Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Fungsi Khusus
r
sa
Pada bagian ini dibahas tentang fungsi-fungsi khusus yang sering dijumpai
ba
dalam penyelesaian persoalan sis. Fungsi-fungsi tersebut umumnya dide-
kh
nisikan dalam bentuk integral. Untuk keperluan praktis dapat digunakan
tabel-tabel fungsi khusus yang dapat dijumpai dalam buku-buku teks mau-
13
pun tabel-tabel matematika.
20
2
m
se
Salah satu bentuk integral yang sering dijumpai adalah integral dari suatu
22
0
> 0. Integral tersebut dapat diselesaikan dengan mudah, yaitu
ca
1 1
ex dx = ex = (3.1)
0
0
47
48 BAB 3. FUNGSI KHUSUS
r
0
sa
Proses yang sama dapat diulangi untuk mendapatkan bentuk integral
ba
yang lain:
kh
d x (xex )
13
xe dx = dx
d
20
0 0
(3.5)
d 1 (1)(2)
2
= x2 ex dx = 3
m
d 2
se
01
2
yang memberikan x2 ex dx = . Kemudian juga
3
22
0
l
d (xex )
ku
2 x
xe dx = dx
d
ca
0 0
(3.6)
d 2 (1)(2)(3)
= x2 ex dx =
d 3 4
0
3!
yang berarti x3 ex dx = . Secara umum, bila proses tersebut diterusk-
4
0
an maka akan dapat diperoleh ungkapan sebagai berikut
n!
xn ex dx = (3.7)
n+1
0
3.2. FUNGSI GAMMA 49
Contoh
sa
dx dx
Jika diketahui bahwa = , tentukanlah .
ba
2
y +x 2 2y (y 2 + x2 ) 2
kh
0 0
dx
Jika = didierensialkan terhadap y maka akan diperoleh 13
y2 +x 2 2y
0
20
d dx ((y 2 + x2 )1 ) 1
2
= dx = 2y dx
m
dy y + x2
2 y (y 2 + x2 ) 2
se
0 0 0
d 1
01
= 2y dx
dy 2y (y 2 + x2 )2
22
0
l
1
= 2y dx
2y 2 (y 2 + x2 ) 2
ku
0
ca
1
= dx = 3
(y 2 2
+x ) 2 4y
0
r
Dalam bentuk yang lebih umum (artinya untuk bilangan yang bukan meru-
sa
pakan bilangan bulat) dapat dinyatakan
ba
kh
(p + 1) = xp ex dx = p!, p > 1 (3.13)
0 13
Bila integral dalam persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunak-
20
se
(p + 1) = xp ex dx
01
0
22
p x
= x e (ex )pxp1 dx
l
0 (3.14)
0
ku
=p xp1 ex dx
ca
0
= p(p)
Persamaan 3.14 tersebut di atas menyatakan hubungan rekursif (perulangan)
untuk fungsi Gamma. Jadi bila nilai fungsi gamma dari suatu bilangan p te-
lah diketahui, maka dapat diperoleh juga nilai fungsi gamma untuk bilangan
p + 1.
Selanjutnya bila digunakan suatu variabel baru s = p + 1, maka persa-
maan 3.14 dapat pula dituliskan kembali dalam bentuk
(s)
(s) = (s 1)(s 1) = (s 1) = (3.15)
(s 1)
3.2. FUNGSI GAMMA 51
Persamaan 3.15 menunjukkan bahwa bila nilai fungsi gamma dari suatu bi-
langan s telah diketahui, maka dapat pula diketahui nilai fungsi gamma
untuk s 1.
Nilai fungsi Gamma umumnya telah ditabelkan untuk 1 < p < 2. Dengan
menggunakan hubungan rekursif di atas, maka dapat diperoleh nilai fungsi
Gamma untuk nilai p yang tidak ditabelkan. Misalnya
3
( 52 ) = ( 32 + 1) = ( 32 )
2
5 5 15
( 2 ) = ( 2 + 1) = ( 2 ) = ( 32 )
7 5
2 4
3
( )
( 12 ) = 12 = 2( 32 )
r
sa
2
ba
Dengan menggunakan hubungan rekursif tersebut juga dapat diperoleh
kh
nilai fungsi Gamma untuk p < 0, misalnya
( 12 )
13
( 12 ) = ( 12 1) = = 4( 32 )
20
12
2
m
Contoh 1
se
01
4
Nyatakan integral ex dx dalam bentuk fungsi gamma.
