Вы находитесь на странице: 1из 27

RINGKASAN

DASAR-DASAR PROSES PEMBELAJARAN KIMIA


MODEL PEMBELAJARAN TGT(Teams Games Tournament),
PBL(Problem Based Learning) DAN PJBL(Project Based Learning)

Dosen Pengampu :
Dra. M. Dwi Wiwik Ernawati, M.Kes
Minarni, S.Pd M.Si

Disusun oleh :
Munika Desiyanti (A1C116005)
Agung Dewantara (A1C116019)
Novi Paramita Dewi (A1C116049)
Sri Malinda Sudrajat (A1C116053)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

1
A.Model pembelajaran TGT

Metode kooperatif tipe Teams GamesTournament (TGT). Dalam


berbagai penelitian dapat disimpulkan penggunaan metode kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi
belajar siswa pada pembelajaran kimia [7-8].Pada jurnal yang berujudu lThe
Effect Of Teams-Games-Tournament On Acheivment, Retens ion, And
AttitudesOfEconomic Education Student menyimpulkan bahwa hasil
daripenggunaan metode TGT dalam pembelajaran lebihbaikdaripada metode
ceramah.Penggunaan metode kooperatif tipe Teams Games Tournament(TGT)dari
beberapa penelitian digunakan pada pokok bahasan perbedaan unsur, senyawa
dan campuran,ikatan kimia dan hidrokarbon.Metode ini belum banyak digunakan
pada materi koloid,sehingga mendorong peneliti untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan metode kooperatif tipe TGT(Teams Games Tournament) jika
diterapkan pada materi koloid dalam upaya membantu siswa memahami mata
pelajaran kimia.Pada jurnal yang berjudul Reviewing for Exam: Do Cross word
Puzzle Helpin the Succes of Student Learning? menyatakan bahwa teka-teki
silang efektif untuk belajar siswa[13].Mengacu dari jurnal diatas maka untuk
melengkapi pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) digunakan media Teka-Teki Silang dalam penelitian
ini.
(Lulukdkk ,2012: 91)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang berangggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok
telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permaian
akademik. Menurut Slavin (Rusman, 2012:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT
terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class presentasion),
belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
dan penghargaan (teamrecognition).
(Yulia Ayu, 2012: 4)

Model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu


model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa adanya perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas siswa
dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disampung

2
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
TGT Menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, dimana peran siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka.
Jadi model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) merupakan
salah satu model pembelajran kooperatif dimana bagiannya terdiri dari
penyampaian materi secara klasikal, pengelompokan, permainan, turnamen, dan
penghargaan kelompok. Model TGT (Team Games Tournament) akan dapat
menambah motivasi, rasa percaya diri, toleransi, kerjasama dan pemahaman
materi siswa.
komponen-komponen dalam Teams Games Tournament, yaitu:
1) Penyajian Kelas (Class Presentation)

Penyajian kelas pada pembelajran Kooperatif tipe TGT tidak berbeda


dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran
lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Ketika penyajian kelas
berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya sehingga mereka akan
memperhatikan dengan serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung
sebab setelah ini mereka harus mengerjakan games akademik dengan sebaik-
baiknya dengan skor mereka akan menentukan kelompok mereka.

2) Kelompok (Teams)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewaili
pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras atau etnik.

3) Permainan (Games)
Pertanyaan dalam game harus dirancang dari materi yang relevan dengan
materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili
masing-masing kelompok.

4) Kompetisi/Turnamen (Turnaments)

3
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya
dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit atau pokok bahasan, setelah guru
memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.

Bagan 2.1. Penempatan Siswa ke Meja Turnamen

5) Pengakuan Kelompok (Teams Recognition)


Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa
hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar
sehingga mencapai kriteria yang disepakati bersama. Penghitungan skor tim
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 2.1 Menghitung Poin-poin Turnamen untuk Permainan dengan Tiga


Pemain

Pemain Tidak ada yang Seri nilai Seri nilai Seri 3 macam
seri tertinggi terendah
Peraih skor 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin
tertinggi
Peraih skor 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin
tengah
Peraih skor 20 poin 20 poin 30 poin 40 poin

4
rendah

Ada tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim.


Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Penghargaan Tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan


40 Tim Baik
45 Tim Sangat Baik
50 Tim Super

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah:


a. Siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya
dalam
kelas kooperatif.
b. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.
c. Perilaku mengganggu siswa lain menjadi lebih kecil.
d. Motivasi belajar siswa bertambah.
e. Pemahaman lebih mendalam terhadap pokok bahasan yang dipelajari.
f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa denga siswa dan
antara
siswa dengan guru.
g. Siswa dapat mempelajari pokok bahasan bebas mengaktualisasikan diri dengan
seluruh
potensi yang ada di dalam diri siswa dapat keluar, selain itu kerja sama antar
siswa juga
siswa dengan guru akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup
dan tidak
membosankan.
(Indra Mugas, 2014: 17-21)

Langkah-langkah dan aktivitas pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah


sebagai berikut :

a. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT mengikuti urutan


sebagai
berikut : pengaturan klasikal, belajar kelompok, turnamen akdemik,
penghargaan tim.

