Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GAGAL GINJAL
Oleh:
Kelompok 9
Elisa 1731015320006
Khadijah 1731015320011
2017
I. DEFINISI/PATOFISIOLOGI
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium
dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan
kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana
fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronis.
Gagal Ginjal Akut (Acute Renal Failure/ART)
Gagal ginjal akut didefinisikan sebagai penurunan mendadak laju filtrasi glomerulus
(Glomerulus Filtrat Rate/GFT) yang bersifat sementara, ditandai dengan peningkatan kadar
kreatinin serum dan hasil metabolisme nitrogen serum lainnya, serta adanya
ketidakmampuan ginjal untuk mengatur homeostasis cairan dan elektrolit. Definisi klinik yang
paling umum digunakan adalah peningkatan mendadak (24-48 jam) konsentrasi serum
kreatinin (SCr) lebih dari 50% pada pasien yang sebelumnya fungsi ginjalnya normal atau
peningkatan 1,0 mg/dL pada pasien yang sudah mengidap penyakit ginjal (SCr >2,0 mg/dL).
Pasien dengan gagal ginjal akut sering dikategorikan sebagai anurik (pengeluaran kemih <
50 mL/hari). Gagal ginjal akut biasanya disertai dengan oliguria (pengeluaran kemih <500
mL/hari). Adapula tipe Gagal ginjal akut non-oligouria (30-60% kasus GGA) dimana
pengeluaran kemih melebihi 400 mL/hari (Dipiro, 2009).
Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease/CKD)
Penyakit gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai kelainan pada struktur ginjal atau
menurunnya fungsi ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih dan berimplikasi pada
kesehatan. Kelainan struktural meliputi albuminuria lebih dari 30 mg/hari, adanya hematuria
atau sel darah merah di endapan urin, elektrolit dan kelainan lainnya akibat kelainan tubular,
kelainan yang terdeteksi oleh histologi, atau riwayat transplantasi ginjal. Jika tidak ada
tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2. Batasan penyakit ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
kelainan patalogik
petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan
pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal
Tabel 1. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik
Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerolus (ml/menit/1,73m2 )
1. Normal/meningkat 90
2. Penurunan ringan 60-89
3. Penurunan sedang 30-59
4. Penurunan berat 15-29
5. Gagal ginjal < 15
(Dipiro, 2009).
V. PENATALAKSANAAN
a. Goal Terapi
Tujuan terapi gagal ginjal akut, yaitu :
1) Mengenali dan menangani penyebab utama ARF
2) Mencegah memburuknya kondisi ke gagal ginjal yang ireversibel
3) Memberikan pengendalian metabolik, elektrolit dan cairan yang cukup sampai pemulihan
(Dipiro, 2012).
Tujuan terapi gagal ginjal kronis, yaitu :
1) Menunda perkembangan gagal ginjal kronis
2) Meminimalkan perkembangan atau tingkat keparahan kompllikasi yang terkait termasuk
penyakit kardiovaskular
3) Intervensi non-farmakologi dan farmakologi untuk memperlambat laju perkembangan
gagal ginjal kronis
4) Menurunkan kejadian dan prevalensi End Stage Renal Disease (ESRD)
(Dipiro, 2009).
b. Terapi Non Farmakologi/Farmakologi
1) Gagal Ginjal Akut
Terapi Non Farmakologi
Menjaga euvolemia, perfusi jaringan, dan keseimbangan elektrolit.
Menghindari nefrotoksin sangat penting dalam penanganan pasien dengan gagal ginjal
akut. Paparan berulang terhadap nefrotoksin (seperti, pewarnaan kontras,
aminoglycoside, NSAID, agen vasokontriksi) bisa memperpanjang durasi gagal ginjal
akut.
(Dipiro, 2009).
Terapi Farmakologi
Mannitol (20%) umumnya dimulai dengan 12,5-25 g intravena selama 3-5 menit.
Kerugian termasuk pemberian IV, resiko untuk hiperosmolalitas, dan perlu untuk diawasi
karena mannitol bisa berkontribusi untuk gagal ginjal akut.
Loop diuretic secara efektif mengurangi kelebihan cairan namun bisa memperburuk gagal
ginjal akut. Dalam dosis equipoten, loop diuretic (furosemide, bumetanide, torsemide,
asam etakrinat) mempunyai efikasi yang serupa untuk gagal ginjal akut). Asam etakrinat
umumnya disimpan untuk pasien yang alergi terhadap komponen sulfa. Infusi
berkelanjutan loop diuretic tampaknya lebih efektif dan dihubungkan dengan efek
samping yang lebih sedikit daripada pemberian bolus dalam interval. Dosis muatan IV
(setara dengan furosemide 40-80 mg) sebaiknya diberikan sebelum memulai infusi
berkelanjutan (setara dengan furosemide 10-20 mg/jam).
