Вы находитесь на странице: 1из 28

Bab 3

Fungsi Khusus

r
sa
Pada bagian ini dibahas tentang fungsi-fungsi khusus yang sering dijumpai

ba
dalam penyelesaian persoalan sis. Fungsi-fungsi tersebut umumnya dide-

kh
nisikan dalam bentuk integral. Untuk keperluan praktis dapat digunakan
tabel-tabel fungsi khusus yang dapat dijumpai dalam buku-buku teks mau-
13
pun tabel-tabel matematika.
20
2
m
se

3.1 Fungsi Faktorial


01

Salah satu bentuk integral yang sering dijumpai adalah integral dari suatu
22

fungsi eksponensial. Tinjau suatu integral tertentu yaitu ex dx dengan


ku

0
> 0. Integral tersebut dapat diselesaikan dengan mudah, yaitu
ca


1 1
ex dx = ex = (3.1)
0
0

Sedangkan telah diketahui bahwa integral dapat didiferensialkan sebagai ber-


ikut
b b
d f (x, t)
f (x, t)dt = dt (3.2)
dx x
a a

47
48 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

Dengan demikian akan dapat diperoleh



d (ex )
ex dx = dx
d
0 0
(3.3)
d 1 1
= xex dx = 2
d
0

Yang berarti diperoleh bahwa



1
xex dx = (3.4)
2

r
0

sa
Proses yang sama dapat diulangi untuk mendapatkan bentuk integral

ba
yang lain:

kh

d x (xex )
13
xe dx = dx
d
20
0 0
(3.5)

d 1 (1)(2)
2

= x2 ex dx = 3
m

d 2
se


01

2
yang memberikan x2 ex dx = . Kemudian juga
3
22

0
l


d (xex )
ku

2 x
xe dx = dx
d
ca

0 0
(3.6)

d 2 (1)(2)(3)
= x2 ex dx =
d 3 4
0


3!
yang berarti x3 ex dx = . Secara umum, bila proses tersebut diterusk-
4
0
an maka akan dapat diperoleh ungkapan sebagai berikut

n!
xn ex dx = (3.7)
n+1
0
3.2. FUNGSI GAMMA 49

Untuk nilai = 1, maka bentuk integral yang diperoleh adalah



xn ex dx = n! dengan n = 1, 2, 3, . . . (3.8)
0

Dengan menggunakan integral tersebut, dapat diperoleh denisi untuk 0!,


yaitu


0! = ex dx = ex = 1 (3.9)
0
0

Contoh

sa
dx dx
Jika diketahui bahwa = , tentukanlah .

ba
2
y +x 2 2y (y 2 + x2 ) 2

kh
0 0

dx
Jika = didierensialkan terhadap y maka akan diperoleh 13
y2 +x 2 2y
0
20


d dx ((y 2 + x2 )1 ) 1
2

= dx = 2y dx
m

dy y + x2
2 y (y 2 + x2 ) 2
se

0 0 0

d 1
01

= 2y dx
dy 2y (y 2 + x2 )2
22

0

l

1
= 2y dx
2y 2 (y 2 + x2 ) 2
ku

0
ca


1
= dx = 3
(y 2 2
+x ) 2 4y
0

3.2 Fungsi Gamma


Dengan menggunakan hasil-hasil dan pengertian dari fungsi faktorial yang
telah diuraikan sebelumnya, maka didenisikan fungsi Gamma dalam bentuk
integral yaitu

(p) = xp1 ex dx, p > 0 (3.10)
0
50 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

dalam hal ini p tidaklah harus berupa bilangan bulat.


Fungsi gamma untuk suatu bilangan bulat n dapat dikaitkan dengang
fungsi faktorial yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu

(n) = xn1 ex dx = (n 1)! (3.11)
0

Dengan demikian, untuk (n + 1) diperoleh sebagai berikut



(n + 1) = xn ex dx = n! (3.12)
0

r
Dalam bentuk yang lebih umum (artinya untuk bilangan yang bukan meru-

sa
pakan bilangan bulat) dapat dinyatakan

ba

kh
(p + 1) = xp ex dx = p!, p > 1 (3.13)
0 13
Bila integral dalam persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunak-
20

an metode integral parsial (dengan memisalkan u = xp dan dv = ex dx =


2

dv), maka dapat diperoleh


m


se

(p + 1) = xp ex dx
01

0

22

p x
= x e (ex )pxp1 dx
l

0 (3.14)
0
ku


=p xp1 ex dx
ca

0
= p(p)
Persamaan 3.14 tersebut di atas menyatakan hubungan rekursif (perulangan)
untuk fungsi Gamma. Jadi bila nilai fungsi gamma dari suatu bilangan p te-
lah diketahui, maka dapat diperoleh juga nilai fungsi gamma untuk bilangan
p + 1.
Selanjutnya bila digunakan suatu variabel baru s = p + 1, maka persa-
maan 3.14 dapat pula dituliskan kembali dalam bentuk
(s)
(s) = (s 1)(s 1) = (s 1) = (3.15)
(s 1)
3.2. FUNGSI GAMMA 51

