Вы находитесь на странице: 1из 3

BACAAN IV

Nezar Al Sayyad:

ARAB MUSLIM CITIES

Akhir abad 17 merupakan masa dimana rezim fundamental terjadi di sebagian besar Negara muslim.
banyak yang menyoroti nilai budaya yang secara implisit ada di sistem urban/kota di Negara-negara
tersebut. Pemerintah juga butuh definisi kota muslimsebelum membuat kebijakan tentang
perencanaan kota. Inilah mengapa banyak konferensi dan symposium on (aku ga tau on ini maksudnya
tentangatau di) kota muslim yang disponsori oleh kelompok riset maupun organisasi politik di dunia
islam.

Organisasi yang paling aktif adalah penghargaan Aga Khan untuk arsitektur islam, dan program Franco-
British di kota-kota di timur tengah. Organisasi2 tersebut melakukan publikasi dari ilmuwan nasionalis
dengan pendekatan reaksional, hingga kepada ilmuan dengan pendekatan kritis orientalis.

1. The Organization of Arab Town mensponsori 3 konferensi internasional tetapi hanya


mempublikasikan: The Arab City (1982) diedit oleh Serageldin dan S. El-Sadek yang membahas
identitas dan evolusi kota islam dari masa lalu ke masa sekarang, serta menjelaskan strategi
untuk perencanaan (planning) dan konservasi
2. Universitas King Faisal di Saudi Arabia mensponsori symposium dan mempublikasikan:
Islamic Architecture and Urbanism (1983) diedit oleh A. German, yang berisi kumpulan tulisan
dari seluruh dunia. Pada artikel pendahuluan, Kuban mendemonstrasikan perbedaan gaya
arsitektur islam serta tradisi kota (urban), mengutarakan gagasan mengenai islam, termasuk
bentuk kota.
berlawanan dengan artikel Grabar dan DeMontequin, yang mengidentifikasikan esensi arsitektur
islam dan keberadaan kota di dunia muslim
Willian dan Georges Marcais, Jean Sauvaget dan Roger LeTourneau dapat dikatakan melakukan
pendekatan orientalis dimana mereka berpendapat bahwa karena islam lah taraf urbanisasi
secara signifikan meningkat di Timur Tengah, serta mengenalkan karakteristik bentuk kota islam.
Studi tersebut ditambahkan revisi oleh Gustaf von Grunebaum yang mempresentasikan bentuk
fisik tipikal kota islam dalam konteks struktur institusional. Model ini telah banyak diadopsi
oleh banyak ilmuan oriental yang tidak banyak dipertanyakan hingga
Ira Lapidsus membuat tulisan Muslim Cities in the later Middle Ages (1967) yang
mengutarakan bahwa bentuk kota islam adalah hasil dari hubungan antara kekuatan dan
kekuasaan kelompok-kelompok sosial.

Dan masih banyak lagi tulisan ilmuan-ilmuat tentang arab muslim urban city yang dibahas dari
sudut pandang yan berbeda yang di bahas oleh Sayyad.

hingga pada akhirnya ia membahas tulisan milik Hakim Besim yang berjudul Arabic Islamic City. Sayyad
berpendapat bahwa tulisan Hakim merupakan yang paling kontroversial dan ambisius diantara buku
lainnya, dimana Hakim menuliskan tujuannya: untuk secara sistematis mengamati semua bangunan dan
prinsip perencanaan yang membentuk kota Arab-Islam. Thesis utamanya sederhana, dimana Hakim
berpendapat bahwa ada pengaruh islam pada pembentukan kota arab atau islam dimana kebijakan dan
hukum islam merupakan penyebab pola selular dalam kota Islam.
Sayyad berpendapat bahwa tulisan hakim sangat penting dalam literatur mengenai urbanism islam
karena tulisannya merupakan tulisan orientalis pertama, bukannya teori Islamic tradisional.

Namun terdapat beberapa hal yang dipertanyakan dan dikritik oleh Sayyad:

1. Buku Hakim dipublikasikan pada 1986 sementara pada pendahuluan dituliskan selesai ditulis
pada 1979. Selama kurun waktu 7 tahun, apakah Hakim menghiraukan material penting yang
ada pada kurun waktu tersebut? S. Al-Hathloul dari MIT menulis The Arab Muslim City:
Tradition, Continuity, and Change pada 1981, mengutarakan pendapat yang sama dengan Hakim
2. Penjelasan mengenai kota arab-islam terlalu sederhana sebatas islam menyatu dengan arab,
dan bahasa arab adalah bahasa al-Quran.
3. Hakim menganalisa kota secara formal dan statis, penjelasannya menjelaskan kota hanya
sebagai elemen fisik dari foto-foto, bukan sebagai sesuatu yang hidup dan tumbuh
4. Evaluasi kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan Hakim terhadap kota sangat membingungkan
dan hanya sedikit bahkan tidak ada argumen yang diberikan
5. Hakim yang hanya mengambil Tunisia sebagai objek studinya, tidak bisa disamakan dengan
kondisi di kota-kota islam lainnya
6. Pendapatnya bahwa iklim bukanlah faktor utama pembetuk kota sangat tidak tepat, dimana
Hakim tidak pernah meneliti iklim di dalam risetnya.

Besim Hakim memberikan tanggapan terkait apa yang diutarakan oleh Nezar Al Sayyad, diantaranya:

1. Mengacu pada pertanyaan AlSayyad terkait tahun publikasi dan penulisan buku, hakim memang
telah menyelesaikan bukunya pada 1979, namun dikarenakan: proses mencari penerbit yang
tepat, alasan pribadi yang memperlambat diterbitkannya buku, skrip buku yang tertahan di
penerbit selama beberapa tahun untuk menunggu diterbitkan, akhirnya buku Hakim baru dapat
dipublikasikan pada 1986. Dan tidak ada perubahan dalam kurun waktu tersebut karena Hakim
merasa tidak ada material penting yang perlu ditambahkan dalam kurun watu tersebut. Terkait
tulisan yang diterbitkan Al-Hathloul, Hakim percaya nahwa tulisan Al-Hathloul dan tulisan lain
yang mengikutinya justru lah dipengaruhi oleh tulisan Hakim, dimana Hakim melakukan dua kali
kunjungan ke MIT.
2. Analisa yang dilakukan secara formal dan statis dikarenakan sulitnya mendapatkan informasi
tentang perubahan dan pertumbuhan kota. bagaimanapun, setelah data tersebut akhrinya
didapatkan, telah digabung ke dalam buku
3. Data kuantitatif terkait Kota Tunis digunakan untuk dibandingkan dengan kota lain, terkait
tanggapan AlSayyad mengenai penyamaan kota Tunis dengan kota-kota lainnya, Hakim telah
mengumpulkan data yang cukup untuk membuktikan kebenaran pernyataannya, data tersebut
akan dipublikasikan oleh Hakim di masa yang akan datang
4. Terkalit penemuan Hakim bahwa iklim bukanlah faktor utama pembentuk kota islam, Hakim
berpendapat bahwa pembaca telah familiar dengan literatur yang melimpah terkait hal ini, dan
tidak perlu untuk menngulangnya lagi di buku.
Nah terus si Nezzar AlSayyad bales lagi ah elah

1. Sayyad paham terkait lamanya waktu dalam publikasi, tapi kalau menyatakan bahwa tidak ada
material penting selama kurun waktu tersebut, menunjukkan ketidak pedulian Hakim terhadap
sesama ilmuan, termasuk para penulis lain yang dibahas Sayyad (diawal artikel Sayyad itu yang
banyak)
2. Mengapa hakim mengacu pada data yang baru akan ia punlikasikan di masa yang akan datang?
3. Walaupun Hakim mengatakan sulitnya mendapatkan data mengenai pertumbuhan kota, hakim
mengilustrasikan perkembangan kota dengan sebuah peta kecil, yang tidak akan bisa
menjelaskan proses pembentukan kota yang kompleks
4. Terkait tentang literatur iklim, dimana kita para pembaca dapat menemukan literatur tersebut?

Pada ahirnya AlSayyad bilang, dia tetap punya keyakinan dan hormat sama Hakim, review AlSayyad,
bagaimanapun adalah tentang buku Hakim, bukan Tentang Hakimnya.

Terkait analisa, aku baru baca bacaan yang pertama, dan rada ga nyambug, tp menurutku nezar
ngomentarin dan membahas tulisan orang-orang temtang kota islam, nah aku nangkepnya, kalau kata
pak goti kan novelty itu kan dimana kita itu ngelihat satu fenomena, dimana fenomena itu juga dilihat
orang lain, nah tapi bagaimana kita bisa melihat fenomena itu dari sudut pandang yang berbeda.

kaitannya dengan artikel ini, fenomenanya itu ya kota arab islam, dimana nezar membahas sudut
pandang para ilmuan yang berbeda-beda. sudut pandang yang berbeda-beda itulah novelty dari masing-
masing ilmuan.

Terkait sama bales balesan Nezar dan Hakim

Вам также может понравиться