Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KIMIA ANALISIS
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
Disusun oleh :
Nurwanda Hafsari 13330038
Sri Wulandari 13330039
Farha Elein Kukihi 13330705
Lady Oktora 13330706
Eka Fitriyani 13330707
Chrisna Widhiani 13330712
1. Sejarah KCKT
yang akan dipisahkan terdistribusi diantara dua fase yang saling tidak bercampur yaitu
fasa diam dan fasa gerak. Kromatografi juga didefinisikan sebagai proses pemisahan zat
terlarut oleh suatu proses migrasi diffferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua
fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan adanya perbedaan dalam adsorpsi,
partisi, kelarutan tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan tekanan uapnya (Bahti,
1998).
berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day
Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses
kromatografi. Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai
Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi
mulai berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938
oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil
karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka
memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat kromatografi cair tetapi
kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan makalah pertama mengenai
kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar,
pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur
biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha
Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High
Speed= Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari
usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi
dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian
membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat
ini dengan teknik yangsudah matang dan dengan cepat HPLC mencapai suatu keadaan
Umumnya metode kromatografi seperti adsorpsi, partisi, dan penukar ion adalah
contoh-contoh dari kromatografi kolom. Pada metode kromatografi cair ini digunakan
kolom tabung gelas dengan bermacam diameter. Partikel dengan dimensi yang bervariasi
sedemikian rupa sehingga hanya cukup menghasilkan sedikit tekanan untuk memelihara
aliran fase gerak yang seragam. Secara keseluruhan pemisahan ini memakan waktu lama.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menambah laju aliran tanpa mengubah tinggi
piringan teoritis kolom. Penurunan ukuran partikel penunjang stasioner tidak selalu
kolom dengan diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran partikel penunjang 50
nm; sedangkan laju aliran dipertinggi dengan tekanan yang tinggi (Khopkar, 2003).
HPLC telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1997 oleh Wiadnyana dalam
penelitiannya yang bertema menguji dan menentukan kadar toksisitas berbagai macam
fitoplankton di perairan laut. Selain digunakan untuk uji toksisitas, dalam bidang
Biokimia HPLC kerap digunakan untuk menghitung kadar vitamin dan protein dari
suatu makanan atau sampel. Singkatnya, HPLC merupakan sebuah metode analisa
modern yang multifungsi dan sudah ada di Negara kita Indonesia.
2. Kelebihan KCKT
Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT
termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak
cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika
dibandingkan dengan metode lainnya (Done dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979;
Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978). Kelebihan itu antara
lain :
Mudah melaksanakannya
Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
3. Keuntungan KCKT
banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan
yang sama membaiknya. Bila derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT
zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada
pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian bukan
berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih besar
bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena
teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang
Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat
diselesaikan sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated),
Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana
interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi
dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak
pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan.
dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam-macam
Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa
dilakukan dengan kolom yang sma sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi,
Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat zat yang tidak bisa
menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali
Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak
karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah
HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan memakai fase
diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang distribusi ukurannya sempit
(kolom) dan fase gerak yang dipaksa mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan
memakai tekanan tinggi sehingga menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan
waktu yang relative singkat.
Fasa stasioner/diam dapat berupa zat padat. Fase diam akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi,
silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen.
Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol
(Si-OH). Fasa diam adalah cairan film yang dilapiskan pada material kemasan yang
terdiri dari partikel silica berpori 3-10 .
Fasa diam mungkin sebagian akan larut dalam fasa gerak. Untuk mencegah hilangnya
fasa diam ini, maka fasa diam diikat secara kovalen pada partikel silica. Ikatan fasa
diam diperoleh dengan mereaksikan partikel silica dengan organochlorosilane dengan
bentuk Si (CH3)2RCl dimana R adalah alkil atau alkil yang tersubstitusi.
Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti
klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya
dengan gugus-gugus fungsional yang lain. Hasil reaksi yang diperoleh disebut dengan
silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis karena terbentuk ikatan-ikatan
siloksan (Si-O-O-Si). Silika yang dimodifikasi ini mempu karekateristik kromatografi
dan selektifitas yang berbeda jika dibandingkan dengan silika yang tidak dimodifikasi.
