Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Alhamdulillah, dalam kesempatan ini, Saya akan memposting contoh sebuah Proposal Skripsi
Keperawatan Anak secara ringkas. Semoga berguna.
Respon Anak Usia Todler (Usia 1 3 Tahun) terhadap Hospitalisasi di Paviliun .... Rumah
Sakit ... Kota ... tahun ...
Abstrak
Secara umum rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan, tetapi perbedaan
lingkungan antara rumah sakit dengan tempat tinggal, persepsi buruk terhadap sakit dan
kurangnya mekanisme koping menyebabkan lingkungan rumah sakit dapat menjadi suatu stresor
dan pengalaman yang menakutkan bagi pasien. Adanya respon negatif anak terhadap
hospitalisasi menimbulkan kendala dalam pelaksanaan perawatan sehingga menghambat proses
penyembuhan dan memperpanjang masa perawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran respon anak usia todler terhadap
hospitalisasi di Paviliun .... Rumah Sakit ... Kota ... tahun .... Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian cross sectional. Variabel yang diteliti, yaitu respon anak usia todler
terhadap hospitalisasi yang meliputi kecemasan karena perpisahan, kehilangan kontrol diri dan
rasa takut terhadap perlukaan pada tubuh. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada ibu yang mempunyai anak usia todler (usia 1 3 tahun) yang
dirawat di Paviliun .... Rumah Sakit ... . Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis
univariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 anak usia todler yang dirawat di Paviliun
.... Rumah Sakit ... sebagian besar (66,7%) mengalami kecemasan karena perpisahan dengan
kategori sedang; sebagian besar (66,6%) anak usia todler yang dirawat mengalami kehilangan
kontrol diri dengan kategori sedang; dan sebagian besar (80%) anak usia todler yang dirawat
mengalami rasa takut terhadap perlukaan pada tubuh dengan kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar saat dirawat anak diperkenalkan
dengan perawat dan dokter yang akan merawatnya, melibatkan orang tua berperan aktif dalam
perawatan anak dan tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa
takut akibat prosedur yang menyakitkan.
BAB I
PENDAHULUAN
yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis
dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan
dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki
dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam,
2003).
Keperawatan anak merupakan salah satu bagian penting dari keperawatan. Keperawatan
anak atau pediatri muncul sebagai kekhususan dalam menanggapi meningkatnya kesadaran
bahwa masalah kesehatan anak berbeda dengan orang dewasa dan bahwa respon anak terhadap
Sebagian besar anak pasti pernah berobat. Mereka mungkin langsung masuk bangsal
akibat kecelakaan atau penyakit, mereka juga sering berobat ke puskesmas atau klinik sebagai
pasien rawat jalan yang dirujuk oleh dokter umum untuk dikonsultasikan kepada dokter spesialis
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika
seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis, bahkan
trauma karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya
keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang
Secara umum rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan, tetapi perbedaan
lingkungan antara rumah sakit dan tempat tinggal, persepsi buruk terhadap sakit dan kurangnya
mekanisme koping, maka lingkungan rumah sakit menjadi stressor dan pengalaman yang
menakutkan bagi pasien dan keluarga. Saat anak di rumah sakit, stres yang diperlihatkan berupa
rasa ketakutan terhadap tindakan yang dianggap menyakitkan serta rutinitas di rumah sakit, anak
merasa diisolasi dan tindakan perawatan atau prosedur yang menyakitkan akan menjadikan anak
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber
stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Sebagian besar stres yang terjadi pada anak
usia todler (usia 1 3 tahun) saat mengalami hospitalisasi adalah cemas karena perpisahan,
khususnya dengan ibu. Hal tersebut disebabkan karena hubungan anak dengan ibu merupakan
hubungan yang sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa
kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenal
olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
Selain perasaan cemas karena perpisahan, stressor pada anak yang dirawat di rumah sakit
dapat berupa kehilangan kontrol diri, sehingga anak merasa bahwa dirawat di rumah sakit
merupakan suatu hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya dihambat.