Persamaan 3.15 menunjukkan bahwa bila nilai fungsi gamma dari suatu bi-
langan s telah diketahui, maka dapat pula diketahui nilai fungsi gamma
untuk s 1.
Nilai fungsi Gamma umumnya telah ditabelkan untuk 1 < p < 2. Dengan
menggunakan hubungan rekursif di atas, maka dapat diperoleh nilai fungsi
Gamma untuk nilai p yang tidak ditabelkan. Misalnya

3
( 52 ) = ( 32 + 1) = ( 32 )
2
5 5 15
( 2 ) = ( 2 + 1) = ( 2 ) = ( 32 )
7 5
2 4
3
( )
( 12 ) = 12 = 2( 32 )

r
sa
2

ba
Dengan menggunakan hubungan rekursif tersebut juga dapat diperoleh

kh
nilai fungsi Gamma untuk p < 0, misalnya

( 12 )
13
( 12 ) = ( 12 1) = = 4( 32 )
20
12
2
m

Contoh 1
se


01

4
Nyatakan integral ex dx dalam bentuk fungsi gamma.
22

Jika digunakan variabel baru u = x4 , maka dapat diperoleh bahwa x = u1/4


l

dan dx = 14 u3/4 du. Dengan demikian integral tersebut dapat dinyatakan


ku

kembali dalam bentuk


ca


x4 1
e dx = u3/4 eu du
4
0 0

Selanjutnya dengan membandingkannya dengan denisi fungsi gamma seba-


gaimana persamaan 3.1, maka akan diperoleh bahwa p1 = 34 yang berarti
p = 14 . Dengan demikian diperoleh


4 1
ex dx = ( 14 )
4
0
52 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

Contoh 2
1 3
2 1
Nyatakan integral x ln dx dalam bentuk fungsi gamma.
x
0
u u
baru u, di mana x = e . Berarti dx = e du
Misalkan digunakan variabel
1
dan x2 = e2u serta ln = u. Perlu diperhatikan juga batas integral da-
x
lam variabel yang baru. Jika x = 0 berarti u = dan jika x = 1 berarti
u = 0. Dengan demikian integral tersebut dapat dinyatakan
1 3 0
1 2u u
x 2
ln dx = ue (e )du = u e3u du
x

r
sa
0 0

ba
d
selanjutnya dimisalkan lagi 3u = sehingga du = , maka diperoleh

kh
3
13
1
u e3u du = e d
9
20

0 0
2

kemudian jika dibandingkan dengan denisi fungsi gamma, maka akan da-
m

pat diperoleh bahwa p 1 = 1 yang memberikan p = 2, dengan demikian


se

diperoleh
1 3
01

2 1 1
x ln dx = (2)
22

x 9
0
l


ku

1
Salah satu bentuk yang penting untuk diketahui adalah nilai dari .
2
ca

Dari denisi fungsi Gamma diperoleh bentuk integral untuk p = 12 , yaitu



1
( 12 ) = et dt (3.16)
t
0

Kemudian jika digunakan variabel baru x = t yang berarti t = x2 dan
dt = 2xdx, maka ( 12 ) dapat dinyatakan kembali sebagai

1 x2 2
( 12 ) = e (2xdx) = 2 ex dx (3.17)
x
0 0
3.2. FUNGSI GAMMA 53

Dengan menggunakan variabel integrasi yang lain dapat pula dinyatakan



2
( 12 ) =2 ey dy (3.18)
0

Selanjutnya bila kedua integral tersebut dikalikan, maka diperoleh




2 2
( 12 )( 12 ) = 2 ex dx 2 ey dy
0 0
(3.19)

2 (x2 +y 2 )
( 12 ) =4 e dxdy

r
sa
0 0

ba
Integral tersebut dapat dihitung dengan menggunakan variabel sistem koo-
rdinat polar. Ingat bahwa dalam sistem koordinat polar dapat dinyatakan

kh
bahwa x = r cos dan y = r sin , sehingga x2 + y 2 = r2 . Jacobian transfor-
masi tersebut adalah 13

20
x x

r
cos r sin
2

Jacobian = detJ = = =r (3.20)


y y sin r cos
m


se


r
01

Dengan batas integralnya adalah : 0 /2 dan r : 0 , maka dapat


22

dinyatakan
l


2 2 +y 2 )
( 12 ) =4 e(x dxdy
ku

0 0
ca

(3.21)
/2 /2
2 2
=4 er rdrd = 4 d er rdr =
=0 r=0 =0 r=0

Dengan demikian diperoleh


( 12 ) = (3.22)
Terkait dengan fungsi gamma, dikenal juga ada fungsi gamma taklengkap
(incomplete gamma function) yang biasanya dilambangkan dengan (n, x)
dan (n, x). (n, x) dinamakan fungsi gamma taklengkap bagian bawah (lo-
wer incomplete gamma function) sedangkan (n, x) dinamakan fungsi gam-
ma taklengkap bagian atas (upper incomplete gamma function). Dari denisi
54 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

r
sa
ba
kh
Gambar 3.1: Plot fungsi Gamma.13
20
2

fungsi gamma yang telah dituliskan, maka integral tersebut dapat dinyatakan
m

sebagai penjumlahan dua buah integral


se

x
01

n1 u n1 u
(n) = u e du = u e du + un1 eu du
22

0 0 x
l

= (n, x) + (n, x)
ku
ca

3.3 Fungsi Beta


Fungsi Beta juga didenisikan menggunakan integral tertentu, yaitu:

