Вы находитесь на странице: 1из 60

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TEGAL

SOSIALISASI PERPAJAKAN
TERKAIT PENGGUNAAN
ALOKASI DANA DESA

TEGAL, Juli 2016


APBN/APBD

Bendahara
Belanja Barang
Honor / Gaji Objek
Pengeluaran Pajak
lainnya
KEWAJIBAN BENDAHARA
Mendaftarkan diri ke KPP/KP2KP untuk
mendapatkan NPWP

Menyetor pajak terutang setelah terlebih


dahulu menghitung & memotong/
memungut;

Melaporkan pemotongan/ pemungutan


pajak terutang ke KPP/KP2KP
menggunakan SPT;

Membuat & memberikan bukti


pemotongan pada saat dilakukan
pemotongan pajak.
TUGAS BENDAHARA
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMUNGUTAN PAJAK PUSAT ATAS
DANA YANG BERASAL DARI APBN/APBD
Objek Penjelasan
PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan
dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu &
sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak atas
tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian
barang
PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden,
sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 26 Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan penyerahan
Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
Bea Materai Pembayaran atas pemanfaatan dokumen2 tertentu (kuitansi, kontrak)
Matrik Transaksi Bendahara (1)
Objek Tarif Kode
No Kegiatan Penjelasan
Pajak Pajak*) Setoran
1 Penghasilan Tetap PPh 5% / 6% 411121- Apabila penerima penghasilan adalah
Kades dan Pasal 21 100 Non PNS tarif pasal 17 x bruto, dengan
Perangkat alasan bukan merupakan penghasilan
yang rutin diterima tiap bulan, tetapi
tergantung kegiatan (tergolong peserta
kegiatan).
2 Tunjangan Jabatan PPh 5% / 6% 411121- s.d.a.
Kades dan Pasal 21 100
Perangkat
3 Tunjangan PPh 5% / 6% 411121- s.d.a.
Perbaikan Pasal 21 100
Penghasilan (TPP)
4 Honor-honor
a. Tim Pengelola PPh 5% / 6% 411121- s.d.a.
Kegiatan (TPK) Pasal 21 100
PPh 0%, 5%, 411121- Apabila penerima penghasilan PNS:
Pasal 21 15% 409 - Gol I.a s.d. Gol II.d : Tarif 0% ,
Bersifat - Gol III.a - III.d : tarif 5%, dan
Final - Gol IV.a dst. : tarif 15%
Matrik Transaksi Bendahara (2)
Objek Tarif Kode
No Kegiatan Penjelasan
Pajak Pajak*) Setoran
b. Uang saku PPh 5% / 6% 411121- Apabila penerima penghasilan adalah
Peserta Rapat Pasal 21 100 Non PNS tarif pasal 17 x bruto, dengan
(selain uang alasan bukan merupakan penghasilan
transport) yang rutin diterima tiap bulan, tetapi
tergantung kegiatan (tergolong peserta
kegiatan).
PPh 0%, 5%, 411121- Apabila penerima penghasilan PNS:
Pasal 21 15% 409 - Gol I.a s.d. Gol II.d : Tarif 0% ,
Bersifat - Gol III.a - III.d : tarif 5%, dan
Final - Gol IV.a dst. : tarif 15%
c. Narasumber/ PPh 5% / 6% 411121- Apabila penerima penghasilan adalah
Penceramah Pasal 21 100 Non PNS tarif pasal 17 x bruto, dengan
alasan bukan merupakan penghasilan
yang rutin diterima tiap bulan, tetapi
tergantung kegiatan (tergolong peserta
kegiatan).
PPh 0%, 5%, 411121- Apabila penerima penghasilan PNS:
Pasal 21 15% 409 - Gol I.a s.d. Gol II.d : Tarif 0% ,
Bersifat - Gol III.a - III.d : tarif 5%, dan
Final - Gol IV.a dst. : tarif 15%
Matrik Transaksi Bendahara (3)
Objek Tarif Kode
No Kegiatan Penjelasan
Pajak Pajak*) Setoran