5
b. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya diumumkan
kepada
semua siswa bahwa akan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
siswa
diminta memindahkan bangku untuk membentuk tim. Kepada siswa
disampaikan bahwa
mereka akan bekerja sama dengan kelompok belajar selama beberapa
pertemuan,
mengikuti turnamen akademik untuk memperoleh poin bagi nilai tim mereka
serta
diberitahukan tim yang mendapat nilai tinggi akan mendapat penghargaan.
c. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari masing-
masing
tim. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa
diminta
mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa diacak.
Setelah
kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen.
d. Pada akhir putaran, pemenang akan mendapat penghargaan dan yang kalah
tidak
diberikan hukuman. Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan jawaban
benar dari
soal.
e. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan
menyatukan
intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai
nilai dalam
segi kognitif, afektif dan psikomotor secara merata satu siswa dengan siswa
yang lain.
(Dwi Windiana,2014: 19-20)

Siswa sebagai input memiiki kemampuan dan pengetahuan yang berbeda


dalam belajar. Kemampuan dan pengetahuan itu akan diasah dan dikembangkan
dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe
TGT (Team Games Tournament) dengan pendekatan saintifik melalui tahapan
berikut : 1) Kegiatan awal yaitu guru menyampaikan judul, tujuan, dan
memotivasi siswa. 2) Kegiatan inti yang meliputi lima tahap utama yaitu : tahap
penyajian kelas, tahap belajar dalam kelompok (guru membagi siswa ke dalam
kelompok, membagikan LKS atau LDS, dan melakukan diskusi), tahap game,

6
tahap turnamen, dan tahap penghargaan kelompok. 3) Kegiatan akhir yaitu
menyimpulkan materi pelajaran dan mengadakan tes akhir.

(Dwi Windiana,2014: 29).

Salah satu contoh model pembelajaran kooperatif adalah TGT (Teams


Games Tournaments). Model pembelajaran TGT terdiri dari lima langkah yaitu:
tahap penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, pertandingan dan
penghargaan kelompok [9]. Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Dalam model ini, para
siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang
berbeda- beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.
Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka.
Untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran,
selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan permainan akademik
dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya . Dalam
pembelajaran TGT, belajar dapat dilakukan sambil bermain. Penerapan model ini
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa serta dapat
meningkatkan keaktifan semua siswa di dalam kelas sehingga siswa menjadi
termotivasi dan memiliki minat untuk belajar. Sesuai dengan suasana seperti ini,
siswa selain dapat mengasah kemampuan kognitifnya, juga mendapatkan

7
pengalaman langsung, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran bermakna membuat siswa dapat menemukan sendiri fakta dan
konsep, menumbuhkembangkan nilai-nilai yang dituntut serta merangsang
kreativitas siswa.
Inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berpikir divergen,
berpikir divergen merupakan proses menguraikan suatu masalah atas beberapa
kemungkinan pemecahan atau dapat pula didefinisikan melihat suatu masalah dari
berbagai sudut pandang . Untuk pengembangan kemampuan demikian, guru perlu
menciptakan situasi belajar mengajar yang banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memecahkan masalah dan mengembangkan konsep atau
gagasan siswa sendiri. Salah satu model pembelajaran yang mendukung
pengembangan kreativitas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT).
Leonard dan Kusumaningsih (2009) telah melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) terhadap peningkatan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Sistem
Pencernaan Manusia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rata-rata peningkatan
prestasi belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan
model pembelajaran konvensional
( Tri, Haryono, Ashadi).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) menekankan
pada proses yang dilakukan siswa untuk memahami materi yang diajarkan yang
dilakukan secara bersama-sama dengan bantuan guru sebagai mediator. Dengan
pemakaian metode ini diharapkan dapat memberi suasana baru pada siswa
sehingga meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran kimia. Penguasaan
metode ini mengharapkan kerjasama antaranggota kelompok yang dibentuk dari
berbagai latar belakang yang telah ditentukan. Keberhasilan metode ini dilihat dari
seberapa besar keaktifan setiap kelompok dan penguasaan materi oleh setiap
anggota kelompok. Penguasaan materi dalam anggota kelompok menjadi
tanggung jawab seluruh anggota kelompok.
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka. Permainan disusun
dari pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk
mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas.
Permainan dilakukan di meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen dapat diisi
oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda, namun yang memiliki kemampuan
setara. Permainan berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu- kartu
yang diberi angka dan setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi angka

8
dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan angka tersebut. Skor
kelompok diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk diakomulasikan
(Kusumawati.2008: 2-4).
B. Model pembelajaran berbasis pbl

Salah satu model pembelajaran ilmiah berlandaskan teori konstruktivisme yang


dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran hukum-hukum dasar kimia adalah
Problem Based Learning (PBL).Pelaksanaan model PBL terdiri dari lima langkah
utama yaitu: orientasi siswa pada masalah,pengorganisasian siswa untuk
belajar,penyelidikan individu maupun kelompok, pengembangan dan penyajian
hasil,serta kegiatan analisis dan evaluasi
Model PBL diawali denganpenyajian masalah, kemudian siswa mencari dan
menganalisis masalah tersebut melalui percobaan langsung atau kajian ilmiah.
Melalui kegiatan tersebut aktivitas dan proses berpikir ilmiah siswa menjadi lebih
logis,teratur,dan teliti sehingga mempermudah pemahaman konsep.
Model PBL dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan,antara lain adalah:
1 Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan membangkitkan
kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan suatu pengetahuan baru,
2 Pembelajaran dengan model PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih
disukai siswa,
3 Model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran,dan
4 Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang mereka miliki kedalam dunia nyata.