Stressor yang juga sering dialami oleh anak yang dirawat di rumah sakit, yakni rasa takut
terhadap perlukaan pada tubuh. Dampak dari stressor tersebut pada anak dapat berupa
menyeringaikan wajah, menangis kuat, mengatupkan gigi, menggigit bibir, bahkan melakukan
tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul atau berlari ke luar (Nursalam, 2005).
perawatan yang akan diberikan sehingga menghambat proses penyembuhan. Hal tersebut
menyebabkan waktu perawatan yang lebih lama, bahkan akan mempercepat terjadinya
berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan trauma, rasa nyeri,
marah, cemas dan takut pada anak. Oleh karena itu, perlu dikembangkan asuhan keperawatan
yang tidak menimbulkan trauma pada anak. Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik
yang diberikan oleh perawat dalam peran dan fungsinya sebagai pemberi asuhan keperawatan
anak, melalui tindakan yang dapat meminimalkan stressor yang dialami anak (Supartini, 2004).
Hasil penelitian Safitri (2004) dalam penelitiannya mengenai stres anak di Instalasi
Rawat Inap Anak Rumah Sakit xxx, didapatkan bahwa 60% klien anak (18 responden dari 30
responden) berperilaku agresif, seperti menggigit, menendang dan memukul pada saat dirawat.
Rumah Sakit ... memberikan pelayanan kesehatan berupa rawat jalan dan rawat inap.
Salah satu bentuk pelayanan rawat inap yang diberikan oleh ..., yakni bangsal perawatan anak
pada Paviliun .... Berdasarkan laporan RS ...tahun ... diketahui bahwa jumlah anak yang dirawat
di Paviliun ... sebanyak 1223 orang. Menurut laporan bulanan Paviliun ... RS... diketahui bahwa
jumlah anak usia todler yang dirawat pada bulan Januari tahun .... sebanyak 30 anak, sedangkan
pada bulan Pebruari sebanyak 27 anak, kemudian pada bulan Maret sebanyak 15 anak, pada
bulan April sebanyak 19 anak dan pada bulan Mei sebanyak 14 anak (RS..., 20..).
invasive terhadap anak usia todler. Tindakan ini menimbulkan nyeri sehingga anak merasa takut
dan stres. Bahkan, sebelum perawat melakukan tindakan, anak telah merasa takut dengan
kedatangan perawat, karena anak berpikir bahwa perawat adalah orang yang menakutkan dan
Berdasarkan uraian di atas, maka akan sangat bermanfaat bila dilaksanakan penelitian
mengenai respon anak usia todler terhadap hospitalisasi di Paviliun ... RS... .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya,
dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak usia todler adalah anak yang berusia 1 sampai 3 tahun
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel, sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan serta
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak. Menurut
2) Masa bayi
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa
bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan
napsu makan sehingga tampak langsing dan berotot serta anak mulai belajar jalan. Pada mulanya
anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia 16 bulan, anak
mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih terlihat kaku. Oleh karena itu, anak perlu
diawasi, karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya. Pada masa ini anak
bersifat egosentris, yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang
disukainya dianggap sebagai miliknya (Hidayat, 2005).
Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam kandungan,
yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus
diupayakan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, yakni pemberian ASI saja sampai
anak berumur 4 6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan
tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk
melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai
meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan
Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapa upaya, misalnya
imunisasi, kontrol ke puskesmas atau posyandu secara berkala serta diperiksakan segera bila
sakit. Dengan upaya tersebut keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila
(3) Pakaian
Anak perlu mendapatkan
pakaian yang bersih dan nyaman dipakai karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya
(4) Perumahan
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, maka hal tersebut akan membantu anak untuk
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi risiko tertularnya
berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan
Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot tubuh dan membuang
sisa metabolisme, selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak dan aspek
perkembangan lainnya.
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang.
Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tatapi bagaimana orang tua
menciptakan hubungan yang hangat dengan anak sehingga anak merasa aman dan senang.
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa aman bagi
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya, tetapi bila anak diacuhkan maka hal ini
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungan, tetapi bila orang
tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak
ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan
dukungan agar anak dapat mengatasi stresor atau masalah yang dihadapi.
(5) Mandiri
Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak selalu
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang
dipunyainya sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara
barangnya.
Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat
bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua memaksakan keinginannya untuk dilakukan
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak yang berupa latihan atau
bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian
stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal dan setelah lahir dengan cara
menyusukan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan
mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.
Hospitalisasi atau rawat inap pada anak adalah suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat yang menyebabkan anak harus tinggal di rumah sakit, menjalani
Tidak semua orang peka terhadap hospitalisasi atau rawat inap. Kita dapat melihat bahwa
ada orang yang sangat menderita dan sangat bergantung pada apa yang diberikan lingkungannya.
Ada juga yang menangani sendiri dan tidak bisa menerima keadaan itu begitu saja. Salah satu
faktor yang mempunyai pengaruh terhadap hospitalisasi adalah kepribadian manusia itu sendiri.
Klien atau keluarga yang tinggal di rumah sakit dengan terpaksa harus kehilangan kontak
yang telah dijalaninya selama ini. Kehilangan terhadap sebagian besar dari kehidupannya dan
dalam kegiatan sehari-hari klien. Biasanya klien menunggu dan perawat yang mengetahui hal-hal
yang dibutuhkan. Saat perawat menolong dengan giat dan aktif, maka ini sangat mempengaruhi
keadaan klien.
Faktor yang timbul dari perawat ditentukan oleh sikap perawat, baik dari hubungan
antara sesama perawat maupun dengan sikap mereka terhadap klien, termasuk juga cara
berpakaian perawat serta suasana lingkungan rumah sakit. Hal tersebut dapat mempengaruhi
2.2.2.5 Obat-obatan
dapat mengakibatkan adanya tanda-tanda yang sama seperti rawat inap dengan sendirinya.
Hal ini akan berdampak besar jika menggunakan obat-obatan yang merangsang adanya
sikap tersebut.
Perawatan yang dilakukan di rumah sakit dapat menimbulkan stres pada anak-anak.
Namun demikian, terdapat juga keuntungan dari rawat inap, yaitu kesembuhan dari penyakit,
memberikan kesempatan kepada anak untuk mendapatkan pengalaman sosial yang baru dan
Rawat inap atau hospitalisasi pada klien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada
semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari
petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang
mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan anaknya,
pengobatan dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap
anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang
mendampinginya selama perawatan. Anak menjadi semakin stres sehingga hal ini berpengaruh
pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Adanya penurunan sistem imun
inilah yang akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan. Hal tersebut menyebabkan
waktu perawatan yang lebih lama, bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi selama
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika
seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena
anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun
lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak tersebut mempunyai sejumlah
keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah ataupun kejadian-kejadian yang
bersifat menekan. Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem dukungan
(support system) yang tersedia serta keterampilan koping dalam menangani stres (Nursalam,
2005).
stimulus lingkungan yang disebabkan oleh adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya (Abraham, 1997). Bila seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut
akan mudah mengalami stres akibat perubahan status kesehatan dan lingkungannya dalam
kebiasaan sehari-hari. Menurut Nursalam (2005), stressor pada anak yang dirawat di rumah sakit,
yaitu :
Sebagian besar stres yang terjadi pada anak adalah cemas karena perpisahan. Anak belum
mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai dan memiliki pengertian
yang terbatas terhadap realita. Hubungan anak dengan ibu merupakan hubungan yang sangat
dekat, akibatnya perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan
orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada
Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya atau
menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba
untuk membuat orang tuanya tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal, anak
menyerang dengan rasa marah, seperti mengatakan pergi. Perilaku tersebut dapat berlangsung
dari beberapa jam sampai beberapa hari. Perilaku protes tersebut, seperti menangis, akan terus
berlanjut dan hanya akan berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing
bermain, tidak ada napsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis,
mengompol dan mengisap jari. Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena anak
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang
ada di sekitarnya dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan
gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orang tua.
Anak berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas
dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan
Anak telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengendalikan dirinya dengan cara
mempertahankan kegiatan-kegiatan rutinnya tersebut. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit,
anak akan kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal
ini dapat menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak
akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan negativitas, terutama anak akan menjadi cepat
marah dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu yang lama (karena penyakit
kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari
hubungan interpersonal.
tubuh, sedikit sekali berkembang pada anak. Biasanya bila dilakukan pemeriksaan telinga, mulut
atau suhu pada anus akan membuat anak menjadi sangat cemas. Reaksi anak terhadap tindakan
yang tidak menyakitkan sama seperti reaksi terhadap tindakan yang sangat menyakitkan.
Reaksi anak terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun jumlah variabel
yang mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam-macam. Anak akan bereaksi
terhadap rasa nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit
bibir, membuka mata dengan lebar atau melakukan tindakan yang agresif, seperti menggigit,
2.2.7 Reaksi Orang tua terhadap Anaknya yang Dirawat di Rumah Sakit
Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di rumah sakit dipengaruhi oleh
3) Prosedur pengobatan
Menolak atau tidak percaya. Hal ini terjadi terutama bila anak tiba-tiba sakit serius.
Setelah mengetahui bahwa anaknya sakit dan harus dirawat di rumah sakit, maka reaksi orang tua,
terutama ibu adalah marah dan menyalahkan dirinya sendiri. Mereka merasa tidak merawat
anaknya dengan benar, mereka mengingat-ingat kembali mengenai hal-hal yang telah mereka
lakukan yang kemungkinan dapat mencegah anaknya agar tidak jatuh sakit atau mengingat
Ketakutan dan rasa cemas dihubungkan dengan seriusnya penyakit dan tipe prosedur medis.
Frustasi dihubungkan dengan kurangnya informasi mengenai prosedur dan pengobatan atau tidak
d) Depresi
Biasanya depresi ini terjadi setelah masa krisis anak berlalu. Ibu sering mengeluh merasa lelah
baik secara fisik maupun mental. Orang tua mulai merasa khawatir terhadap anak-anak mereka
yang lain yang dirawat oleh anggota keluarga lainnya, oleh teman atau tetangga. Hal-hal lain
yang membuat orang tua cemas dan depresi adalah kesehatan anaknya di masa-masa yang akan
datang, misalnya efek dari prosedur pengobatan dan juga biaya pengobatan.
Sebagai salah satu anggota tim kesehatan, perawat memegang posisi kunci untuk
membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di
rumah sakit karena perawat berada di samping klien selama 24 jam dan fokus asuhan adalah
peningkatan kesehatan anak melalui pemberdayaan keluarga. Asuhan yang berpusat pada
keluarga dan atraumatic care menjadi falsafah utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Untuk itu berkaitan dengan upaya mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun
orang tua selama anaknya dalam perawatan di rumah sakit, fokus intervensi keperawatan adalah
pada anggota keluarga, dan mempersiapkan anak sebelum dirawat di rumah sakit (Supartini,
2004).
Menurut Supartini (2004), upaya untuk meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara
mencegah atau mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol diri dan
(1) Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka
(2) Bila tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat
(3) Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah, di
(4) Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, di antaranya dengan memfasilitasi pertemuan
dengan guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat menyurat dengan siapa saja
harus diisolasi, lakukan modifikasi lingkungan sehingga isolasi tidak terlalu dirasakan oleh anak
dan orang tua, pertahankan kontak antara orang tua dan anak terutama pada bayi dan anak todler
(2) Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain dan aktivitas lain dalam perawatan
(3) Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara
memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam
(1) Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur
yang menimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
(2) Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan
cara bercerita, mengambar, menonton video kaset dengan cerita yang berkaitan dengan tindakan
(3) Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan tindakan atau prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri terhadap anak, bila anak tersebut tidak dapat menahan diri, bahkan
menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk
mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak selama prosedur tersebut dilakukan;
(4) Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat prosedur
yang menyakitkan.
2.2.8.2 Memaksimalkan Manfaat Hospitalisasi pada Anak
a) Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara memberi kesempatan orang
tua mempelajari tumbuh kembang anak dan reaksi anak terhadap stresor yang dihadapi selama
dalam perawatan di rumah sakit;
b) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua. Untuk itu, perawat dapat memberi
kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak, terapi yang didapat dan prosedur
keperawatan yang dilakukan kepada anak, tentunya sesuai dengan kapasitas belajarnya;
c) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan pada
anak mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain dan percaya diri. Tentunya
hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih besar dan bukan bayi. Berikan selalu
penguatan yang positif dengan selalu memberikan pujian dan dorongan atas kemampuan anak;
d) Fasilitasi anak untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada, teman sebaya
atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya untuk saling kenal dan membagi pengalamannya.
Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan dan sesama orang tua harus di fasilitasi oleh
perawat karena selama di rumah sakit, orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang
baru.
Perawat dapat memberikan dukungan kepada anggota keluarga lain dengan cara :
a) Berikan dukungan kepada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di rumah sakit;
b) Bila diperlukan, fasilitasi keluarga untuk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama karena
sangat dimungkinkan keluarga mengalami masalah psikososial dan spiritual yang memerlukan
bantuan ahli;
c) Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dengan nilai-nilai yang
diyakininya;
d) Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak bila diperlukan keluarga dan berdampak
Persiapan anak sebelum dirawat di rumah sakit didasarkan pada adanya asumsi bahwa
ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata.
a) Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan yang
diperlukan;
b) Bila anak harus dirawat secara berencana 1 2 hari, sebelum dirawat diorientasikan dengan
2) Orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat
digunakan;
3) Perkenalkan dengan klien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya;
5) Jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti;
7) Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan yang diprogramkan.
2.3 Penelitian Terkait
Sesuai dengan hasil penelitian Eka (2005) mengenai peran perawat terhadap penurunan
tingkat stres anak usia 1-3 tahun di IRNA Anak RSMH Palembang, didapatkan 52,9% klien anak
BAB III
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Alat
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Ukur
1. Kecemasan Ekspresi tidak aman pada Wawancara Kuesioner Kecemasan dibagi Ordinal
karena anak usia todler akibat menjadi 4 kategori,
perpisahan berpisah dengan orang yang yaitu :
pada anak terdekat (ibu) dan 1. Tidak ada
usia todler lingkungannya, yang dinilai
kecemasan, bila
dari gejala dan tanda yang
ditunjukkan anak nilai 0 - 4
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
deskriptif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.
Studi rancangan penelitian cross sectional adalah rancangan penelitian yang semua variabelnya
diobservasi atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002).
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang mempunyai anak usia todler yang dirawat di Paviliun ... RS ... pada bulan Juni
tahun 20...
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili. Besarnya sampel dalam
penelitian ini menggunakan rumus dalam Nursalam (2003) sehingga besar sampel dalam
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental sampling. Adapun
1) Ibu yang mempunyai anak yang baru pertama kali dirawat di Paviliun ... RS...;
Setiap variabel dalam penelitian ini diukur dan diamati dengan menggunakan kuesioner.
Adapun kriteria pengukuran dan pengamatan masing-masing variabel tersebut sebagai berikut :
A. Penilaian
Tabel 4.1
3. Rasa takut terhadap Rasa takut pada anak usia todler dibagi
5 10 Ringan
11 19 Sedang
20 - 40 Berat
4.4 Pengumpulan dan Manajemen Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Penyusunan kuesioner
dan hasil ukur dalam penelitian ini berpedoman dan memodifikasi klasifikasi tingkat kecemasan
Data primer diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada ibu yang mempunyai anak usia todler (umur 1 3 tahun) yang baru pertama
Data primer yang dikumpulkan adalah data anak usia todler yang meliputi kecemasan
karena perpisahan, kehilangan kontrol diri dan rasa takut terhadap perlukaan pada tubuh.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh orang lain yang
Data sekunder diperoleh melalui profil RS... tahun 20.. dan laporan bulanan Paviliun ...
tahun 20... Dari laporan tersebut juga diketahui bahwa pada 5 bulan terakhir (Januari sampai Mei
20...) klien anak yang dirawat di Paviliun ... sebanyak 105 orang anak.
1) Editing, yaitu meneliti kembali setiap lembar jawaban dari kuesioner, apakah jawaban pada
2) Coding, yaitu upaya mengklasifikasikan jawaban atau hasil yang ada menurut macamnya dalam
3) Transfering, yaitu proses pemindahan atau penyusunan data yang telah diberi kode sesuai
4) Entry Data, yaitu proses memasukkan data ke dalam program pengolahan data komputer;
5) Cleaning, yaitu proses pengecekan ulang dan pembersihan data dari kesalahan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis
univariat adalah analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan