Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dosen Pengampu :
Dra. M. Dwi Wiwik Ernawati, M.Kes
Minarni, S.Pd M.Si
Disusun oleh :
Munika Desiyanti (A1C116005)
Agung Dewantara (A1C116019)
Novi Paramita Dewi (A1C116049)
Sri Malinda Sudrajat (A1C116053)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
1
A.Model pembelajaran TGT
2
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
TGT Menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, dimana peran siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka.
Jadi model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) merupakan
salah satu model pembelajran kooperatif dimana bagiannya terdiri dari
penyampaian materi secara klasikal, pengelompokan, permainan, turnamen, dan
penghargaan kelompok. Model TGT (Team Games Tournament) akan dapat
menambah motivasi, rasa percaya diri, toleransi, kerjasama dan pemahaman
materi siswa.
komponen-komponen dalam Teams Games Tournament, yaitu:
1) Penyajian Kelas (Class Presentation)
2) Kelompok (Teams)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewaili
pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras atau etnik.
3) Permainan (Games)
Pertanyaan dalam game harus dirancang dari materi yang relevan dengan
materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili
masing-masing kelompok.
4) Kompetisi/Turnamen (Turnaments)
3
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya
dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit atau pokok bahasan, setelah guru
memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.
Pemain Tidak ada yang Seri nilai Seri nilai Seri 3 macam
seri tertinggi terendah
Peraih skor 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin
tertinggi
Peraih skor 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin
tengah
Peraih skor 20 poin 20 poin 30 poin 40 poin
4
rendah
5
b. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya diumumkan
kepada
semua siswa bahwa akan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
siswa
diminta memindahkan bangku untuk membentuk tim. Kepada siswa
disampaikan bahwa
mereka akan bekerja sama dengan kelompok belajar selama beberapa
pertemuan,
mengikuti turnamen akademik untuk memperoleh poin bagi nilai tim mereka
serta
diberitahukan tim yang mendapat nilai tinggi akan mendapat penghargaan.
c. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari masing-
masing
tim. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa
diminta
mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa diacak.
Setelah
kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen.
d. Pada akhir putaran, pemenang akan mendapat penghargaan dan yang kalah
tidak
diberikan hukuman. Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan jawaban
benar dari
soal.
e. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan
menyatukan
intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai
nilai dalam
segi kognitif, afektif dan psikomotor secara merata satu siswa dengan siswa
yang lain.
(Dwi Windiana,2014: 19-20)
6
tahap turnamen, dan tahap penghargaan kelompok. 3) Kegiatan akhir yaitu
menyimpulkan materi pelajaran dan mengadakan tes akhir.
7
pengalaman langsung, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran bermakna membuat siswa dapat menemukan sendiri fakta dan
konsep, menumbuhkembangkan nilai-nilai yang dituntut serta merangsang
kreativitas siswa.
Inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berpikir divergen,
berpikir divergen merupakan proses menguraikan suatu masalah atas beberapa
kemungkinan pemecahan atau dapat pula didefinisikan melihat suatu masalah dari
berbagai sudut pandang . Untuk pengembangan kemampuan demikian, guru perlu
menciptakan situasi belajar mengajar yang banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memecahkan masalah dan mengembangkan konsep atau
gagasan siswa sendiri. Salah satu model pembelajaran yang mendukung
pengembangan kreativitas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT).
Leonard dan Kusumaningsih (2009) telah melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) terhadap peningkatan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Sistem
Pencernaan Manusia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rata-rata peningkatan
prestasi belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan
model pembelajaran konvensional
( Tri, Haryono, Ashadi).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) menekankan
pada proses yang dilakukan siswa untuk memahami materi yang diajarkan yang
dilakukan secara bersama-sama dengan bantuan guru sebagai mediator. Dengan
pemakaian metode ini diharapkan dapat memberi suasana baru pada siswa
sehingga meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran kimia. Penguasaan
metode ini mengharapkan kerjasama antaranggota kelompok yang dibentuk dari
berbagai latar belakang yang telah ditentukan. Keberhasilan metode ini dilihat dari
seberapa besar keaktifan setiap kelompok dan penguasaan materi oleh setiap
anggota kelompok. Penguasaan materi dalam anggota kelompok menjadi
tanggung jawab seluruh anggota kelompok.
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka. Permainan disusun
dari pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk
mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas.