1
B(p, q) = xp1 (1 x)q1 dx dengan p > 0 dan q > 0 (3.23)
0

Bentuk lain dan sifat-sifat dari fungsi Beta dapat diperoleh dengan mengganti
variabel-variabelnya. Bila digunakan variabel y = 1 x maka dx = dy
3.3. FUNGSI BETA 55

Tabel 3.1: Tabel Fungsi Gamma


x (x) x (x) x (x) x (x)

r
sa
1.00 1.0000 1.25 0.9064 1.50 0.8862 1.75 0.9191

ba
1.01 0.9943 1.26 0.9044 1.51 0.8866 1.76 0.9214
1.02 0.9888 1.27 0.9025 1.52 0.8870 1.77 0.9238

kh
1.03 0.9836 1.28 0.9007 1.53 0.8876 1.78 0.9262
1.04 0.9784 1.29 0.8990 1.54 0.8882 1.79 0.9288
1.05 0.9735 1.30 0.8975 1.55 0.8889 1.80 0.9314
1.06 0.9687 1.31 0.8960 1.56 13
0.8896 1.81 0.9341
1.07 0.9642 1.32 0.8946 1.57 0.8905 1.82 0.9368
20
1.08 0.9597 1.33 0.8934 1.58 0.8914 1.83 0.9397
1.09 0.9555 1.34 0.8922 1.59 0.8924 1.84 0.9426
1.10 0.9514 1.35 0.8912 1.60 0.8935 1.85 0.9456
2

1.11 0.9474 1.36 0.8902 1.61 0.8947 1.86 0.9487


m

1.12 0.9436 1.37 0.8893 1.62 0.8959 1.87 0.9518


1.13 0.9399 1.38 0.8885 1.63 0.8972 1.88 0.9551
se

1.14 0.9364 1.39 0.8879 1.64 0.8986 1.89 0.9584


1.15 0.9330 1.40 0.8873 1.65 0.9001 1.90 0.9618
01

1.16 0.9298 1.41 0.8868 1.66 0.9017 1.91 0.9652


1.17 0.9267 1.42 0.8864 1.67 0.9033 1.92 0.9688
22

1.18 0.9237 1.43 0.8860 1.68 0.9050 1.93 0.9724


1.19 0.9209 1.44 0.8858 1.69 0.9068 1.94 0.9761
l

1.20 0.9182 1.45 0.8857 1.70 0.9086 1.95 0.9799


1.21 0.9156 1.46 0.8856 1.71 0.9106 1.96 0.9837
ku

1.22 0.9131 1.47 0.8856 1.72 0.9126 1.97 0.9877


1.23 0.9108 1.48 0.8857 1.73 0.9147 1.98 0.9917
ca

1.24 0.9085 1.49 0.8859 1.74 0.9168 1.99 0.9958


2.00 1.0000
56 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

sehingga persamaan 3.23 menjadi:

1 0
p1 q1
B(p, q) = x (1 x) dx = (1 y)p1 y q1 dy
0 1
(3.24)
1
= y q1 (1 y)p1 dx = B(q, p)
0

Dengan menggunakan variabel baru y = ax yang berarti x = y/a, maka


akan diperoleh dx = dy/a. Batas integralpun harus diubah. Jika x = 0 maka
y = 0 dan untuk x = 1 maka y = a. Fungsi Beta B(p, q) dituliskan kembali

r
sa
dalam bentuk

ba
1 a p1
y q1

kh
p1 q1 y
B(p, q) = x (1 x) dx = 1 (dy/a)
a
13 a
0 0
a q1
20
1 1 p1 1
= y (a y) dy
ap1 a a
2

0
m

a
1 1 1
se

= p1 q1
y p1 (a y)q1 dy
a a a
01

0
a
22

1
= y p1 (a y)q1 dy
ap1+1+q1
l

0
ku

yang akan memberikan


ca

a
1
B(p, q) = y p1 (a y)q1 dy (3.25)
ap+q1
0

Fungsi Beta juga sering dinyatakan dalam variabel sudut (trigonometri).