Oktadesil silika (ODS atau C 18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan
karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang,
maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut
yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai
pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan
memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air
yang digunakan.
Solut-solut yang polar, terutama yang bersofat basa akan mengekor (tailing peak)
pada penggunaan fase diam silika fase terikat. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi
adsorbsi antara solut-solut ini dengan residu silanol dan pengotor logam pada
silika.Masalah ini dapat diatasi dengan end-chapping yakni proses menutupi residu
silanol ini dengan gugus-gugus trimetilsilil dan menggunakan silika dengan
menggunakan silika dengan kemurnian yang tinggi (kandungan logam <1ppm).
Kolom konvensional Kolom mikrobor
Porous, silika ukuran Porous, silika ukuran kecil,
kecil, silika yang silika yang dimodofikasi secara
dimodofikasi secara kimiawi (bonded phase), atau
kimiawi (bonded phase), polimer-polimer stiren/divinil
Fase diam atau polimer-polimer benzen.Rata-rata diameter
stiren/divinil benzen.Rata- partikel 3,5 atau 10m dengan
rata diameter partikel 3,5 kisaran sempit.
atau 10m dengan kisaran
sempit.
Tabel Berbagai fase diam silika dan alumina yang beredar di pasaran (Munson, 1981)
Diameter
Luas
ukuran Bentuk
Jenis Nama permukaan
partikel partikel
(m2/g)00
(m)
teratur
60 teratur
teratur
teratur
ALOX teratur
teratur
Fase gerak atau dikenal juga dengan istilah eluen umumnya merupakan campuran pelarut
yang berperan dalam daya elusi dan resolusi analisis. Daya elusi dan resolusi KCKT
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat-sifat
komponen dalam sampel.
1. Fase gerak/eluen isokratik, yaitu eluen dengan komposisi pelarut yang tidak berubah
selama percobaan kromatografi
2. Fase gerak/eluen gradien, yaitu fase gerak dengan komposisi pelarut yang berubah
selama masa kromatografi
Seringkali campuran pelarut merupakan fase gerak yang lebih baik daripada cairan murni,
namun pekerjaan optimasi berbagai komposisi pelarut untuk fase gerak secara coba-coba
tentu tidak mudah dilakukan.
Berdasarkan kepolaran fase gerak dibandingkan fase diamnya, fase gerak dibedakan
menjadi:
1. Fase normal, yaitu fase diam lebih polar dari fase gerak. Kemampuan elusinya akan
meningkat seiring peningkatan polaritas fase gerak.
2. Fase terbalik, yaitu bila fase diam kurang polar dibanding fase geraknya. Kemampuan
elusi akan menurun seiring peningkatan kepolaran fase geraknya.
Deret eluotrofik yang merupakan deretan nama-nama pelarut yang disusun berdasarkan
kepolarannya, akan sangat membantu kita dalam pemilihan fase gerak.
Nilai pemenggalan UV merpakan panjang gelombang yang mana pada kuvet 1 cm,
pelarut akan memberi absorbasi lebih dari 1,0 satuan absorbansi. Sangat dianjurkan untuk
menggunakan panjang gelombang deteksi yang tidak bertepatan atau di sekitar panjang
gelombang pemenggalan UV pelarut yang digunakan sebagai fase gerak.
Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-
partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab
adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis.
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau
dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog
dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk
meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran
polaritas yang luas.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah
campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk
pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran
pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-
pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan
fase terbalik.
Fase gerak NP HPLC didasarkan pada pelarut nonpolar (seperti heksana, heptana, dll)
dengan sedikit penambahan senyawa polar. Senyawa polar yang biasa digunakan adalah
alkohol (metanol, etanol, atau isopropanol). Variasi konsentrasi senyawa polar pada fase
gerak dimaksudkan untuk mengontrol retensi analit dalam kolom. Karena kepolarannya
yang dominan, penambahan senyawa polar ke dalam fase gerak relatif sedikit, meskipun
hanya 1 %v/v variasi senyawa polar pada fase gerak biasanya menghasilkan perubahan
retensi analit yang signifikan.
