan oleh K.H.
inti utama tradisi intelektual dan keilmuan Muslim Abdul Muhaimin Zen, Ketua Jamiyatul Qurra
Melayu-Indonesia.3 Dari situ, lahir banyak ulama wal Huffaz (JQH) Nahdlatul Ulama. Menurutnya,
Indonesia yang kemudian menyemaikan tradisi banyak penghafal berusia 15 hingga 20 tahun yang
menghafal dan memahami Al-Quran di bumi hafal hingga 30 juz, tetapi umumnya tidak ber-
pertiwi. Nama-nama seperti K.H. M. Munawwir pendidikan formal. Berawal dari persoalan biaya,
Krapyak, K.H. Munawwar Gresik, dan K.H. Said mereka kemudian berpikir cukup hafal Al-Quran
Ismail Sampang adalah sumber-sumber sanad tanpa harus menempuh pendidikan lebih tinggi.
(jaringan guru)4 fi yang tidak hanya sukses Akibatnya, mereka hafal namun tanpa pendalaman
belajar, tapi juga mengajar Al-Quran; tidak atas apa yang mereka hafalkan.5 Ketika diwawan
sekadar hafal, tetapi juga memahami kandungan- carai penulis, Imam Safei, Kasubdit Pesantren
nya. Dari dedikasi mereka, telah lahir para fi pada Dit PD Pontren, menjelaskan bahwa kondisi
hingga jaringan sanad penghafal Al-Quran terus seperti ini juga sempat menyulitkan Kemenag RI
terjaga sampai sekarang. ketika akan memberikan beasiswa kuliah di UIN
Pendidikan taf Al-Quran terus berjalan Malang kepada para hafiz Al-Quran. Peserta yang
hingga sekarang, sehingga proses belajar dan mendaftar sangat sedikit, karena tidak memenuhi
mengajarkannya pun terus berkesinambungan. persyaratan pendidikan formal.
Dari mereka, kita semua dapat belajar dan Namun demikian, persoalan wawasan dan
mempelajari Al-Quran dengan baik dan benar. pemahaman terhadap Al-Quran tidak mesti
Dedikasi mereka sedemikian besar hingga dan hanya terkait dengan masalah pendidikan
senandung firman Tuhan terus terdengar dan formal. Buktinya, uff terdahulu mempunyai
diperdengarkan. Sesungguhnya Kamilah yang pemahaman Al-Quran yang mendalam, meski
menurunkan Al-Quran, dan pasti Kami (pula) tidak menempuh pendidikan formal. Para santri
yang memeliharanya (QS Al-Hijr/15: 9), demikian yang mereka ajar juga tidak kalah kompetensinya,
Allah menjamin kemurnian Al-Quran, dan mempunyai wawasan Al-Quran yang mumpuni.
pilihan mereka untuk menghafalkannya adalah Di sinilah signifikansi penelusuran perjalanan
dedikasi besar untuk ikut berperan dalam proses pendidikan mereka.
penjagaan. Tulisan ini ingin mencoba mendeskripsikan
Pendidikan taf Al-Quran memang perjalanan belajar dan mengajar uff di In-
terus berjalan, namun belakangan prosesnya donesia. Datanya bersumber dari hasil penelitian
cenderung mengarah pada sekadar kegiatan Biografi uff di Indonesia yang dilakukan
menghafal. Penelitian Puslitbang Pendidikan oleh Tim Peneliti Lajnah Pentashihan Mushaf
Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Kementerian Agama terhadap 7 pesantren yang Agama RI pada tahun 2009. Penelitian itu sendiri
berciri K.H.as taf Al-Quran menyimpulkan berangkat dari adanya keprihatinan tentang
bahwa kemampuan menghafal menjadi puncak minimnya kajian tentang biografi penghafal Al-