Kelebihan model PBL dalam pembelajaran ini juga didukung dengan beberapa
hasil penelitian antara lain adalah:
1 Suardana berpendapat bahwa kualitas kemampuan siswadalam menemukan
konsep dan melakukan pemecahan masalah dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran PBL,
2 Lightner berpendapat bahwa model PBL dapat membangun dan meningkatkan
tingkat kerjasamadan komunikasi antar siswa,
3 Sahala berpendapat bahwa pada kegiatan pembelajaran dengan pola
pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa dibiasakan untuk menemukan
serta mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga belajar akan menjadi
lebih bermakna,dan

9
4 Mergendoller dan Bellisimo berpendapat bahwa model PBL dapat
meningkatkan aktivitas siswa, dimana siswa yang mempunyai rata-rata
keterampilan dan pengetahuan rendah akan belajar lebih giat dan aktif.

PBL dapat diaplikasikan pada materi hukum-hukum dasar kimia untuk


memberikan pengalaman belajaryang lebih bermakna kepada siswa dengan
Pelaksanaan fase yang sistematis dan tidak loncat-loncat, sehingga keaktifan
dan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik .Keberhasilan model PBL ini
didukung oleh keaktifan siswa dalam membangun konsep, sedangkan guru
juga dituntut untuk memiliki keahlian dalam membimbing serta memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dengan baik.
Pembelajaran model PBL selain mempunyai beberapa kelebihan juga
mempunyai kelemahan, antara lain yaitu sulitnya membangun minat dan motivasi
siswauntukterlibataktifdalam kegiatan pemecahan masalah dan waktu yang cukup
lama dalam pelaksanaannya, untuk mengatasi masalah tersebut digunakan suatu
media pembelajaran yaitu berupa lembar kerja siswa (LKS) berbasis PBL yang
diharapkan dapat membangun minat dan keaktifan siswa dalam rangka
menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan materi hukum-
hukum dasar kimia.LKSPBLperlu berisi mengenai petunjuk singkat mengenai
suatu masalah, hal-hal yang akan diamati, diuijicoba,diukur, dihitung dan lain-
lain agarsiswa dapat bekerja secara teratur dan meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep[7].LKS PBL dalam penelitian ini disusun secara mandiri
dengan menyajikan data, petunjuk praktikum, fakta-fakta ilmiah, dan latihan
soal hukum-hukum dasar kimia yang harus ditemukan jawabannya oleh siswa
baik secara individu maupun kelompok.Pemanfaatan LKS berbasis model PBL
tersebut juga diharapkan dapat membantu membangun proses berpikir
ilmiah,melatih kerjasama, membentuk rasa tanggungjawab dalam belajar,dan
dapat dijadikan salah satu sumber belajar yang efektif bagi siswa
(Ratna ,dkk . 2014: 68).
Pembelajaran berbasis masalah (ProblemBasedLearning) adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah berbagai masalah sebagai titik
tolak(starting point)pembelajaran.Masalahtersebut adalah masalah yang
memenuhi konteks dunia nyata baik yang ada didalam buku teks maupun dalam
sumber lain seperti peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar, peristiwa dalam
keluarga atau kemasyarakatan untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi
dari materi pelajaran.

10
Abbas (2000) menjelaskan bahwa pelaksanaan model PBM berbasis multimedia
terdiri dari lima langkah proses pembelajaran seperti ditunjukan pada Langkah-
langkah model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran

No Indikator KegiatanGuru
1 Proses orientasi peserta Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
didik pada masalah logistic yang diperlukan, memotivasi peserta didik
untukterlibatdalamaktifitaspemecahanmasalahdan
mengajukanmasalah

2 Mengorganisasi peserta Guru membagi peserta didik ke dalamkelompok,


didik membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah

3 Membimbing penyelidikan Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan


individu maupun kelompok informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen
dan penyekidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahanmasalah

4 Mengembangkan dan Guru membantu peserta didik dalam merencanakan


menyajikanhasil dan menyiapakan laporan, dokumentasi atau model
dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesame
temannya

5 Menganalisis dan Guru menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil


mengevaluasi proses dan pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu
hasil pemecahan masalah peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka
lakukan.

(Rudi danIbrahim 130 131).