Untuk mendapatkan bentuk tersebut dilakukan substitusi variabel x = sin2 .
Dengan variabel ini maka diperoleh dx = 2 sin cos d dan (1 x) = cos2 .
Untuk memperoleh batas integral dalam variabel yang baru tersebut, dapat
dilakukan substitusi. Jika x = 0 berarti = 0 sedangkan jika x = 1 berarti
= /2. Dengan demikian maka persamaan 3.23 dapat dituliskan kembali
3.3. FUNGSI BETA 57

dalam bentuk:
1
B(p, q) = xp1 (1 x)q1 dx
0
/2 /2
= (sin ) (cos ) 2 sin cos d = 2 (sin )2p1 (cos )2q1 d
2 p1 2 q1

0 0

Dengan demikian fungsi Beta B(p, q) dalam varaiabel sudut trigonometri


mempunyai bentuk

/2

r
B(p, q) = 2 (sin )2p1 (cos )2q1 d

sa
(3.26)

ba
0

kh
Bentuk lainnya yang juga sering muncul adalah bentuk integral dengan
batas integral dari 0 sampai . Misalkan dilakukan substitusi variabel baru
y di mana x =
y 13
. Dengan variabel baru tersebut maka diperoleh
1+y
20

dy(1 + y) ydy dy
2

dx = =
m

(1 + y)2 (1 + y)2
se

dan juga
y 1
01

1x=1 =
1+y 1+y
22

sedangkan batas integral


l

jika x = 0 berarti y = 0
ku

jika x = 1 berarti y =
ca

Dengan variabel baru tersebut maka persamaan 3.23 menjadi


1
B(p, q) = xp1 (1 x)q1 dx
0
p1 q1
y 1 dy
= (3.27)
1+y 1+y (1 + y)2
0

y p1
= dy
(1 + y)p+q
0
58 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa berbagai bentuk integral ter-
tentu dapat dinyatakan sebagai fungsi Beta. Jika nilai fungsi Gamma da-
pat diperoleh pada tabel-tabel matematika, bagaimana halnya dengan nilai
fungsi Beta untuk nilai p dan q tertentu? Jawabannya adalah dengan men-
dapatkan hubungan antara fungsi Beta dan fungsi Gamma.
Ingat kembali bahwa fungsi Gamma untuk p dinyatakan dalam bentuk
integral sebagaimana persamaan 3.10. Jika digunakan variabel baru y dengan
x = y 2 maka fungsi Gamma tersebut menjadi


2 2 2
(p) = (y 2 )p1 ey 2ydy = (y)2p2 ey 2ydy = 2 y 2p1 ey dy
0 0 0

r
sa
Artinya jika variabel dummy dalam integral tersebut diubah menjadi variabel

ba
lain, maka dapat dituliskan juga sebagai

kh
13 2
(q) = 2 x2q1 ex dx
20

0
2
m

Selanjutnya bila kedua bentuk integral tersebut dikalikan dan kemudian digu-
nakan sistem koordinat polar untuk menyelesaikannya maka dapat diperoleh
se


01


2 2
22

(p)(q) = 2 y 2p1 ey dy 2 x2q1 ex dx


l

0 0

ku

2 +y 2 )
=4 x2q1 y 2p1 e(x dxdy
ca

0 0
/2
2
=4 (r cos )2q1 (r sin )2p1 er rdrd
r=0 =0
/2

2
= 4 r2p+2q1 er dr (cos )2q1 (sin )2p1 d
r=0 =0


2p+2q1 r 2 2 1
Perhatikan bahwa r e dr = r2(p+q)1 er dr = (p + q). Se-
2
r=0 r=0
3.3. FUNGSI BETA 59

/2
1
dangkan (cos )2q1 (sin )2p1 d = B(p, q). Dengan demikian diperoleh
2
0

1 1
(p)(q) = 4 (p + q) B(p, q) (3.28)
2 2

Jadi fungsi Beta dapat dinyatakan menggunakan fungsi Gamma yaitu

(p)(q)
B(p, q) = (3.29)
(p + q)

Jadi dengan menggunakan hubungan tersebut maka bentuk integral yang

r
dinyatakan dalam fungsi Beta dapat diperoleh nilainya dengan menggunakan

sa
tabel fungsi Gamma.

ba
kh
Contoh 1
13
x3
Hitung integral I = dx.
20
(1 + x)5
0
2

Perhatikan bahwa integral tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk fung-


m


y p1
se

si Beta sebagai dy dengan p = 4 dan q = 1. Kemudian dengan


(1 + y)p+q
01

0
menggunakan hubungan antara fungsi Beta dan fungsi Gamma maka dapat
22

dituliskan
l

(4)(1) (4 1)!0! 3!0! 1


I = B(4, 1) = = = =
ku

(5) 4! 4! 4
ca

Contoh 2
Suatu kurva dinyatakan dengan persamaan yang berbentuk x3 + y 3 . Tentu-
kanlah luas daerah yang dibatasi kurva tersebut dan sumbu-sumbu koordinat
di kuadran 1.

Fungsi kurva tersebut dapat dinyatakan menjadi


3
y(x) = 8 x3

Titik potong kurva dengan sumbu datar dapat diperoleh yaitu pada x = 2.
Dengan demikian luas daerah yang dibatasi oleh kurva tersebut dan sumbu-
60 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

sumbu koordinat di kuadran 1 adalah


2
3
L= 8 x3 dx
0

3
Kemudian dapat digunakan variabel baru u = x3 /8 yang berarti du = x2 dx
8
dan x = 2 3 u serta x3 = 8u. Maka
2 1 1
8 4
1/3
u2/3 (1 u)1/3
3
L= 8 x3 dx = (8 8u) du =
3x2 3
0 0 0

r
Perhatikan bahwa integral tersebut dapat dinyatakan menjadi fungsi Beta

sa
B(p, q) dengan p 1 = 2/3 yang berarti p = 1/3 dan q 1 = 1/3 atau

ba
q = 4/3. Dengan demikian

kh
L = B( 13 , 43 )
Selanjutnya berarti 13
1
( 43 )( 43 )
20
L = B( 13 , 43 ) = 3
( 53 )
2
m

Contoh 3
se

Gerak pendulum sederhana yang berupa benda bermassa m dengan tali peng-
01

gantung yang panjangnya l dinyatakan dengan persamaan gerak yang berupa


d2 g
22

persamaan dierensial 2 = sin , di mana g adalah percepatan gravi-


dt l
l

tasi.
ku

Biasanya, selalu dianalisa untuk gerak dengan simpangan kecil. Dalam hal
ca

tersebut dapat digunakan pendekatan sin . Namun untuk sudut simpangan


yang tidak kecil, pendekatan tersebut tidak dapat digunakan dan untuk hal
ini penggunaan fungsi Beta akan dapat membantu.
Jika persamaan dierensial yang menggambarkan gerak benda tersebut
d
dikalikan dengan maka akan diperoleh
dt
d d2 g d
2
= sin
dt dt l dt
g
= sin
l
1 2 g
= cos + const
2 l
3.4. FUNGSI ERROR 61

Misalkan ditinjau ayunan untuk dari /2 sampai /2. Untuk keadaan


ini syarat yang terpenuhi adalah = 0 pada = /2. Hal ini memberikan
1 g
persamaan dierensial yang menjadi 2 = cos . Atau dapat diselesaikan
2 l
sebagai berikut:

d 2g
= cos
dt l

d 2g
= dt
cos l

Berarti untuk dari 0 sampai /2 akan dapat dinyatakan

sa
/2 T /4
d 2g
= dt

ba
cos l

kh
0 0

diperoleh 13
/2
l d
20
T =4
2g cos
2

0
m

Perhatikan bahwa integral terakhir tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi


se

Beta, yaitu
/2
01

(cos )1/2 d = B( 12 , 14 )
22

0
l

Sehingga
ku

l
T =4 B( 1 , 1 )
ca

2g 2 4

3.4 Fungsi Error


Bentuk integral lainnya yang sering dijumpai dalam penyelesaian persoalan
sis adalah yang mengandung fungsi eksponen kuadrat. Biasanya fungsi ini
banyak dijumpai dalam persoalan distribusi statistik (distribusi Gaussian).
Fungsi Error didenisikan dalam bentuk
x
2 2
erf(x) = et dt (3.30)

0
62 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

r
sa
Gambar 3.2: Bentuk fungsi Error dan fungsi error pelengkap.

ba
kh
13
Denisi tersebut merupakan denisi standard fungsi Error. Sebagaimana
fungsi Beta, fungsi Error juga dapat dikaitkan dengan berbagai bentuk inte-
20

gral tertentu.
2

Misalnya adalah bentuk integral yang dinyatakan dengan P (, x) =


m

x
1 2
se

et /2 dt. Untuk menghitung integral tersebut dimisalkan variabel


2

01


baru u di mana t = u 2. Maka didapat t2 = 2u2 dan dt = 2du. Batas
22

integral dalam variabel baru tersebut adalah u = x/ 2. Dengan


l

demikian diperoleh
ku


x x/
2
1 1 2
ca

2 /2
P (, x) = et
dt = eu 2du
2 2


x/
2 0 x/
2
1 2 1 2 2
= eu du = eu du + eu du

0

Perhatikan bahwa suku kedua dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi Error,
yaitu

x/
2
u2 x
e du = erf
2 2
0
3.4. FUNGSI ERROR 63

Sedangkan suku pertama merupakan integral dari suatu fungsi genap. Ingat
bahwa fungsi genap mempunyai sifat simetri terhadap sumbu tegak. Kemu-
dian integral tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi Gamma

0
u2 u2 ( 12 )
e du = e du = = (3.31)
2 2
0

Sehingga diperoleh

0 x/
2
1 2 2
P (, x) = eu du + eu du

r
sa

0

ba
(3.32)
1 x

kh
= + erf
2 2 2

1 1
= + erf
x 13
2 2 2
20
2

Bentuk integral seperti tersebut di atas sering dijumpai dalam persoalan


m

statistik. Fungsi (x) = P (, x) dikenal sebagai fungsi distribusi normal


se

standard atau fungsi distribusi kumulatif Gaussian (Gaussian cumulative dis-


tribution function).
01

Bila digunakan substitusi variabel t = s pada fungsi error yang telah


22

didenisikan di atas, maka diperoleh dt = ds dan batas integral berubah


l

menjadi s = 0 x, dengan demikian


ku

x x
ca

2 t2 2 2
erf(x) = e dt = es ds = erf(x) (3.33)

0 0

Hal ini berarti bahwa fungsi Error adalah fungsi ganjil karena erf(x) =
erf(x).
Ada juga fungsi yang disebut sebagai fungsi error pelengkap (complemen-
tary error function) yang dinyatakan dengan erfc(x). Denisinya adalah