188 | Widyariset, Vol. 15 No.1, April 2012


Quran. Menjadikan 12 hafiz yang juga pengasuh juga bersifat umum. Bahkan ada juga yang hanya
pesantren atau lembaga pendidikan taf Al- menjadi bagian yang tercatat dalam buku sejarah
Quran sebagai objeknya, penelitian ini banyak lembaga pendidikan yang diasuhnya, seperti
mendapatkan temuan. Salah satunya adalah yang Sekilas Sejarah Pondok Pesantren Gedongan
terkait dengan pola belajar dan mengajar mereka Cirebon Jawa Barat terbitan PP Gedongan dan
yang pada tulisan ini dicoba untuk dideskripsikan. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Kra-
Permasalahan yang terkait dengan dunia pyak Yogyakarta terbitan PP Krapyak. Sementara
taf Al-Quran dapat diidentifikasi dan ditinjau sebagian lainnya belum pernah ditulis biografinya.
dari beberapa aspek, seperti sanad atau mata Sebelum penelitian Biografi Huffaz di
rantai keilmuan guru-murid, pola pembelajaran Indonesia, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran
taf Al-Quran, tradisi lokal di pesantren/ juga pernah melakukan penelitian tentang
lembaga taf Al-Quran, kiprah para penghafal Lembaga Tahfiz Al-Quran di Indonesia. Fokus
Al-Quran, bahkan yang terkait kebijakan pemer- pada kelembagaan, penelitian ini lebih banyak
intah dalam mengembangkan pendidikan taf menjelaskan tentang aspek institusionalnya, mulai
Al-Quran. Dari beberapa hal di atas, penelitian dari bentuk, pengelolaan, serta kepengurusannya.
ini terfokus pada permasalahan seputar pola Informasi terkait proses belajar dan mengajar
pembelajaran taf Al-Quran. lebih terfokus pada persoalan jaringan sanad.
Berangkat dari latar belakang di atas, Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh
rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan
pola belajar dan mengajar para penghafal Al- Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Quran. Permasalahan yang terkait pola belajar Penelitian yang dilakukan pada 7 pesantren yang
mencakup mobilitas belajar mereka dari satu berciri K.H.as tahfiz Al-Quran ini menghasilkan
pesantren ke pesantren lain serta tahapan belajar tiga kesimpulan bahwa program tahfiz merupakan
mereka; apakah diawali dengan belajar Al-Quran fenomena sosial yang muncul karena kebutuhan
lalu Kitab Kuning atau sebaliknya. Sementara masyarakat, proses pembelajarannya berlangsung
itu, permasalahan yang terkait pola mengajar melalui amar makruf nahi mungkar, dan kemam-
mencakup prasyarat bagi santri yang ingin belajar, puan menghafal menjadi puncak intelektual yang
serta asas, metode, dan teknik yang diterapkan. dapat meningkatkan status sosial.4
Dengan begitu, diharapkan akan diperoleh Secara teori, pendidikan dapat ditinjau dari
gambaran yang utuh mengenai pola belajar dan dua perspektif, yaitu individu dan masyarakat.
mengajar para penghafal Al-Quran. Perspektif individu memandang pendidikan
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sebagai pengembangan potensi-potensi yang
dua, yaitu Pola belajar dan mobilitas para peng- terpendam dan tersembunyi. Setiap manusia
hafal Al-Quran (uff) dan Pola mengajar yang mempunyai bakat dan kemampuan yang kalau
dilakukan oleh para penghafal Al-Quran (uff) diberdayakan dapat menjadi sumber kekuatannya,
Dalam K.H.azanah buku-buku Islam, catatan termasuk kemampuan menghafal Al-Quran.
pendidikan para penghafal Al-Quran (uff) di Perspektif masyarakat memandang pendidikan
Indonesia umumnya hanya menjadi subbagian sebagai pewarisan kebudayaan dari generasi tua
dalam buku biografi yang bersangkutan. Itupun ke generasi muda, agar hidup tetap berkelanjutan.
kalau buku biografinya sudah ditulis. Sebab Artinya, masyarakat mempunyai nilai budaya
tidak seperti biografi tokoh pada umumnya, yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi
catatan biografi uff memang belum banyak hingga identitasnya tetap terpelihara. Nilai yang
dipublikasikan. Karya yang sudah diterbitkan ma- diwariskan, antara lain intelektual, seni, politik,
sih terbatas pada tokoh-tokoh besar saja, seperti dan ekonomi.6 Sejalan dengan itu, mengajarkan
Jejak Spiritual Abuya Dimyathi terbitan Pustaka Al-Quran dapat dipahami sebagai bagian dari
Pesantren, K.H. M. Moenauwir Al-Marhum: perjalanan pendidikan untuk mewariskan nilai-
Pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta nilai intelektual.
terbitan PP Krapyak, dan Biografi K.H.M. Arwani Makna pendidikan, dalam perspektif indi-
Amin terbitan Depag. Pembahasan di dalamnya vidu maupun masyarakat, mencakup kegiatan

