Вы находитесь на странице: 1из 35

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

RISIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

Oleh

Qothrun Nada Arifin 152310101214

Hendra Pranata 152310101216

Inthoriqotul Khoiriah 152310101217

Larasati Setyo Pawestri 152310101218

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2017
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

RISIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas Keperawatan Keluarga

dengan dosen pengampu Ns. Latifa Aini., M.Kep, Sp.Kom

Oleh

Qothrun Nada Arifin 152310101214

Hendra Pranata 152310101216

Inthoriqotul Khoiriah 152310101217

Larasati Setyo Pawestri 152310101218

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2017
A. Pengertian
Gangguan mental adalah pola mental atau perilaku atau anomali
yang menyebabkan penderitaan atau gangguan kemampuan untuk
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Pola atau anomali ini tidak bersifat
normatif perkembangan atau sosial. Gangguan mental adalah kombinasi
dari bagaimana seseorang berpikir, berperilaku, merasa dan merasakan.
Seringkali gangguan mental memiliki aspek sosial dan berhubungan
dengan fungsi otak tertentu, atau area di otak atau di tempat lain dalam
sistem saraf.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri kehidupannya (Ade Herman, 2011). Bunuh diri
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa (Nita
Fitria, 2010).
Kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri; isyarat bunuh diri,
ancaman bunuh diri, da percobaan bunuh diri. Ancaman bunuh
diri/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan resiko bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umunya diucapkan oleh pasien , berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakn rencana tersebut.
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku
bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan
dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Resiko bunuh diri sendiri
memerlukan peran serta keluarga untuk menjaga individu agar tetap
terlindungi dari benda-benda berbahaya yang dapat mendukung individu
untuk mendukung percobaan bunuh dirinya tersebut. Di sini keluarga
sangat berperan aktif untuk mengawasi dan melindungi individu dari
percobaan bunuh diri.

B. Tujuan
Tujuan umum:

Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada


seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan


prinsip komunikasi terapetik.
Sapa klien dengan ramah dan sopan.
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Beri perhatian kepda klien.
Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri
Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

C. Masalah yang Lazim Terjadi


Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif. Dampak yang dapat
diterima oleh keluarga untuk pasien resiko bunuh diri adalah keluarga
harus selalu aktif kepada individu untuk mengawasi dan mengontrol
tindakan yang individu lakukan. Jika keluarga lepas dari pasien, pasien
bisa mewujudkan keinginan bunuh dirinya. Keluarga juga harus selalu di
samping pasien dan memberikan sikap positif kepada pasien.
Tanda dan gejala Resiko bunuh diri:
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan unutk mati
c. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah, mengasibngkan diri)
j. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi,
psikosis, dam menyalahginakan alkohol)
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis
atau terminal)
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
n. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
p. Pekerjaan
q. Konflik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber-sumber personal
u. Sumber-sumber sosial
v. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
w. Mandi / hygiene
I. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah sautu pemikiran dasar dari suatu proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi, atau data tentan klien, agar dapat
mengidentifikasi,mengenai masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan baik
secara fisik,mental, sosial, dan lingkungan. (Nasrul Effendi, 1995).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam
psikatrikontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di
dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari
3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di
Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan
Kneisl,1988), dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh
diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987,
hlm. 487). Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua
(Leahey dan Wright, 1987,hlm.79). Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri
di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)
pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap
tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Sebagai perawat
perlu mempertimbangkan pasien memiliki risiko apabila menunjukkan perilaku
sebagai berikut :
1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup signifikan atau kehilangan yang
bertubi-tubi dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol,
obat, racun.
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarg
Nama Kepala keluarga (KK) :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Komposisi Anggota Keluarga :
No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dengan
KK