Langkah pembelajaran PBL dalam penelitian secara umum dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut ini:
Langkah Pembelajaran PBL pada
Tahap Pelaksanaan Tindakan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.
Pembagian kelompok belajar ini didasarkan pada teori belajar Vygotsky bahwa

11
kegiatan belajar individu akan mempunyai hasil yang lebih baik apabila
dilaksanakan melalui kegiatan bersama (co-constructivisme). Hal ini sesuai
dengan hakikat pembelajaran PBL.

a. Orientasisiswa
1)Membentuk suatu kelompok kerja dan diskusi
2)Menanyakan tujuan,informasi dan penjelasan dari guru
3)Memotivasi diri dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
kegiatan belajar
b. Pengorganisasian siswa untuk belajar
1)Memahami prosedurdari kegiatan yang akan dilaksanakan
2)Merumuskan masalah
c. Penyelidikan secara individu maupun kelompok
1)Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
2)Melakukan kegiatan baik secara individu maupun kelompok
d. Pengembangan dan penyajian hasil
1) Menganalisis datahasil
2) Melakukan diskusi
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
1)Merefleksi serta mengevaluasi hasil pengamatan
2)Merumuskan konsep dan kesimpulan yang dilaksanakan dalam penelitian
dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja dan berbagi
pengetahuan melalui kegiatan kelompok yaitu praktikum dan diskusi.
Pembelajaran juga dilaksanakan dengan menggunakan media berupa LKS
berbasis PBL untuk membantu memperlancar jalannya kegiatan.LKS PBL
tersebut telah disajikan tujuan pembelajaran,petunjuk, cara kerja,data
pengamatan,masalah dan data ilmiah, lembar tugas individu dan diskusi yang
harus dipecahkan bersama sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih teratur
serta dapat meningkatkan kerjasama dan tanggungjawab siswa dalam menemukan
konsep.Pokok bahasan pertama adalah hukum kekekalan massa (Lavoisier).
Indikator pembelajaran pada pertemuan ini adalah membuktikan berdasarkan
percobaan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetap. Langkah yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah dengan
melakukan pembuktian dan pengamatan langsung melalui kegiatan
praktikum.Rata-rata nilai posttest hukum kekekalan massa adalah 77,06
dengan 56,25% siswa yang mencapai nilai KKM (75). Secara umum,aktivitas
siswa pada pertemuan pertamaini tergolong baik dengan rata-rata nilai yang
diperoleh siswa adalah sebesar 80,75.

12
Pelaksanaan pembelajaran PBL diterapkan dalam kelompok-kelompok
belajar.Kelompo tersebu tterdiri dari 8 kelompok dengan anggota sebanyak 4
orang siswa.Pembagian kelompok dilakukan secara acak dan heterogen dengan
tujuan agar setiap siswa kelompok bawah maupun kelompok atas mempunyai
kesempatan yang sama.
Pertemuan kedua membahas hukum perbandingan tetap dan kelipatan
perbandingan.Indikator pembelajaran pertemuan kedua adalah membuktikan
berdasarkan percobaan dan menafsirkan data tentangperbandingan massa dua
unsur yang bersenyawa (hukum Proust) dan membuktikan berlakunya hukum
kelipatan perbandingan (hukum Dalton) pada beberapa senyawa melalui beberapa
data percobaan.Pertemuan ini dilaksanakan dengan dua kegiatanya itu praktikum
untuk materi hukum perbandingan tetap dan diskusi untuk materi hukum kelipatan
perbandingan. Pencapian posttest terhadap KKM pada pertemuan kedua adalah
sebesar50% dengan rata-rata nilai 75,81.
Pertemuan ketiga membahas mengenai hukum perbandingan volume
Gay Lussac dan hukum Avogadro. Indikator pembelajaran pada pertemuan ketiga
ini adalah menggunakan data percobaan untuk membuktikan hukum perbandingan
volume Gay Lussac danmenemukan hubungan antara volume gas dengan
jumlah molekulnya yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama (hukum
Avogadro).
Pembelajaran PBL dilaksanakan dengan kegiatan diskusi. pencapaian nilai
posttest pada pembelajaran kali ini hanya sebesar 62,50% dengan rata-rata nilai
siswanya adalah sebesar 75,31. Hal ini diduga karena mereka belum begitu
memahami konsep hukum perbandingan volume secara tepat dan karena materi
ini dianggap mereka merupakan materi yang paling sulit. Aktivitas siswa
pada pertemuan ketiga secara umum baik dan mengalami peningkatan dari
pertemuan pertama dan kedua.Ketercapaian aspek aktivitas siswa pada pertemuan
ketiga adalah sebagai berikut: visual 85,94%,oral 84,12%, writing 85,15%,
listening 85,15%, mental 83,33%, dan emotional84,38%.
Pada akhir tindakan dilakukan tes (ranah pengetahuan) dan non tes (ranah
sikap, keterampilan, dan aktivitas) berupa angket dan observasi dengan hasil yang
dapat dilihat pada Tabel 2:
Pelaksanaan PBL sepenuhnya tergantung pada keaktifan, sikap, dan
keterampilan siswa selama KBM. Guru dalam hal inihanya berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator, sedangkan pembelajaran didominasi oleh aktivitas
siswa dalam membangun pengetahuan melalui proses ilmiah seperti mengamati,
menanya, menerapkan, mengolah data, melakukan percobaan, melaporkan hasil,
dan merumuskan kesimpulan dengan proses yang menyenangkan dan tidak
monoton sehingga produk pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih kuat.

13
Proses belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana siswa itu
dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan penemuan konsep, berbeda dengan
konsep Teacher centered yang seluruh kegiatan didominasi oleh guru sehingga
siswa cenderung hanya menghafal. Oleh karena itu dalam penerapan model PBL
didukung teori perkembangan Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan
kognitif siswa bergantung pada keaktifan dalam berinteraksi dengan lingkungan
serta memanfaatkan pengalaman nyata. Teori ini sesuai dengan tujuan PBL pada
penelitian ini yaitu mengaktifkan siswa
Pelaksanaan pembelajaran PBL dalam penelitian ini tidak sepenuhnya
berjalan baik, ada beberapa kelemahan yang dihadapi, antara lain: 1) Kurang
terbangunnya minat siswa untuk terlibat aktif dalam KBM, 2)Praktikum yang
dilakukan sedikit karena keterbatasan alat dan bahan praktikum, 3)Alokasi waktu
pelaksanaan yang lebih lama dari perencanaan karena siswa masih belum teratur
dalam melaksanakan prosedur kegiatan,serta 4)Kurangnya referensi belajar siswa
sehingga pembangunan konsep masih banyak digiring oleh guru.Beberapa upaya
yang dilakukan guru untuk memperbaiki kelemahan pelaksanaan tersebut
adalah dengan member bimbingan dan motivasi kepada siswa. Guru juga selalu
mengingatkan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan baik individu maupun
kelompok akan selalu dinilai,hal ini mendorong siswa untuk terbiasa aktif dan
bekerja sama dalam melakukan tugas yang diberikan
(Ratna dkk,2014 71-74).

C.Model pembelajaran PjBL


Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan
Project Based Learning (PjBL) disertai Peta Konsep. (Thomas dkk, 1999)
mengatakan pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode
pembelajaran yang dapat membantu siswa membangun pemikirannya dan
keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning) secara umum memiliki langkah : Planning (perencanaan), Creating
(implementasi) dan Processing (pengolahan). Project Based Learning dapat
membantu siswa dalam belajar kelompok, mengembangkan keteram-pilan dan
proyek yang dikerjakan mampu memberikan pengalaman pribadi pada siswa dan
dapat menekankan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa [2]. Dengan
demikian guru tidak lagi berperan sebagai sumber belajar melainkan hanya
sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak membantu siswa untuk belajar, guru
juga memonitoring kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada penelitian
Bagheri (2013) dalam jurnalnya pembelajaran berbasis proyek dapat

14
meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa. [3]. Pada penelitian Anggriani
dinyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek
mempunyai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen [4].
Pada penelitian Pohan (2013) dinyatakan bahwa strategi pem-belajaran
peta konsep dapat me-mudahkan siswa belajar mandiri dan dapat mengaitkan
antara konsep satu dengan konsep yang lainnya [5].
Penerapan metode Project Based Learning (PjBL) ini disertai juga dengan
penggunaan peta konsep. Peta konsep merupakan media pembelajaran yang
sederhana dan bisa mewakili semua konsep dalam materi. Salah satu tujuan peta
konsep yaitu untuk melatih siswa menyimpulkan konsep dari materi yang
dipelajari. Peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep
yaitu keterkaitan antarkonsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan
yang bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran yang
dihubungkan dengan suatu kata penghubung [6]. Karena itu, peta konsep akan
mendorong siswa meng-hubungkan konsep-konsep selama belajar, sehingga siswa
akan lebih mudah memahami pelajaran. Pada penelitian Mustafa (2013)
dinyatakan bahwa dengan penerapan peta konsep dapat membuat belajar lebih
interaktif dan aktif serta dapat memudahkan siswa belajar [7].
Dari uraian di atas, peneliti memandang perlunya dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang merupakan
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki kualitas
pembelajaran. Pada intinya Penilaian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar [8]. Penerapan metode pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) disertai dengan peta konsep diharapkan siswa lebih berminat,
termotivasi, aktif, dapat memecahkan masalah melalui pe-mahaman konsep
sehingga prestasi belajarnya meningkat. Oleh karena itu, penulis bermaksud
melakukan pe-nelitian untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa
pada SMA Negeri Kebakkramat dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran
project Based Learning (PjBL) disertai dengan Peta Konsep untuk Me-ningkatkan
Prestasi dan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri
Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, terdapat permasalahan-
permasalahan yang dapat disimpulkan bahwa di kelas X-3 mempunyai
permasalahan yaitu pada prestasi dan aktivitas belajar rendah. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalah tersebut dengan menerapkan
metode yang sesuai.

15
Adapun metode yang digunakan yaitu Project Based Learning (PjBL)
disertai peta konsep. Metode pembelajaran proyek sesuai dengan permasalahan
yang diidentifikasi yang melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
serta memper-mudah siswa dalam memahami materi pelajaran, karena siswa
diharapkan dapat menyelesaikan suatu proyek membuat buletin redoks yang men-
cakup semua indikator kompetensi pada materi redoks. Peta konsep materi redoks
merupakan salah satu produk siswa yang terdapat dalam isi buletin. Dengan
membuat peta konsep, siswa secara tidak langsung membangun konsep
pengetahuan mereka dalam materi redoks. Penelitian Rejeki (2013) menyatakan
bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep dapat meningkatkan aktivtas dan
prestasi belajar siswa [9].

Siklus I
Penelitian ini, menggunakan Project Based Learning (PjBL) disertai
dengan peta konsep. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru memberikan
pengarahan bahwa metode yang akan digunakan pada materi redoks yaitu Project
Based Learning (PjBL) disertai dengan peta konsep. Kemudian guru terlebih
dahulu memberikan apersepsi berupa pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari
kepada siswa yang berkaitan dengan materi. Tahap selanjutnya guru memberikan
motivasi dan menjelaskan tujuan dari pembelajaran. Pada tahap eksplorasi, guru
telah membagi siswa menjadi enam kelompok yang beranggotakan enam siswa
setiap satu kelompok. Guru memberikan pe-ngarahan terlebih dahulu tentang hasil
produk atau proyek serta memberikan tugas kepada tiap kelompok untuk
membuat peta konsep dan memberikan pertanyaan essensial materi redoks. Tahap
selanjutnya elaborasi dalam sintaks Project Based Learning (PjBL) terdiri dari
Design a plan for the project yaitu guru mendampingi siswa mencari informasi
tentang materi konsep redoks. Tahap selanjutnya Create a Schedule yaitu siswa
membuat deadline (waktu atau jadwal) pe-nyelesaian proyek. Tahap berikutnya
konfirmasi yang terdiri dari monitoring the student and the progress of the project
dan asses the outcome. Tahap akhir kegiatan yaitu guru membimbing siswa
menyimpulkan materi pem-belajaran dan menginformasikan agar setiap kelompok
membuat rangkuman dari hasil diskusi dan materi yang dipelajari menggunakan
desain buletin tiap kelompoknya sehingga pertemuan ketiga desain dan isi produk
sudah dalam bentuk buletin atau buku siswa.

Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk
menyempurnakan dan memperbaiki tindakan pada siklus I. Tindakan yang
dimaksud adalah pertama, mengubah kelompok diskusi sesuai dengan hasil tes

16
kognitif siklus I secara heterogen sehingga penyebaran siswa dengan kemampuan
akademik lebih tinggi dapat tersebar merata. Kedua, proyek yang telah
diselesaikan setiap kelompok pada siklus I yang berupa buletin redoks dipakai
buku pedoman setiap siswa pada proses pembelajaran siklus II. Ketiga, peta
konsep yang dibuat setiap kelompok telah dibenarkan oleh guru dan dijadikan
acuan konsep pada proses pembelajaran siklus II. Keempat, guru menegaskan
agar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan setiap siswa
harus mempunyai catatan hasil diskusi secara lengkap. Dengan demikian
diharapkan prestasi dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat dari siklus I.

Penggunaan Metode Project Based Learning (PjBL) pada penelitian dilengkapi


dengan peta konsep dengan materi redoks. Metode pembelajaran ini mendorong
siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa aktif bertanya, menjawab,
mengemukakan ide dan gagasan pada saat proses pembelajaran serta siswa
mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
Penerapan metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran di kelas yang melibatkan kerja proyek, dalam hal ini
guru sebagai fasilitator saja. Media peta konsep dalam hal ini digunakan untuk
mempermudah siswa dalam mema-hami dan mengaitkan konsep-konsep materi
redoks sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan dalam menyelesaikan
proyek yang ditugaskan kepada mereka. Pada penelitian ini, proyek dikerjakan
siswa berupa buletin redoks yang didalamnya memuat enam indikator kompetensi
yang harus dicapai siswa dan peta konsep yang dibuat oleh siswa. Proyek siswa
ini dikerjakan secara berkelompok. Pada penelitian ini indikator yang dinilai yaitu
prestasi belajar yang terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif serta proses
belajar yang dinilai yaitu aktivitas belajar siswa materi redoks
(Rina Dwi, Dkk, 2015:76-78).
Model PjBL dapat menjadi pilihan yang tepat diantara model
pembelajaran lain dalam Kurikulum 2013, karena model pembelajaran ini
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa melalui pemecahan
masalah secara bersama (collaboration). Peranan guru lebih banyak menetapkan
diri sebagi pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan
demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk
kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru atau pembelaja-ran
akan berlangsung secara SCL .
Pada model PjBL, siswa tidak hanya membangun konsep melalui
pemecahanmasalah yang diberikan, namun juga menghasilkan produk se-bagai
hasil dari pemecahan masalah sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran baik
dilihat dari kualitas proses, maupun kualitas hasil. Oleh karena itu, penelitian ini

17
bertujuan untuk mengetahui kualitas proses yang diukur berdasarkan aktivitas
siswa seperti visual activities, oral activities, listening activities,writing activities,
motor activities, mental activities, emotional activities, dan mengetahui kualitas
hasil meliputi prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Saat diterapkan pembelajaran model PjBL dengan siswa berkelompok,
selama pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator siswa dalam
membangkitkan siswa untuk lebih aktif. Langkah model PjBL yang diterapkan
dalam penelitian secara umum adalah sebagai berikut.
1. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial
2. Perencanaan aturan pengerjaan projek
3. Memonitoring perkembangan projek siswa
4. Mendiskusikan hasil kerja siswa
5. Penilaian hasil kerja siswa
6. Evaluasi pengalaman belajar siswa

Diketahui dari langkah-langkah pembelajaran model PjBL, siswa lebih banyak


berperan dibandingkan guru. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator dan
motivator siswa sehingga pembelajaran didominasi oleh aktivitas siswa dalam
membangun atau mene-mukan pengetahuan melalui proses ilmiah seperti
mengamati, menanya, menerapkan, mengolah data, melakukan percobaan,
melaporkan hasil, dan meru-muskan kesimpulan dengan proses yang lebih
menyenangkan
(Istiqomah,2014:10-11).

18
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kta terhadap proses.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Sehingga pendekatan merupakan langkah awal
pembentkan suatu ide dalam memandangg suatu masalah ataj objek kajian (Rusman,
dkk, 2011: 45).
Sebelum mengkaji lebih dalam sebuah pendekatan, perlu dilihat dulu tentang
komponen pembelejaran. Komponen-kompoen pembelajaran yaitu dapat
digambarkan pada di bawah ini:
TUJUAN PEMBELAJARAN

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHAN PEMBELAJARAN

STRATEGI PEMBELAJARAN MEDIA PEMBELAJARAN

Gambar 2. Hubungan Antar Komponen dalam Pembelajaran


Kemudian berdasarkan hubungan tersebut akan melahirkan beberapa tipe
pembelajaran. Barry Moris dalam Rusman, dkk (2011: 43) yang menjelaskan kaitan
antara media dengan proses pembelajaran, membagi pembelajaran menjadi empat
tipe, yaitu
a. Pola Pembelajaran Tradisional 1
PENETAPAN ISI
TUJUAN DAN METODE GURU SISWA

b. Pola Pembelajaran Tradisional 2


PENETAPAN ISI GURU DENGAN
TUJUAN DAN METODE MEDIA SISWA

c. Pola Pembelajaran Guru dan Media


GURU
PENETAPAN ISI
TUJUAN DAN METODE SISWA
MEDIA
d. Pola Pembelajaran Bermedia
PENETAPAN
TUJUA ISI DAN MEDI SISW
N METODE A A

19
Gambar 3. Tipe-tipe Pembelajaran
Berdasarkan dari empat tipe pembelajaran diatas, sehingga dapat dibagi menjadi dua
pendekatan oleh Killen, Roy dalam buku yang berjudul Effective Teaching Strategies
(1998) dalam Rusman, dkk, (2011: 45-46) yaitu:
a. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru (teacher
centered approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaiutu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dlam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik
atau konvensional. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang
serba bisa dan sebagai satu-satunya sumber belajar.
b. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (student centered
approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat
modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa , manajemen dan
pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada
Dengan melihat komponen pembelajaran, kemudian tipe pembelajaran sehingga
akan menghasilkan pendekatan dalam pembelajaran. Dapat dilihar bahwa Pola
Pembelajaran Tradisional 1 dan Tradisional 2 adalah Pendekatan Pembelajaran
Berorientasi pada Guru (teacher centered approaches) serta Pola Pembelajaran Guru
dan Media dan Bermedia adalah Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa
(student centered approaches). Maka sebuah pembelajaran yang saat sekarang ini
orang harapkan adalah Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (student
centered approaches) dan tidak dilarang juga seorang guru menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru (teacher centered approaches).
Karena semua itu adalah pendekatan yang dimiliki oleh guru itu sendiri
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya. (Direktorat Pembinaan SMA, 2013:13). Maka berdasarkan hal diatas
dapat dilihat bahwa inti dari pembelajaran ini proyek/kegiatan yang diancang untuk
permasalahan kompleks.

20
Langkah-langkah pembelejatan Project Based Learning:
1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasasan proyek berupa pertanyaan
essensial
2. Mendesain perencanaan proyek berupa aturan main, pemilihan aktvitas
pendukung untuk menjawab petanyaan esensisal
3. Menyusun jadwal berupa (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
(2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta
siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek berupa rubrik dari kegiatan
proyek
5. Mengguji hasil berupa penilain yang dilakukan guru
6. Mengevalusi kegiatan/pengalalaman berupa refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan
(Direktorat Pembinaan SMA, 2013:14 15)
Berdasarkan langkah-langkah tersebut sehingga dapat dilihat persyaratan pendukung
dan manfaatnya serta manfaat pemilihan model pembelajaran berbasiskan proyek
(Project Base Learning). Persyaratan pendukung dalam pemilihan model Project
Base Learning adalah
1. Siswa terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah, sehingga proyek tidak
memakan waktu terlalu lama.
2. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar di
laboratorium.
3. Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol.
4. Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan project
(Direktorat Pembinaan SMA, 2013:17)

Dari persyaratan dukungan diatas dapat dilihat bahawa hal pertama yang harus
diperhatikan adalah minat siswa untuk sebuah pemecahan masalah, kemudian sarana
dan prasaranan yang dimiliki. Setelah dua hal tersebut telah terpenuhi maka
penganturan waktu dan kejelasan tugas dan hasil merupakan hal yang menjadi tujuan
dari Project Based Learning sesuai dengan input berupada minat siswa untuk
pemecahan masalah dan sarana dan prasarana yang dimiliki.

21
Berdasarkan hal diatas maka dapat melihat lebih juah tentang manfaat pemilihan
moel Project Based Learning yaitu:
1. Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa melakukan
pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
2. Mengembangkam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumberdaya.
4. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik, dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5. Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia
nyata.
6. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun
guru menikmati proses pembelajaran.

(Putra.2015: 16-20).

22
Daftar Pustaka

Fajri .L., dk. 2012. Upaya Peningkatan Proses Dan Hasil Belajar Kimia Materi
Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Teams Games
Tournament) Dilengkapi Dengan Teka-Teki Silang Bagi Siswa Kelas Xi
Ipa 4 Sma Negeri 2 Boyolali Pada Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012. Surakarta: UNS.
Kusumawati .E. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament
(Tgt) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Ikatan
Kimia Siswa Kelas X Sma Muhammadiyah I Temanggung Tahun Ajaran
2008 / 2009. SKRIPSI. Semarang: Uiversitas Negeri Semarang.
Nopiyanita, dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (Tgt) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia
Dan Kreativitas Siswa Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X Semester
Genap Sma Negeri 3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Surakarta:
UNS.
Putra, dkk. 2015. Pengembangan Pjbl Menggunakan Web (Studi Kasus
Pemograman Dasar Kelas X). Padang: Universitas Negeri Padang.
Rudi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masa Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi Isma Negeri 9
Kendari.Kendari : Unhalu.
Wasonowati . 2013. Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl)
Pada Pembelajaran Hukum - Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sma Negeri 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Surakarta: UNS.

23
Pertanyaan dan Jawaban

1. Dalam model pembelajaran TGT, ada suatu game sebut saja turnamen. Nah dalam

turnamen ada aturan aturan yang menunjang keberhasilan dalam pembelajaran,

terutama dalam pembelajaran kimia. Sehingga aturan-aturan yang seperti apa

yang harus diterapkan?

Jawab:

Turnamen dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan

turnamen TGT yaitu:

(1) Cara memulai permainan, untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan

pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah

dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah

pembaca pertama.

(2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan

nomor tersebut pada lembar permainan. Setelah pembaca pertama ditentukan,

pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.

Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang

ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar

mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka

penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang

jawaban pembaca atau melewatinya.

(3) Tantang atau lewati , Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca,

maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca.

Jika penantang I melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya

pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang

atau melewati. Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati,

penantang II memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban

pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan

kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila

jawaban penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut

24
adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika

ada).

(4) Memulai putaran selanjutnya, Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi

bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti

posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi

penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau

sampai waktu yang ditentukan guru.

(5) Perhitungan poin, Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang

telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen

selanjutnya dilakukan oleh guru.

Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim

untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok

adalah dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan

jumlah anggota tim yang bersangkutan.

2. Dalam implementasi Problem Based Learning (PBL) yang merupakan model


pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme.
Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga
siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah
tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu,
siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang
menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang
berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan
masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.Bagaimana cara memulai
pemebelajaran dengan model berbasis masalah?
Jawab:
PBL dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yang: menangkap minat
siswa dengan menghubungkannya dengan isue di dunia nyata; menggambarkan
atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya; memadukan isi
tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah; membutuhkan kerjasama, metode
banyak tingkat (multi-staged method) untuk menyelesaikannya; dan
mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independent untuk
menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah
tersebut.

25
3. Dalam pembelajaran kimia, seorang guru memakai suatu model pembelajaran.
Dan salah satu bentuk model yaitu PBL. Model PBL lebih menekankan pada
pembelajaran berbasis masalah. Namun pastinya dalam penggunaan model
jenis ini ada banyak hambatan. Dan hambatan-hambatan tersebut haruslah
disikapi agar pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran kimia
berjalan dengan lancar. Dan hambatan yang seperti apa itu?
Jawab :
Hambatan dalam memecahkan masalah pada pembelajaran kimia yaitu :
1. Adanya siswa yang memiliki karakteristik cenderung pasif dalam
pembelajaran di kelas sehingga merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan
lingkungan PBL yang dilakukan,
2. Kurang tersedianya sarana pendukung dalam proses pemecahan masalah,
seperti fasilitas laboratorium, pemanfaatan sarana teknologi, buku
perpustakaan atau sumber belajar yang relevan, dan
3. Keterbatasan jam pelajaran yang tersedia dalam proses PBL karena adanya
tahap-tahap (sintak) yang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
seperti mengungkapkan ide, melakukan penyelidikan, hingga
menyimpulkan strategi atau solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah
yang berikan.

4. Model Project Base Learning adalah Model pembelajaran berbasis suatu


proyek. Tentunya ada syarat yang harus terpenuhi agar model pembelajaran
berjalan secara efektif. Apa saja syarat yang dimaksud dalam pembelajaran
menggunakan model PBJL?
Jawab:
Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi agar pembelajaran kimia dapat
berjalan secara efektif adalah: Siswa terbiasa dengan aktivitas pemecahan
masalah, sehingga proyek tidak memakan waktu terlalu lama, dukungan sarana
dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar di laboratorium,
pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol, dan perlunya kejelasan
tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan project.

5. Model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat
dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka
terdorong berperan aktif dalam belajar. Dan tentunya dibutuhkan suatu
kriteria dalam pemilihan bahan pembelajaran. Apa saja itu?

Jawab:

26
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu : Bahan
pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya, bahan yang dipilih
adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat
mengikutinya dengan baik, bahan yang dipilih merupakan bahan yang
berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya,
bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan
bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.

27

Вам также может понравиться