Resistensi terhadap diuretik umum dijumpai pada pasien ARF (Tabel 2). Terapi
kombinasi diuretik dengan agen dari kelas farmakologi yang berbeda bisa efektif untuk
resistensi diuretik. Diuretik yang beekrja pada tubulus pengumpul distal (thiazide) atau
ductus coligentes (amiloride, triamterene, spironolakton) bisa bekerja sinergis dengan
loop diuretic dengan menghambat kompensasi peningkatan penyerapan kembali natrium
dan klorida. Metazolone umum digunakan karena, tidak seperti thiazide lainnya,
metazolone menghasilkan diuresis yang efektif pada laju filtrasi glomerulus <20
mL/menit.
Tabel 2. Penyebab Umum Resistensi Diuretik pada Pasien dnegan Gagal Ginjal Akut dan
Pendekatan yang Digunakan untuk Mengatasinya
Penyebab resistensi diuretik Pemecahan terapi yang potensial
Asupan natrium berlebih (sumber bisa dari Hilangkan natrium dari sumber makanan dan
diet, cairan IV, dan obat) medikasi
Dosis atau regimen diuretik yang tidak sesuai Naikkan dosis, berikan dengan infusi
berkelanjutan, atau terapi kombinasi
Penurunan bioavalaibilitas oral (biasanya Gunakan terapi parenteral, ganti ke torsemide
pada furosemide) atau bumetanide oral
Sindroma nefrotik Naikkan dosis, ganti diuretik, gunakan terapi
kombinasi
Penurunan aliran darah renal
Obat (NSAID, inhibitor ACE, vasodilator) Hentikan obat-obat ini jika mungkin
Hipotensi Volume dan/atau vasopresor
Deplesi intrvaskular Ekspansi volume intravaskular
Peningkatan reabsorpsi natrium
Adaptasi nefron terhadap terapi diuretik Terapi kombinasi diuretik, pembatasan diuretik
kronik Hentikan NSAID
Penggunaan NSAID Atasi CHF, naikkan dosis diuretik, ganti dengan
CHF loop diuretik yang bioavalaibilitas lebih baik
Paracentesis volume tinggi
Sirosis Diuretik dosis lebih tinggi, terapi kombinasi
Nekrosis tubular akut diuretik, dan dopamine dosis rendah
NSAID = obat antiinflamasi non steroid; ACE = angiotensin converting enzyme; CHF = gagal jantung
kongesti
(Dipiro, 2009).
Terapi Nutrisi
Terapi penggantian renal yang dipilih untuk pasien ARF akan mempengaruhi kebutuhan
elektrolit, protein, kalori dan vitamin.
Hiperkalemia adalah kelainan elektrolit paling umum dan paling serius yang terlihat pada
ARF. Umumnya kalium (<3 g/hari) dan natrium (<3 g/hari) harus dibatasi kecuali pada
pasien yang dirawat dengan terapi penggantian renal selama >1 minggu.
Hiperfosfotemia bisa ditangani dengan obat pengikat fosfat oral (seperti, aluminium
hidroksida, kalsium karbonat, kalsium asetat, atau sevelamer HCl). Agen yang
mengandung kalsium umumnya menjadi terapi pilihan pertama; agen yang mengandung
aluminium disimpan untuk kondisi serum fosfat >7 mg/dL.
Pasien dengan sepsis dan asidosis laktat bisa memerlukan asetat tambahan; pasien
yang menerima terapi loop diuretic dalam waktu lama bisa memerlukan klorida
tambahan.
(Dipiro, 2009).
Algorithma pengobatan diabetik pada pasien Gagal Ginjal Kronis dapat dilihat pada alur
algorithma di bawah ini (Gambar 1).
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Dipiro, J.T. 2009. Phamacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York.
Dipiro, J.T. 2012. Phamacoterapy Handbook 9th edition, Mc Graw Hill, New York.
Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2008. Diagnosis and Management of Chronic Kidney
Disease. Edinburgh : Elliot House, 8-10 Hillside Crescent.
Roesli Roesli RMA, Gondodiputro RS, Bandiara R, editor. 2008. Diagnosis dan Pengelolaan
Gangguan Ginjal Akut. Bandung: Pusat Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
UNPAD/RS dr. Hasan Sadikin. p.79-96.