d. Uang sidang PPh 5% / 6% 411121- Apabila penerima penghasilan adalah
Pasal 21 100 Non PNS tarif pasal 17 x bruto, dengan
alasan bukan merupakan penghasilan
yang rutin diterima tiap bulan, tetapi
tergantung kegiatan (tergolong peserta
kegiatan).
PPh 0%, 5%, 411121- Apabila penerima penghasilan PNS:
Pasal 21 15% 409 - Gol I.a s.d. Gol II.d : Tarif 0% ,
Bersifat - Gol III.a - III.d : tarif 5%, dan
Final - Gol IV.a dst. : tarif 15%
e. Panitia PPh 5% / 6% 411121- Apabila penerima penghasilan adalah
Penerima Hasil Pasal 21 100 Non PNS tarif pasal 17 x bruto, dengan
Pekerjaan alasan bukan merupakan penghasilan
(PPHP) yang rutin diterima tiap bulan, tetapi
tergantung kegiatan (tergolong peserta
kegiatan).
PPh 0%, 5%, 411121- Apabila penerima penghasilan PNS:
Pasal 21 15% 409 - Gol I.a s.d. Gol II.d : Tarif 0% ,
Bersifat - Gol III.a - III.d : tarif 5%, dan
Final - Gol IV.a dst. : tarif 15%
Matrik Transaksi Bendahara (4)
Objek Tarif Kode
No Kegiatan Penjelasan
Pajak Pajak *) Setoran
5. Belanja ATK PPh 1,5% / 411122- Belanja Barang dipungut PPh Pasal 22 di
(kertas, fotokopi, Pasal 22 3% 900 atas Rp2.000.000,00 dan tidak terpecah-
dll) pecah
PPN 10% 411211- Belanja Barang dipungut PPN di atas
900 Rp1.000.000,00 dan tidak terpecah-pecah
6. Konsumsi/ PPh 1,5% / 411122- Belanja Barang dipungut PPh Pasal 22 di
pembelian makan Pasal 22 3% 900 atas Rp2.000.000,00 dan tidak terpecah-
dan minum, snack pecah
(bukan katering)
PPN 10% 411211- Belanja Barang dipungut PPN di atas
900 Rp1.000.000,00 dan tidak terpecah-pecah
7. Katering PPh 2% / 4% 411124- Belanja katering dipotong PPh Pasal 23,
Pasal 23 104 tidak ada batasan minimal
8. Belanja barang PPh 1,5% 411122- Belanja Barang dipungut PPh Pasal 22 di
modal ( misal : Pasal 22 3% 900 atas Rp2.000.000,00 dan tidak terpecah-
laptop / komputer) pecah
PPN 10% 411211- Belanja Barang dipungut PPN di atas
900 Rp1.000.000,00 dan tidak terpecah-pecah
Matrik Transaksi Bendahara (5)
Objek Tarif Kode
No Kegiatan Penjelasan
Pajak Pajak*) Setoran
9. Pembangunan
Fisik (swakelola)
a. Pembelian material bangunan:
1. Semen, paku, PPh 1,5% / 411122- Belanja Barang dipungut PPh Pasal 22 di
dst Pasal 22 3% 900 atas Rp2.000.000,00 dan tidak terpecah-
pecah
PPN 10% 411211- Belanja Barang dipungut PPN di atas
900 Rp1.000.000,00 dan tidak terpecah-pecah
2. Pasir PPh 1,5% / 411122- untuk pasir dan batu yang diambil
(termasuk Pasal 22 3% 900 langsung dari alam, serta tidak
tanah uruk, mengalami perubahan bentuk tidak
grosok), batu dikenakan PPN (non-BKP)
b. Sewa alat (misal PPh 2% / 411124- Belanja Barang dipungut PPh Pasal 22 di
eskafator, molen, Pasal 23 4% 100 atas Rp2.000.000,00 dan tidak terpecah-
dll) pecah
PPN 10% 411211- Belanja Barang dipungut PPN di atas
900 Rp1.000.000,00 dan tidak terpecah-pecah
Matrik Transaksi Bendahara (6)
Objek Tarif Kode
No Kegiatan Penjelasan
Pajak Pajak*) Setoran
10. Upah tukang PPh 5% 411121- Dikenakan untuk upah harian >300.000
Pasal 21 100 atau akumulasi sebulan >3.000.000
11. Pembangunan PPh Lihat 411128- Non
Menengah/
fisik dilakukan Pasal 4 kolom 409 Pekerjaan Kecil Kualifi-
Besar
oleh pihak ketiga/ Ayat (2) penjelas kasi
kontraktor an Pelaksanaan 2% 3% 4%
Pengawasan 4% 4% 6%
Perencanaan 4% 4% 6%