2 2
erfc(x) = et dt (3.34)

x
64 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

Bila integral tersebut diuraikan, maka dapat dinyatakan


0

2 2 2 2 2
erfc(x) = et dt = et dt + et dt

x x 0

x
2 2 2
= et dt + et dt

0 0

2
= erf(x) + = 1 erf(x)
2 2
Dengan demikian dapat diperoleh

r
erfc(x) = 1 erf(x) (3.35)

sa
ba
Dengan menggunakan denisi fungsi Error dapat dinyatakan erf()

kh

2 2 2 1
erf() = et dt = ( 12 ) = 1
13 (3.36)
2
0
20

2
Jadi terlihat bahwa konstanta yang ada di depan integral pada denisi
2

fungsi Gamma adalah konstanta normalisasi yang menyebabkan erf() = 1.


se

Untuk nilai x yang kecil (|x| 1) fungsi erf(x) dapat dinyatakan dengan
deret:
01

x
22

2 2
erf(x) = et dt
l


0
x
ku

2 2 t4 2 x3 x5
= 1 t + . . . dt = x + ...
ca

2! 3 (5)2!
0

Selain fungsi Error dan fungsi Error Pelengkap, ada juga fungsi Error Imaji-
ner (imaginary error function) yang dinyatakan dengan er(x) dan dideni-
sikan sebagai
x
2 2
er(x) = et dt (3.37)

0
x2
Perhatikan bahwa fungsi y = e merupakan fungsi genap. Dengan mengi-
ngat sifat fungsi genap, yaitu simetri terhadap sumbu tegak (dalam hal ini
3.4. FUNGSI ERROR 65

sumbu y), maka sifat ini dapat digunakan untuk menghitung integral fungsi
eksponen dengan batas integral yang negatif, misalnya
x2 0 x2 x1 x2
t2 t2 t2 t2 2
e dt = e dt + e dt = e dt + et dt
x1 x1 0 0 0 (3.38)


= erf(x1 ) + erf(x2 )
2 2
Sebagaimana halnya dengan fungsi Gamma, nilai fungsi Error untuk x ter-
tentu juga dapat dijumpai dalam tabel-tabel matematika.

Contoh 1

r
sa

ba
2 /2
Hitunglah integral ey dy.

kh

Integral tersebut dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua buah integral 13
0
20

y 2 /2 y 2 /2 2 /2
e dy = e dy + ey dy
2

0
se

2
Karena fungsi ey /2 adalah fungsi genap yang berarti simetri terhadap sum-
bu tegak, maka integral pada suku pertama dapat dinyatakan sebagai berikut
01
22

0
y 2 /2 2 /2
ey
l

e dy = dy
0
ku

dengan demikian diperoleh


ca


y 2 /2 2 /2
e dy = 2 ey dy
0

y y2
kemudian jika digunakan variabel baru = yang berarti = 2 dan
2 2
dy = 2 d maka dapat dinyatakan

2

y 2 /2
2
e dy = 2 e d = 2 =
2 2
0 0
66 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

Maka akan diperoleh



y 2 /2 2 /2
e dy = 2 ey dy = 2
0

Contoh 2
Nyatakanlah fungsi error dalam bentuk fungsi gamma.

Denisi fungsi error memberikan


x
2

r
2
erf(x) = et dt

sa

ba
0

kh
Selanjutnya dengan menggunakan variabel baru = t2 maka akan membe-
1
rikan dt = 1/2 d. Dengan demikian dapat dinyatakan 13
2
20

x x2
2 t2 2 2
1/2 e d = ( 12 , x2 )
2

erf(x) = e dt =
m


0 0
se
01

3.5 Integral Eliptik


22
l

Integral yang mempunyai bentuk


ku


d
ca

F (, k) = , dengan 0 k 1 (3.39)
1 k 2 sin2
0

disebut bentuk Legendre dari integral eliptik jenis pertama, sedangkan


E(, k) = 1 k 2 sin2 d, dengan 0 k 1 (3.40)
0

disebut bentuk Legendre dari integral eliptik jenis kedua.


dan k masing-masing disebut sebagai amplitude dan modulus dari integral
eliptik tersebut.
3.5. INTEGRAL ELIPTIK 67

Tabel 3.2: Tabel Fungsi Error dan Fungsi Error Pelengkap


x erf(x) erfc(x) x erf(x) erfc(x) x erf(x) erfc(x)