22
x4 1
e dx = u3/4 eu du
4
0 0
4 1
ex dx = ( 14 )
4
0
52 BAB 3. FUNGSI KHUSUS
Contoh 2
1 3
2 1
Nyatakan integral x ln dx dalam bentuk fungsi gamma.
x
0
u u
baru u, di mana x = e . Berarti dx = e du
Misalkan digunakan variabel
1
dan x2 = e2u serta ln = u. Perlu diperhatikan juga batas integral da-
x
lam variabel yang baru. Jika x = 0 berarti u = dan jika x = 1 berarti
u = 0. Dengan demikian integral tersebut dapat dinyatakan
1 3 0
1 2u u
x 2
ln dx = ue (e )du = u e3u du
x
r
sa
0 0
ba
d
selanjutnya dimisalkan lagi 3u = sehingga du = , maka diperoleh
kh
3
13
1
u e3u du = e d
9
20
0 0
2
kemudian jika dibandingkan dengan denisi fungsi gamma, maka akan da-
m
diperoleh
1 3
01
2 1 1
x ln dx = (2)
22
x 9
0
l
ku
1
Salah satu bentuk yang penting untuk diketahui adalah nilai dari .
2
ca
r
sa
0 0
ba
Integral tersebut dapat dihitung dengan menggunakan variabel sistem koo-
rdinat polar. Ingat bahwa dalam sistem koordinat polar dapat dinyatakan
kh
bahwa x = r cos dan y = r sin , sehingga x2 + y 2 = r2 . Jacobian transfor-
masi tersebut adalah 13
20
x x
r
cos r sin
2
se
r
01
dinyatakan
l
2 2 +y 2 )
( 12 ) =4 e(x dxdy
ku
0 0
ca
(3.21)
/2 /2
2 2
=4 er rdrd = 4 d er rdr =
=0 r=0 =0 r=0
r
sa
ba
kh
Gambar 3.1: Plot fungsi Gamma.13
20
2
fungsi gamma yang telah dituliskan, maka integral tersebut dapat dinyatakan
m
x
01
n1 u n1 u
(n) = u e du = u e du + un1 eu du
22
0 0 x
l
= (n, x) + (n, x)
ku
ca
1
B(p, q) = xp1 (1 x)q1 dx dengan p > 0 dan q > 0 (3.23)
0
Bentuk lain dan sifat-sifat dari fungsi Beta dapat diperoleh dengan mengganti
variabel-variabelnya. Bila digunakan variabel y = 1 x maka dx = dy
3.3. FUNGSI BETA 55
r
sa
1.00 1.0000 1.25 0.9064 1.50 0.8862 1.75 0.9191
ba
1.01 0.9943 1.26 0.9044 1.51 0.8866 1.76 0.9214
1.02 0.9888 1.27 0.9025 1.52 0.8870 1.77 0.9238
kh
1.03 0.9836 1.28 0.9007 1.53 0.8876 1.78 0.9262
1.04 0.9784 1.29 0.8990 1.54 0.8882 1.79 0.9288
1.05 0.9735 1.30 0.8975 1.55 0.8889 1.80 0.9314
1.06 0.9687 1.31 0.8960 1.56 13
0.8896 1.81 0.9341
1.07 0.9642 1.32 0.8946 1.57 0.8905 1.82 0.9368
20
1.08 0.9597 1.33 0.8934 1.58 0.8914 1.83 0.9397
1.09 0.9555 1.34 0.8922 1.59 0.8924 1.84 0.9426
1.10 0.9514 1.35 0.8912 1.60 0.8935 1.85 0.9456
2
1 0
p1 q1
B(p, q) = x (1 x) dx = (1 y)p1 y q1 dy
0 1
(3.24)
1
= y q1 (1 y)p1 dx = B(q, p)
0
r
sa
dalam bentuk
ba
1 a p1
y q1
kh
p1 q1 y
B(p, q) = x (1 x) dx = 1 (dy/a)
a
13 a
0 0
a q1
20
1 1 p1 1
= y (a y) dy
ap1 a a
2
0
m
a
1 1 1
se
= p1 q1
y p1 (a y)q1 dy
a a a
01
0
a
22
1
