Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Para Pecinta Ulama Habaib Was Sholihin bersama Bint Badari Simtudduror dan 9 lainnya.
20 Oktober 2016
Maka orang alim tersebut mengajak sang penuntut ilmu untuk memasuki 1 per 1kelas majelis
tersebut,beranjaklah mereka ke kelas majelis pertama dan nampak seorang syeikh di majelis
itu menyuruhnya duduk
Berkata sang penuntut ilmu: hatiku merasa berat dan enggan duduk dimajelismu
Berkata syeikh: aku pun juga tak suka engkau berada disini,pergi kalian syaitan
Maka sang penuntut ilmu tersebut berkata kepada temannya: hendaklah kita pergi sebelum ia
memukul kita.
Berkata syeikh tersebut: apa yg kalian lakukan disana? Silahkan masuk & duduklah
Maka sang penuntut ilmu berkata: aku tak mau duduk dimajelismu,
Berkata sang penuntut ilmu: hatiku merasa berat & enggan duduk dimajelismu
Lalu temannya yg alim tersebut berkata kepada sang penuntut ilmu: bagaimana
menurutmu?!engkau ingin duduk dimajelis yg disana atau majelis yg ini ?
jika engkau dihadapkan 2 masalah,yg mana keduanya dalam kebenaran.yang ini berdakwah
dg al quran & sunnah, yg 1lagi berdakwah dg al quran & sunnah.
Caranya lihatlah kepada AKHLAK mereka.
Dimana adanya AKHLAK yg MULIA,pada diri orang itu tandanya telah hidup agama dan
ilmunya.
Sekiranya tiada akhlak yg mulai didalam hati,maka tiada juga ilmu dan agama didalamnya.
Tidaklah mungkin ilmu & agama hidup jika tanpa AKHLAK yg mulia didalam hati.
Tidaklah mungkin adanya sifat keshalihan didalam hati seseorang tanpa AKHLAK yg
MULIA.
Maka setiap orang yg mengaku berilmu & beragama namun tak ada akhlak yg mulia didalam
SANUBARINYA,maka disitu ada kecacatan kepada orang yg menuntut ilmu.
Allahuma Sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'ala 'alihi wa shohbihi wa salim
Tulis komentar...
Zali Algo membagikan foto Para Pecinta Ulama Habaib Was Sholihin.
Diceritakan ada seorang penuntut ilmu kebingungan dalam mencari guru pembimbing kejalan
ALLAH SWT,ia dihadapkan dengan 2 pilihan majelis yg keduanya dalam kebenaran.
Majelis yg pertama mengajarkan al quran & sunnah,begitupun majelis yg kedua mengajarkan
alquran & sunnah.maka seorang penuntut ilmu tersebut meminta tolong kepada orang alim
untuk memilihkan kelas majelis yg tepat untuknya dari 2 pilihan yg sulit tersebut.
Maka orang alim tersebut mengajak sang penuntut ilmu untuk memasuki 1 per 1kelas majelis
tersebut,beranjaklah mereka ke kelas majelis pertama dan nampak seorang syeikh di majelis
itu menyuruhnya duduk
Berkata sang penuntut ilmu: hatiku merasa berat dan enggan duduk dimajelismu
Berkata syeikh: aku pun juga tak suka engkau berada disini,pergi kalian syaitan
Maka sang penuntut ilmu tersebut berkata kepada temannya: hendaklah kita pergi sebelum ia
memukul kita.
Berkata syeikh tersebut: apa yg kalian lakukan disana? Silahkan masuk & duduklah
Maka sang penuntut ilmu berkata: aku tak mau duduk dimajelismu,
Berkata sang penuntut ilmu: hatiku merasa berat & enggan duduk dimajelismu
Lalu temannya yg alim tersebut berkata kepada sang penuntut ilmu: bagaimana
menurutmu?!engkau ingin duduk dimajelis yg disana atau majelis yg ini ?
jika engkau dihadapkan 2 masalah,yg mana keduanya dalam kebenaran.yang ini berdakwah
dg al quran & sunnah, yg 1lagi berdakwah dg al quran & sunnah.
Caranya lihatlah kepada AKHLAK mereka.
Dimana adanya AKHLAK yg MULIA,pada diri orang itu tandanya telah hidup agama dan
ilmunya.
Sekiranya tiada akhlak yg mulai didalam hati,maka tiada juga ilmu dan agama didalamnya.
Tidaklah mungkin ilmu & agama hidup jika tanpa AKHLAK yg mulia didalam hati.
Tidaklah mungkin adanya sifat keshalihan didalam hati seseorang tanpa AKHLAK yg
MULIA.
Maka setiap orang yg mengaku berilmu & beragama namun tak ada akhlak yg mulia didalam
SANUBARINYA,maka disitu ada kecacatan kepada orang yg menuntut ilmu.
Allahuma Sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'ala 'alihi wa shohbihi wa salim
1. Mengikhlaskan Niat
Yang paling penting adalah mengikhlaskan niat. percuma saja bila kita menghafal al-quran
tapi niatnya bukan karena Allah Subhanahu wa taala. Kita hanya akan mendapatkan lelah
tanpa mendapat pahala sedikit pun. bila kita niatkan hanya karena Allah, insya-Allah Allah
akan menolong serta mempermudah langkah kita.
Jika niat kita ikhlas karena Allah, niscaya Allah akan membantu kita dikala sedang malas
atau bosan. Karena halangan terbesar bagi penghafal al-quran adalah rasa bosan, terlebih jika
baru pertama kali menghafal. Untuk itu, ikhlasnya niat merupakan hal wajib bagi seorang
penghafal al-quran.
Setelah niat kita ikhlas karena mengharap ridho dan pahala Allah, hendaknya kita melakukan
shalat hajat sebelum mulai menghafal al-quran. Mohonlah agar dimudahkan di dalam
menghafal al-quran. Karena pemilik al-quran adalah Allah, maka kita memohon kepada
pemiliknya agar diberi kemudahan.
Untuk shalat hajat sendiri tidak ada ketentuan waktu. Kita bisa mengerjakan shalat hajat
kapan saja, kecuali pada waktu terlarang mengerjakan shalat. Anjuran untuk mengerjakan
shalat hajat ini merujuk pada hadits yang diriwayatkan Hudzaifah al-Yamani radhiyallahu
anhu, beliau berkata:
Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika ditimpa suatu masalah beliau
langsung mengerjakan shalat.
3. Memperbaiki Bacaan
Sebelum mulai menghafal ayat demi ayat, hendaknya kita memperbaiki bacaan terlebih
dahulu. hal ini wajib kita lakukan agar terhindar dari salah baca dan kekeliruan. Menghafal
al-quran memang mempunyai keutamaan yang banyak, tapi kalau membacanya masih
banyak yang keliru, bisa membuat pahala berkurang. (baca: Keutamaan Membaca Al-quran)
Ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal al-quran, masing-masing
orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi disini saya akan
paparkan 2 cara yang paling mudah menurut saya dan bisa dilakukan siapa saja:
a. Metode Pertama
Menghafal per-halaman. Maksudnya kita membaca satu halaman yang mau kita hafal
sebanyak tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar baru mulai menghafalnya.
Setelah hafal satu halaman, baru kita pindah ke halaman berikutnya. Metode ini lebih
direkomendasikan menggunakan mushaf standart madinah.
Perlu diperhatikan, setiap kita menghafal satu halaman, sebaiknya kita juga menghafal satu
ayat di halaman berikutnya. Agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman
dengan halaman berikutnya.
b. Metode Kedua
Menghafal per-ayat, yaitu kita membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga sampai sepuluh
kali secara tartil, kalau sudah lancar kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah hafal ayat
pertama kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, begitu seterusnya sampai satu
halaman.
Akan tetapi sebelum pindah ke halaman berikutnya sebaiknya kita mengulangi halaman-
halaman sebelumnya agar lebih kuat hafalannya.
Di tengah-tengah menghafal, biasanya akan mengalami kendala seperti susah masuk atau
hafalan yang sudah dihafal lupa lagi. Kalau sudah seperti ini biasanya semangat kita akan
berkurang. Karena kita merasa bahwa al-quran susah untuk dihafal.
Untuk menanggulangi agar kita tidak patah semangat, kita harus pasang target dalam
menghafal. Target ini berguna sekali ketika kita sedang malas menghafal. Kita akan ingat
bahwa kita punya mimpi menjadi penghafal al-quran, sehingga semangat kita akan kembali
berkobar.
Kita tidak perlu muluk-muluk dalam menentukan target hafalan, usahakan yang realistis dan
sesuai dengan kemampuan kita.
6. Memperdengarkan Hafalan
Untuk menghindari bacaan yang salah, hendaknya halaman yang sudah dihafal kita
perdengarkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah.
Ketika kita menghafal, terkadang terjadi kesalahan baca tanpa kita sadari. Untuk itu, dengan
menyetorkan hafalan kita akan dibenarka jika terjadi kesalahan dalam bacaan kita. Sehingga
kesahalan tersebut tidak tidak berlarut-larut dalam hafalan kita.
Faktor lain yang dapat memperkuat hafalan kita adalah memperbanyak mendengarkan bacaan
al-quran, baik dari teman ataupun bacaan al-quran dari syaikh yang mapan dalam bacaan.
Kalau bisa tidak hanya mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar
dengan serius dan secara teratur. Dengan begitu kita akan lebih konsentrasi dalam proses
menghafal via pendengaran.
8. Murojaah (Mengulang-ulang Hafalan)
Hendaknya kita mengulang-ulang halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan
sampai kita sudah merasa hafal beberapa halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut
tanpa mengulanginya dalam waktu yang lama. Hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan
tersebut.
Ada satu kisah menarik yang dialami Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang
terkenal dengan kuatnya hafalannya. Suatu ketika, beliau menghafal sebuah buku dengan
diulang berkali-kali. Kebetulan dalam rumah itu tinggal seorang nenek tua.
Nenek tersebut berkata:Tidak perlu seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya
karena mendengar hafalanmu. Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu, timpal
Ibnu Abi Hatim. Lalu, nenek tersebut membaca buku yang sudah dihafalnya.
Setahun setelah kejadian tersebut, Ibnu Abi Hatim ingin mengetahui apakah nenek tersebut
masih ingat dengan hafalannya. Ia kembali ke rumah tersebut dan meminta agar nenek
tersebut mengulangi hafalan yang ia hafal setahun yang lalu.
Ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali isi buku yang ia hafal setahun lalu.
Namun, tidak dengan Imam Ibnu Abi Hatim, tidak ada satu pun yang ia lupa dari hafalannya.
Kisah ini menegaskan bahwa kita tidak hanya dituntut untuk menghafal, tapi kita juga
dituntut untuk menjaga hafalan agar tidak lupa. Jika hanya menghafal, kita yakin pasti
banyak orang yang bisa, namun untuk menjaga hafalan tidak semua orang bisa.
Untuk itu, menjaga hafalan dengan sering murojaah (mengulang-ulang hafalan) merupakan
hal wajib jika kita ingin menghafal al-quran.
Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan semua panca indra yang kita
miliki. Maksudnya kita menghafal buka hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi
dengan sering mendengarkan bacaan al-quran, membacanya denga mulut dan menulis ayat-
ayat yang mau kita hafal.
Usahakan menggunakan satu jenis mushaf al-quran, jangan pindah dari satu jenis mushaf ke
mushaf lain. Karena setiap jenis mushaf al-quran mempunyai posisi ayat yang berbeda-beda,
kalau kita berganti-ganti mushaf mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat sehingga
itu akan mengaburkan hafalan kita.
Maksud dari satu jenis ini adalah model penulisan mushaf. Seperti mushaf standart Madinah,
mushaf yang dipakai oleh sebagian Kita bisa menggunakan mushaf standart Madinah,
mushaf cetakan Mesir, mushaf cetakan Kuwait atau mushaf yang dipakai sebagian orang
Pakistan dan India.
Kita juga bisa menggunakan model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren
tahfidh al-quran di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus.
Semua kembali kepada kita masing-masing, ingin menggunakan model mushaf yang mana.
Yang perlu diperhatikan, jika sudah menggunakan satu model mushaf, usahakan jangan
menggunakan model mushaf yang lain.
Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, hal ini tergantung kepada pribadi masing-masing.
waktu yang tepat bagi pelajar belum tentu tepat bagi seorang karyawan, begitu juga waktu
yang tepat bagi karyawan belum tentu tepat bagi ibu rumah tangga.
Doa adalah senjata seorang mukmin. Dalam setiap amalan kita diperintahkan untuk selalu
mengawalinya dengan berdoa.
Begitu juga dalam menghafal Al-quran, perbanyaklah berdoa agar dimudahkan dalam
menghafal Al-quran, karena doa merupakan bukti tawakkal kita kepada Allah Subhanahu wa
taala.
Berikut ada dua contoh doa agar dimudahkan dalam menghafal al-quran. Doa-doa ini bukan
bersumber dari al-quran atau hadits, namun maknanya sangat bagus. Pada akhirnya kembali
kepada kita masing-masing, mau berdoa menggunakan bahasa Arab atau bahasa Indonesia.
Berikut contoh doa dalam bahasa Arab:
Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk bisa menghafal Al-quran, dan berilah saya
kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu ,
wahai Yang Maha Pengasih.
Terakhir, ada satu metode unik yang di terapkan di Maroko, mereka menghafal al-quran
dengan cara menulis ayat per ayatnya.
Metode ini menggunakan alat seperti papan persegi panjang. Papan tersebut dihiasi garis-
garis yang dibuat secara permanen, untuk memudahkan dalam menulis ayat-ayat al-quran.
Mereka biasa menyebut alat ini dengan Lauh.