0.00 0.0000 1.0000 0.66 0.6494 0.3506 1.32 0.9381 0.0619


0.02 0.0226 0.9774 0.68 0.6638 0.3362 1.34 0.9419 0.0581
0.04 0.0451 0.9549 0.70 0.6778 0.3222 1.36 0.9456 0.0544

r
0.06 0.0676 0.9324 0.72 0.6914 0.3086 1.38 0.9490 0.0510

sa
0.08 0.0901 0.9099 0.74 0.7047 0.2953 1.40 0.9523 0.0477

ba
0.10 0.1125 0.8875 0.76 0.7175 0.2825 1.42 0.9554 0.0446
0.12 0.1348 0.8652 0.78 0.7300 0.2700 1.44 0.9583 0.0417

kh
0.14 0.1569 0.8431 0.80 0.7421 0.2579 1.46 0.9611 0.0389
0.16 0.1790 0.8210 0.82 0.7538 0.2462 1.48 0.9637 0.0363
0.18 0.2009 0.7991 0.84 0.7651 0.2349 1.50 0.9661 0.0339
0.20 0.2227 0.7773 0.86 0.7761 0.2239 13
1.52 0.9684 0.0316
0.22 0.2443 0.7557 0.88 0.7867 0.2133 1.54 0.9706 0.0294
20
0.24 0.2657 0.7343 0.90 0.7969 0.2031 1.56 0.9726 0.0274
0.26 0.2869 0.7131 0.92 0.8068 0.1932 1.58 0.9745 0.0255
0.28 0.3079 0.6921 0.94 0.8163 0.1837 1.60 0.9763 0.0237
2

0.30 0.3286 0.6714 0.96 0.8254 0.1746 1.62 0.9780 0.0220


m

0.32 0.3491 0.6509 0.98 0.8342 0.1658 1.64 0.9796 0.0204


0.34 0.3694 0.6306 1.00 0.8427 0.1573 1.66 0.9811 0.0189
se

0.36 0.3893 0.6107 1.02 0.8508 0.1492 1.68 0.9825 0.0175


0.38 0.4090 0.5910 1.04 0.8586 0.1414 1.70 0.9838 0.0162
01

0.40 0.4284 0.5716 1.06 0.8661 0.1339 1.72 0.9850 0.0150


0.42 0.4475 0.5525 1.08 0.8733 0.1267 1.74 0.9861 0.0139
22

0.44 0.4662 0.5338 1.10 0.8802 0.1198 1.76 0.9872 0.0128


0.46 0.4847 0.5153 1.12 0.8868 0.1132 1.78 0.9882 0.0118
l

0.48 0.5027 0.4973 1.14 0.8931 0.1069 1.80 0.9891 0.0109


0.50 0.5205 0.4795 1.16 0.8991 0.1009 1.82 0.9899 0.0101
ku

0.52 0.5379 0.4621 1.18 0.9048 0.0952 1.84 0.9907 0.0093


0.54 0.5549 0.4451 1.20 0.9103 0.0897 1.86 0.9915 0.0085
ca

0.56 0.5716 0.4284 1.22 0.9155 0.0845 1.88 0.9922 0.0078


0.58 0.5879 0.4121 1.24 0.9205 0.0795 1.90 0.9928 0.0072
0.60 0.6039 0.3961 1.26 0.9252 0.0748 1.92 0.9934 0.0066
0.62 0.6194 0.3806 1.28 0.9297 0.0703 1.94 0.9939 0.0061
0.64 0.6346 0.3654 1.30 0.9340 0.0660 1.96 0.9944 0.0056
1.98 0.9949 0.0051
68 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

Jika digunakan substistusi t = sin , dan x = sin dalam bentuk Legendre


tersebut, maka akan diperoleh
dt dt
dt = cos d atau d = =
cos 1 t2
Kemudian batas integral = 0 diubah menjadi t = 0 x, maka
dapat dituliskan kembali integral eliptik tersebut dalam bentuk lain yang
dinamakan bentuk Jacobi, yaitu
x
d dt
F (, k) = = = F (x, k) (3.41)
1 k 2 sin2 1 t2
1 k 2 t2
0 0

yang merupakan jenis pertama, sedangkan

r
sa
x
1 k 2 t2

ba
2
E(, k) = 2
1 k sin d = dt = E(x, k) (3.42)
1 t2

kh
0 0

adalah jenis kedua.


13
Yang disebut sebagai bentuk integral eliptik lengkap jenis pertama dan
20
kedua adalah nilai dari F dan E untuk = /2 atau x = sin = 1, yaitu
/2 x
2

d dt
m

K(k) F ( = 2 , k) = =
1 k2 sin 2 1 t21 k 2 t2
se

0 0
(3.43)
/2 1
01

2 1 k 2 t2
E(k) E( = 2 , k) = 2
1 k sin d = dt
22

1 t2
0 0
l

Perhatikan bahwa integrand (fungsi yang diintegralkan) pada bentuk integral


ku

1
eliptik di atas yaitu f () = maupun f () = 1 k 2 sin2
ca

1 k 2 sin2
adalah fungsi genap,sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.3. Hal ini
berarti f () = f (). Dengan demikian, bentuk integral eliptik yang meli-
batkan batas integral yang negatif dapat dinyatakan misalnya sebagai berikut
2 0 2
1 k 2 sin2 d = 1 k 2 sin2 d + 1 k 2 sin2 d
1 1 0