= y p1 (a y)q1 dy
ap1+1+q1
l
0
ku
a
1
B(p, q) = y p1 (a y)q1 dy (3.25)
ap+q1
0
dalam bentuk:
1
B(p, q) = xp1 (1 x)q1 dx
0
/2 /2
= (sin ) (cos ) 2 sin cos d = 2 (sin )2p1 (cos )2q1 d
2 p1 2 q1
0 0
/2
r
B(p, q) = 2 (sin )2p1 (cos )2q1 d
sa
(3.26)
ba
0
kh
Bentuk lainnya yang juga sering muncul adalah bentuk integral dengan
batas integral dari 0 sampai . Misalkan dilakukan substitusi variabel baru
y di mana x =
y 13
. Dengan variabel baru tersebut maka diperoleh
1+y
20
dy(1 + y) ydy dy
2
dx = =
m
(1 + y)2 (1 + y)2
se
dan juga
y 1
01
1x=1 =
1+y 1+y
22
jika x = 0 berarti y = 0
ku
jika x = 1 berarti y =
ca
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa berbagai bentuk integral ter-
tentu dapat dinyatakan sebagai fungsi Beta. Jika nilai fungsi Gamma da-
pat diperoleh pada tabel-tabel matematika, bagaimana halnya dengan nilai
fungsi Beta untuk nilai p dan q tertentu? Jawabannya adalah dengan men-
dapatkan hubungan antara fungsi Beta dan fungsi Gamma.
Ingat kembali bahwa fungsi Gamma untuk p dinyatakan dalam bentuk
integral sebagaimana persamaan 3.10. Jika digunakan variabel baru y dengan
x = y 2 maka fungsi Gamma tersebut menjadi
2 2 2
(p) = (y 2 )p1 ey 2ydy = (y)2p2 ey 2ydy = 2 y 2p1 ey dy
0 0 0
r
sa
Artinya jika variabel dummy dalam integral tersebut diubah menjadi variabel
ba
lain, maka dapat dituliskan juga sebagai
kh
13 2
(q) = 2 x2q1 ex dx
20
0
2
m
Selanjutnya bila kedua bentuk integral tersebut dikalikan dan kemudian digu-
nakan sistem koordinat polar untuk menyelesaikannya maka dapat diperoleh
se
01
2 2
22
0 0
ku
2 +y 2 )
=4 x2q1 y 2p1 e(x dxdy
ca
0 0
/2
2
=4 (r cos )2q1 (r sin )2p1 er rdrd
r=0 =0
/2
2
= 4 r2p+2q1 er dr (cos )2q1 (sin )2p1 d
r=0 =0
2p+2q1 r 2 2 1
Perhatikan bahwa r e dr = r2(p+q)1 er dr = (p + q). Se-
2
r=0 r=0
3.3. FUNGSI BETA 59
/2
1
dangkan (cos )2q1 (sin )2p1 d = B(p, q). Dengan demikian diperoleh
2
0
1 1
(p)(q) = 4 (p + q) B(p, q) (3.28)
2 2
(p)(q)
B(p, q) = (3.29)
(p + q)
r
dinyatakan dalam fungsi Beta dapat diperoleh nilainya dengan menggunakan
sa
tabel fungsi Gamma.
ba
kh
Contoh 1
13
x3
Hitung integral I = dx.
20
(1 + x)5
0
2
y p1
se
0
menggunakan hubungan antara fungsi Beta dan fungsi Gamma maka dapat
22
dituliskan
l
(5) 4! 4! 4
ca
Contoh 2
Suatu kurva dinyatakan dengan persamaan yang berbentuk x3 + y 3 . Tentu-
kanlah luas daerah yang dibatasi kurva tersebut dan sumbu-sumbu koordinat
di kuadran 1.
Titik potong kurva dengan sumbu datar dapat diperoleh yaitu pada x = 2.
Dengan demikian luas daerah yang dibatasi oleh kurva tersebut dan sumbu-
60 BAB 3. FUNGSI KHUSUS
3
Kemudian dapat digunakan variabel baru u = x3 /8 yang berarti du = x2 dx
8
dan x = 2 3 u serta x3 = 8u. Maka
2 1 1
8 4
1/3
u2/3 (1 u)1/3
3
L= 8 x3 dx = (8 8u) du =
3x2 3
0 0 0
r
Perhatikan bahwa integral tersebut dapat dinyatakan menjadi fungsi Beta
sa
B(p, q) dengan p 1 = 2/3 yang berarti p = 1/3 dan q 1 = 1/3 atau
ba
q = 4/3. Dengan demikian
kh
L = B( 13 , 43 )
Selanjutnya berarti 13
1
( 43 )( 43 )
20
L = B( 13 , 43 ) = 3
( 53 )
2
m
Contoh 3
se
Gerak pendulum sederhana yang berupa benda bermassa m dengan tali peng-
01
tasi.
ku
Biasanya, selalu dianalisa untuk gerak dengan simpangan kecil. Dalam hal
ca
sa
/2 T /4
d 2g
= dt
ba
cos l
kh
0 0
diperoleh 13
/2
l d
20
T =4
2g cos
2
0
m
Beta, yaitu
/2
01
(cos )1/2 d = B( 12 , 14 )
22
0
l
Sehingga
ku
l
T =4 B( 1 , 1 )
ca
2g 2 4
r
sa
Gambar 3.2: Bentuk fungsi Error dan fungsi error pelengkap.
ba
kh
13
Denisi tersebut merupakan denisi standard fungsi Error. Sebagaimana
fungsi Beta, fungsi Error juga dapat dikaitkan dengan berbagai bentuk inte-
20
gral tertentu.
2
x
1 2
se
baru u di mana t = u 2. Maka didapat t2 = 2u2 dan dt = 2du. Batas
22
demikian diperoleh
ku
x x/
2
1 1 2
ca
2 /2
P (, x) = et
dt = eu 2du
2 2
x/
2 0 x/
2
1 2 1 2 2
= eu du = eu du + eu du
0
Perhatikan bahwa suku kedua dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi Error,
yaitu
x/
2
u2 x
e du = erf
2 2
0
3.4. FUNGSI ERROR 63
Sedangkan suku pertama merupakan integral dari suatu fungsi genap. Ingat
bahwa fungsi genap mempunyai sifat simetri terhadap sumbu tegak. Kemu-
dian integral tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi Gamma
0
u2 u2 ( 12 )
e du = e du = = (3.31)
2 2
0
Sehingga diperoleh
0 x/
2
1 2 2
P (, x) = eu du + eu du
r
sa
0
ba
(3.32)
1 x
kh
= + erf
2 2 2
1 1
= + erf
x 13
2 2 2
20
2
x x
ca
2 t2 2 2
erf(x) = e dt = es ds = erf(x) (3.33)
0 0
Hal ini berarti bahwa fungsi Error adalah fungsi ganjil karena erf(x) =
erf(x).
Ada juga fungsi yang disebut sebagai fungsi error pelengkap (complemen-
tary error function) yang dinyatakan dengan erfc(x). Denisinya adalah
2 2
erfc(x) = et dt (3.34)
x
64 BAB 3. FUNGSI KHUSUS
r
erfc(x) = 1 erf(x) (3.35)
sa
ba
Dengan menggunakan denisi fungsi Error dapat dinyatakan erf()
kh
2 2 2 1
erf() = et dt = ( 12 ) = 1
13 (3.36)
2
0
20
2
Jadi terlihat bahwa konstanta yang ada di depan integral pada denisi
2
Untuk nilai x yang kecil (|x| 1) fungsi erf(x) dapat dinyatakan dengan
deret:
01
x
22
2 2
erf(x) = et dt
l
0
x
ku
2 2 t4 2 x3 x5
= 1 t + . . . dt = x + ...
ca
2! 3 (5)2!
0
Selain fungsi Error dan fungsi Error Pelengkap, ada juga fungsi Error Imaji-
ner (imaginary error function) yang dinyatakan dengan er(x) dan dideni-
sikan sebagai
x
2 2
er(x) = et dt (3.37)
0
x2
Perhatikan bahwa fungsi y = e merupakan fungsi genap. Dengan mengi-
ngat sifat fungsi genap, yaitu simetri terhadap sumbu tegak (dalam hal ini
3.4. FUNGSI ERROR 65
sumbu y), maka sifat ini dapat digunakan untuk menghitung integral fungsi
eksponen dengan batas integral yang negatif, misalnya
x2 0 x2 x1 x2
t2 t2 t2 t2 2
e dt = e dt + e dt = e dt + et dt
x1 x1 0 0 0 (3.38)
= erf(x1 ) + erf(x2 )
2 2
Sebagaimana halnya dengan fungsi Gamma, nilai fungsi Error untuk x ter-
tentu juga dapat dijumpai dalam tabel-tabel matematika.
Contoh 1
r
sa
ba
2 /2
Hitunglah integral ey dy.
kh
Integral tersebut dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua buah integral 13
0
20
y 2 /2 y 2 /2 2 /2
e dy = e dy + ey dy
2
0
se
2
Karena fungsi ey /2 adalah fungsi genap yang berarti simetri terhadap sum-
bu tegak, maka integral pada suku pertama dapat dinyatakan sebagai berikut
01
22
0
y 2 /2 2 /2
ey
l
e dy = dy
0
ku
y 2 /2 2 /2
e dy = 2 ey dy
0
y y2
kemudian jika digunakan variabel baru = yang berarti = 2 dan
2 2
dy = 2 d maka dapat dinyatakan
2
y 2 /2
2
e dy = 2 e d = 2 =
2 2
0 0
66 BAB 3. FUNGSI KHUSUS
Contoh 2
Nyatakanlah fungsi error dalam bentuk fungsi gamma.
r
2
erf(x) = et dt
sa
ba
0
kh
Selanjutnya dengan menggunakan variabel baru = t2 maka akan membe-
1
rikan dt = 1/2 d. Dengan demikian dapat dinyatakan 13
2
20
x x2
2 t2 2 2
1/2 e d = ( 12 , x2 )
2
erf(x) = e dt =
m
0 0
se
01
d
ca
F (, k) = , dengan 0 k 1 (3.39)
1 k 2 sin2
0
E(, k) = 1 k 2 sin2 d, dengan 0 k 1 (3.40)
0
r
0.06 0.0676 0.9324 0.72 0.6914 0.3086 1.38 0.9490 0.0510
sa
0.08 0.0901 0.9099 0.74 0.7047 0.2953 1.40 0.9523 0.0477
ba
0.10 0.1125 0.8875 0.76 0.7175 0.2825 1.42 0.9554 0.0446
0.12 0.1348 0.8652 0.78 0.7300 0.2700 1.44 0.9583 0.0417
kh
0.14 0.1569 0.8431 0.80 0.7421 0.2579 1.46 0.9611 0.0389
0.16 0.1790 0.8210 0.82 0.7538 0.2462 1.48 0.9637 0.0363
0.18 0.2009 0.7991 0.84 0.7651 0.2349 1.50 0.9661 0.0339
0.20 0.2227 0.7773 0.86 0.7761 0.2239 13
1.52 0.9684 0.0316
0.22 0.2443 0.7557 0.88 0.7867 0.2133 1.54 0.9706 0.0294
20
0.24 0.2657 0.7343 0.90 0.7969 0.2031 1.56 0.9726 0.0274
0.26 0.2869 0.7131 0.92 0.8068 0.1932 1.58 0.9745 0.0255
0.28 0.3079 0.6921 0.94 0.8163 0.1837 1.60 0.9763 0.0237
2
r
sa
x
1 k 2 t2
ba
2
E(, k) = 2
1 k sin d = dt = E(x, k) (3.42)
1 t2
kh
0 0
d dt
m
K(k) F ( = 2 , k) = =
1 k2 sin 2 1 t21 k 2 t2
se
0 0
(3.43)
/2 1
01
2 1 k 2 t2
E(k) E( = 2 , k) = 2
1 k sin d = dt
22
1 t2
0 0
l
1
eliptik di atas yaitu f () = maupun f () = 1 k 2 sin2
ca
1 k 2 sin2
adalah fungsi genap,sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.3. Hal ini
berarti f () = f (). Dengan demikian, bentuk integral eliptik yang meli-
batkan batas integral yang negatif dapat dinyatakan misalnya sebagai berikut
2 0 2
1 k 2 sin2 d = 1 k 2 sin2 d + 1 k 2 sin2 d
1 1 0
1 2 (3.44)
= 1 k 2 sin2 d + 1 k 2 sin2 d
0 0
= E(1 , k) + E(2 , k)
3.5. INTEGRAL ELIPTIK 69
r
sa
2
0 2
ba
kh
13
Gambar 3.3: Bentuk fungsi 1 k 2 sin2 dengan k 2 = 12 .
20
2
m
se
Hal yang sama juga dapat diperoleh untuk integral eliptik jenis pertama.
01
22
Sifat lain yang dapat dipahami dari integrand pada integral eliptik adalah
l
demikian bentuk integral eliptik untuk batas integrasi yang besar ( > /2)
ca
dapat dinyatakan menggunakan batas integrasi yang kecil (0 < < /2).
Misalnya:
1,2
1,2
1 k 2 sin2 d = 1 k 2 sin2 d + 1 k 2 sin2 d
0 0
0,2
= 2E(k) + 1 k 2 sin2 d = 2E(k) + E( 5 , k)
0
70 BAB 3. FUNGSI KHUSUS
dan juga
0,8
0,2
2 2
1 k 2 sin d = 1 k 2 sin d 1 k 2 sin2 d
0 0 0
0,2
= 2E(k) 1 k 2 sin2 d = 2E(k) E( 5 , k)
0
r
(3.45)
sa
0 0 0
ba
= 2nE(k) E(, k)
kh
Dengan cara yang sama dapat juga diperoleh untuk integral eliptik jenis
pertama. Nilai integral eliptik jenis pertama atau kedua biasanya sudah
13
ditabelkan atau dapat dihitung menggunakan program komputer/ software.
20
2
se
dt
Tinjau suatu integral tak tentu yang sering dijumpai berbentuk ,
t2a2
01
dt t 1 t
= arcsin = sin
ku
2
a t 2 a a
ca
Untuk suatu integral tertentu dengan batas antara 0 sampai x, maka akan
diperoleh
x
dt
u= = sin1 x
1t 2
0
yang berarti bahwa suatu variabel u yang merupakan fungsi dari x atau se-
baliknya dapat dikatakan variabel x yang merupakan fungsi dari u, dalam
3.6. FUNGSI ELIPTIK 71
hal ini x = sin u. Terlihat bahwa u dinyatakan dalam bentuk integral terten-
tu. Artinya suatu bentuk integral tertentu dapat dinyatakan sebagai suatu
fungsi dan berarti juga dapat dinyatakan sebagai invers dari suatu fungsi la-
innya. Hal yang sama juga dapat diterapkan pada bentuk fungsi u = F (, k)
sebagaimana persamaan 3.41, maka dapat dinyatakan juga bahwa integral
tersebut merupakan invers dari suatu fungsi, yaitu
x
dt
u= = sn1 x (3.46)
1 t 2 1 k 2 t2
0
r
sa
x = sn u = sin (3.47)
ba
kh
Fungsi eliptik lainnya yang penting untuk diketahui adalah
cn u = cos = 1 sin2 = 1 sn2 u = 1 x2
13
20
d 1 (3.48)
dn u = = = 1 k 2 sin2 = 1 k 2 sn2 u = 1 k 2 x2
du du/d
2
m
se
01
22
l
ku
ca
72
ca
ku
l
22
01
se
m
2
20
13
kh
ba
sa
r
BAB 3. FUNGSI KHUSUS
Paket Soal Bab 3
r
sa
0
ba
1
kh
3
(b) ln x dx
0 13
1 p1
1
20
(c) ln dx
x
2
0
m
ma).
ku
/2
d
(c)
sin
0
73
74 Paket Soal Bab 3
2
x2 dx
(d)
2x
0
6.
r
sa
ba
kh
13
20
2
m
se
01
22
l
ku
ca