PPN 10% 411211-


900

*) : Tarif Pajak untuk yang tidak ber-NPWP:


- PPh Pasal 21 dikenakan tarif 20% lebih besar dari tarif normal (6%)
- PPh Pasal 22 dikenakan tarif 100% lebih besar dari tarif normal (3%)
- PPh Pasal 22 dikenakan tarif 100% lebih besar dari tarif normal (4%)
PPh Pasal 21
Subjek Pajak PPh Pasal 21

pegawai;
penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
bukan pegawai;
anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai;
mantan pegawai;
peserta kegiatan:
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan
Peserta kegiatan lainnya
Objek Pajak PPh Pasal 21
penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
penghasilan penerima pensiun secara teratur
uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
imbalan kepada bukan pegawai;
imbalan kepada peserta kegiatan;
imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
imbalan kepada mantan pegawai;
penarikan dana pensiun oleh pegawai.

Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

Wajib Pajak PPh Final


Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Pasal 21

Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 21
Saat Transaksi 1. Bendahara 2. Khusus di Bulan
menyetorkan SSP Desember, Dilampiri
Bendahara membuat
bukti potong 1771-A2
2. SSP atas nama Formulir 1721-1
dan bukti potong atas Bendahara (Daftar Bukti
transaksi penghasilan 3. Paling lambat Pemungutan)
tidak teratur (baik yang disetor tanggal 10 3. Paling lambat
bersifat final maupun tanggal 20
yang tidak final)
Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.
Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang tahun atau Rp200.000 perbulan
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PMK 101/PMK.010/2016)

Rp54.000.000,00 Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,00 Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp.4.500.000,00
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta


5%
Sesuai
Pasal 17 ayat
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
15% (1) huruf a
UU PPh

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25%

Di atas Rp 500 juta 30%

JIKA TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
PPh Pasal 21:
Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau
Satuan, Borongan
Jumlah Upah Kumulatif satu
bulan melebihi Rp 8.200.000
Upah/Uang Saku Harian

Dikali 12
300.000 > 300.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 300.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp 3 jt s.d. Rp 8.2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
JIKA TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
Berkesinambungan
Ex Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto) (50 % x Ph Bruto)


Dikurangi
(50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dikalikan tarif PPh Pasal 17


PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah
PPh Pasal 21 Final
atas Honorarium *) yang diterima PNS

Gol. I.a s/d II.d 0%

Gol. III.a s/d III.d 5%

Gol. IV.a s/d IV.e 15 %

*) : Honorarium,
uang saku, uang lembur atau imbalan lain
dengan nama dan bentuk apapun yang dibayarkan untuk
PNS, termasuk tunjangan kinerja daerah yang diterima PNS
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


Contoh Kasus PPh Pasal 21
1 2 3
Kementerian Keuangan
pada hari jadinya
Puskesmas Dinas Kesehatan
mengadakan panggung
mengadakan pelatihan membayar honorarium
hiburan dengan
dan membayar honor kepada peserta rapat
mengundang penyanyi.
kepada A (PNS yang bukan PNS/Pejabat
Honor penyanyi yang
golongan III b) sebagai Negara/Anggota TNI dan
diberikan Bendahara
pemateri sebesar Rp POLRI sebesar
Kementerian Keuangan
2.000.000,00 Rp500.000,-
Rp 6.000.000,00.
Penerima honorarium
tidak memiliki NPWP

PPh Pasal 21 : Pasal 21 : PPh Pasal 21


Rp 2.000.000,00 x 5% = (50% x 6.000.000) x 5% x 120% = Rp500.000,00 x 5% =
Rp 100.000,- Rp3.000.000,00 x 6% = Rp25.000,00
(bersifat final) Rp180.000,-
Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 21
(Formulir 1721 A2)
Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 21 Lainnya
(Tidak Final)
Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 21 Lainnya
(Final)
PPh Pasal 22
Tarif Pemungutan PPh Pasal 22

Tarif
1,5% dari harga atau nilai pembelian barang

Jika rekanan tidak memiliki NPWP maka


Tarifnya adalah 3% (100% lebih tinggi)
Mekanisme Penyetoran PPh Pasal 22

Dipungut Pada Setiap Pelaksanaan Pembayaran

Disetor Pada Hari Yang Sama

Ke Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro

SSP/SSE

Diisi Oleh dan Atas Nama Rekanan

Ditandatangani Oleh Bendahara


Dikecualikan dari
Pemungutan PPh Pasal 22
Pembayaran atas
penyerahan barang yang
jumlahnya paling banyak
Pembayaran untuk
Rp2.000.000,- dan tidak
pembelian barang
merupakan pembayaran
sehubungan dengan
yang terpecah-pecah
penggunaan dana BOS
dilakukan otomatis tanpa
Surat Keterangan Bebas
(SKB)

Pembayaran atas
Pembayaran untuk penyerahan barang
pembelian bahan bakar sehubungan dengan
minyak, listrik, gas, air pekerjaan pemerintah yang
minum/PDAM, dan benda dibiayai dengan
benda pos dilakukan hibah/pinjaman luar negeri
otomatis tanpa (SKB)

PMK 154/PMK.03/2010
Bukti Pemungutan

SSP

LEMBAR KE-1 Untuk Wajib Pajak rekanan (sebagai kredit pajak)

LEMBAR KE-2 Untuk KPPN

LEMBAR KE-3 Untuk KPP sebagai lampiran SPT


Masa bendahara

Untuk kantor penerima pembayaran


LEMBAR KE-4 (Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro)

LEMBAR KE-5 Untuk arsip Pemungut PPh Pasal 22


Contoh Kasus PPh Pasal 22

Kasus 2
Dinas Kesehatan mempunyai kegiatan
pengadaan barang modal
KASUS 1 berupa Mesin Absensi yang pada DIPA
Puskesmas Kecamatan X tersedia anggaran Rp99.000.000,00.
membeli komputer untuk
Dana yang tersedia dalam DIPA sudah
keperluan kantor dengan
termasuk PPN-nya, sehingga untuk
harga Rp10.000.000,- menghitung PPh Pasal 22 adalah :
(harga tidak termasuk PPN (100/110 x Rp99.000.000,00) x 1,5% =
dan/atau PPnBM). