Вы находитесь на странице: 1из 9

Pengaruh Obat Herbal Untuk Penyakit Hepatitis

Pemanfaatan Pegagan (Centella Asiatica L.Urban)


dan Kunyit (Curcuma Longa) Sebagai
Hepatoprotektor

Retno Try Lestari


NIM. 051611133149

Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga
2016
PENDAHULUAN

Penyakit hati adalah permasalahan dunia dengan angka kesakitan dan


kematian yang tinggi. Meskipun manajemen kedokteran sudah maju, tetapi belum
ada pemberian terapi yang efektif hingga saat ini. Bahkan perkembangan
pengobatan yang terbaru untuk mengobati penyakit hati sering menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan (Madani et al., 2008). Maka dari itu masyarakat
saat ini cenderung untuk kembali ke alam (Handajani, 2007) dan lebih memilih
untuk memakai substansi bioaktif alami untuk agen terapeutik (Son et al., 2004).

Kecenderungan back to nature sangat dirasakan dalam dekade ini, baik


di negara maju maupun negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Hal ini
memberi arahan baru di Indonesia dalam mengembangkan keanekaragaman
hayati yang dimiliki. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan
senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang memiliki aktivitas
hepatoprotektor, yaitu senyawa yang mempunyai aktivitas melindungi sel-sel hati
dan bahkan memperbaiki jaringan hati.

Perkembangan penyakit hepatitis saat ini terus meningkat dan telah


menjadi masalah kesehatan di dunia. Prevalensi kerusakan hati akibat obat-obatan
kimiawi sangat tinggi, mulai dari kerusakan yang tidak permanen, namun dapat
berlangsung lama dan fatal (Setiabudy 1979). Epidemiologi hepatitis karena obat
terjadi pada delapan dalam setiap 10.000 orang. Perempuan lebih rentan
menderita hepatitis hampir dua kali dibandingkan laki-laki. Orang dewasa lebih
rentan terhadap jenis hepatitis ini karena tubuh mereka tidak mampu memperbaiki
dengan cepat sel-sel hepatosit yang rusak seperti pada orang muda (Thomas
2008).

Salah satu penyebab kerusakan hati adalah parasetamol yang merupakan


salah satu diantara obat-obatan yang paling banyak menyebabkan overdosis dan
keracunan di masyarakat. Mudah diperolehnya parasetamol menyebabkan
konsumsi parasetamol dapat dilakukan secara bebas sementara disisi lain
pengetahuan masyarakat mengenai obat ini masih sangat kurang, terutama tentang
toksisitasnya bila digunakan dalam dosis berlebihan.Parasetamol, yang berfungsi
sebagai analgetik dan antipiretik, bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan akan
menguras kandungan glutathion (GSH) dan membentuk suatu metabolit elektrofil
sebagai radikal bebas, yaitu N-asetyl-p-benzoquinonimina (NAPQI). Pada
keadaan nekrosis, sel-sel hati pecah sehingga enzim amino transferase, yaitu AST
dan ALT yang terdapat dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam aliran
darah sehingga terjadi kenaikan AST dan ALT melebihi normal.

Kurkumin diketahui dapat memperbaiki fungsi hati, dan melindungi hati


dari pengaruh zat racun yang dapat merusak fungsi hati. Tanaman lain yang
digunakan secara tradisional dalam pengobatan penyakit hati ialah pegagan
(Centella asiatica L.Urban). Bagi penderita hepatitis ikterik akut dengan
pembengkakan hati, minum air rebusan pegagan dapat mempercepat
penyembuhan dan menghilangkan keluhan ikterik pada kulit (Dalimartha dan
Setiawan 2005).

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak pegagan dan


kunyit melihat adanya interaksi farmakokinetik yang mengakibatkan perubahan
absorbsi distribusi metabolisme atau ekskresi dari obat herbal sehingga dapat
mempengaruhi secara kuantitatif. Interaksi farmakodinamik mempengaruhi aksi
obat secara kualitatif, baik melalui efek meningkatkan (aksi sinergis atau aditif)
atau efek antagonis (Gohil dan Patel 2007). Interaksi sinergis merupakan
gabungan efek positif dari pegagan dan kunyit yang diberikan bersama sama.
Sedangkan interaksi antagonis merupakan gabungan efek negatif dari pegagan
dan kunyit. Peran pegagan dan kunyit dalam memperbaiki fungsi hati melalui
perbaikan aktivitas enzim gluthation peroksidase, sehingga mampu menangkap
radikal bebas yang dihasilkan dari zat kimia yang berlebihan, atau dalam tulisan
ini menggunakan sampel parasetamol.

TUJUAN

Tujuan pemanfaatan ekstrak pegagan dan kunyit sebagai hepatoprotektor


ini diharapkan dapat menjadi informasi yang sangat bermanfaat guna
meningkatkan standar kesehatan di Indonesia dengan menggunakan ekstrak
pegagan dan kunyit sebagai obat alternatif yang dapat mencegah dan mengatasi
timbulnya kerusakan hati dan mengurangi penggunaan obat kimiawi, sehingga
dapat mengurangi pengeluaran pembelian obat-obat hepatitis yang cukup mahal.
Penulisan artikel ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai dosis dan
kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit yang optimal sebagai formula obat herbal
untuk pengobatan pada penderita kerusakan hati.

METODE

Kajian ini merupakan kajian referensi dari artikel ilmiah yang telah
dipublikasikan pada berbagai jurnal ilmiah internasional dan nasional. Topik
utama yang akan dikaji berisi tentang penyakit hati, kandungan zat aktif pada
pegagan dan kunyit, serta interaksi antara ekstrak pegagan dan kunyit apabila
digunakan secara bersama. Artikel ilmiah yang mengkaji tentang efektivtas
penggunaan ekstrak pegagan dan kunyit untuk mengobati penyakit hati ini, dalam
penelitiannya menggunakan metode in vitro dan in vivo.

Metode in vitro dilakukan menggunakan rancangan percobaan faktorial


dengan perlakuan 4 level ekstrak pegagan dan 4 level ekstrak kunyit, masing-
masing diulang 3 kali perlakuan. Faktor pertama adalah ekstrak pegagan dengan 4
konsentrasi, yaitu 0;7,35 mg/mL setara dengan 6,25 mg/ 200g BB tikus ; 14,70
mg/mL setara dengan 12,50 mg/ 200g BB tikus, dan 22,05 mg/mL setara dengan
18,75mg/200g BB tikus. Faktor kedua adalah ekstrak kunyit dengan 4 level
konsentrasi, yaitu 0; 61,36 mg/mL setara dengan 112mg/ 200g BB tikus;122,7
mg/mL setara dengan 224 mg/200g BB tikus; 184,1 mg/mL setara dengan 336
mg/ 200g BB tikus.Serta konsentrasi kombinasipegagan dan kunyit yaitu 7,35
mg/mL: 61,36 mg/mL setara dengan (6,25 mg:112mg) ; 7,35 mg/mL: 122,7
mg/mL setara dengan (12,50 mg: 224 mg) ; 7,35 mg/mL: 184,1 mg/mL setara
dengan (18,75mg:336 mg) dan untuk kombinasi ekstrak kunyit : pegagan dengan
konsentrasi ; 184,1 mg/mL :7,35 mg/mL setara dengan (336 mg: 6,25 mg); 184,1
mg/mL: 122,7 mg/mL setara dengan (336 mg:12,50 mg) ; 184,1 mg/mL:22,05
mg/mL setara dengan (336 mg: 18,75 mg). Parasetamol sebagai penginduksi
720mg/ mL setara dengan 180mg/ 200g BB tikus. Perlakuan pemberian ekstrak
pegagan dan kunyit dibagi atas 3 cara, yaitu:
1. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit terhadap hati tikus tanpa
parasetamol
2. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit kemudian ditambahkan
parasetamol
3. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit yang sebelumnya diberikan
parasetamol.

Metode In vivo dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak


Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, hewan coba yang digunakan sebanyak 64
ekor tikus putih jantan galur Spraque Dawley berumur sekitar 2 bulan, dengan
rataan bobot badan tikus 200 g. Tikus Spraque Dawley dengan kondisi kesehatan
yang baik dengan diadaptasi terlebih dahulu, selama 7 hari dalam kandang
kolektif. Tikus diberi makan dan minum secara ad libitum, kemudian perlakuan
dilakukan selama 14 hari.
Tikus dibagi menjadi 3 kelompok terdiri atas:
a. Kelompok Kontrol Normal : Kelompok dengan perlakuan pemberian
makan dan minum secara ad libitum.
b. Kelompok preventif adalah perlakuan pada tikus yang diberi ekstrak
pegagan dan kunyit dari hari ke-1 sampai hari ke-10 dan pada hari ke-11
dilakukan induksi parasetamol.
c. Kelompok kuratif adalah perlakuan pada tikus yang diinduksi
parasetamol pada hari ke-1 sampai hari ke-4 dan hari ke-5sampai hari ke-
14diberikan ekstrak pegagan dan kunyit namun dilanjutkan pememberian
paresetamol padahari ke-7, 9, 11 sampai hari ke-14.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian invitro dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan


faktorial dengan ukuran 4 x 4 dengan 3 ulangan, yaitu faktor pertama adalah
ekstrak pegagan dengan 4 level konsentrasi, yaitu 0;7,35 mg/mL;14,70mg/mL dan
22,05 mg/mL. Faktor kedua adalah ekstrak kunyit dengan 4 level konsentrasi,
yaitu 0, 61,36mg/mL, 122,7 mg/mL, dan 184,1 mg/mL. Aktivitas enzim glutation
peroksidase (GSH-Px) diukur menggunakan metode Flohe and Gunzler (1984).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas GSH-Px meningkat dengan
pemberian ekstrak pegagan dan kunyit pada hati normal, terutama pada pemberian
ekstrak tunggal baik pegagan maupun kunyit. Namun, pada pemberian kombinasi
ekstrak pegagan dan kunyit tidak sebaik jika diberikan tunggal. Pengaruh
kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit pada GSH-Px masih tetap tinggi
dibandingkan dengan kontrol (p<0,05).

Pada pengukuran aktivitas GSH-Px, hati tikus yang sebelumnya diberikan


ekstrak pegagan dan kunyit kemudian diinduksi parasetamol atau untuk tujuan
sebagai preventif, dosis pegagan 18,75mg/200g BB tunggal mampu meningkatkan
aktivitas GSH-Px dari (258,318,09) mU/mg protein menjadi (279,7426,32)
mU/mg protein atau sekitar 5,8%. Sedangkan pada dosis kunyit tunggal, yaitu
336mg/200g BB tikus juga meningkat dari (277,6075,57) mU/mg protein
menjadi (333,3339,95) mU/mg protein atau sekitar 27 %. Sedangkan kombinasi
pegagan dan kunyit hanya pada konsentrasi tinggi saja, yaitu
(22,05mg/mL:184,1mg/mL) meningkat dari (139,3413,39) mU/mg protein
menjadi (232,6021,40) mU/mg protein atau sekitar 16% (p<0,05). Jika
dibandingkan dengan kombinasi lainnya, tidak signifikan meningkatkan aktivitas
enzim GSH-Px (p>0,05).

Pada hati tikus untuk tujuan sebagai kuratif, ekstrak tunggal pegagan
mampu meningkatkan aktivitas enzim GSH-Px, terutama pada konsentrasi
pegagan 22,05 mg/mL yaitu sebesar (171,4537,66) mU/mg protein dari
konsentrasi kontrol yaitu (102,8911,26) mU/mg protein atau sekitar 15,9%
(p<0,05). Pada pemberian ekstrak kunyit tunggal juga mampu meningkatkan
aktivitas enzim GSH-Px yaitu pada (184,1 mg/mL) sebesar 160,7739,42 mU/mg
protein dari konsentrasi kontrol yaitu (102,8911,26) mU/mg protein atau sekitar
12,9% (p<0,05). Artinya, bahwa pada konsentrasi yang tinggi dari ekstrak
pegagan atau kunyit tunggal saja,berpotensi secara signifikan pengaruh pada
peningkatan aktivitas enzim GSH-Px jika dibandingkan dengan konsentrasi
kontrol (p<0,05).

Pada kombinasi kedua ekstrak, ekstrak pegagan(22,05 mg/mL:184,1


mg/mL ) terjadi interaksi sinergis dari kedua ekstrak tersebut dalam meningkatkan
aktivitas enzim GSH-Px, yaitu 239,0147,4 mU/mg protein, lebih tinggi
dibandingkan dengan kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit (14,70mg/mL:22,05
mg/mL) yaitu 98,618,55 mU/mg protein atau sekitar 34%.menunjukkan potensi
kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit pada konsentrasi tinggi
(22,05mg/mL:184,1mg/mL) sangat baik dan mampu meningkatkan aktivitas
GSH-Px dari (98,617,52) mU/mg protein menjadi (239,0147,40) mU/mg
protein atau sekitar 56,9% dibandingkan dengan kombinasi lainnya(p<0,05).