Bahan yang digunakan pada fase diam dalam normal phase HPLC biasanya berpori oksida
seperti silika (SiO2) atau alumina (Al2O3). Permukaan fase diam ditutupi dengan gugus
OH, yang membuat permukaan menjadi sangat polar. Retensi analit pada permukaan
semacam ini sangat sensitif terhadap variasi komposisi fase gerak. Modifikasi kimiawi
fase diam juga dapat digunakan dalam HPLC fase normal. Trimethoxy glycidoxypropyl
silanes (nama umum: diol-fase) adalah bahan dengan polaritas permukaan lebih rendah
yang digunakan untuk memodifikasi silika. Kepadatan permukaan Kelompok OH pada
fase diol adalah pada tingkat 3-4mol/m2, sedangkan pada silika silanols kepadatan
permukaannya adalah pada tingkat 8mol/m2. Dengan menggunakan fase diam jenis diol
dan pengubah polaritas eluen [ester (etil asetat) bukan dari alkohol] memungkinkan untuk
meningkatkan pemisahan analit dan meningkatkan reproduktifitas dibandingkan dengan
menggunakan silika.
Pemilihan normal phase HPLC berhubungan dengan kelarutan sampel dalam fase gerak.
Dengan pelarut utama nonpolar, biasanya normal phase HPLC dipilih sebagai metode
untuk pemisahan senyawa yang sangat hidrofobik, yang tidak larut dengan senyawa polar
atau air (yang menunjukan interaksi yang sangat kuat dengan Reverse Phase HPLC).
6. Jenis-jenis KCKT
Hampir semua jenis campuran solute dapat dipisahkan dengan KCKT karena
banyaknya fase diam yang tersedia dan selektivitas yang dapat ditingkatkan dengan
mengatur fase gerak. Pemisahan dapat dilakukan dengan fase normal atau fase terbalik
tergantung pada polaritas relative fase diam dan fase gerak. Berdasarkan pada kedua
pemisahan ini, sering kali KCKT dikelompokkan menjadi KCKT fase normal dan
KCKT fase terbalik. Meskipun demikian, klasifikasi berdasarkan pada sifat fase diam
dan atau berdasarkan mekanisme sorpsi solute memberikan suatu jenis KCKT yang
lebih spesifik. Jenis-jenis KCKT berdasarkan hal ini diuraikan di bawah ini.
a. Kromatografi Adsorpsi
menggunakan fase diam silica gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90 %
kromatografi ini memakai silica sebagai fase diamnya. Pada silica dan alumina
terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solute. Gugus silanol pada
silica mempunyai reaktivitas yang berbeda, karenanya solute dapat terikat secara
kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor (tailing). Berbagai macam
fase diam silica dan alumina dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Fase gerak yang digunakan untuk fase diam silica atau alumina berupa pelarut non-
polar yang ditambah dengan pelarut polar seperti air atau alkohol rantai pendek
solute, akan tetapi jika terlalu banyak akan menyebabkan kolom menjadi kurang
aktif.
Untuk memperoleh waktu retensi yang reprodusibel, air yang ada di fase gerak dan
yang ada di dalam penjerap harus dijaga konstan karena jika penjerap atau fase
Pemilihan fase gerak pada kromatografi adsorpsi ini terbatas jika detector yang
digunakan adalah spektrofotometer UV. Hal ini terkait dengan adanya nilai
pemenggalan UV (UV cut off) pelarut-pelarut yang digunakan sebagai fase gerak.
Solut-solut akan tertahan karena adanya adsorpsi pada permukaan gugus aktif
silanol dan akan terelusi sesuai dengan urutan polaritasnya. Jenis KCKT ini kurang
luas penggunaan, meskipun demikian jenis KCKT ini sesuai untuk pemisahan-
pemisahan campuran isomer struktur dan untuk pemisahan solute dengan gugus
dipisahkan dengan kromatografi adsorpsi ini karena pada bagian solute yang non-
b. Kromatografi Partisi
Kromatografi jenis ini disebut juga dengan kromatografi fase terikat. Kebanyakan
fase diam kromatografi ini adalah silikayang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat.
Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silica adalah hidrokarbon-hidrokarbon non
Fase diam yang paling popular digunakan adalah oktadesilsilan dan kebanyakan
pemisahannya adalah fase terbalik. Berbagai macam fase diam KCKT partisi disajikan
Sebagai fase gerak adalah campuran methanol atau asetonitril dengan air atau dengan
larutan buffer. Untuk solute yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat
krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solute akan mengalami ionisasi atau
protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase
diam menjadi lebih lemah dibandingkan jika solute dalam bentuk spesies yang tidak
terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian
yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin. Berbagai macam fase
kromatografi penukar ion yang beredar di pasaran ditunjukkan oleh tabel di bawah ini.
karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-
alkohol dan juga pelarut organic. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi
puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionic serta oleh pH fase gerak.
Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solute. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus
akibat dari perbedaan kemampuan ion fase gerak berinteraksi dengan resin penukar ion.
Urutan retensi dari berbagai anion untuk resin penukar anion polistirena berikatan silang
Sitrat > sulfat > oksalat> iodide> nitrat> kromat> bromide> sianida> klorida> format>
Urutan ini bervariasi jika resin yang digunakan berbeda, meskipun demikian urutan di atas
merupakan petunjuk kualitatif dari kemampuan berbagai anion untuk berinteraksi dengan
penukar anion kuat. Dalam urutan ini, sitrat akan terikat secara kuat dengan resin,
sementara ion fluuorida akan terikat paling lemah. Molekul sampel biasanya akan cepat
terelusi dengan ion sitrat daripada dengan ion fluoride. Urutan retensi serupa untuk resin
Ba2+ > Pb 2+
> Sr2+ > Ca2+ > Ni 2+
> Cd2+ > Cu2+ > Co2+ > Zn 2+
> Mg2+ > UO22+> Te+ >
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permeasi gel dan dapat digunakan
untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan BM > 2000 Dalton. Fase diam yang
digunakan dapat berupa silica atau polimer yang bersifat porus sehingga solute dapat
melewati pori (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solute
yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian
molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini
disebabkan solute dengan BM yang besar tidak melewati pori, akan tetapi lewat diantara
partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak
terjadi interaksi kimia antara solute dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
Dua tipe bahan sebagai fase diam yang digunakan dalam kromatografi ini ialah gel dari
senyawa organic (polimer) dan silica gel yang mudah berinteraksi dengan polimer. Fase
diam yang lebih banyak digunakan adalah senyawa kopolimer dari stiren dan
difenilbenzena yang tidak disertau dengan gugus ionic sulfonat dan amina seperti pada
Porositas yang terjadi tergantung pada terjadinya interaksi silang antara dua senyawa
tersebut. Berdasar atas struktur tersebut, maka fase diam bersifat hidrofobik, akan tetapi
dengan memasukkan gugus sulfonat, atau poliakrilik, maka fase diam akan menjadi
hidrofilik sehingga dapat juga digunakan untuk memisahkan molekul yang larut dalam air
seperti polisakarida. Berikut adalah beberapa fase diam yang dapat digunakan pada
- Bio-Gel, golongan yang bersifat inert dinamakan Bio-Gel P, yang dibuat dengan
kopolimerisasi dari akrilamida dan N-N metil-bis-akrilamid. Senyawa ini tidak larut
dinamakan juga Bio-Gel A. Dibuat dari poligalaktopiranosa, sehingga agak lumak dan
dan menggelembung (swelling) dalam pelarut organic. Stiragel dibuat dari polistiren
yang tahan pada suhu di atas 150C. Berat molekul senyawa yang dapat dipisahkan
7. Instrumentasi KCKT
Instrumentasi HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan
fasegerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Gambar 1. HPLC
Gambar 2. Skema Instrumentasi HPLC
2. Fase Gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri dari campuran pelarut yang dapat bercampur
yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi, yang ditentukan oleh
polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen
sampel.
Deret eluotrofik yang disusun berdasarkan polaritas pelarut merupakan hal penting dalam
pemilihan fase gerak.
Adapun ciri-ciri yang harus dimiliki oleh fase gerak pada KCKT, yaitu :
1) Kemurnian tinggi (high purity), yaitu cairan eluen yang tidak terkontaminasi.
2) Kestabilan tinggi, yaitu eluen yang tidak bereaksi dengan sampel atau zat yang
berfungsi sebagai fase diam.
3) Kekentalan rendah, yaitu kerapatan eluen sekecil mungkin.
4) Dapat melarutkan sampel, tidak mengubah kolom dan sifat kolom serta cocok dengan
detektor.
