Вы находитесь на странице: 1из 15

A.

KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

DVT adalah kondisi dimana bekuan darah dalam bentuk deep vein(vena

dalam), biasanya di kaki. Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial

(dekat permukaan) dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak

tepat dibawah kulit dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena

deep, berlokasi dalam didalam otot-otot dari kaki. Darah mengalir dari vena-vena

superficial ke dalam sistem vena dalam melalui vena-vena perforator yang

kecil.Vena-vena superficial dan perforator mempunyai klep-klep (katup-katup) satu

arah yang mengalirkan darah balik ke jantung ketika vena-vena ditekan atau ketika

tubuh beraktivitas.

Bekuan darah (thrombus) dalam sistem vena dalam dari kaki sebenarnya tidak

berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika potongan dari bekuan darah

terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan melalui jantung ke dalam sistem

peredaran paru, dan menyangkut dalam paru. Diagnosis dan perawatan dari deep

venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk mencegah pulmonary embolisme.

Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya yang

menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja sebagai

saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistem vena dalam. Mereka

biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.

2. Etiologi

Pada dasarnya penyebab utama DVT belum jelas, namun ada 3 faktor yang dianggap

penting dalam pembentukan bekuan darah, hal ini dihubungkan dengan :

a. statis aliran darah

b. abnormalitas dinding pembuluh darah


c. gangguan mekanisme pembekuan

Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung dan

syock ; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat, dan bila kontraksi otot

skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anestesia.

Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah tungkai sebesar 50%. Kerusakan

lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan bekuan darah.

Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi, penyakit

vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intra vena,

semuanya dapat merusak vena. Kenaikan koagubilitas terjadi paling sering pada

pasien dengan penghentian obat ani koagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan

sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.

3. Patofisiologi

DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai pembentukan

bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau

hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan

flebotrombosis.Trombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun yang paling sering

terjadi adalah pada vena ekstremitas . Gangguan ini dapat menyerang baik vena

superficial maupun vena dalam ungkai. Pada vena superficial, vena safena adalah yang

paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena adalah vena

iliofemoral, popliteal dan betis.

Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena ,

disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih

dan sel darah merah. Ekor dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai arah aliran

darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena yang terus tumbuh ini
sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi

emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat terjadi secara spontan

karena bekuan secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi sehubungan dengan

peningkatan tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan aktifitas otot

setelah lama istirahat.

4. Manifestasi Klinis

Ada beberapa kasus DVT yang bisa terjadi tanpa gejala. Jika Anda memiliki gejala

DVT tercantum di bawah ini dan mereka telah terjadi kepada Anda tiba-tiba, memanggil

dokter Anda secepat mungkin adalah ide yang baik. Berikut adalah gejala berikut DVT:

Pembengkakan kaki

Kelelahan kaki

Vena permukaan terlihat

Warna atau kulit merah

Kelembutan atau nyeri di kedua kakinya. Ini mungkin terjadi saat Anda berjalan atau

berdiri.

5. Penatalaksanaan

Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah perkembangan dan pecahnya

thrombus beserta risikonya yaitu embolisme paru dan mencegah tromboemboli

kambuhan. Terapi antikoagulasi dapat mencapai kedua tujuan tersebut. Heparin yang

diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermitten intravena atau infus berkelanjutan

dapat mencegah berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. Dosis

pengobatan diatur dengan memantau waktu tromboplastin partial (PTT). Empat sampai 7

hari sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien mulai diberikan antikoagulan oral.
Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka

panjang.

Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik, menyebabkan bekuan

mengalami dekompensasi da larut. Terapi trombolitik diberikan dalam 3 hari pertama

setelah oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau activator

plasminogen jenis jaringan. Kelebihan terapi litik adalah tetap utuhnya katup vena dan

mengurangi insidens sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena kronis. Namun, terapi

trombolitik mengakibatkan insidens perdarahan sekitar tiga kali lipat disbanding heparin.

PTT, waktu protrombin, hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit dan tingkat

fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan observasi yang ketat untuk

mendeteksi adanya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, dan tidak dapat dihentikan,

maka bahan trombolitik harus dihentikan.

Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT) diperlukan bila :

ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada bahaya emboli paru yang

jelas dan aliran darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan kerusakan

permanen pada ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis) merupakan

penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada

saat dilakukan trombektomi, untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.

Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena,

stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT.

Biasanya diperlukan tirah baring 5 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih

sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena,

sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai

stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama.

Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan.
Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi

ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri,

sesuai resep akan menambah rasa nyaman.

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Venography

Menyuntikan zat pewarna (dye) kedalam vena-vena untuk mencari thrombus,

umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih menjadi catatan kaki sejarah.

2. D-dimer

Tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes penyaringan (screening) untuk

menentukan apakah ada bekuan darah. D-dimer adalah kimia yang dihasilkan

ketika bekuan darah dalam tubuh secara berangsur-angsur larut/terurai. Tes

digunakan sebagai indikator positif atau negatif. Jika hasilnya negatif, maka tidak

ada bekuan darah. Jika tes D-dimer positif, itu tidak perlu berarti bahwa deep vein

thrombosis hadir karena banyak situasi-situasi akan mempunyai hasil positif yang

diharapkan (contohnya, dari operasi, jatuh, atau kehamilan). Untuk sebab itu,

pengujian D-dimer harus digunakan secara selektif.

3. EKG

Tes non-invasif yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang

mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead

(listrik sensing perangkat) pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang kondisi

jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG .
7. Komplikasi

Komplikasi dari DVT sangat umum, tetapi mereka bisa berbahaya dan harus dianggap

serius. Jika ada bekuan darah terbentuk dalam pembuluh darah Anda, Anda mungkin

menghadapi masalah yang mengancam jiwa dan beberapa komplikasi DVT. Salah satu

yang dikenal dan umum komplikasi DVT adalah pulmonary embolism. Ini terjadi jika

bekuan telah sepenuhnya atau sebagian diblokir arteri paru-paru. Hal ini dapat terjadi

tepat setelah pembentukan bekuan kaki atau hari kemudian setelah pembentukan bekuan

darah di pembuluh darah dalam. Para ahli menyatakan bahwa setidaknya sepuluh persen

pasien dengan DVT mungkin memiliki emboli paru.

DVT adalah kondisi yang tak boleh diambil untuk diberikan. Dengan mengetahui

lebih lanjut tentang tanda-tanda dan gejala, penyebab dan komplikasi yang mungkin,

orang akan dapat menentukan tindakan yang terbaik yang mereka dapat mengambil

dalam rangka untuk membebaskan diri dari kekhawatiran dibawa oleh kondisi tertentu.

8. Klasifikasi

klasifikasi umum DVT terbagi menjadi :

1. Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik

2. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi

9. Pencegahan

Jika Anda memiliki trombosis vena dalam sebelumnya, gumpalan di kemudian hari

mungkindicegah dengan:

Minum obat yang diresepkan dokter untuk mencegah atau mengobati gumpalan darah

Konsul ulang dengan dokter Anda untuk merubah obatan dan tes darah.

Jika bepergian lewat udara, bus atau kereta, jalan naik dan turun setiap beberapa jam.
Jika duduk, latih otot betis Anda dengan menarik jempol kaki Anda kearah lutut

beberapa kali setiap jam.

Pertimbangkan untuk mengenakan stocking kompresi.

Tetap minum air (hindari kafein dan alkohol) dan gunakan pakaian longgar.

Sesudah operasi atau sakit, cobalah untuk turun tempat tidur dan bergerak segera

setelah disarankan oleh dokter.

Minum obat untuk mencegah gumpalan darah seperti disarankan dokter sesudah

operasi.

10. Pathway

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktifitas / Istirahat

Gejala : Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama

Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama,

paralysis, kondisi kecacatan)

Nyeri karena aktifitas / berdiri lama

Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit

Tanda : Kelemahan umum atau ekstremitas

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises


Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena kehamilan),

DM, penyakit katup jantung

Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit

Varises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena

(thrombus) Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ;

pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena

Tanda human positif

c. Makanan / Cairan

Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi, pencetus

untuk hiperkoagulasi) Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan

vena pelvis) Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)

d. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Berdenyut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak

Tanda: Melindungi ekstremitas kaki yang sakit

e. Keamanan

Gejala : Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ekstremitas atau vena

(contoh : fraktur, bedah ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala

bayi lama pada vena pelvic, terapi intra vena) Adanya keganasan

(khususnya pancreas, paru, system GI)

Tanda: Demam, menggigil

f. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral, adanya terapi antikoagulan

(pencetus hiperkoagulasi) Kambuh atau kurang teratasinya episode

tromboflebitik sebelumnya.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema pada kaki

b. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif berhubungan dengan gangguan

aliran vena

c. Nyeri berhubungan dengan agen injuri

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penekanan syaraf


3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure Management


kulit berhubungan dengan Tissue Integrity : Skin and Anjurkan pasien untuk
: Mucous Membranes menggunakan pakaian yang
Eksternal: Wound Healing : primer longgar
dan sekunder Hindari kerutan pada tempat
Setelah dilakukan tidur
Hipertermia atau tindakan keperawatan Jaga kebersihan kulit agar
hipotermia selama.. kerusakan tetap bersih dan kering
Substansi kimia integritas kulit pasien Mobilisasi pasien (ubah posisi
Kelembaban teratasi dengan kriteria pasien) setiap dua jam sekali
Faktor mekanik hasil: Monitor kulit akan adanya
(misalnya : alat yang Integritas kulit yang kemerahan
dapat menimbulkan baik bisa Oleskan lotion atau
luka, tekanan, dipertahankan minyak/baby oil pada derah
restraint) (sensasi, elastisitas, yang tertekan
Immobilitas fisik temperatur, hidrasi, Monitor aktivitas dan
Radiasi pigmentasi) mobilisasi pasien
Usia yang ekstrim Tidak ada luka/lesi Monitor status nutrisi pasien
Kelembaban kulit pada kulit Memandikan pasien dengan
Obat-obatan Perfusi jaringan baik sabun dan air hangat
Internal : Menunjukkan Kaji lingkungan dan peralatan
Perubahan status pemahaman dalam yang menyebabkan tekanan
metabolik proses perbaikan kulit Observasi luka : lokasi,
Tonjolan tulang dan mencegah dimensi, kedalaman luka,
Defisit imunologi terjadinya sedera karakteristik,warna cairan,
Berhubungan dengan berulang granulasi, jaringan nekrotik,
dengan perkembangan Mampu melindungi tanda-tanda infeksi lokal,
Perubahan sensasi kulit dan formasi traktus
Perubahan status mempertahankan Ajarkan pada keluarga tentang
nutrisi (obesitas, kelembaban kulit dan luka dan perawatan luka
kekurusan) perawatan alami Kolaburasi ahli gizi
Perubahan status Menunjukkan pemberian diae TKTP,
cairan terjadinya proses vitamin
Perubahan pigmentasi penyembuhan luka Cegah kontaminasi feses dan
Perubahan sirkulasi urin
Perubahan turgor Lakukan tehnik perawatan
(elastisitas kulit) luka dengan steril
Berikan posisi yang
DO: mengurangi tekanan pada luka
Gangguan pada bagian
tubuh
Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
Gangguan permukaan
kulit (epidermis)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Perfusi jaringan NOC : NIC :


kardiopulmonal tidak Cardiac pump Effectiveness Monitor nyeri
efektif b/d gangguan afinitas Circulation status dada (durasi,
Hb oksigen, penurunan Tissue Prefusion : cardiac, intensitas dan
konsentrasi Hb, periferal faktor-faktor
Hipervolemia, Hipoventilasi, Vital Sign Statusl presipitasi)
gangguan transport O2, Setelah dilakukan asuhan Observasi
gangguan aliran arteri dan selamaketidakefektifan perubahan ECG
vena perfusi jaringan kardiopulmonal Auskultasi suara
teratasi dengan kriteria hasil: jantung dan paru
DS: Tekanan systole dan diastole Monitor irama
Nyeri dada dalam rentang yang diharapkan dan jumlah
Sesak nafas CVP dalam batas normal denyut jantung
DO Nadi perifer kuat dan simetris Monitor angka
AGD abnormal Tidak ada oedem perifer dan PT, PTT dan AT
Aritmia asites Monitor elektrolit
Bronko spasme Denyut jantung, AGD, ejeksi (potassium dan
Kapilare refill > 3 dtk fraksi dalam batas normal magnesium)
Retraksi dada Bunyi jantung abnormal tidak Monitor status
Penggunaan otot-otot ada cairan
tambahan Nyeri dada tidak ada Evaluasi oedem
Kelelahan yang ekstrim tidak perifer dan denyut
ada nadi
Tidak ada ortostatikhipertensi Monitor
peningkatan
kelelahan dan
kecemasan
Instruksikan pada
pasien untuk tidak
mengejan selama
BAB
Jelaskan
pembatasan
intake kafein,
sodium, kolesterol
dan lemak
Kelola pemberian
obat-obat:
analgesik, anti
koagulan,
nitrogliserin,
vasodilator dan
diuretik.
Tingkatkan
istirahat (batasi
pengunjung,
kontrol stimulasi
lingkungan)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: - Pain Level, - Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, - pain control, secara komprehensif termasuk
kimia, fisik, psikologis), - comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tinfakan frekuensi, kualitas dan faktor
keperawatan selama . presipitasi
DS: Pasien tidak mengalami - Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria ketidaknyamanan
DO: hasil: - Bantu pasien dan keluarga
- Posisi untuk menahan Mampu mengontrol untuk mencari dan menemukan
nyeri nyeri (tahu penyebab dukungan
- Tingkah laku berhati- nyeri, mampu - Kontrol lingkungan yang dapat
hati menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti
- Gangguan tidur (mata nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan dan
sayu, tampak capek, mengurangi nyeri, kebisingan
sulit atau gerakan mencari bantuan) - Kurangi faktor presipitasi nyeri
kacau, menyeringai) Melaporkan bahwa - Kaji tipe dan sumber nyeri
- Terfokus pada diri nyeri berkurang untuk menentukan intervensi
sendiri dengan menggunakan - Ajarkan tentang teknik non
- Fokus menyempit manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
(penurunan persepsi Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
waktu, kerusakan nyeri (skala, intensitas, hangat/ dingin
proses berpikir, frekuensi dan tanda - Berikan analgetik untuk
penurunan interaksi nyeri) mengurangi nyeri: ...
dengan orang dan Menyatakan rasa - Tingkatkan istirahat
lingkungan) nyaman setelah nyeri - Berikan informasi tentang nyeri
- Tingkah laku berkurang seperti penyebab nyeri, berapa
distraksi, contoh : Tanda vital dalam lama nyeri akan berkurang dan
jalan-jalan, menemui rentang normal antisipasi ketidaknyamanan
orang lain dan/atau Tidak mengalami dari prosedur
aktivitas, aktivitas gangguan tidur - Monitor vital sign sebelum dan
berulang-ulang) sesudah pemberian analgesik
- Respon autonom pertama kali
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan : - Joint Movement : Active Exercise therapy :
- Gangguan metabolisme - Mobility Level ambulation
sel - Self care : ADLs - Monitoring vital sign
- Keterlembatan - Transfer performance sebelm/sesudah
perkembangan Setelah dilakukan tindakan latihan dan lihat
- Pengobatan keperawatan selama.gangguan respon pasien saat
- Kurang support mobilitas fisik teratasi dengan latihan
lingkungan kriteria hasil: - Konsultasikan dengan
- Keterbatasan ketahan Klien meningkat dalam terapi fisik tentang
kardiovaskuler aktivitas fisik rencana ambulasi
- Kehilangan integritas Mengerti tujuan dari sesuai dengan
struktur tulang peningkatan mobilitas kebutuhan
- Terapi pembatasan Memverbalisasikan - Bantu klien untuk
gerak perasaan dalam menggunakan tongkat
- Kurang pengetahuan meningkatkan kekuatan dan saat berjalan dan
tentang kegunaan kemampuan berpindah cegah terhadap cedera
pergerakan fisik Memperagakan penggunaan - Ajarkan pasien atau
- Indeks massa tubuh alat Bantu untuk mobilisasi tenaga kesehatan lain
diatas 75 tahun percentil (walker) tentang teknik
sesuai dengan usia ambulasi
- Kerusakan persepsi - Kaji kemampuan
sensori pasien dalam
- Tidak nyaman, nyeri mobilisasi
- Kerusakan - Latih pasien dalam
muskuloskeletal dan pemenuhan kebutuhan
neuromuskuler ADLs secara mandiri
- Intoleransi sesuai kemampuan
aktivitas/penurunan - Dampingi dan Bantu
kekuatan dan stamina pasien saat mobilisasi
- Depresi mood atau dan bantu penuhi
cemas kebutuhan ADLs ps.
- Kerusakan kognitif - Berikan alat Bantu
- Penurunan kekuatan jika klien
otot, kontrol dan atau memerlukan.
masa - Ajarkan pasien
- Keengganan untuk bagaimana merubah
memulai gerak posisi dan berikan
- Gaya hidup yang bantuan jika
menetap, tidak diperlukan
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah
posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (1997), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, EGC,
Jakarta

Mackman N, Becker R (2010). DVT: a new era in anticoagulant therapy. Arterioscler


Thromb Vasc Biol, 30: 369-371

Marilyn E. Doenges, (1993), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Sarwono, dr, ( 1997), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I, FKUI, Jakarta.

http://br1xt0n.blogspot.com/2013/05/memahami-trombosis-vena-dalam.html

Вам также может понравиться