Pola Belajar dan Mengajar... | Moh Khoeron | 189


belajar-mengajar. Kegiatan belajar dalam rangka yang berpusat pada siswa. Pendekatan pertama
mengembangkan bakat dan kemampuan, sedang menurunkan strategi pembelajaran langsung yang
mengajar dalam rangkat mewariskan nilai-nilai. lebih berpusat pada guru, lebih mengutamakan
Adapun yang dimaksud pola belajar dan mengajar strategi pembelajaran efektif guna memperluas
dalam tulisan ini mencakup pengalaman per- informasi materi ajar, dan deduktif;7 sedang yang
jalanan para penghafal Al-Quran ketika belajar kedua menurunkan strategi pembelajaran inkuiri,
dan mengajar. Perjalanan itu sendiri mencakup diskoveri, dan induktif.8
perpindahan objek dan tempat belajar. Objek Metode pembelajaran adalah prosedur,
belajar terbagi menjadi dua, Al-Quran (Q) dan urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan
Kitab Kuning (K). Tempat belajar, terbagi menjadi guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Nusantara dan Timur Tengah. Dalam tulisan ini, Dapat dikatakan bahwa metode adalah prosedur
keduanya akan dipotret perpindahan tahapannya pembelajaran yang fokus pada pencapaian tujuan.
secara berurutan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan
Perpindahan tahapan belajar dapat dipahami secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
juga sebagai mobilitas penghafal Al-Quran. pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara
Mobilitas ini adakalanya bersifat horizontal, konkret yang dipakai saat proses pembelajaran
adakalanya vertikal. Mobilitas horizontal ditandai berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik
dengan proses pendidikan yang berpindah dari meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu
satu pesantren ke pesantren lainnya. Sebuah me- metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
kanisme yang menandai semangat dan memotivasi teknik pembelajaran.9
mereka dalam memelihara mobilitas vertikal yang
memang dibutuhkan dalam menjalani tahapan Metode Penelitian
pendidikan. Sementara mobilitas vertikal itu
sendiri dipahami sebagai proses kepindahan yang Tulisan ini didasarkan pada data hasil penelitian
dilakukan untuk memperoleh jenjang pendidikan kualitatif tentang Biografi Huffaz di Indone-
yang semakin meninggi, sebagai bagian dari sia yang dilakukan oleh Tim Peneliti Lajnah
proses memperoleh spesialisasi,2 termasuk taf Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang
Al-Quran dan ilmul-qirat. dan Diklat Kementerian Agama RI pada tahun
2009. Penelitian ini merupakan penelitian studi
Terkait dengan mengajar, secara teori, dalam
kasus yang terpusat pada individu 12 uff yang
proses pendidikan dikenal beberapa hal, seperti
tersebar di Pulau Jawa. Adapun yang dimaksud
asas, strategi, pendekatan, metode, dan bahkan
uff dalam penelitian ini adalah orang yang
teknik. Asas pendidikan merupakan prinsip
mampu menghafal Al-Quran 30 juz dan telah
yang menjadi dasar dalam melakukan proses
memberikan sumbangan pengetahuan kepada
pendidikan atau pembelajaran, mulai dari materi,
masyarakat.
interaksi, inovasi, sampai cita-cita pembelajaran.
Asas pendidikan mencakup historis, sosial, Meski objek penelitian biografi ini adalah 12
ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, orang, namun data yang digunakan dalam tulisan
serta asas filsafat.6 ini hanya 11. Sebab, salah satu di antaranya tidak
dapat dikategorikan sebagai uff.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan Oleh karena didasarkan pada data hasil
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai penelitian yang tertuang dalam laporan hasil pene-
secara efektif dan efisien. Strategi merupakan litian Biografi Huffaz di Indonesia tahun 2009,
rangkaian perencanaan untuk mencapai sesuatu di penelitian ini menggunakan data kepustakaan
mana cara yang digunakan untuk melaksanakan- (library research). Sehubungan dengan itu,
nya dikenal sebagai metode. Adapun pendekatan temuan penelitian yang berkaitan dengan pola
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap belajar dan mengajar ini diklasifikasikan dan
proses pembelajaran. Setidaknya dikenal dua dikelompokkan. Data yang diperoleh, dianalisis
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendeka- secara deskriptif analitik dengan bantuan beberapa
tan yang berpusat pada guru dan pendekatan teori sosial dan pendidikan yang relevan. Sejalan

190 | Widyariset, Vol. 15 No.1, April 2012


dengan itu, penyajian data dilakukan bukan dalam Ketiga, pola yang diawali dengan belajar
bentuk angka, melainkan verbal. Kitab Kuning terkait bidang keilmuan fikih,
tafsir, hadits, tasawuf, dan lain sebagainya,
HASIL dan pembahasan kemudian menghafal Al-Quran, dan diaK.H.iri
dengan proses pendalaman kitab kuning. Pola ini
umumnya dilakukan oleh mereka yang mengawali
Pola Belajar Para Penghafal Al-Quran perjalanan intelektualnya di beberapa pondok
dan Mobilitasnya pesantren salafiyah di Indonesia. Sebagian mereka
Secara umum, perjalanan belajar para hafiz yang melanjutkan belajar dan menghafal Al-Quran-nya
menjadi objek penelitian ini, bermula dari balik di Makah, seperti K.H. Muhammad Munawwir
pintu rumah masing-masing. Tepatnya ketika Krapyak. Sementara sebagian lain berguru pada
mereka diajari mengenal huruf dan membaca sumber-sumber sanad tahfiz Al-Quran yang
Al-Quran, berikut maK.H.rijul urf dan taj- ada di Indonesia. Termasuk dalam kelompok ini
widnya, oleh orangtuanya. Dari situ, para penjaga adalah K.H. Muhammad Arwani Kudus dan K.H.
Al-Quran melanjutkan muibbah ilmiahnya ke Muntoha Wonosobo.
beberapa pondok pesantren, bahkan hingga bumi Pada tingkat tertentu, pola belajar ini
Haramain. juga memberikan pengaruh terhadap teknis
Secara umum, data hasil penelitian yang pembelajaran yang diberlakukan kepada para
terkait dengan pola belajar dan mengajar para santri yang ingin belajar kepada para penjaga
penghafal Al-Quran dapat dibuat dalam bentuk Al-Quran ini. Abuya Dimyathi misalnya, sesuai
tabulasi sebagai berikut:10 proses belajar yang dialaminya, secara tegas
mengharuskan kepada para santri yang ingin
Dari data di atas, dapat dijelaskan bahwa
menghafal Al-Quran kepadanya untuk terlebih
penelitian ini menemukan setidaknya ada tiga pola
dahulu mempelajari kitab-kitab salaf secara
belajar mereka, sebagaimana berikut ini.
mendalam. Menurutnya, ketika seseorang terlebih
Pertama, pola yang diawali dengan meng- dahulu menghafal Al-Quran, sementara ia belum
hafal Al-Quran, berbarengan dan atau kemudian dapat dan pandai memahami dan mengkaji kitab-
dilanjutkan dengan tafaqquh fid-dn pada bidang kitab salaf, maka ia tidak akan dapat maksimal
keilmuan lainnya, seperti fikih, tafsir, hadis, dalam mempelajarinya.
tasawuf, dan lain sebagainya. Pola ini kebanyakan
Lebih dari itu, temuan terkait pola perjalanan
dilakukan oleh mereka yang mengawali rihlah
belajar ini juga menggambarkan betapa Makah
ilmiahnya di Makah dan atau Madinah. Termasuk
dan Madinah masih menjadi kancah terpenting
dalam kelompok ini adalah K.H. Munawwar
dalam bangunan tradisi keilmuan di kalangan
Sedayu Gresik dan K.H. Said Ismail Sampang.
ulama sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20.
Sekembalinya ke Indonesia, mereka menjadi
Ini terlihat dari masih banyaknya imigran tipe
sumber sanad Nusantara. Termasuk juga dalam
ketiga yang oleh JO. Voll diidentifikasi sebagai
kelompok ini adalah mereka yang mengawali
ulama dan murid pengembara yang menuntut ilmu
perjalanan intelektualnya dengan menghafal Al-
di Makah dan Madinah.3
Quran pada sumber sanad Nusantara. Di antara
mereka adalah K.H. Yusuf Junaedi Bogor, K.H. Mengutip JO. Voll, Azyumardi3 menjelaskan
Abu Bakar Shofwan Cirebon, K.H. Ahmad Umar bahwa setidaknya ada tiga tipe gelombang
Abdul Manan Surakarta, dan Nyai Hj. Zuhriyah imigran dan ulama yang bermukim di Haramain,
Munawwir Kediri. yaitu: pertama, tipe little imigrants; orang-orang
yang datang, bermukim, dan diam-diam terserap
Kedua, pola yang diawali dengan belajar
dalam kehidupan sosial keagamaan di Haramain.
kitab kuning terkait bidang keilmuan fikih,
Mereka hidup sebagai pendidik biasa, tidak
tafsir, hadits, tasawuf, dan lain sebagainya, baru
harus ulama. Kedua, tipe grand imigrants; ulama
bermuara pada menghafal Al-Quran dan atau
par excellence, alim dan terkenal di daerahnya
ilmu al-qirat. Termasuk dalam kelompok ini,
sehingga qualified untuk ikut ambil bagian dalam
K.H. Muhammad Dimyathi Pandeglang dan
diskursus intelektual di Haramain. Ketiga, ulama
K.H.Abdul Manan Syukur Malang.

Pola Belajar dan Mengajar... | Moh Khoeron | 191


dan murid pengembara yang menuntut ilmu di dari satu generasi ke generasi lainnya, dengan
Haramain. kiai sebagai simbol utamanya. Menurut Abdur-
Kenyataan ini menggambarkan betapa rahman Wahid, setidaknya ada tiga alat utama
tingginya mobilitas para penjaga Al-Quran, pembentukan tata nilai pesantren, yaitu mobilitas
baik horizontal maupun vertikal. Dalam tradisi santri, pertemuan antar-pengasuh pesantren, dan
pesantren, mobilitas semacam ini pada aK.H.irnya penggunaan literatur yang telah diakui bersama
menjadi salah satu alat utama mencapai konsensus dalam pengajaran di pesantren. Selain ketiga
antarpesantren dalam proses pembentukan tata hal ini, proses pembentukan tata nilai pesantren
nilai universal yang disepakati bersama. Melalui juga ditunjang dengan persamaan latar belakang
mekanisme perpindahan santri dari satu pesantren sosial dan latar belakang pendidikan.2 Terkait
ke pesantren lain, nilai-nilai seperti baik, buruk, ini, kewajiban ber-talaqq (mendiktekan)11 dan
keharusan/kewajiban, larangan, dan ancaman ber-musyfahah (membaca di hadapan guru)12
dipelihara dan diteruskan melalui sistem transmisi dalam belajar Al-Quran menjadi bagian dari

Tabel 1. Perjalanan Belajar Para Penghafal Al-Quran (uff)


No Nama Tempat Sanad
1 K.H. Muhammad P Kadupeusing (19421949) [K - Tarekat], P Sempur Purwakarta K.H. Baidlowi Lasem
Dimyathi Pandeglang (19501953) [K - Tarekat], P Watucongol (19541957) [K - Tarekat],
(19252003) P Bendo Jatim (19571961) [K - Tarekat], P Lasem (19621963) [Q]
(Pola KQ)
2 K.H. Yusuf Junaedi P Kaliwungu Kendal [Q], P Ngebel Secang Magelang [K], P Karang- K.H. Baidlowi Ar-Rasyidi
Bogor (19211987) jongkeng Brebes [K] Kaliwungu
(Pola QK)
3 K.H. Abu Bakar Shof- P Kaliwungu Kendal (19531959) [Q], P Lirboyo Kediri (4 tahun) [K] K.H. Baidlowi Ar-Rasyidi
wan Cirebon (1942 (Pola QK) Kaliwungu
sekarang)
4 K.H. Muhammad P Jamsaren (19191926) [K], P Tebuireng (19261930) [K], P Kra- K.H. Munawwir
Arwani Kudus pyak (19301941) [Q], P Undaan Kudus (19431946) [K-Tarekat], P
(19051994) Popongan Solo (10 tahun) [K- Tarekat]
(Pola KQK)
6 K.H. Ahmad Umar P Tremas (19311934) [Q], P Krapyak (19341936) [Q], P Mojosari K.H. Dimyathi Abdul-
Abdul Mannan Nganjuk (1936) [K], P Popongan Solo [K- Tarekat] lah Tremas dan K.H.
Surakarta (1916 (Pola QK) Munawwir
7 K.H. M Munawwir P Bangkalan [K], P Kanggotan Bantul [K], P Darat Semarang [K], P SyeK.H. Yusuf Hajar
Yogyakarta (1870 Watucongol [K], Makah (18881904) [Q - SSN], Madinah (1904 (Qiraah Sabah),
1942) 1909) [Q - K] SyeK.H. Abdul Karim
(Pola KQK) Ibn Umar al-Badry
8 K.H. Said Ismail Sam- Makah (18981901) [QSSN], Makah (19011906) [K] SyeK.H. Abdul Hamid
pang (18911954) (Pola QK) Mirdad
9 Nyai. Hj. Zuhriyah P Krapyak [Q], P Yanbuul Quran Kudus [Q], P Cukir Jombang [Q - K] K.H. Abdul Qadir
Munawwir Kediri (Pola QK) Munawwir, K.H. Ahmad
(tahun Za - w 2009) Munawwir, K.H. Arwani
Amin, K.H. Adlan Ali
10 K.H. Munawwar Madinah [QSSN], [K] SyeK.H. Abdul Karim
Gresik (18841944) (Pola QK) Ibn Umar al-Badry
11 K.H. Abdul Manan P Beran Ngawi (19351943) [K], P Tebuireng (19431944) [K], P K.H. Abdul Qadir
Syukur Malang Tambak Beras (sampai 1950) [K], P Tugung Genteng Banyuwangi Munawwir, K.H. Arwani
(19252007) (1950 - 1952) [K], P Krapyak (19521956) [Q] Kudus, K.H. Hisyam
(Pola KQ)
Sumber: Laporan Penelitian Biografi Huffaz di Indonesia, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2009
Ket: J : Pesantren di Jawa, K : Kitab Kuning, SSN: Sumber Sanad Nusantara, H : Haramain, Q: Al-Quran

192 | Widyariset, Vol. 15 No.1, April 2012


contoh nyata tata nilai yang ditemui di semua pendidikanya juga bukan konvergensi yang
lingkungan pondok pesantren/lembaga tahfiz anthropocentric dan merupakan gabungan
Al-Quran. Demikian juga dengan keharusan dari keduanya yang mengasumsikan bahwa
mengawali belajar dengan bin-naar sebelum kepribadian anak dibentuk dan dikembangkan
bil-gaib, meskipun penelitian ini menemukan oleh faktor dasar dan ajar. Pendidikan pesantren
keragaman dalam praksis proses pendidikannya. menganut aliran pendidikan Islam yang meyakini
anak dilahirkan sesuai fitrahnya, bukan kosong
Pola Mengajar uff belaka (tabularasa), dan bersumber pada filsafat
pendidikan theocentrik.15 Karenanya Al-Quran
Terkait pola mengajar uff, data hasil dibaca, dihafal, dan dipahami dengan berangkat
penelitian ini dapat ditabulasi seperti pada Tabel 2. dari keyakinan keberadaannya sebagai firman
Temuan penelitian ini mengonfirmasi bahwa Tuhan yang sakral, bukan sesuatu yang profan
pembejalaran Al-Quran berasaskan talaqq dan sehingga patut diragukan.
musyfahah, baik bin-naari maupun bil-gaib. Pada tataran yang lebih praktis, sebagai
Artinya, pembelajaran Al-Quran tidak boleh sebuah metode, talaqq dan musyfahah meng-
tidak harus dilakukan dengan keduanya. Pada haruskan pertemuan guru dan murid. Layaknya
saat yang sama, keduanya pun tidak dapat sebatas pendidikan dalam pengertiannya yang tradisional,
dipahami sebagai metode. Karena praksis pendi- proses pendidikannya pun teacher oriented. Oleh
dikan dan pembelajaran membolehkan perubahan karena itu, bisa dipahami kalau penelitian ini
metode, sedang pembelajaran Al-Quran harus menemukan bahwa tahfiz Al-Quran dilakukan
dilakukan dengan keduanya. Tentang ini, Ali dengan pendekatan pembelajaran langsung
bin Nyif as-Sahud menegaskan bahwa talaqq (teacher centred approaches). Dengan demikian,
dan musyfahah merupakan asas dalam (belajar) faktor guru (kiai) menjadi hal utama dalam setiap
melafalkan (naqlil-qurn), sebagaimana yang rangkaian prosesnya, baik dalam pembelajaran
dilakukan Jibril kepada Nabi Muhammad saw. bin-naari maupun bil-gaib. Belajar Al-Quran
dan terus berlangsung hingga sekarang. Lebih tidak sekadar dapat membaca atau menghafal,
jauh, as-Sayud menegaskan bahwa yang demikian tetapi bagaimana proses keduanya itu berlangsung
harus terus berlangsung hingga aK.H.ir zaman.13 di hadapan seorang guru.
Dengan menggunakan istilah at-talqiyyah,
Selain talaqq dan musyfahah, dikenal
hal yang sama dijelaskan juga oleh Ibn syr
juga metode simaan dalam pengajaran tahfiz
dalam tafsirnya.14 Dari sini terlihat betapa aspek
Al-Quran. Secara bahasa, simaan berarti
kesejarahan proses talaqq dan musyfahah
mendengar, sedang sebagai metode menghafal
menjadi alasan fundamental; dan ini sesuai
Al-Quran, kata ini dipahami sebagai mengulang
dengan asas historis pendidikan Islam yang sudah
hafalan dengan memperdengarkannya di hadapan
dikembangkan sejak periode pembinaan (awal
teman, ustadz, atau kiai. Tujuannya adalah untuk
IslamUmayyah).6
menjaga hafalan sehingga tidak lupa. Karenanya,
Keteguhan terhadap asas talaqq dan semaan terkadang menjadi keharusan untuk
musyfahah demi terjaganya keautentikan dilakukan di hadapan kiai setelah mencapai
Al-Quran juga menggambarkan posisi sistem tingkatan hafalan tertentu, seperti setiap 5 juz
pendidikan pesantren tahfiz Al-Quran dalam dan kelipatannya. Santri yang dianggap belum
konteks aliran pendidikan. Aliran pendidikan lancar dalam semaan, tidak diperkenankan untuk
pesantren bukan empirisme yang mengasum- menambah hafalannya.
sikan anak dilahirkan dalam keadaan kosong
Penelitian ini juga menemukan beberapa
(tabularasa) sehingga pendidikan diorientasikan
metode menghafal yang berkembang di pondok
untuk menciptakan generasi baru yang lebih baik
tahfiz Al-Quran, seperti setoran (ngeloh),
dari sebelumnya. Pendidikan pesantren juga tidak
murjaah (pengulangan hafalan secara indi-
beraliran nativisme yang mengasumsikan anak
vidual), mudrasah (saling memperdengarkan
lahir dengan bakat dan potensi yang ada sehingga
sesama santri), dan takrr (mengulang hafalan
pendidikan bertugas membantu mengembangkan
sebelum menyetorkan hafalan berikutnya).
potensi dan bakat yang dimilikinya. Aliran

Pola Belajar dan Mengajar... | Moh Khoeron | 193


Tabel 2. Pola Mengajar Para Guru Al-Quran (uff)
Teknik Mengajar Selain
No Nama Syarat santri Metode Karya
Setoran Al-Quran
1 K.H. Muhammad Tahsin bin- Setoran hafalan (Malam juz 30129 Tafsir, Hadis, dan Al-Hadiyah al-Jalaliyah fi
Dimyathi Pandeglang Nazari dan Senin dan Kamis) semaan Tasawuf at-Tariqah asy-Syaziliyyah
(19252003) menguasai KK

2 K.H. Yusuf Junaedi Tahsin bin- Setoran (habis subuh), Juz 30 - 129 Buku catatan ilmu hikmah
Bogor (19211987) Nazari (habis talaqqi-musyafahah, takrir (terminal 5 (belum diterbitkan)
Magrib) mandiri (malam hari), juz)
semaan
3 K.H. Abu Bakar Shof- Tahsin bin- Ngeloh (setoran), nepung juz 30129
wan Cirebon (1942 Nazari (murajaah-semaan) per (terminal 5
sekarang) 5 juz (harus lancar), ritual juz)
matangpuluh bagi yang
sudah K.H.atam
4 K.H. Muhammad Tahsin bin- Musyafahah, resitasi juz 130 Ilmu Qiraat, Hadis, Faydlul-Barakat fi Sabil
Arwani Kudus Nazari (tugas hafalan yg harus Tasawuf Qiraat, Risalah Mubara-
(19051994) disetorkan setelah lancar), kah (Tarekat Naqsabandi-
takrar, dan mudarasah yah K.H.alidiyah)
(menghafal estafet antar
santri)
5 K.H. Muntaha Wono- Tahsin bin- Setoran (pagi/sore juz 30129 Tafsir At-Tafsir al-Maudlui (Tim
sobo (19122004) Nazari maksimal 5 hal), takrar Sembilan)
pada ustadz,semaan,
K.H.ataman mingguan
6 K.H. Ahmad Umar Ab- A K.H.lak terpuji Setoran dan semaan yang juz 30129 AK.H.lak dan Shalawat Wasiat dan al-
dul Mannan Surakarta dan Tahsin bin- dipadu dengan sistem Tasawuf Jawahirul Hisan
(1916 - Nazari sampai madrasah
K.H.atam baru
menghafal

7 K.H. M Munawwir Sudah menetap Musyafahah yang diawali juz 30 surat Fikih, Tafsir, Hadis
Yogyakarta ( 1870 - selama 1 dengan setoran pada pilihan - 129
1942) minggu, Tahsin ustaz
bin-Nazari
8 K.H. Said Ismail Sam- Tahsin bin- Setoran dan semaan Untuk KK, santri
pang (18911954) Nazari belajar di pondok
sekitar sesuai
kesepakatan antar
pengasuh
9 Nyai. Hj. Zuhriyah K.H.usus Talaqqi, musyafahah, juz 30129
Munawwir Kediri Putri, Tahsin bin- simaan, takrar sebelum
(tahun Za - w 2009) Nazari menambah hafalan
10 K.H. Munawwar K.H.usus Putra, Setoran dan semaan Juz 130 Lembaran doa, Mushaful
Gresik (18841944) Tahsin bin- Munawwar (pelajaran
Nazari, sudah qiraat imam syubah dan
hatam membaca gharaibul qiraat yang
Al-Quran seban- didokumentasikan oleh
yak 7 kali putra bungsunya)
11 K.H. Abdul Manan Tahsin bin- Talaqqi, musyafahah,dan juz 30129 Guru Madrasah Buku Doa Mustajabah
Syukur Malang Nazari simaan, dan Kumpulan Nasehat
(19252007) K.H. Abdul Manan

Sumber: Laporan Penelitian Biografi Huffaz di Indonesia, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2009

Secara spesifik, pengertian istilah-istilah ini sudah Secara umum, proses pembelajaran Al-
dijelaskan oleh M. Syatibi dalam tulisannya yang Quran dilakukan dengan membaca (bin-nazari)
bertajuk Potret Lembaga Tahfiz Al-Quran di dan menghafal (bil-gaib). Artinya, ada yang hanya
Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Tahfiz.4 membaca dan ada pula yang sampai menghafal-
Hemat penulis, secara garis besar pengertian kannya. Prinsipnya, proses bil-gaib harus diawali
metode-metode tersebut sudah terangkum dalam bin-nazari terlebih dahulu. Kebanyakan pesantren
talaqq, musyfahah, dan semaan. tahfiz mengharuskan santri mengK.H.atamkan
Al-Quran secara bin-nazari terlebih dahulu,

194 | Widyariset, Vol. 15 No.1, April 2012


baru kemudian menghafalkannya. Namun, ada musyfahah; tidak ada perbedaan tentang hal ini.
juga yang memberlakukan proses bin-nazari dan Demikian juga pada metode, semuanya berproses
bil-gaib secara beriringan. Artinya, santri yang pada lingkaran talaqq, musyfahah, dan semaan.
mau menghafal tidak harus mengkhatamkan Keragaman muncul hanya pada hal-hal yang ter-
bin-nazari terlebih dahulu. Akan tetapi kedua kait dengan syarat dan teknik. Meski secara umum
proses ini dilakukan secara bertahap-beriringan; mensyaratkan tasn bin-nazari, namun ada
misalnya diawali dengan ta bin-nazari di sore juga yang memberlakukan syarat-syarat khusus,
hari kemudian dilanjutkan dengan bil-gaib setelah seperti harus menguasai Kitab Kuning terlebih
salat Subuh. Dengan catatan, jika ta bin- dahulu, harus menetap di pesantren minimal 1
nazari-nya belum benar, santri belum dibolehkan minggu terlebih dahulu, harus mengkhatamkan
menyetorkan hafalan pada esok harinya, meski ia membaca Al-Quran sebanyak 7 kali. Ada juga
mampu. Proses ini sebagaimana yang ditemukan yang hanya mengkhususkan pada santri putra
dalam pembelajaran tahfiz Al-Quran di pondok atau santri putri.
pesantren K.H. Yusuf Junaedi, Bogor.
Pada tingkatan yang lebih praksis, pene- Saran
litian ini juga menemukan empat varian teknik
Secara akademik, tulisan ini merupakan pengem-
menghafal Al-Quran. Pertama, dimulai dengan
bangan dari hasil penelitian tentang Biografi
menghafal juz 30 dengan urutan terbalik, dari
Huffaz di Indonesia. Data yang digunakan hanya
surat an-Ns sampai ke an-Nab. Setelah itu,
sebagian dari temuan yang dihasilkan. Masih
hafalan dilanjutkan dengan juz 1 sampai dengan
banyak temuan-temuan lain yang dapat dielab-
juz 29. Kedua, dimulai dengan menghafal juz 30
orasi guna menemukan keunikan-keunikan dalam
dengan urutan terbalik, dari surat an-Ns sampai
dunia tahfiz Al-Quran. Untuk itu, perlu dilakukan
ke an-Nab. Setelah itu, hafalan surat-surat
kajian berkelanjutan untuk terus mengidentifikasi
pilihan, baru dilanjutkan dengan juz 1 sampai
keunikan dunia penghafal Al-Quran sehingga
dengan juz 29. Ketiga, langsung dimulai dari juz
dapat dijadikan rujukan dalam menentukan ke-
1 sampai dengan juz 30 (K.H. Munawwar Gresik
bijakan pengembangan yang relevan. Penemuan
dan K.H. Muhammad Arwani Kudus). Keempat,
keunikan penting, K.H.ususnya jika dikaitkan
di mulai dari juz 30 sampai dengan juz 1 (K.H.
dengan posisi penghafal Al-Quran dan Pondok
Abu Bakar Shofwan Cirebon).
Pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) dalam peta
kepesantrenan Indonesia. Selama ini, dunia tahfiz
kesimpulan Al-Quran masih dikelompokkan dalam pondok
Berdasarkan analisis di atas, pola belajar dan pesantren salafiyah (PPS). Akibatnya, perhatian
mengajar para penghafal Al-Quran (huffaz)dapat pemerintah terhadap para penghafal Al-Quran
dideskripsikan dalam dua hal berikut. dan PPTQ pun kurang karena terfokus pada PPS.
Pertama, pola belajar uff di Indonesia Untuk itu diperlukan kajian berkesinambungan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu a) tentang hal ini.
Berawal dari belajar Kitab Kuning, bermuara pada Secara teknis, dapat disampaikan beberapa
menghafal Al-Quran; b) Berawal dari menghafal saran terkait tulisan ini sebagai berikut.
Al-Quran kemudian dilanjutkan belajar kitab 1) Santri: agar meneladani semangat guru-guru
kuning; c) Berawal dari belajar Kitab Kuning, taf Al-Quran terdahulu dalam mencari
kemudian Al-Quran, lalu kembali ke Kitab ilmu.
Kuning. Pola ini menegaskan bahwa para uff 2) Guru Tahfiz: perlu memfasilitasi agar santri ti-
terdahulu tidak ada yang mencukupkan belajarnya dak hanya fokus menghafal dan mengabaikan
hanya pada menghafal Al-Quran dan tidak ada pengembangan wawasan, baik secara formal
pula yang hanya pada satu pesantren. maupun nonformal.
Kedua, pola mengajar para penghafal 3) Kemenag: a) agar menerbitkan hasil penelitian
Al-Quran semuanya berangkat dari asas historis tentang profil atau biografi para penghafal
pendidikan yang mengharuskan talaqq dan Al-Quran sebagai salah satu sarana so-

Pola Belajar dan Mengajar... | Moh Khoeron | 195


sialisasi sehingga dapat dipahami secara 4
Syatibi, M. 2008, Potret Lembaga Tahfiz Al-Quran
lebih dalam dan luas oleh masyarakat; b) di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran
agar mengenalkan perkembangan metode Tahfiz. SUHUF: Jurnal Kajian Al-Quran dan
Kebudayaan. 1 (1): 111133.
pembelajaran Al-Quran kepada para guru dan 5
Kisihandi, Ferry (Ed.). 2011. Membangkitkan Simpati
penghafal Al-Quran; c) agar memerhatikan
bagi Penghafal Al-Quran, Republika (Dialog
aspek pengembangan wawasan stakeholders Jumat), 14 Januari: 3.
pesantren/lembaga pendidikan taf 6
Langgulung, Hasan. 2003, Asas-Asas Pendidikan
Al-Quran, baik melalui pendidikan formal Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru
maupun nonformal; d) agar memerhatikan 7(
http://aK.H.madsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/
kesejahteraan para guru taf Al-Quran; e) model-pembelajaran-langsung. diakses pada 7
agar mengembangkan kebijakan pendidikan Oktober 2011).
yang relevan terhadap kebutuhan pondok 8
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran:
tahfiz Al-Quran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Jakarta:
Rajawali Pers.
UCAPAN TERIMA KASIH
9
(http://wijayalabs.wordpress.com/2008/06/23/
perbedaan-strategi-model-pendekatan-metode-
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim dan-teknik/ diakses pada 7 Oktober 2011)
Peneliti Biografi Huffaz di Indonesia Tahun 2009, 10
Tim Peneliti, 2009, Biografi Huffaz Al-Quran
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Balai Di Indonesia, Laporan Penelitian, Lajnah
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI yang Pentashihan Mushaf Al-Quran. Jakarta:
telah mengizinkan penulis untuk menggunakan Kementerian Agama.
data-datanya sebagai sumber penulisan tulisan
11
Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawwir:
ini. Ungkapan terima kasih juga kami sampaikan Kamus ArabIndonesia, h. 1376, Yogyakarta:
PP Al-Munawwir.
kepada Bapak Drs. Mahmud Thoha, M.A., APU
yang telah banyak memberikan bimbingan dan
12
Tim Penyusun, K.H. M. Moenauwir Al-Marhum:
P e n d i r i P o n d o k P e s a n t re n K r a p y a k
masukan kepada penulis sehingga karya tulis Yogyakarta,Yogyakarta: PP Al-Munawwir
ilmiah ini dapat terselesaikan. Krapyak.
13
as-Sad, Ali bin Nyif.al-Ijz al-Lugaw wal-
DAFTAR PUSTAKA Bayn fil-Qurn al-Karm, al-Bi fil-
Qurn was-Sunnah
1
Al-BuK.H.ari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail.
Al-Jmi a-ah Al-Musnad Min adii
14
Ibn syr, Muammad a-hir, Tafsr at-Tarr wat-
Raslillahi wa Sunanihi wa Ayymihi, Kitb Tanwr, Tunis: ad-Dr at-Tnisiyyah lin-Nasyr
Failul Qurn, Bb K.H.airukum Man 15
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan
Taallamal Qurn wa Allamahu. Kairo: Pesantren. Jakarta: INIS.
Al-Mabaah as-Salafiyah wa Maktabatuh
2
Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakan Tradisi,
Yogyakarta: LKiS
3
Azra, Azyumardi.2007, Jaringan Ulama Timur
Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

196 | Widyariset, Vol. 15 No.1, April 2012

Вам также может понравиться