Beberapa deret eluotropik KCKT :
Parameter Parameter
UV cut
kekuatan kekuatan
Pelarut off
pelarut pelarut
(nm)
(adsorbsi) (partisi)
n-heksana 0,01 0,1 195
Sikloheksana 0,04 -0,2 200
Tetraklorometan 0,18 1,6 265
Nilai pemenggalan UV merpakan panjang gelombang yang mana pada kuvet 1 cm,
pelarut akan memberi absorbasi lebih dari 1,0 satuan absorbansi. Sangat dianjurkan
untuk menggunakan panjang gelombang deteksi yang tidak bertepatan atau di sekitar
panjang gelombang pemenggalan UV pelarut yang digunakan sebagai fase gerak.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah
campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril.Untuk
pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah
campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau
menggunakan pelarut jenis alkohol. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring
terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas
dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebabadanya gas akan berkumpul dengan
komponen lain terutama di pompa dan detektorsehingga akan mengacaukan analisis.
3. Pompa
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan (constant pressure)
dan pompa pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating
menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh karena itu
membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar
(base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan
utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang
tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Tujuannya adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung
secara tepat.Ada 2 jenis pompa KCKT yaitu : pompa dengan tekanan konstan dan pompa
aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tekanan
konstan.
Syarat syarat pompa yang ideal:
a. Mampu membangkitkan tekanan tinggi
b. Pulse free out put
c. Control laju alir yang akurat
d. Tahan korosi
e. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap fasa gerak
f. Bebas pulsa
g. Perlude gasser
h. Dapat menyalurkan fasa gerak pada rentang kecepatan dan tekanan lebar
i. Dapat digunakan untuk melakukan elusi gradien
j. Bekerja pada tekanan sampai 6000 psi (400 atm)
Tiga jenis pompa yang sering digunakan dalam sistem KCKT yaitu :
1) Pompa Bolak-balik (reciprocating pump)
Jenis pompa yang paling banyak digunakan. Kelebihan pompa jenis ini adalah
volume internalnya kecil sekitar 35 400 l, tekanan hingga 10.000 psi, kemampuan
untuk adaptasi menggunakan elusi gradien, aliran yang konstan sehingga terbebas
dari tekanan balik kolom dan akibat dari kekentalan solven.
2) Pompa Sistem Penggantian (displacement pump)
Sistem penggantian menggunakan sebuah wadah besar seperti syringe dengan
sebuah penekan yang digerakan oleh motor. Menghasilkan aliran yang bebas
tekanan balik, tidak dipengaruhi kekentalan dan bebas denyut. Kekurangan pompa
jenis ini adalah kapasitas pompa terbatas hanya 250 ml dan cukup sulit saat solven
harus mengalami penggantian.
3) Pompa Tekanan Udara (pneumatic pump)
Bentuk paling sederhana sebuah pompa pneumatik merupakan wadah yang
ditekan oleh gas bertekanan tinggi. Harga relatif murah dan bebas denyut merupakan
kelebihan jenis pompa ini. Kekurangannya terletak pada kapasitas terbatas, tekanan
keluaran terbatas hanya sekitar 2000 psi, dipengaruhi oleh tekanan balik dan
kekentalan solven dan tidak dapat digunakan untuk sistem elusi gradien.
Posisi pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel
5. Kolom
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor.
Perbandingan kedua kolom dapat dilihat di bawah ini :
Parameter Kolom konvensional Kolom mikrobor
Tabung Stainless steel Stainless steel
kolom Panjang 3,10,15,20 dan Panjang 25 dan 50 cm
25 cm Diameter luar 0,25 inci
Diameter luar 0,25 inci Diameter dalam 1 atau 2 mm
Diameter dalam 4,6 cm
Fase diam Porous, silika ukuran Porous, silika ukuran kecil,
kecil, silika yang silika yang dimodofikasi
dimodofikasi secara secara kimiawi (bonded
kimiawi (bonded phase), atau polimer-polimer
phase), atau polimer- stiren/divinil benzen.Rata-rata
polimer stiren/divinil diameter partikel 3,5 atau
benzen.Rata-rata 10m dengan kisaran sempit.
diameter partikel 3,5
atau 10m dengan
kisaran sempit.
Tekanan 500-3000 psi 1000-5000 psi
operasional (35-215 bar (70-350 bar)
6. Fase diam
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi,
silika yang tidak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen.Permukaan
silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).