Pada penelitian invivo dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak


Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian ekstrak pegagan
(18,75mg/200gBB:); ekstrak kunyit (336mg/200gBB); kombinasi ekstrak
pegagan:kunyit (3:1) (18,75mg:112mg); (3:2)(18,75mg:224mg) dan kombinasi
ekstrak pegagan:kunyit (1:3) (6,25mg:336mg);(2:3)(12,50mg:336 mg); serta
dosis(18,75 mg: 336mg).Dosis parasetamol yang digunakan untuk induksi dengan
tujuan merusakan hati tikus adalah180 mg/200g BB tikus. Parameter yang diukur
yaitu kadar enzim AST dan ALT, aktivitas enzim GSH-Px, dan pemeriksaan
jaringan (histopatologi). Hasil menunjukkan bahwa pada pemberian ekstrak
pegagan dan kunyit baik tunggal maupun kombinasi pada perlakuan untuk tujuan
sebagai preventif maupun kuratif mampu menghambat kenaikan kadar AST dan
ALT (p<0,05). Hal ini juga diperlihatkan pada hasil pengukuran aktivitas GSH-Px
pada kelompok perlakuan untuk tujuan sebagai preventif pada dosis kunyit
(336mg/200 gBB) lebih mampu meningkatkan aktivitas GSH-Px dibandingkan
dosis pegagan (18,75mg/200 gBB). Juga pada kelompok dosis kombinasi ekstrak
pegagan:kunyit (18,75mg/200 gBB: 336mg/200 gBB) sangat baik pengaruhnya
pada peningkatan aktivitas GSH-Px(p<0,05).

Pada kelompok perlakuan untuk tujuan sebagai kuratif, ekstrak kunyit


(336mg/200 gBB) lebih mampu meningkatkan aktivitas GSH-Px dibandingkan
kelompok ekstrak pegagan (18,75mg/200 gBB). Begitu pula pada kombinasi
pegagan:kunyit (18,75mg/200g BB: 336mg/200gBB) ; lebih mampu
meningkatkan (p<0,05). Pada pemeriksaan jaringan, kemampuan (potensi) ekstrak
pegagan dan kunyit terhadap perlakuan untuk tujuan sebagai kuratif menunjukkan
adanya regenerasi sel hati lebih banyak dibandingkan kelompok perlakuan untuk
tujuan sebagai preventif, terutama pada kombinasi pegagan:kunyit: (18,75mg/200
gBB:336mg/200 gBB).

SIMPULAN DAN SARAN

Ekstrak pegagan dan kunyit berpotensi mampu menurunkan kadar AST


dan ALT, juga mampu mempengaruhi terhadap peningkatan aktvitas enzim GSH-
Px, yang merupakan salah satu enzim yang terlibat dalam proses detoksifikasi di
hati, serta menunjukkan kemampuan meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat
parasetamol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak pegagan dan
kunyit merupakan bahan alami yang berkhasiat sebagai obat untuk melindungi
atau untuk tujuan sebagai preventif maupun mengobati atau untuk tujuan sebagai
kuratif untuk memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat metabolisme
parasetamol dosis toksik. Untuk itu di sarankan tumbuhan pegagan dan kunyit
diteliti lebih lanjut untuk bisa menjadi salah satu andalan obat herbal yang
berpotensi sebagai hepatoprotektor baik untuk tujuan preventif maupun kuratif
pada penderita gangguan fungsi hati.

DAFTAR PUSTAKA

Aswani,Tuti. 2016. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) dan Kunyit


(Curcuma longa) Terhadap Peningkatan Aktivitas Enzim GSH-Px Pada
Hati Tikus yang Diinduksi Parasetamol. Disertasi Doktor. Program Studi
Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Dalimartha, Setiawan. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis.


Penerbit Penebar Swadaya. Hlm. 11- 13, 72- 73.Jakarta.

Erdiana, Arista Novi. 2009. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica)


Terhadap Kadar SGPT Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi
Parasetamol. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Gohil KJ, Patel JA, Gajjar AK. 2010. Pharmacological Review on Centella
asiatica: A Potensial Herbal Cure-all. Indian J Pharm Sci; 72(5): 546-56.

Handajani. 2007. The Queen of Seeds: Potensi Agrobisnis Komoditas


Wijen.
Yogyakarta : Andi.
Madani H., Talebolhosseini M., Asgary S., Naderi G.H. 2008.
Hepatoprotective activity of Silybum marianum and Cichorium intybus
against thioacetamide in rat. Pakistan Journal of Nutrition 7(1): 172

Setiabudy R. 1979. Hepatitis Karena Obat, Cermin Dunia Kedokteran, 15:8-12

Son Y.O., Lee K.Y., Kook S.H., Lee J.C., Kim J.G., Jeon Y.M., Jang Y.S.
2004. Selective effects of quercetin on the cell growth and antioxidant
defense system in normal versus transformed mouse hepatic cell
lines.European Journal of Pharmacology 502: 195 204.

Вам также может понравиться