Permainan dilakukan di meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen dapat diisi
oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda, namun yang memiliki kemampuan
setara. Permainan berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu- kartu
yang diberi angka dan setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi angka
8
dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan angka tersebut. Skor
kelompok diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk diakomulasikan
(Kusumawati.2008: 2-4).
B. Model pembelajaran berbasis pbl
Kelebihan model PBL dalam pembelajaran ini juga didukung dengan beberapa
hasil penelitian antara lain adalah:
1 Suardana berpendapat bahwa kualitas kemampuan siswadalam menemukan
konsep dan melakukan pemecahan masalah dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran PBL,
2 Lightner berpendapat bahwa model PBL dapat membangun dan meningkatkan
tingkat kerjasamadan komunikasi antar siswa,
3 Sahala berpendapat bahwa pada kegiatan pembelajaran dengan pola
pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa dibiasakan untuk menemukan
serta mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga belajar akan menjadi
lebih bermakna,dan
9
4 Mergendoller dan Bellisimo berpendapat bahwa model PBL dapat
meningkatkan aktivitas siswa, dimana siswa yang mempunyai rata-rata
keterampilan dan pengetahuan rendah akan belajar lebih giat dan aktif.
10
Abbas (2000) menjelaskan bahwa pelaksanaan model PBM berbasis multimedia
terdiri dari lima langkah proses pembelajaran seperti ditunjukan pada Langkah-
langkah model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
No Indikator KegiatanGuru
1 Proses orientasi peserta Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
didik pada masalah logistic yang diperlukan, memotivasi peserta didik
untukterlibatdalamaktifitaspemecahanmasalahdan
mengajukanmasalah
11
kegiatan belajar individu akan mempunyai hasil yang lebih baik apabila
dilaksanakan melalui kegiatan bersama (co-constructivisme). Hal ini sesuai
dengan hakikat pembelajaran PBL.
a. Orientasisiswa
1)Membentuk suatu kelompok kerja dan diskusi
2)Menanyakan tujuan,informasi dan penjelasan dari guru
3)Memotivasi diri dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
kegiatan belajar
b. Pengorganisasian siswa untuk belajar
1)Memahami prosedurdari kegiatan yang akan dilaksanakan
2)Merumuskan masalah
c. Penyelidikan secara individu maupun kelompok
1)Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
2)Melakukan kegiatan baik secara individu maupun kelompok
d. Pengembangan dan penyajian hasil
1) Menganalisis datahasil
2) Melakukan diskusi
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
1)Merefleksi serta mengevaluasi hasil pengamatan
2)Merumuskan konsep dan kesimpulan yang dilaksanakan dalam penelitian
dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja dan berbagi
pengetahuan melalui kegiatan kelompok yaitu praktikum dan diskusi.
Pembelajaran juga dilaksanakan dengan menggunakan media berupa LKS
berbasis PBL untuk membantu memperlancar jalannya kegiatan.LKS PBL
tersebut telah disajikan tujuan pembelajaran,petunjuk, cara kerja,data
pengamatan,masalah dan data ilmiah, lembar tugas individu dan diskusi yang
harus dipecahkan bersama sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih teratur
serta dapat meningkatkan kerjasama dan tanggungjawab siswa dalam menemukan
konsep.Pokok bahasan pertama adalah hukum kekekalan massa (Lavoisier).
Indikator pembelajaran pada pertemuan ini adalah membuktikan berdasarkan
percobaan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetap. Langkah yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah dengan
melakukan pembuktian dan pengamatan langsung melalui kegiatan
praktikum.Rata-rata nilai posttest hukum kekekalan massa adalah 77,06
dengan 56,25% siswa yang mencapai nilai KKM (75). Secara umum,aktivitas
siswa pada pertemuan pertamaini tergolong baik dengan rata-rata nilai yang
diperoleh siswa adalah sebesar 80,75.
12
Pelaksanaan pembelajaran PBL diterapkan dalam kelompok-kelompok
belajar.Kelompo tersebu tterdiri dari 8 kelompok dengan anggota sebanyak 4
orang siswa.Pembagian kelompok dilakukan secara acak dan heterogen dengan
tujuan agar setiap siswa kelompok bawah maupun kelompok atas mempunyai
kesempatan yang sama.