1 2 (3.44)
= 1 k 2 sin2 d + 1 k 2 sin2 d
0 0
= E(1 , k) + E(2 , k)
3.5. INTEGRAL ELIPTIK 69

r
sa
2
0 2

ba
kh
13
Gambar 3.3: Bentuk fungsi 1 k 2 sin2 dengan k 2 = 12 .
20
2
m
se

Hal yang sama juga dapat diperoleh untuk integral eliptik jenis pertama.
01
22

Sifat lain yang dapat dipahami dari integrand pada integral eliptik adalah
l

bahwa fungsi f () tersebut adalah fungsi periodik dengan periode sebesar


(perhatikan kembali gambar 3.3). Hal ini berarti f () = f (n + ), dengan
ku

demikian bentuk integral eliptik untuk batas integrasi yang besar ( > /2)
ca

dapat dinyatakan menggunakan batas integrasi yang kecil (0 < < /2).
Misalnya:


1,2

1,2

1 k 2 sin2 d = 1 k 2 sin2 d + 1 k 2 sin2 d
0 0

0,2

= 2E(k) + 1 k 2 sin2 d = 2E(k) + E( 5 , k)
0
70 BAB 3. FUNGSI KHUSUS

dan juga

0,8

0,2

2 2
1 k 2 sin d = 1 k 2 sin d 1 k 2 sin2 d
0 0 0

0,2

= 2E(k) 1 k 2 sin2 d = 2E(k) E( 5 , k)
0

Jadi secara umum dapat dinyatakan



n
n
2 2
2
1 k sin d = 2
1 k sin d 1 k 2 sin2 d

r
(3.45)

sa
0 0 0

ba
= 2nE(k) E(, k)

kh
Dengan cara yang sama dapat juga diperoleh untuk integral eliptik jenis
pertama. Nilai integral eliptik jenis pertama atau kedua biasanya sudah
13
ditabelkan atau dapat dihitung menggunakan program komputer/ software.
20
2

3.6 Fungsi Eliptik


m


se

dt
Tinjau suatu integral tak tentu yang sering dijumpai berbentuk ,
t2a2
01

integral tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan substitusi variabel


22

dengan memisalkan x = a sin akan diperoleh bahwa


l


dt t 1 t
= arcsin = sin
ku

2
a t 2 a a
ca

Jika a = 1 maka akan diperoleh



dt
= sin1 t
1t 2

Untuk suatu integral tertentu dengan batas antara 0 sampai x, maka akan
diperoleh
x
dt
u= = sin1 x
1t 2
0

yang berarti bahwa suatu variabel u yang merupakan fungsi dari x atau se-
baliknya dapat dikatakan variabel x yang merupakan fungsi dari u, dalam
3.6. FUNGSI ELIPTIK 71

hal ini x = sin u. Terlihat bahwa u dinyatakan dalam bentuk integral terten-
tu. Artinya suatu bentuk integral tertentu dapat dinyatakan sebagai suatu
fungsi dan berarti juga dapat dinyatakan sebagai invers dari suatu fungsi la-
innya. Hal yang sama juga dapat diterapkan pada bentuk fungsi u = F (, k)
sebagaimana persamaan 3.41, maka dapat dinyatakan juga bahwa integral
tersebut merupakan invers dari suatu fungsi, yaitu
x
dt
u= = sn1 x (3.46)
1 t 2 1 k 2 t2
0

yang berarti x = sn u. Fungsi sn disebut sebagai fungsi eliptik. Karena


x = sin , maka dapat dinyatakan

r
sa
x = sn u = sin (3.47)

ba
kh
Fungsi eliptik lainnya yang penting untuk diketahui adalah

cn u = cos = 1 sin2 = 1 sn2 u = 1 x2
13

20
d 1 (3.48)
dn u = = = 1 k 2 sin2 = 1 k 2 sn2 u = 1 k 2 x2
du du/d
2
m
se
01
22
l
ku
ca
72

ca
ku
l
22
01
se
m
2
20
13
kh
ba
sa
r
BAB 3. FUNGSI KHUSUS
Paket Soal Bab 3

1. Nyatakan integral berikut dalam bentuk fungsi gamma



(a) x2/5 ex dx

r
sa
0

ba
1

kh
3
(b) ln x dx
0 13
1 p1
1
20
(c) ln dx
x
2

0
m

2. Sebuah partikel bergerak dari keadaan diam pada x = 1 di sepan-


se

jang sumbu x menuju titik pusat koordinat. Energi potensial benda


dinyatakan dengan V = 12 m ln x. Dengan menggunakan persamaan
01

Lagrange, tentukanlah waktu yang diperlukan benda tersebut untuk


22

mencapai titik pusat koordinat (nyatakan dalam bentuk fungsi gam-


l

ma).

ku

3. Nyatakanlah (3/2) dan (1/2) dengan menggunakan .


ca

4. Nyatakan integral berikut dalam bentuk fungsi Beta


1
dx
(a)
1 x2
0
1
(b) x2 (1 x2 )3/2 dx
0

/2
d
(c)
sin
0

73
74 Paket Soal Bab 3

2
x2 dx
(d)
2x
0

5. Tinjau suatu lengkungan yang dinyatakan dengan persamaan x3 +y 3 =


8. Tentukanlah (dalam bentuk fungsi Beta) volume yang dibentuk bila
lengkungan tersebut diputar terhadap sumbu y.

6.

r
sa
ba
kh
13
20
2
m
se
01
22
l
ku
ca

Вам также может понравиться