Silika yang dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen yang akan
bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
Hasil reaksi yang diperoleh disebut dengan silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis
karena terbentuk ikatan-ikatan siloksan (Si-O-O-Si). Silika yang dimodifikasi ini mempu
karekateristik kromatografi dan selektifitas yang berbeda jika dibandingkan dengan silika
yang tidak dimodifikasi.
Oktadesil silika (ODS atau C18 )merupakan fase diam paling sering digunakan karena
mampu memisahkan senyawa-senyawa denngan kepolaran yang rendah, sedang maupun
tinggi.
Solut-solut yang polar, terutama yang bersifat basa akan mengekor (tailing peak) pada
penggunaan fase diam silika fase terikat. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi adsorbsi
antara solut-solut ini dengan residu silanol dan pengotor logam pada silika.Masalah ini dapat
diatasi dengan end-chapping yakni proses menutupi residu silanol ini dengan gugus-gugus
trimetilsilil dan menggunakan silika dengan menggunakan silika dengan kemurnian yang
tinggi (kandungan logam <1ppm)
7. Detektor KCKT
Detektor pada KCKT dikelompokkan dalam 2 golongan yaitu : detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik dan tidak bersifat selektif)
seperti detektor indeks bias dan detektro spektrometri massa; dan golongan detektor yang
spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif seperti detektor UV-
Vis, detektor Fluoresensi dan elektrokimia.
Detektor ideal pada sistem KCKT mempunyai persyaratan :
Memiliki sensitifitas yang memadai. Kisaran umum sensitifitas berkisar dari 10-
8 hingga 10-15gram zat terlarut per pembacaan
Stabil dan memiliki keterulangan yang baik
Respon yang linear terhadap kenaikan konsentrasi
Waktu respon yang singkat
Kemudahan pada penggunaan
Memiliki volume internal yang kecil untuk mengurangi pelebaran puncak
Suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel
Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang
sangat kecil.
Stabil dalam pengoperasiannya
Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita.
Untuk kolom konvensional, selnya bervolume 8l atau lebih kecil, sementara kolom
mikrobor selnya bervolume 1 l atau lebih kecil lagi.
Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang
luas (kisaran dinamis linier).
Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
Mula-mula solven diambil melalui pompa. Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup
injeksi berputar, yang dipasang tepat pada sampel loop. Dengan pertolongan mikrosiring,
sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian bersama-sama dengan solven
masuk ke dalam kolom. Hasil pemisahan dideteksi oleh detector, yang penampakannya
ditunjukan oleh perekam (pencatat = recorder). Tekanan solven di atur dengan pengatur
dan pengukur tekanan. Pompa pemasuk solven pada tekanan konstan hingga tekanan
kurang lebih 4500 psi dengan laju alir rendah, yakni beberapa milliliter per menit.
Rekorder menghasilkan kromatogram zat-zat yang dipisahkan dari suatu sampel.
Tahap pemekatan dengan ekstraksi solven dan penguapan untuk memperkecil volum
sering kali diperlukan sebelum pengerjaan sampel dengan HPLC. Hal ini terutama sering
dilakukan untuk analisis senyawa-senyawa hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) atau
residu pestisida dalam makanan.
Sebagai alternative lain, sampel air dapat di absorpsi oleh suatu adsorben padat (C8 atau
C18 yang terikat pada silica gel), diikuti dengan desorpsi dalam suatu solven yang
kemudian langsung dimasukan kedalam kolom. Suatu solven dengan polaritas rendah,
misalnya CH3 berair yang secara bertingkat mengalami perubahan menjadi CH3OH
murni, menjamin pemisahan yang baik pada C-18 yang terikat pada silica gel.
keputusan tipe yang mana yan gharus dipilih yang dapat memberikan informasi yang
diinginkan.
Skema I : Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk seleksi tipe KCKT .
Informasi ini akan memudahkan para analis untuk memutuskan pemelihan tipe KCKT
yang memberikan para analis untuk memutuskan pemilihan tipe KCKT yang
sampel yang tidak dikenal (unknown) akan menyulitkan pemilihannya tipe KCKT.
Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada, besarnya Berat Molekul
dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data spektroskopik
dengan cepat kita dapat melihat bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000,
maka kita dapat menggunakan kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jika
sampelnya larut dalam air; bila dapat larut dalam pelarut organik maka digunakan pelarut-
pelarut organik sebagai rasa gerak. Fasa diamnya adalah Sephadex atau
(Bondagel Seri E untuk rasa gerak air dan Styragel atau MicroPak TSK gel untuk rasa
gerak organik.
Bila BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus ditentukan
adalah apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam air,
maka kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi penukar ion dapat
digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh penambahan asam atau basa atau bila
basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi rasa terbalik
adalah pilihan terbaik. Tipe Eksklusi menggunakan ukuran poros yang kecil dan rasa air dapat
juga dicoba. Bila sampel tidak larut dalam air, kromatografi partisi atau kromatografi
menggunakan kromatografi partisi fasa terikat normal karena kolom-kolom ini tidak
kromatografi padat cair lebih baik digunakan. Bila sampel memiliki perbedaan ukuran
partikel yang besar, kromatografi eksklusi sterik dengan fasa gerak organik dapat
juga digunakan.
Detektor yang paling banyak digunakan dalam KCKT adalah detector UV-Vis sehingga
banyak metode yang dikembangkan untuk memasang atau menambahkan gugus kromofor
yang akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Di samping itu, juga
yang dihasilkan harus mampu menyerap baik sinar UV atau sinar tampak atau dapat
proses derivatisasi harus cepat dan menghasilkan produk yang sebesar mungkin (100%);
produk hasil derivatisasi harus stabil selama proses derivatisasi dan deteksi serta sisa
Derivatisasi pada KCKT dapat dilakukan baik sebelum masuk ke kolom (pre column
sementara itu pada derivatisasi setelah kolom, analit diinjeksikan dahulu ke dalam kolom
lalu diderivatisasi setelah keluar dari kolom (akan tetapi belum mencapai detector).
Meskipun derivatisasi ditujukan untuk meningkatkan sifat kromatografi, akan tetapi di sini
Metoda ini disebut juga Metoda Normalisasi Internal. Untuk analisis kuantitatif
diasumsikan bahwa lebar atau tinggi Puncak (Peak) sebanding (proportional) dengan
kadar / konsentrasi zat yang menghasil puncak. Dalam metoda yang paling
sederhana diukur lebar atau tinggi Puncak, yang kemudian dinormalisasi (ini berarti
bahwa setiap lebar atau tinggi Puncak diekspresikan sebagai suatu persentase dari
total). Hasil normalisasi dari lebar atau tinggi puncak memberikan komposisi dari
Kita harus yakin bahwa kita telah menghitung semua komponen, yang tiap-tiap
tanpa terdeteksi.
Kita harus mengasumsi bahwa kita memperoleh respons detektor yang sama untuk
setiap komponen Untuk mengatasi kesulitan ini, maka kalibrasi detektor diperlukan.
Pada metoda ini kita membuat suatu Baku/ Standard yang mengandung
sama dengan jumlah bahan yang akan dianalisis, dan kita membandingkan
dihitung suatu respons faktor untuk setiap Puncak yang diinginkan, respons faktor
setiap komponen yang diinginkan dengan cara mengalikan (multiplikasi) tinggi atau
Bila bekerja dengan metoda ini, respons detektor harus tinier untuk setiap
senyawa pada kisaran (range) konsentrasi yang digunakan, dan juga kita harus
menginjeksikan (bila secara manual) jumlah yang sama untuk setiap komponen
pada kedua kromatografi, sehingga berhasilnya operasi dari metoda ini tergantung
dalam rasa gerak), Kromatogram A adalah sirup (konsentrasi 90,6726 g dm-3 dalam
rasa gerak). Kedua Kromatogram direkam dengan sensitivitas detektor yang sama.
angka proporsional antara konsentrasi dengan lebar Puncak. Waktu retensi Benzoat pada
sirup sama dengan waktu retensi Benzoat standar. Lebar Puncak Benzoat yang diperoleh
untuk : standar 103 741 Sampel sirup 72859 pada sirup sama dengan waktu retensi Benzoat
standar.
adalah :
Maka Konsentrasi Benzoat dalam sirup = 72859 x 7,044 x 19-4 = 51,32 ppm
Sebelum dianalisis sirup telah diencerkan dengan rasa gerak sampai 1000 ml,maka
(jumlah yang diketahui) Zat standar (Baku Dalam). Kromatogram yang diperoleh
Metoda ini mempunyai keuntungan dibanding dengan metoda baku luar karena, ia
mengkompensasi variasi volume injeksi dan juga untuk perubahan yang kecil dari
sensitivitas detektor atau perubahan krornatograti yang bisa terjadi. Karena kita
tidak perlu menginjeksi dalam jumlah yang sarna setiap waktu, maka metoda ini
biasanya mempunyai presisi yang lebih baik dari pada menggunakan baku luar. Dari
yang diketahui dengan mengalikannya dengan respons faktor relatif. Hal ini
menghasilkan lebar Puncak yang diperoleh dengan respons detektor yang sama. untuk
normalisasi lebar Puncak yang telah dikoreksi. Untuk bekerja dengan metoda ini
sekali lagi kita harus yakin bahwa kita telah melihat semua komponen di dalam
canggih dalam analisis farrnasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji
kemumian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawasenyawa
yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak
bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis,
dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik
makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat /bahan obat campuran rasemis
optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yang
Pada Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979 KCKT belum digunakan
Arzneibuch 10). Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT
dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratus
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dalam bidang analisis obat.
Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat
mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat
/ bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi,
APPLICATION
Informasi yang bisa diperoleh menggunakan KCKT termasuk identifikasi, penetapan kadar
dan resolusi dari suatu senyawa atau komponen. KCKT preparatif merujuk pada proses isolasi
dan purifikasi senyawa. Hal ini berbeda dari KCKT analitik, dimana tujuan utamanya adalah
untuk mendapatkan informasi tentang senyawa sampel.
a. Pemisahan Kimiawi
Hal ini berdasarkan fakta bahwa komponen tertentu memiliki perbedaan kecepatan
migrasi pada kolom tertentu dan fase gerak, jumlah atau derajat pemisahan kebanyakan
ditentukan oleh pemilihan fase diam dan fase gerak.
b. Pemurnian
Pemurnian merupakan proses pemisahan atau ekstraksi senyawa target dari campuran
senyawa atau kontaminannya. Setiap senyawa menunjukkan puncak karakteristik dibawah
kondisi kromatografik tertentu. Migrasi senyawa dan kontaminan melalui kolom harus cukup
berbeda sehingga senyawa murni yang diinginkan bisa dikumpulkan atau diekstraksi tanpa
adanya senyawa lain yang tidak diinginkan.
c. Identifikasi
Umumnya pengujian senyawa menggunakan KCKT. Parameter dari pengujian ini harus
diperoleh puncak yang bersih dari sampel yang diketahui yang diambil dari kromatograf.
Puncak yang diiedntifikasi harus memiliki waktu retensi yang reasonable dan harus
dipisahkan dengan bak dari puncak tambahan pada tingkat detensi dimana pengujian
dilaksanakan.
1. Aplikasi Farmasi
- Studi disolusi tablet dari bentuk sediaan farmasi
- Penentuan Shelf-life dari produk farmasi
- Identifikasi bahan aktif dari bentuk sediaan
- Pengawasan mutu farmasi
2. Aplikasi pada Lingkungan
- Deteksi senyawa fenolik pada air minum
- Identifikasi difenhidramin pada sampel endapan
- Bio-monitoring dari polutan
3. Forensik
- Kuantifikasi obat dalam sampel biologi
- Identifikasi steroid anabolic dalam serum, urin, keringat dan rambut
- Analisis forensic pada pewarna tekstil
- Determinasi kokain dan metabolitnya dalam darah
4. Klinis
- Kuantifikasi ion dalam urin manusia
- Analisis antibiotic dalam plasma darah
- Estimasi bilirubin dan bilivirdin dalam plasma darah pada kasus gangguan hepatic
- Deteksi neuropeptida endogen dalam cairan ekstraselular di otak. brain.
5. Makanan dan Perisa
- Memastikan kualitas minuman ringan dan air minum
- Analisis bir
- Analisis gula dalam jus buah
- Analisis senyawa polisiklik dalam sayuran
- Analisis cemaran dalam bahan ledak militer dalam hasil pertanian.
Contoh aplikasi pemisahan peptida dan protein dengan ion exchange HPLC:
Variabel Kondisi
asetonitril
Volume injeksi 20 L
DAFTAR PUSTAKA