Pertemuan kedua membahas hukum perbandingan tetap dan kelipatan
perbandingan.Indikator pembelajaran pertemuan kedua adalah membuktikan
berdasarkan percobaan dan menafsirkan data tentangperbandingan massa dua
unsur yang bersenyawa (hukum Proust) dan membuktikan berlakunya hukum
kelipatan perbandingan (hukum Dalton) pada beberapa senyawa melalui beberapa
data percobaan.Pertemuan ini dilaksanakan dengan dua kegiatanya itu praktikum
untuk materi hukum perbandingan tetap dan diskusi untuk materi hukum kelipatan
perbandingan. Pencapian posttest terhadap KKM pada pertemuan kedua adalah
sebesar50% dengan rata-rata nilai 75,81.
Pertemuan ketiga membahas mengenai hukum perbandingan volume
Gay Lussac dan hukum Avogadro. Indikator pembelajaran pada pertemuan ketiga
ini adalah menggunakan data percobaan untuk membuktikan hukum perbandingan
volume Gay Lussac danmenemukan hubungan antara volume gas dengan
jumlah molekulnya yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama (hukum
Avogadro).
Pembelajaran PBL dilaksanakan dengan kegiatan diskusi. pencapaian nilai
posttest pada pembelajaran kali ini hanya sebesar 62,50% dengan rata-rata nilai
siswanya adalah sebesar 75,31. Hal ini diduga karena mereka belum begitu
memahami konsep hukum perbandingan volume secara tepat dan karena materi
ini dianggap mereka merupakan materi yang paling sulit. Aktivitas siswa
pada pertemuan ketiga secara umum baik dan mengalami peningkatan dari
pertemuan pertama dan kedua.Ketercapaian aspek aktivitas siswa pada pertemuan
ketiga adalah sebagai berikut: visual 85,94%,oral 84,12%, writing 85,15%,
listening 85,15%, mental 83,33%, dan emotional84,38%.
Pada akhir tindakan dilakukan tes (ranah pengetahuan) dan non tes (ranah
sikap, keterampilan, dan aktivitas) berupa angket dan observasi dengan hasil yang
dapat dilihat pada Tabel 2:
Pelaksanaan PBL sepenuhnya tergantung pada keaktifan, sikap, dan
keterampilan siswa selama KBM. Guru dalam hal inihanya berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator, sedangkan pembelajaran didominasi oleh aktivitas
siswa dalam membangun pengetahuan melalui proses ilmiah seperti mengamati,
menanya, menerapkan, mengolah data, melakukan percobaan, melaporkan hasil,
dan merumuskan kesimpulan dengan proses yang menyenangkan dan tidak
monoton sehingga produk pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih kuat.
13
Proses belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana siswa itu
dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan penemuan konsep, berbeda dengan
konsep Teacher centered yang seluruh kegiatan didominasi oleh guru sehingga
siswa cenderung hanya menghafal. Oleh karena itu dalam penerapan model PBL
didukung teori perkembangan Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan
kognitif siswa bergantung pada keaktifan dalam berinteraksi dengan lingkungan
serta memanfaatkan pengalaman nyata. Teori ini sesuai dengan tujuan PBL pada
penelitian ini yaitu mengaktifkan siswa
Pelaksanaan pembelajaran PBL dalam penelitian ini tidak sepenuhnya
berjalan baik, ada beberapa kelemahan yang dihadapi, antara lain: 1) Kurang
terbangunnya minat siswa untuk terlibat aktif dalam KBM, 2)Praktikum yang
dilakukan sedikit karena keterbatasan alat dan bahan praktikum, 3)Alokasi waktu
pelaksanaan yang lebih lama dari perencanaan karena siswa masih belum teratur
dalam melaksanakan prosedur kegiatan,serta 4)Kurangnya referensi belajar siswa
sehingga pembangunan konsep masih banyak digiring oleh guru.Beberapa upaya
yang dilakukan guru untuk memperbaiki kelemahan pelaksanaan tersebut
adalah dengan member bimbingan dan motivasi kepada siswa. Guru juga selalu
mengingatkan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan baik individu maupun
kelompok akan selalu dinilai,hal ini mendorong siswa untuk terbiasa aktif dan
bekerja sama dalam melakukan tugas yang diberikan
(Ratna dkk,2014 71-74).
14
meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa. [3]. Pada penelitian Anggriani
dinyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek
mempunyai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen [4].
Pada penelitian Pohan (2013) dinyatakan bahwa strategi pem-belajaran
peta konsep dapat me-mudahkan siswa belajar mandiri dan dapat mengaitkan
antara konsep satu dengan konsep yang lainnya [5].