b. Genogram
13. Berisi tentang susunan dalam keluarga klien yang ada di dalam KK pada saat
dilakukan pengkajian dan diberikan tanda jika ada keluarga yang sudah
meninggal dan identitas keluarga sesuai jenis kelamin. Memilki keluarga
yang memiliki riwayat bunuh diri merupakan salah satu penyebab bunuh diri.
c. Tipe Keluarga
Berisi tentang tipe keluarga yang dimiliki oleh klien misalnya keluarga inti
dimana terdapat ayah,ibu, dan anak.
d. Suku bangsa
Mengkaji keluarga tentang kebiasaan dalam merawat keluarga sesuai dengan
suku dan kebiasaan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit.
e. Agama
Mengkaji keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh keluarga misalnya
islam. Dan mengkaji aktivitas klien dalam beribadah apabila klien sakit
f. Status sosial ekonomi
Mengkaji hasil dari penghasilan yang didapat oleh keluarga dalam satu bulan
yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, serta siapa saja
anggota keluarga yang mencari nafkah.
g. Aktivitas rekreasi keluarga
Mengkaji apakah keluarga pernah berekreasi ke tempat wisata atau
berkumpul bersama keluarga serta keinginan keluarga untuk berekreasi.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap ini meliputi perkembangan anggota keluarga yang sedang dijalani oleh
keluarga klien misalkan dalam keluarga mempunyai anak berusuia 12 tahun
duduk disekolah menengah pertamadan anak usia 7 tahun yang masih duduk di
sekolah dasar. Dalam hal tersebut, berarti keluarga ini memiliki anggota
keluarga yang masih duduk di bangku sekolah
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Dalam tahap ini keluarga masih belum melaksanakannya secara optimal karena
beberapa faktor seperti terhambat karena ada keluarga yang sakit atau masalah
keluarga lainnya.
c. Riwayat keluarga inti
Riwayat keluarga inti berisi tentang apakah penyakit yang diderita karena
faktor keturunan atau menderita penyakit menular dan dikaji sesuai dengan
anggota keluarga yang ada di KK.
d. Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya
Mengkaji apakah keluarga klien pernah mengalami atau memiliki riwayat
bunuh diri.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Menjelaskan tentang keadaan rumah klien, luas tanah, hak milik tanah, dalam
rumah klien terdapat ruangan apa saja, penataan rumahnya bagaimana, dan
kondisi rumahnya seperti apa
b. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal
Menjelaskan tentang lingkungan tempat tinggal klien dengan tetangga dan
bagaimana hubungan klien dengan tetangga dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Menjelaskan apakah keluarga klien sering pindah rumah atau menetap di
lingkungan tersebut.
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Masyarakat
Menjelaskan bagaimana hubungan klien dengan masyarakat dan persepsi
masyarakat tentang risiko bunuh diri yang di derita oleh klien.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Menjelaskan apakah anggota keluarga mendukung dan memberikan support
klien saat klien dengan risiko bunuh diri.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Bagaimana komunikasi yang digunakan klien dalam sehari-hari terhadap
keluarga dan lingkungan sekitar.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Bagaimana pengambilan kepututasan dalam keluarga tersebut bila ada
masalah.
c. Struktur Peran
Bagaimana peran yang dijalankan oleh anggota keluarga di dalam keluarga
tersebut.
d. Nilai atau Norma Keluarga
Bagaimana nilai dan norma yang dianut dan berlaku di keluarga dan diterima
oleh lingkungan sekitar.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Bagaimana aktivitas keluarga semenjak ada anggota keluarga yang menderita
risiko bunuh diri dan apakah mengalami gangguan mobilitas dalam
melakukan pekerjaan dan merawat keluarga yang berisiko bunuh diri
tersebut.
b. Fungsi Sosialisasi
Bagaimana sosialisi keluarga dengan lingkungan sekitar saat sebelum dan
sesudah adanya risiko bunuh diri dan bagaimana perubahannya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Mengenal masalah
Bagaimana kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
risiko bunuh diri, hal ini biasanya dapat tergambar dari tingkat pendidikan
dari anggota keluarga.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Bagaimana pengambilan keputuasan dalam keluarga yang diambil oleh
keluarga tentang risiko bunuh diri
3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dirawat dan kemudian dijelaskan
bagaimana risiko bunuh diri harus ditangani oleh keluarga.
4. Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Mengenalkan kepada keluarga tentang kebersihan lingkungan,
menjelaskan manfaat pemeliharaan lingkungan dan mengetahui
pencegahan risiko bunuh diri yaitu menempatkan klien pada lingkungan
yang aman bebas dari benda-benda berbahaya.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
Keluarga mampu memahami dan mengetahui tempat pelayanan terdekat
dan apabila ada anggota keluarga yang ada risiko bunuh diri segera
dibawa ke pelayanan kesehatan
d. Fungsi Reproduksi
Klien dengan risiko bunuh diri pada umumnya terjadi penurunan disfungsi
seksual atau terjadi gangguan pola lain.
e. Fungsi Ekonomi
Klien dengan risiko bunuh diri biasanya mengalami permasalah dalam biaya
karena ia tidak dapat menjalankan peran perekonomian dalam keluarganya
sehingga menjadi permasalahan utama dalam proses pengobatan.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Stress jangka pendek
Sumber masalah yang datang semenjak satu tahun terakhir dalam keluarga.
Klien dengan risiko bunuh diri pada umumnya menyatakan pikiran, harapan
dan perencanaan tentang bunuh diri, memiliki riwayat satu kali atau lebih
melakukan percobaan bunuh diri, memilki keluarga yang memiliki riwayat
bunuh diri, mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa, memiliki
ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental, mengalami penyalahunaan
NAPZA terutama alkohol
b. Stress jangka panjang
Stress yang dialami oleh keluarga lebih dari satu tahun terakhir. Misalnya
keluarga klien ingin klien kembali normal agar bisa berativitas kembali
c. Mekanisme koping keluarga
Keluarga berperan penting dalam memotivasi klien agar mempunyai semangat
dalam pengobatan.
d. Strategi disfungsional keluarga
Jika ada permasalahan, maka keluarga akan mendiskusikan dan mencari solusi
bersama.

