Вы находитесь на странице: 1из 18

askep anemia aplastik

I. Konsep Dasar Anemia Aplastik

1. Pengertian

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm 3 darah


atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah. (Ngastiyah.1997.Hal : 358)
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah
oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam
sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)

2. Epidemiologi

Ditemukan lebih dari 70 % anak-anak menderita anemia aplastik. Tidak ada


perbedaan secara bermakna antara laki dan perempuan, namun beberapa penelitian nampak
insiden pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang
jarang dijumpai di negara barat dengan insiden 1-3/ 1 juta/tahun. Namun dinegara timur
seperti Thailand, negara asia lainnya seperti indonesia, Taiwan dan Cina insidennya lebih
tinggi. Penelitian pada tahun 1991 diBangkok didapatkan 3-7/1 juta/tahun. Perkiraan insiden
ini diperkirakan oleh adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada
tempatnya, pemakaian pestisida serta insiden virus hepatitis yang lebih tinggi.

3. Etiologi

a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-
kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
Radiasi : sinar rontgen, radioaktif.
Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)

4. Manifestasi Klinis
a. Lemah dan mudah lelah
b. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
c. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
d. Pucat
e. Pusing
f. Anoreksia
g. Peningkatan tekanan sistolik
h. Takikardia
i. Penurunan pengisian kapiler
j. Sesak
k. Demam
l. Purpura
m. Petekie
n. Hepatosplenomegali
o. Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

Iktisar gejala klinis dan hematologis Anemia Aplastik


Sumsum Tulang Darah tepi Gejala klinis Keterangan
Aplasia eritropoesis Retikulositopenia Anemia (pucat) Akibat
retikulositopenia :
kadar Hb,Ht dan
eritrosit rendah
Akibat anemia :
anoreksia, pusing.
Aplasia Granulositopenia, Panas (demam) Panas terjadi karena
granulopesis leucopenia infeksi sekunder akibat
granulositopenia.
Aplasia Trombositopenia Diatesis Perdarahan dapat
trombopoetik hemoragi berupa ekimosis,
epistaksis, perdarahan
gusi.
Relatif aktif Limfositosisa Limfositosis biasanya
limfopoesis tidak lebih dari 80%
Relatif aktif RES Mungkin terdapat
(sel plasma, sel plasma,
fibrosit,osteoklas,sel monosit
endotel) bertambah
Gambaran umum : Tambahan : hepar,
sel sangat kurang, limpa, kelenjar getah
banyak jaringan bening tidak membesar
penyokong dan dan tidak ada ikterus
lemak
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:453

5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui tiga factor berikut :
Kerusakan sel induk
Kerusakan lingkungan mikro
Mekanisme imunologis

Kerusakan sel induk


Gangguan lingkungan mikro
Mekanisme imunologi
Sel induk hemopoetik

PANSITOPENIA

Eritrosit Leukosit Trombosit

Sindrom anemia Sistem kekebalan tubuh menurun


Pembekuan darah
terganggu

Kadar HB
Perdarahan dapat
terjadi terus-menerus

Komparten sel penghantar


oksigen/ zat nutrisi ke sel <

Mudah infeksi:

Perdarahan
- kulit
- mukosa
- organ dalam

febris
- ulkus mulut/faring

- sepsis
Gg perfusi jaringan

Risiko Infeksi
PK Perdarahan

BB menurun <
10 %
anoreksia

Kurang
Pengetahuan

Lemas Cepat lelah


Nutrisi Kurang dari
kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas

6. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Infeksi organ
c. Gagal jantung
d. Parestesia
e. Kejang
(Nelson.1999.Hal:1724)

7. Pemeriksaan diagnostic

a. Biopsi sumsum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan
penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, precursor granulosit,
eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia (defisiensi semua elemen sel darah).
(Smeltzer.2001.Hal:939)
b. Gambaran darah tepi menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. (Staf pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:452)

8. Penatalaksanaan

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai berikut.
Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan lebih
lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.
Terapi Suportif
Bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia. Adapun
bentuk terapinya adalah sebagai berikut
1. Untuk mengatasi anemia
Higiene mulut
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat
Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat

2. Usaha untuk mengatasi anemia


Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/dl atau tanda payah jantung
atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak perlu sampai
normal karena akan menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang akan dipersiapkan
untuk transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih berhati-hati
3. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan mayor atau trombosit
< 20.000/mm3
Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut
1. Anabolik Steroid : dapat diberikan oksimetolon atau stanazol dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu, efek samping yang dialami berupa
virilisasi dan gangguan fungsi hati.
Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil
Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut.
1. Terapi imunosupresi, antara lain :
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat
menekan proses imunologis
Terapi imunosupresi lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi

2. Transplantasi sumsum tulang


Merupakan terapi definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat
mahal.
Implikasi keperawatan
Pencegahan infeksi silang
Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak
Tempatkan klien pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral
Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
Berikan pendidikan kesehatan dan berikan informasi adekuat mengenai keadaan, pengobatan
dan kemajuan kesehatan serta bimbingan untuk perawatan dirumah.
(Pillitteri.2002.Hal:246)
Tindakan Kolaborasi
Medikamentosa :
Prednisolon (kortikosteroid) dosis 2 5 mg/kgBB/hari per oral ; testoteron dengan dosis 1 2
mg/kgBB/hari secara parenteral ; testoteron diganti dengan oksimetolon yang mempunyai
daya anabolic dan merangsang system hemopoetik lebih kuat, dosis diberikan 1 2
mg/kgBB/hari per oral. (Ngastiyah.1997.Hal:364)
Untuk pasien dengan neutropenia sebagai abnormalitas dominant, efektif diberikan myeloid
growth factors G-CSF (filgastrim) dengan dosis 5g/kg/hari atau GM-CSF (sargramostim)
dengan dosis 250 g/m2/hari untuk meningkatkan angka neutrofil dan menurunkan infeksi.
(Tierney.2003.Hal:96)
Transfusi darah : diberikan jika diperlukan saja karena pemberian transfusi darah terlampau
sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik
sebagai akibat dibentuknya antibodi terhadap sel sel darah tersebut.

Pengobatan terhadap infeksi sekunder


Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang steril. Pemberian obat
antibiotika dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak
boleh diberikan.
Makanan : umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Jika harus menggunakan NGT harus hati
hati karena dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu pemasangan.
(Ngastiyah.1997.Hal:365)
Transplantasi sumsum tulang : sumsum tulang diambil dari donor dengan beberapa kali
fungsi hingga mendapatkan sedikitnya 5 x 108 sel berinti / kgBB resipien. Keberhasilan
pencangkokan terjadi dalam waktu 2 hingga 3 minggu.
(Sodeman.1995.Hal:278)
9. Prognosis
Prognosis bergantung pada :
1. Gambaran sumsum tulang hiposeluler atau aseluler
2. Kadar HbF yang lebih 200 mg% memperlihatkan prognosis yang lebih baik
3. Jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3 menunjukkan prognosis yang lebih baik
4. Pencegahan infeksi sekunder, terutama di Indonesia karena kejadian infeksi masih tinggi.
5. Gambaran sumsum tulang merupakan parameter yang terbaik untuk menentukan
prognosis.
Remisi biasanya terjadi beberapa bulan setelah pengobatan (dengan oksimetolon setelah 2-3
bulan), mula-mula terlihat perbaikan pada sistem eritropoitik, kemudian sistem granulopoitik
dan terakhir sistem trombopoitik. Kadang-kadang remisi terlihat pada sistem granulopoitik
lebih dahulu, disusul oleh sistem ertropoitik dan trombopoitik. Untuk melihat adanya remisi
hendaknya diperhatikan jumlah retikulosit, granulosit/leukosit dengan hitung jenisnya dan
jumlah trombosit. Pemeriksaan sumsum tulang sebulan sekali merupakan indikator terbaik
untuk menilai keadaan remisi ini. Bila remisi parsial telah tercapai, yaitu timbulnya aktifitas
eriropoitik dan granulopoitik. Bahaya perdarahan yang fatal masih tetap ada, karena
perbaikan sistem trombopoitik terjadi paling akhir. Sebaiknya pasien dibolehkan pulang dari
rumah sakit setelah hitung trombosit mencapai 50.000-100.000/mm3

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik

1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Takikardia, takipnea, dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan
keletihan
b. Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Hipotensi postural
Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T
Bunyi jantung murmur sistolik
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku
Sclera biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
Rambut kering, mudah putus, menipis

c. Integritas Ego
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
Depresi
d. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
Penurunan masukan diet
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Membrane mukosa kering, pucat
Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
Stomatitis
Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
Hemoragis retina
Epistaksis
Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis

DS :
- Klien mengatakan badan lemas
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengeluh demam
- Klien mengeluh pusing
DO :
- Klien tampak pucat
- Pengisian kapiler refil klien lambat
- Porsi makan klien tidak habis
- Mukosa bibir klien tampak kering
- Klien tampak mengalami petekie
- Klien tampak mengalami mimisan (epistaksis)
- Kadar Albumin menurun ( 4 5,8 g/dL)
- Hb menurun (11 16 g/dL)
- Ht menurun (31 43 %)
- Trombosit menurun (150.000 400.000 L)
- Eritrosit menurun (3,8 5,5 x 1012)
- Leukosit menurun (5000-10.000 sel per mm3)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen (pengiriman).
d. PK Perdarahan
e.Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia,
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
I.Perubahan perfusi Setelah dilakukan 1. Ukur tanda-tanda 1.Memberikan
jaringan berhubungan tindakan vital, observasi informasi tentang
dengan penurunan keperawatan selama pengisian kapiler, keadekuatan perfusi
komponen seluler ..... x 24 jam klien warna jaringan dan
yang diperlukan untuk menunjukkan kulit/membrane membantu kebutuhan
pengiriman oksigen/ perfusi yang mukosa, dasar kuku. intervensi.
nutrisi ke sel. adekuat 2. Auskultasi bunyi 2.Dispnea, gemericik
Kriteria Hasil : napas menunjukkan CHF
a.Tanda-tanda vital karena regangan
stabil jantung
b.Membran mukosa 3.Observasi keluhan lama/peningkatan
berwarna merah nyeri dada, palpitasi. kopensasi curah
muda jantung.
4. Evaluasi respon 3.Iskemia seluler
c.Pengisian kapiler verbal melambat, mempengaruhi
(2-3 detik) agitasi, gangguan jaringan
memori, bingung. miokardial/potensial
5.Evaluasi keluhan resiko infark.
dingin, pertahankan 4.Dapat
suhu lingkungan dan mengindikasikan
tubuh supaya tetap gangguan perfusi
hangat. serebral karena
KOLABORASI: hipoksia
6.Observasi hasil 5.Vasokonstriksi (ke
pemeriksaan organ vital)
laboratorium darah menurunkan sirkulasi
lengkap perifer.
7. Berikan transfusi 6.Mengidentifikasi
darah defisiensi dan
lengkap/packed kebutuhan
sesuai indikasi pengobatan/respons
8.Berikan oksigen terhadap terapi.
sesuai indikasi. 7.Meningkatkan
9.Siapkan intervensi jumlah sel pembawa
pembedahan sesuai oksigen, memperbaiki
indikasi. defisiensi untuk
mengurangi resiko
perdarahan.
8.Memaksimalkan
transpor oksigen ke
jaringan
9.Transplantasi
sumsum tulang
dilakukan pada
kegagalan sumsum
tulang/ anemia
aplastik.

II.Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1.Observasi dan 1.Mengawasi masukan


nutrisi kurang dari tindakan catat masukan kalori atau kualitas
kebutuhan tubuh keperawatan ....... x makanan. kekurangan konsumsi
berhubungan dengan 24 jam klien mampu makanan.
kegagalan untuk mempertahankan 2.Makan sedikit dapat
mencerna atau berat badan yang 2. Berikan makanan menurunkan
ketidakmampuan stabil sedikit dan frekuensi kelemahan dan
mencerna Kriteria hasil : sering meningkatkan asupan
makanan/absorpsi a. Asupan nutrisi 3.Observasi mual/ nutrisi.
nutrisi yang adekuat muntah, flatus. 3. Gejala GI
diperlukan untukb. Berat badan normal 4.Bantu klien menunjukkan efek
pembentukan sel
c. Nilai laboratorium melakukan oral anemia (hipoksia)
darah merah (SDM) dalam batas normal higiene, gunakan pada organ.
normal. : sikat gigi yang halus 4.Meningkatkan nafsu
Albumin : 4 5,8 dan lakukan makan dan pemasukan
g/dL penyikatan yang oral. Menurunkan
Hb : 11 16 g/dL lembut. pertumbuhan bakteri,
Ht : 31 43 % meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Trombosit:150.000 KOLABORASI: Teknik perawatan
400.000 L 5.Observasi mulut diperlukan bila
Eritrosit : 3,8 5,5 pemeriksaan jaringan
x 1012 laboratorium:Hb,Ht, rapuh/luak/perdarahan.
Eritrosit, Trombosit, 5.Mengetahui
Albumin. efektivitas program
6.Berikan diet halus pengobatan,
rendah serat, hindari mengetahui sumber
makanan pedas atau diet nutrisi yang
terlalu asam sesuai dibutuhkan.
indikasi. 6.Bila ada lesi oral,
7.Berikan suplemen nyeri membatasi tipe
nutrisi mis : ensure, makanan yang dapat
Isocal. ditoleransi anak.
7.Meningkatkan
masukan protein dan
kalori.

III.Intoleransi Setelah dilakukan 1. Ukur tanda 1.Manifestasi


aktivitas berhubungan tindakan tanda vital setiap 8 kardiopulmonal dari
dengan keperawatan .... x 24 jam upaya jantung dan
ketidakseimbangan jam klien paru untuk membawa
antara kebutuhan dan melaporkan jumlah oksigen
suplai oksigen peningkatan 2. Observasi adanya adekuat ke jaringan.
(pengiriman). toleransi aktivitas. tanda tanda 2.Membantu
Kriteria hasil : keletihan menetukan intervensi
a. Tanda tanda vital (takikardia, yang tepat.
dalam batas normal palpitasi, dispnea,
b. Kliendapat pusing, kunang
melakukan aktivitas kunang, lemas,
dan istirahat dengan postur loyo, gerakan
tenang lambat dan tegang). 3. mencegah kelelahan
c. Klien melakukan 3. Bantu kilen dalam
aktivitas sesuai aktivitas diluar batas
dengan kemampuan toleransi klien.
d. Klien tidak
menunjukkan tanda
tanda keletihan
IV.PK Perdarahan Setelah dilakukan 1.Kaji pasien untuk 1.Dengan mengetahui
tindakan kep selama menemukan bukti- adanya perdarahan
(x24 jam), bukti perdarahan maka perawat dapat
perawat atau hemoragi memberikan intervensi
meminimalkan lebih dini sehingga
perdarahan dan 2.Pantau hasil lab perdarahan yang
mencegah berhubungan berlebihan dapat
komplikasi dengan perdarahan dicegah dan tidak
perdarahan, dengan terjadi komplikasi.
kriteria hasil: 2.Untuk mengetahui
a.Nilai Ht dan Hb komponen-komponen
berada dalam batas darah yang mengalami
normal (10-11 gr %) 3.Lindungi pasien kelainan, sehingga
b.Klien tidak terhadap cidera dan dapat diketahui
mengalami episode terjatuh penyebab terjadinya
perdarahan perdarahan.
c.Tanda-tanda vital 4.Siapkan pasien 3. Cidera atau terjatuh
berada dalam batas secara fisik dan dapat menyebabkan
normal (RR = 12-20 psikologis untuk terjadinya perdarahan
x/menit, nadi = 60- menjalani bentuk 4.Kesiapan pasien
100 x menit, TD terapi lain jika baik secara fisik dan
dalam batas normal diperlukan psikologis dapat
120/80 mmHg). KOLABORASI: membantu
5.Kolaborasi memperlancar
pemberian transfusi jalannya terapi.
sesuai indikasi
5.Pemberian transfuse
sesuai indikasi dapat
mengganti darah yang
hilang akibat
perdarahan.
V.Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Ukur tanda 1.Demam
berhubungan dengan tindakan tanda vital setiap 8 mengindikasikan
penurunan daya tahan keperawatan .... x 24
jam. terjadinya infeksi.
tubuh sekunder jam infeksi tidak 2.Pertahankan 2.Mencegah infeksi
leucopenia, terjadi. teknik aseptik pada nosokomial.
penurunan granulosit Kriteria Hasil : setiap prosedur
(respons inflamasi perawatan.
tertekan). a. Tanda KOLABORASI: 3.Lekositosis
tanda vital 3.Observasi hasil mengidentifikasikan
dalam batas pemeriksaan terjadinya infeksi dan
normal leukosit. leukositopenia
mengidentifikasikan
penurunan daya tahan
tubuh dan beresiko
b. Leukosit untuk terjadi infeksi
dalam batas
normal
VI.Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
pengetahuan tindakan pasien tentang sejauh mana
berhubungan dengan keperawatan selama penyakitnya pengetahuan pasien
Misinterpretasi x24 jam 2. Berikan HE pada tentang penyakitnya
informasi diharapkan pasien dan keluarga 2. Agar tidak adanya
pengetahuan pasien tentang tanda, kesalahan informasi
tentang penyakitnya gejala, factor
bertambah, dengan penyebab dan
criteria hasil : penatalaksanaan 3. Kesadaran tentang
a. Mengungkapkan dari penyakit pasien pentingnya kontrol
pemahaman tentang 3. Anjurkan pasien diet akan membantu
penyakit agar mau mematuhi pasien dalam
b. Mengidentifikasi semua aturan merencanakan
hubungan dietnya makan/mentaati
tanda/gejala dengan program
proses penyakit dan
menghubungkan
gejala dengan factor
penyebab
c. Dengan benar
melakukan prosedur
yang perlu dan
menjelaskan
rasional tindakan
d. Melakukan
perubahan gaya
hidup dan
berpartisipasi dalam
program pengobatan

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan
Dx.1 Klien menunjukkan perfusi yang adekuat
a.Tanda-tanda vital stabil
b.Membran mukosa berwarna merah muda
c.Pengisian kapiler <2-3 detik>
Dx.2 Klien mampu mempertahankan berat badan yang stabil
a. Asupan nutrisi adekuat
b. Berat badan normal
c. Nilai laboratorium dalam batas normal :
Albumin : 4 5,8 g/dL
Hb : 11 16 g/dL
Ht : 31 43 %
Trombosit : 150.000 400.000 L
Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012
Dx. 3 Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
a. Tanda tanda vital dalam batas normal
b. Klien dapat melakukan aktivitas dan istirahat dengan tenang
c. Klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
d. Klien tidak menunjukkan tanda tanda keletihan

Dx.4 Perawat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan


a. Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %)
b. Klien tidak mengalami episode perdarahan
c. Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit,
TD dalam batas normal 120/80 mmHg).
Dx.5 infeksi tidak terjadi.
a. Tanda tanda vital dalam batas normal
b. Leukosit dalam batas normal
Dx.6 Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah, dengan criteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala
dengan factor penyebab
c. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan
d. Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak vol.2.Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Pillitteri,Adele.2002.Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:EGC.
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth vol.2.
Jakarta: EGC.
Soedeman. 1995. Patofisiologi. Jakarta: Hipokrates.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tierney, Lawrence. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (penyakit dalam). Jakarta: Salemba
Medika.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta: EGC.
Anonym. Nanda.2005-2006. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Nanda International:
Philadelphia.

Вам также может понравиться