Penerapan metode Project Based Learning (PjBL) ini disertai juga dengan
penggunaan peta konsep. Peta konsep merupakan media pembelajaran yang
sederhana dan bisa mewakili semua konsep dalam materi. Salah satu tujuan peta
konsep yaitu untuk melatih siswa menyimpulkan konsep dari materi yang
dipelajari. Peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep
yaitu keterkaitan antarkonsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan
yang bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran yang
dihubungkan dengan suatu kata penghubung [6]. Karena itu, peta konsep akan
mendorong siswa meng-hubungkan konsep-konsep selama belajar, sehingga siswa
akan lebih mudah memahami pelajaran. Pada penelitian Mustafa (2013)
dinyatakan bahwa dengan penerapan peta konsep dapat membuat belajar lebih
interaktif dan aktif serta dapat memudahkan siswa belajar [7].
Dari uraian di atas, peneliti memandang perlunya dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang merupakan
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki kualitas
pembelajaran. Pada intinya Penilaian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar [8]. Penerapan metode pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) disertai dengan peta konsep diharapkan siswa lebih berminat,
termotivasi, aktif, dapat memecahkan masalah melalui pe-mahaman konsep
sehingga prestasi belajarnya meningkat. Oleh karena itu, penulis bermaksud
melakukan pe-nelitian untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa
pada SMA Negeri Kebakkramat dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran
project Based Learning (PjBL) disertai dengan Peta Konsep untuk Me-ningkatkan
Prestasi dan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri
Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, terdapat permasalahan-
permasalahan yang dapat disimpulkan bahwa di kelas X-3 mempunyai
permasalahan yaitu pada prestasi dan aktivitas belajar rendah. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalah tersebut dengan menerapkan
metode yang sesuai.
15
Adapun metode yang digunakan yaitu Project Based Learning (PjBL)
disertai peta konsep. Metode pembelajaran proyek sesuai dengan permasalahan
yang diidentifikasi yang melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
serta memper-mudah siswa dalam memahami materi pelajaran, karena siswa
diharapkan dapat menyelesaikan suatu proyek membuat buletin redoks yang men-
cakup semua indikator kompetensi pada materi redoks. Peta konsep materi redoks
merupakan salah satu produk siswa yang terdapat dalam isi buletin. Dengan
membuat peta konsep, siswa secara tidak langsung membangun konsep
pengetahuan mereka dalam materi redoks. Penelitian Rejeki (2013) menyatakan
bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep dapat meningkatkan aktivtas dan
prestasi belajar siswa [9].
Siklus I
Penelitian ini, menggunakan Project Based Learning (PjBL) disertai
dengan peta konsep. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru memberikan
pengarahan bahwa metode yang akan digunakan pada materi redoks yaitu Project
Based Learning (PjBL) disertai dengan peta konsep. Kemudian guru terlebih
dahulu memberikan apersepsi berupa pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari
kepada siswa yang berkaitan dengan materi. Tahap selanjutnya guru memberikan
motivasi dan menjelaskan tujuan dari pembelajaran. Pada tahap eksplorasi, guru
telah membagi siswa menjadi enam kelompok yang beranggotakan enam siswa
setiap satu kelompok. Guru memberikan pe-ngarahan terlebih dahulu tentang hasil
produk atau proyek serta memberikan tugas kepada tiap kelompok untuk
membuat peta konsep dan memberikan pertanyaan essensial materi redoks. Tahap
selanjutnya elaborasi dalam sintaks Project Based Learning (PjBL) terdiri dari
Design a plan for the project yaitu guru mendampingi siswa mencari informasi
tentang materi konsep redoks. Tahap selanjutnya Create a Schedule yaitu siswa
membuat deadline (waktu atau jadwal) pe-nyelesaian proyek. Tahap berikutnya
konfirmasi yang terdiri dari monitoring the student and the progress of the project
dan asses the outcome. Tahap akhir kegiatan yaitu guru membimbing siswa
menyimpulkan materi pem-belajaran dan menginformasikan agar setiap kelompok
membuat rangkuman dari hasil diskusi dan materi yang dipelajari menggunakan
desain buletin tiap kelompoknya sehingga pertemuan ketiga desain dan isi produk
sudah dalam bentuk buletin atau buku siswa.
Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk
menyempurnakan dan memperbaiki tindakan pada siklus I. Tindakan yang
dimaksud adalah pertama, mengubah kelompok diskusi sesuai dengan hasil tes
16
kognitif siklus I secara heterogen sehingga penyebaran siswa dengan kemampuan
akademik lebih tinggi dapat tersebar merata. Kedua, proyek yang telah
diselesaikan setiap kelompok pada siklus I yang berupa buletin redoks dipakai
buku pedoman setiap siswa pada proses pembelajaran siklus II. Ketiga, peta
konsep yang dibuat setiap kelompok telah dibenarkan oleh guru dan dijadikan
acuan konsep pada proses pembelajaran siklus II. Keempat, guru menegaskan
agar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan setiap siswa
harus mempunyai catatan hasil diskusi secara lengkap. Dengan demikian
diharapkan prestasi dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat dari siklus I.
17
bertujuan untuk mengetahui kualitas proses yang diukur berdasarkan aktivitas
siswa seperti visual activities, oral activities, listening activities,writing activities,
motor activities, mental activities, emotional activities, dan mengetahui kualitas
hasil meliputi prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Saat diterapkan pembelajaran model PjBL dengan siswa berkelompok,
selama pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator siswa dalam
membangkitkan siswa untuk lebih aktif. Langkah model PjBL yang diterapkan
dalam penelitian secara umum adalah sebagai berikut.
1. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial
2. Perencanaan aturan pengerjaan projek
3. Memonitoring perkembangan projek siswa
4. Mendiskusikan hasil kerja siswa
5. Penilaian hasil kerja siswa
6. Evaluasi pengalaman belajar siswa
18
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kta terhadap proses.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Sehingga pendekatan merupakan langkah awal
pembentkan suatu ide dalam memandangg suatu masalah ataj objek kajian (Rusman,
dkk, 2011: 45).
Sebelum mengkaji lebih dalam sebuah pendekatan, perlu dilihat dulu tentang
komponen pembelejaran. Komponen-kompoen pembelajaran yaitu dapat
digambarkan pada di bawah ini:
TUJUAN PEMBELAJARAN
19
Gambar 3. Tipe-tipe Pembelajaran
Berdasarkan dari empat tipe pembelajaran diatas, sehingga dapat dibagi menjadi dua
pendekatan oleh Killen, Roy dalam buku yang berjudul Effective Teaching Strategies
(1998) dalam Rusman, dkk, (2011: 45-46) yaitu:
a. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru (teacher
centered approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaiutu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dlam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik
atau konvensional. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang
serba bisa dan sebagai satu-satunya sumber belajar.
b. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (student centered
approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat
modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa , manajemen dan
pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada
Dengan melihat komponen pembelajaran, kemudian tipe pembelajaran sehingga
akan menghasilkan pendekatan dalam pembelajaran. Dapat dilihar bahwa Pola
Pembelajaran Tradisional 1 dan Tradisional 2 adalah Pendekatan Pembelajaran
Berorientasi pada Guru (teacher centered approaches) serta Pola Pembelajaran Guru
dan Media dan Bermedia adalah Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa
(student centered approaches). Maka sebuah pembelajaran yang saat sekarang ini
orang harapkan adalah Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (student
centered approaches) dan tidak dilarang juga seorang guru menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru (teacher centered approaches).
Karena semua itu adalah pendekatan yang dimiliki oleh guru itu sendiri
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya. (Direktorat Pembinaan SMA, 2013:13). Maka berdasarkan hal diatas
dapat dilihat bahwa inti dari pembelajaran ini proyek/kegiatan yang diancang untuk
permasalahan kompleks.
20
Langkah-langkah pembelejatan Project Based Learning:
1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasasan proyek berupa pertanyaan
essensial
2. Mendesain perencanaan proyek berupa aturan main, pemilihan aktvitas
pendukung untuk menjawab petanyaan esensisal
3. Menyusun jadwal berupa (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
(2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta
siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek berupa rubrik dari kegiatan
proyek
5. Mengguji hasil berupa penilain yang dilakukan guru
6. Mengevalusi kegiatan/pengalalaman berupa refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan
(Direktorat Pembinaan SMA, 2013:14 15)
Berdasarkan langkah-langkah tersebut sehingga dapat dilihat persyaratan pendukung
dan manfaatnya serta manfaat pemilihan model pembelajaran berbasiskan proyek
(Project Base Learning). Persyaratan pendukung dalam pemilihan model Project
Base Learning adalah
1. Siswa terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah, sehingga proyek tidak
memakan waktu terlalu lama.
2. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar di
laboratorium.
3. Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol.
4. Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan project
(Direktorat Pembinaan SMA, 2013:17)
Dari persyaratan dukungan diatas dapat dilihat bahawa hal pertama yang harus
diperhatikan adalah minat siswa untuk sebuah pemecahan masalah, kemudian sarana
dan prasaranan yang dimiliki. Setelah dua hal tersebut telah terpenuhi maka
penganturan waktu dan kejelasan tugas dan hasil merupakan hal yang menjadi tujuan
dari Project Based Learning sesuai dengan input berupada minat siswa untuk
pemecahan masalah dan sarana dan prasarana yang dimiliki.
21
Berdasarkan hal diatas maka dapat melihat lebih juah tentang manfaat pemilihan
moel Project Based Learning yaitu:
1. Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa melakukan
pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
2. Mengembangkam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumberdaya.
4. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik, dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5. Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia
nyata.
6. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun
guru menikmati proses pembelajaran.
(Putra.2015: 16-20).
22
Daftar Pustaka
Fajri .L., dk. 2012. Upaya Peningkatan Proses Dan Hasil Belajar Kimia Materi
Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Teams Games
Tournament) Dilengkapi Dengan Teka-Teki Silang Bagi Siswa Kelas Xi
Ipa 4 Sma Negeri 2 Boyolali Pada Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012. Surakarta: UNS.
Kusumawati .E. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament
(Tgt) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Ikatan
Kimia Siswa Kelas X Sma Muhammadiyah I Temanggung Tahun Ajaran
2008 / 2009. SKRIPSI. Semarang: Uiversitas Negeri Semarang.
Nopiyanita, dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (Tgt) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia
Dan Kreativitas Siswa Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X Semester
Genap Sma Negeri 3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Surakarta:
UNS.
Putra, dkk. 2015. Pengembangan Pjbl Menggunakan Web (Studi Kasus
Pemograman Dasar Kelas X). Padang: Universitas Negeri Padang.
Rudi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masa Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi Isma Negeri 9
Kendari.Kendari : Unhalu.
Wasonowati . 2013. Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl)
Pada Pembelajaran Hukum - Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sma Negeri 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Surakarta: UNS.
23
Pertanyaan dan Jawaban
1. Dalam model pembelajaran TGT, ada suatu game sebut saja turnamen. Nah dalam
Jawab:
(1) Cara memulai permainan, untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan
pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah
dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah
pembaca pertama.
(2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan
pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang
ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar
(3) Tantang atau lewati , Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca,
kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila
24
adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika
ada).
(4) Memulai putaran selanjutnya, Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi
bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti
penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau
(5) Perhitungan poin, Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang
telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen
untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok
adalah dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan
25
3. Dalam pembelajaran kimia, seorang guru memakai suatu model pembelajaran.
Dan salah satu bentuk model yaitu PBL. Model PBL lebih menekankan pada
pembelajaran berbasis masalah. Namun pastinya dalam penggunaan model
jenis ini ada banyak hambatan. Dan hambatan-hambatan tersebut haruslah
disikapi agar pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran kimia
berjalan dengan lancar. Dan hambatan yang seperti apa itu?
Jawab :
Hambatan dalam memecahkan masalah pada pembelajaran kimia yaitu :
1. Adanya siswa yang memiliki karakteristik cenderung pasif dalam
pembelajaran di kelas sehingga merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan
lingkungan PBL yang dilakukan,
2. Kurang tersedianya sarana pendukung dalam proses pemecahan masalah,
seperti fasilitas laboratorium, pemanfaatan sarana teknologi, buku
perpustakaan atau sumber belajar yang relevan, dan
3. Keterbatasan jam pelajaran yang tersedia dalam proses PBL karena adanya
tahap-tahap (sintak) yang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
seperti mengungkapkan ide, melakukan penyelidikan, hingga
menyimpulkan strategi atau solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah
yang berikan.
5. Model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat
dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka
terdorong berperan aktif dalam belajar. Dan tentunya dibutuhkan suatu
kriteria dalam pemilihan bahan pembelajaran. Apa saja itu?
Jawab:
26
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu : Bahan
pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya, bahan yang dipilih
adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat
mengikutinya dengan baik, bahan yang dipilih merupakan bahan yang
berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya,
bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan
bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
27