7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada setiap anggota. Berikut tabel
pemeriksaan fisik :

Pemeriksaan Fisik Nama Hasil

TTV

Nadi

RR

Suhu

BB

8. Harapan keluarga
Harapan keluarga terhadap klien agar klien diberikan kesembuhan sehingga bisa
melakukan aktivitasnya seperti biasanya, diberikan kemudahan dan kelancaran
selama perawatan.

II. ANALISA DATA DAN PERUMUSAN MASALAH


A. Penjajakan Tahap I
Penjajakan keluarga perlu dilakukan untuk membina hubungan baik
dengan keluarga, dengan melakukan kontak pada keluarga secara langsung unuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menetapkan tujuan serta mengatasi
masalah keluarga kedepannya. Dalam penjajakan tahap I ini, perawat
mengumpulkan data dasar keluarga. Terdapat 3 kelompok masalah kesehatan yang
harus diidentifikasi oleh perawat yaitu ancaman kesehatan, kurang/tidak sehat,
dan krisis.
Pada perilaku risiko bunuh diri, ketiga kelompok masalah dapat berupa:
1. Ancaman kesehatan adalah keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit, kecelakaan, atau kegagalan dalam kesehatan. Pada keluarga dengan
risiko bunuh diri, ancaman kesehatannya terletak pada klien maupun orang-
orang sekitarnya karena ia dapat melakukan kekerasan atau menyakiti
siapapun saat kondisinya tidak stabil. Stuart (2006) menyebutkan bahwa
faktor predisposisi yang menunjang perilaku risiko bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko
untuk perilaku risiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku risiko bunuh diri.
2. Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Hal ini
meliputi keadaan sakit dan kegagalan tumbuh kembang secara normal. Pada
perilaku risiko bunuh diri apabila dilakukan penjajakan pada keluarga maka
keluarga biasanya tidak menyadari adanya tanda atau isyarat dari risiko bunuh
diri. Keluarga kurang mengetahui isyarat bunuh diri sehingga keluarga
cenderung mengabaikan isyarat tersebut.
3. Krisis adalah kondisi yang terlalu menuntut individu atau keluarga dalam hal
penyesuaian dan sumber daya yang di luar batas kemampuan mereka. Kondisi
krisis antara lain pernikahan, kehamilan, persalinan, masa nifas, abortus, masa
anak masuk sekolah, masa remaja, dan lain lain. Rasio kejadian bunuh diri
antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987,
hlm. 487). Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua
(Leahey dan Wright, 1987,hlm.79).
B. Penjajakan Tahap II
Penjajakan tahap II adalah tahap pengumpulan data yang lebih berfokus
terhadap respon keluarga pada masalah kesehatan yang dialami. Data yang
dikumpulkan pada tahap penjajakan II menggambarkan sampai mana keluarga
dapat melaksanakan tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman
kesehatan, kurang/tidak sehat, atau krisis yang dialami oleh keluarga pada
penjajakan I. Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan tahap II diantaranya
adalah pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa.
Menurut Bailon dan Maglaya, ada 5 tugas perkembangan keluarga yang harus
dipenuhi. Tugas perkembangan tersebut adalah:
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga dengan anggotanya yang memiliki risiko bunuh diri sebelumnya
tidak mengetahui jika isyarat sudah disampaikan oleh klien karena keluarga
tidak mengetahui tanda, gejala dan faktor penyebab risiko bunuh diri sehingga
keluarga menganggap isyarat tersebut sebagai hal biasa.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk tindakan
Keluarga tidak dapat mengambil keputusan yang baik untuk anggota dengan
perilaku risiko bunuh diri karena:
a. Tidak mengerti bahwa isyarat yang dialami oleh anggota keluarganya
merupakan isyarat bunuh diri, sehingga dibiarkan saja dan terjadi
keterlambatan.
b. Keluarga memiliki persepsi yang negatif terhadap perilaku bunuh diri.
3. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Kurangnya pengetahuan sehingga keluarga membiarkan perilaku risiko bunuh
diri.
4. Kemampuan memodifikasi lingkungan untuk keluarga yang sakit
Kurangnya pengetahuan sehingga keluarga tidak dapat menyediakan
lingkungan yang aman bagi klien.
5. Ketidaksanggupan memanfaatkan pelayanan kesehatan dan sosial yang ada
Kurangnya pengetahuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
pada keluarga dengan risiko bunuh diri yang akan berakibat pada
keterlambatan pencegahan perilaku tersebut.

C. Jenis Masalah
C.1 Aktual: menjelaskan masalah yang nyata, sesuai dengan data kilnik yang
ditemukan (Keliat, 2009)
No Data Etiologi Masalah

1. DS: Penurunan koping keluarga Penurunan


koping
- Keluarga mengatakan kurang
keluarga
mengetahui isyarat bunuh
b.d
diri
- Keluarga mengatakan disorganisa
disorganisasi keluarga
keterbatasan dalam si keluarga
komunikasi antar individu
dalam keluarga.
DO:
kurang dukungan yang
- Keluarga terlihat menarik diberikan oleh klien kepada
diri individu pendukung
- Keluarga tidak menjadi
sumber pendukung bagi
klien

C.2 Risiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi (Keliat, 2009)
No Data Etiologi Masalah

2. DS: Risiko bunuh Risiko


diri bunuh diri
- Keluarga mengatakan klien
b.d
kehilangan autonomi
- Klien mengatakan kehilangan gangguan
harga dirinya, stres, dan kehidupan
depresi keluarga
gangguan
- Klien menyatakan keinginan
kehidupan
untuk mati
keluarga
DO:
- Klien beberapa kali
mengancam bunuh diri
- Perilaku impulsif ditunjukkan
oleh klien
- Klien mengalami perubahan
peforma/kinerja faktor situasional
- Terdapat perubahan perilaku
(mis. Kehilangan
yang nyata
autonomi,
kemandirian,
ketidakstabilan
ekonomi, dll.)

3. DS : Risiko Risiko perilaku


perilaku kekerasan
- Keluarga mengatakan klien
kekerasan terhadap diri
sering mengurung diri/ isolasi
terhadap diri sendiri b.d pola
sosial
- Keluarga mengatakan klien sendiri kesulitan dalam
sedang ada masalah besar keluarga
(mis. Pekerjaan, kesehatan
fisik, kesehatan mental, dll.)
DO :

- Klien terlihat melakukan


pola kesulitan
isolasi sosial
dalam keluarga
- Klien berusia 45 tahun atau
15-19 tahun
- Klien menunjukkan pesan
kemarahan pada orang
terdekat.

Kekacauan/
konflik

C.3 Kesejahteraan/Well-being: Merupakan keputusan klinik tentang individu,


keluarga, masyarakat dalam keadaan transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke
tingkat yang lebih tinggi (Keliat, 2009)
No Data Etiologi Masalah

4. DS: Kesiapan Kesiapan


meningkatkan meningkatkan
- Keluarga menyatakan
pengambilan pengambilan
keinginan meningkatkan
keputusan keputusan b.d
analisis risiko-keuntungan
menyatakan
terhadap keputusan
- Keluarga menyatakan keinginan
keinginan meningkatkan meningkatkan
keharmonisan keputusan analisis risiko-
menyatakan
dengan nilai keuntungan
keinginan
DO: terhadap keputusan
meningkatkan

- Keluarga terlihat antusias analisis risiko-

untuk meningkatkan keuntungan

keharmonisan dalam keluarga terhadap


- Keluarga setuju dan keputusan
mendukung dengan rencana-
rencana keperawatan

menyatakan
keinginan
meningkatkan
keharmonisan
keputusan
dengan nilai
5. DS : Kesiapan Kesiapan
meningkatkan meningkatkan
- keluarga mengekspresikan
proses keluarga proses keluarga b.d
keinginan meningkatkan
keluarga
keselamatan anggota keluarga
- keluarga mengekspresikan mengekspresikan
keinginan meningkatkan keinginan
adaptasi keluarga terhadap meningkatkan
keluarga
perubahan keselamatan
mengekspresikan
DO : anggota keluarga
keinginan

- keluarga antusias untuk meningkatkan

meningkatkan pola fungsi keselamatan

keluarga untuk mendukung anggota keluarga

klien.

Mengekspresikan
keinginan
meningkatkan
adaptasi keluarga
terhadap
perubahan

D. Cara Memprioritaskan Masalah


Penyusunan prioritas masalah dalam menangani dan menyelesaikan
masalah sangatlah peting untuk dilakukan. Dalam menentukan prioritas masalah
terdapat 4 kriteria yang dapat digunakan, yaitu:
1. Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat
atau yang mengancam kehidupan keluarga karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
a.Ancaman kesehatan
b. Keadaan sakit atau kurang sehat
c.Situasi krisis
d. Kemungkinan masalah dapat dirubah apabila dilakukan intervensi
keperawatan.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah
b. Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik (sarana dan prasarana),
keuangan dan tenaga
c. Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu
d. Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat (Posyandu, Polindes) dan sokongan masyarakat.
3. Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kesulitan masalahyang berhubungan dengan beratnya penyakit atau
masalah
b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu
ada atau jangka waktu terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan
erat dengan beratnya masalah yang meninmpa keluarga dan potensi
masalah untuk dicegah.
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki atau mencegah masalah dalam rangka meningkatkan
status kesehatan keluarga.
d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
e. Untuk kriteria keempat yaitu meninjolnya masalah, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
4. Menonjolkan masalah.
Masalah yang menonjoltentangbagaimanacara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal berat dan mendesak untuk segera diatasi dengan intervensi
keperawatan dan kesehatan

E. Pengukuran Bobot Masalah


No
Kriteria Bobot Nilai
.
1. Sifat Masalah:

a. Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan
c. Krisis 2

1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah:

a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat 1

3. Potensi masalah untuk dicegah:

a. Tinggi 3
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat 2

1
4. Menonjolkan masalah:

a. Masalah berat, harus ditangani 2


b. Masalah tidak perlu segera
ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan

TOTAL

Keterangan cara penilaian:


1) Tentukan nilai untuk setiap kriteria
2) Nilai dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlahkan nilai di semua criteria
4) Skor tertinggi adalah 5
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Aktual
NO Diagnosa Paraf

1. Penurunan koping keluarga b.d disorganisasi keluarga LN

B. Risiko
NO Diagnosa Paraf

2. Risiko bunuh diri b.d gangguan kehidupan keluarga LN

3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri b.d pola LN


kesulitan dalam keluarga

C. Wellnes
NO Diagnosa Paraf

4. Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan LN


b.d menyatakan keinginan meningkatkan analisis
risiko-keuntungan terhadap keputusan

5. Kesiapan meningkatkan proses keluarga b.d LN


keluarga mengekspresikan keinginan
meningkatkan keselamatan anggota keluarga
IV. INTERVENSI
No Tujuan

Tujuan Tujuan jangka


jangka pendek
Diagnosa panjang Indikat Standart Hasil Intervensi
(Tupen)
(Tupan) or
Keperawatan

1 Penurunankopi Setelah Setelah Respon Keluarga dapat: 1. Promosi keterlibatan keluarga :


ngkeluarga b/d dilakukan 6 dilakukan verbal memfasilitasi partisipasi keluarga
1. Mengetahui
disorganisasike kali tindakan dalamperawatan emosi dan fisik
kewajiban dan
luarga kunjungan keperawatan pasien.
tugas 2. Dukungan keluarga :
rumah, selama 6 hari
dalamperankelu meningkatkan nilai, minat, dan
selama 45 diharapkan
argadalammera tujuan keluarga.
menit keluarga dapat:
watpasien 3. Fasilitaspembelajaran :
keluarga 2. Melaksanakan
mampu meningkatkankemampuanuntukm
dapat tugas dan
mengenal emprosesdanmemahamiinformasi
melaksanaka kewajiban 4. Membantu orang tuadankeluarga
perandidalamk
nkewajibanda dalam peran lain anaksakitkronisatau yang
eluargauntukpa
ntugassesuaip keluarga dengan mengalamiketunandayaankronisd
sien
erannyauntuk baikdalammera alammemberikanpengalamanhidu
pasien watpasien p normal
untukanakdankeluargamereka .

2 Resikobunuhdi Setelah Setelah Respon Keluarga dapat: 1. Ajarkankeluargauntukmenjauhkan


ri b/d dilakukan 6 dilakukan verbal kliendaribenda-benda yang
mengindentifikasihal
gangguankehid kali tindakan dapatmembahayakan (pisau, silet,
yang
upankeluarga kunjungan keperawatan gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
mempengaruhipasie 2. Ajarkankeluargauntukmenempatk
rumah, selama 6
nbunuhdiri anklien di ruangan yang
selama 45 haridiharapkan
tenangdanselaluterlihatolehkeluar
menit keluarga dapat: mengidentifikasiduk
ga.
Keluargadapa ungan yang
mampu 3. Ajarkankeluargauntukmengidentif
tmerawatpasi dapatdiberikan
menyebutkan ikasipengalaman-pengalaman
endenganbaik
apa yang yang menyenangkansetiaphari
harusdi (misal : berjalan-jalan,
pasiendapat:
lakukan saat membacabukufavorit,
stressor mengidentifikasi menulissuratdll.).
4. Anjurkankeluargauntukikutmenga
muncul stressor yang
adadanmengatasi wasipasiensertajanganpernahmeni
stressor denganbaik nggalkanpasiensendirian
keluargamamp 5. Diskusikandengankeluargatentang
umenyebutkan tandadangejala yang
halyang umumnyamunculpadapasienberesi
dapatmengalih kobunuhdiri
kanperhatianpa 6. Ajarkankeluargatentangcaramelin
siendari dungipasiendariperilakubunuhdiri.
7. Ajarkanpadakeluargacaramemberi
stressor
dukunganpasien
8. Ajarkancaraidentifikasi stressor
yang adapadapasien
9. Ajarkankeluargacaramengontrole
mosi

3 Resikoperilaku Setelah Setelah Respon Keluarga dapat : 1. Diskusikanpentingnyaperansertak


kekerasan b/d dilakukan 6 dilakukan verbal eluargasebagaipendukungklienunt
1. Menyebutkan
polakesulitand kali tindakan ukmengatasiperilakukekerasan.
stressor yang 2. Diskusikanpotensikeluargauntuk
alamkeluarga kunjungan keperawatan
terjadi pada membantuklienmengatasiperilaku
rumah, selama 6
pasien kekerasan.
selama 45 harikeluarga 2. Menjelaskan cara 3. Jelaskanpengertian,
menit dapat mengatasi stress penyebabakibatdancaramerawatkl
Keluargadapa memperolehinf pada pasien ienperilakukekerasan yang
3. Menjelaskancara
tterusmember ormasitentangp dapatdilaksanakanolehkeluarga.
memberidukunga 4. Peragakancaramerawatklien
idukunganke enyakitpasiend
npadapasien (mengenalperilakukekerasan).
padapasien andapatmenget
5. Berikesempatankeluargauntukme
ahuicaramemb
Keluargadapa mperagakanulang.
eridukunganpa 6. Tanyakanperasaankeluargasetelah
tlebihdekatde
sien mencobacara yang
nganpasien
telahdilatihkan.
7. Ajarkancaramengontrolemosi
4 Kesiapanmeni Setelah Setelah Respon Keluarga dapat: 1. Berikandukungan yang
ngkatkanpenga dilakukan 6 dilakukan verbal diperlukanbagikeluargauntukmem
1. Mengidentifikasi
mbilankeputus kali tindakan buatkeputusan
cara mengambil 2. Ajarkancaramengidentifikasimasa
an b/d kunjungan keperawatan
keputusan dengan lah yang
menyatakankei rumah, selama 6
baik akandiambildalamkeputusan
nginanmening selama 45 haridiharapkan 2. Mengidentifikasi 3. Ajarkancaramengambilkeputusan
katkananalisisr menit keluarga dapat cara melibatkan denganbaik
esiko- keluarga pasien dalam 4. Informasikanfaktor-faktor yang
mengerti
keuntunganter dapat pengambilan dapatmeningkatkankondisipasienp
bagaimanacara
hadapkeputusa berdiskusiden mengambilkep keputusan adaanggotakeluarga
5. Tentukankesiapandankemampuan
n ganbaikdala utusandenganb
anggotakeluargauntukbelajar
mmengambil aik
keputusandal
ammasalahke
luargadengan
melibatkanpa
sien

5 Kesiapanmeni Setelah Setelah Respon Keluarga dapat: 1. Fasilitasikomunikasiakankekhawa


ngkatkan dilakukan 6 dilakukan veerbal tiran/perasaanantarapasiendankelu
mengetahui
proses kali tindakan argaatauantaranggotakeluarga
carameningkatkan 2. Berikaninformasipadakeluargatent
keluarga b/d kunjungan keperawatan
proses keluarga angperankeluarga
keluargamenge rumah, selama 6
3. Bantu
kspresikankein selama 45 haridiharapkan
anggotakeluargadalammengidenti
ginanmeningka menit keluarga dapat:
fikasikonflik
tkankeselamata keluarga 4. Ajarkancaramerawatanggotakelua
Merawat
nanggotakeluar mampumenin rgadanpasien
anggotakeluarg 5. Ajarkancaramenjalankanperanden
ga gkatkankesel
adenganbaik ganbaik
amatananggo
takeluargadan
menjalankan
perankeluarg
adenganbaik
V. IMPLEMENTASI
Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontak sebelum (saat
mensosialisasikan diagnose keperawatan) untuk pelaksanaan meliputi kapan dilaksanakan berapa
lama waktu yang dibutuhkan, materi atau topik yang diskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota
keluarga yamg perlu mendapat informasi.Sasaran langsung implementasi dan peralatan yang perlu
disiapkan keluaraga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara
fisik dan psikis pada saat implementasi.
N Diagnosa Keperawatan Implementasi Pa
o raf

1 Penurunankopingkeluarga b/d Intervensi mandiri L


disorganisasikeluarga RS
a. Primer
1. Meningkatkan keterlibatan
keluarga
2. Mendukungperandalamkeluarga
3. Memobilisasi keluarga
b. Sekunder
1. Memelihara proses keluarga
2. Memberikan penjelasan ulang bila
ada materi yang belum dipahami.
3. Memantau respon terhadap materi
yang telah diberikan
c. Tersier
1. Memberikan pujian terhadap
kemampuan materi yang telah di
pahami
2. Mengevaluasi secara singkat
terhadap topic yang diberikan.
2 Resikobunuhdiri b/d Intervensi mandiri L
gangguankehidupankeluarga RS
a. Primer
1. Meningkatkan keterlibatan
keluarga
2. Peningkatkan proses
dukungankeluargauntukpasien
3. Memfasilitasi pembelajaran
4. Peningkatancaradalam mengatasi
stressor
b. Sekunder
1. Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
c. Tersier
1. Memotifasi keluarga untuk
mengulang
3 Resikoperilakukekerasan b/d Intervensi mandiri L
polakesulitandalamkeluarga RS
a. Primer
1. Menjelaskan kepada keluarga
penyebab masalah pasien
2. Menjelaskan tentang dukungan
yang dibutuhkan
3. Menjelaskancaramenangani stressor.
b. Sekunder
1. Memberikan kesempatan keluarga
untuk menanyakan penjelasan yang
telah di diskusikan.
2. Memberikan penjelasan ulang bila
ada materi yang belum dipahami.
c. Tersier
1. Memantau respon terhadap materi
yang di berikan.
2. Mengevaluasi secara singkat
terhadap topic yang di berikan
4 Kesiapanmeningkatkanpengambilankeput Intervensi mandiri L
usan b/d RS
a. Primer
menyatakankeinginanmeningkatkananalisi 1. Mengajarkan
sresiko-keuntunganterhadapkeputusan carakomunikasidengananggotakelu
arga
2. Mengidentifikasi konflik
dikeluarga
3. Mengajarkan
caramengambilkeputusandanhargai
pengambilankeputusandalamkeluar
ga
4. Mengajarkan cara memberi
dukungan dalam keluarga
b. Sekunder
1. Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
2. Memotivasi keluarga untuk
mengulang materi
c. Tersier
1. Memantau respon terhadap materi
yang di berikan.
2. Mengevaluasi secara singkat
terhadap topic yang di berikan
5 Kesiapanmeningkatkan proses keluarga Intervensi mandiri L
. b/d RS
a. Primer
keluargamengekspresikankeinginanmenin 1. Meningkatkan pengetahuan tentang
gkatkankeselamatananggotakeluarga peran dalam keluarga
2. Mengajarkancarameningkatkanpera
ndalamkeluarga
3. Mengajarkan cara merawat pasien
dan anggota keluarga
4. Membantumengidentifikasimasalah
dikeluarga
b. Sekunder
1. Memberikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti
2. Memotivasi keluarga untuk
mengulang materi
c. Tersier
1. Memantau respon terhadap materi
yang di berikan.
2. Mengevaluasi secara singkat
terhadap topic yang di berikan

VI. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencanatentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.Tahapan evaluasi dibagi
dalam 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi Berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangandengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang
dipakai adalah format subjektif, obyektif.
b. Evaluasi (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
akandicapai. Bila terdapat kesenjangan antara keduanya, mungkin semua tahapan dalam
proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar data-data, masalah atau rencana yang perlu
dimodifikasi.
Evaluasi di susun dengan menggunakan SOAP yang operasional :
S : Ungkapan dan perasaaan dan keluhan yang di rasakan secara subjektif oleh keluarga
setelah implementasi keperawatan

O: Keadaan objektif yang dapat di defenisikan oleh perawat menggunakan pengamatan


yang objektif setelah implementasi keperawatan

A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objekti keluarga yang di
bandingkan denagn kriteria dan standar yang telah mengacu pada tujuan pada rencana
keperawatan keluarga

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

Evaluasi

1. Penurunan koping keluarga b/d disorganisasi keluarga


S: Keluarga mengatakan sudah mengerti peran dalam keluarga dan sudah mengerti cara
mendukung dan merawat keluaraga
O: keluarga tampak lebih memperhatikan pasien
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2. Resiko bunuh diri b/d gangguan kehidupan keluarga
S: Keluarga mengatakan pasien sudah tampak senang
O: pasien tampak tidak melakukan hal yang membahayakan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
3. Resiko perilaku kekerasan b/d pola kesulitan dalam keluarga
S: keluarga mengatakan pasien sudah dapat mengendalikan emosi
O: pasien tampak lebih tenang
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
4. Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan b/d menyatakan keinginan meningkatkan
analisis resiko-keuntungan terhadap keputusan
S: Keluarga sudah tidak bingung dalam mengambil keputusan
O: anggota keluarga dan pasien tampak sudah berkomunikasi dengan baik
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
5. Kesiapan meningkatkan proses keluarga b/d keluarga mengekspresikan keinginan
meningkatkan keselamatan anggota keluarga
S: keluarga mengatakan sudah menjalankan peran dan dapat mengurus anggota keluarga
dengan baik
O: keluarga tampak lebih memperhatikan pasien
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Mekanisme Koping Keluarga

Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar memilih bunuh diri.
Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan
dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan rentang harapan-putus
harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Berisiko Destruktif Pencederaan Bunuh diri


diri destruktif diri tidak diri
langsung

Keterangan:

a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara
optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang tepat
terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping. Ancaman


bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan adgar untuk
mengatasi masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh
diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan
(KDT)
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Stuart GW, Sundeen.(1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Anonim. (2015.). Gangguan Mental. Diakses melalui


https://www.barendspsychology.com/id/gangguan-mental/ pada tanggal 4 November 2017.

Captain. (2008). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Ade Herman. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Fitria, Nita. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. 2015. Jakarta : EGC

Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG.

Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC Stuart dan
Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC

Susanto,.T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV.Trans Info Media

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH


DIRI.ACADEMIA.EDU.4 NOVEMBER 2017(file:///C:/Users/Ahmad%20Bagus
%20Alfian/Downloads/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_DENGAN_RES.pdf)

PERTANYAAN

1. Mengapa bunuh diri menjadi salah satu kedarurutan psikiatri yang harus langsung di
tangani....
a. Karena merupakan kegiatan untuk mengakhiri kehidupannya
b. Karena masuk ke dalam gangguan kejiwaan
c. Karena proses yang kompleks
d. Karena berhubungan langsung dengan keluarga

2. Berikut ini yang benar mengenai faktor predisposisi yang menunjang perilaku risiko
bunuh diri adalah . . .
a. Diagnosa psikiatri, sifat kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat keluarga,
faktor biokimia.
b. Diagnosa psikiatri, sifat kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat pekerjaan,
faktor fisik
c. Riwayat penyakit, keinginan untuk bunuh diri, kemampuan untuk bunuh diri.
d. Faktor sosial, faktor ekonomi, dan pendidikan
e. Faktor stres, tekanan pekerjaan, diagnosa psikiatri

3. seseorang dengan kecenderungan dan merasa dirinya bersalah terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan dirinya, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap gagal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara tidak maksuimal.

Mekanisme Koping Keluarga manakah deskripsi masalah diatas...

a. Peningkatan dir
b. Berisiko destruktif
c. Destruktif diri tidak langsung
d. Pencederaan diri
e. Bunuh diri

4. Intervensi keperawatan yang tepat untuk risiko bunuh diri b/d gangguan kehidupan
keluarga adalah sebagai berikut, kecuali . . .
a. Ajarkan keluarga untuk menjauhkan klien dari benda-benda berbahaya
b. Ajarkan keluarga untuk menempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu
terlihat oleh keluarga.
c. Ajarkan keluarga untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari
d. Anjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan
pasien sendirian
e. Dukungan keluarga : meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga.

Вам также может понравиться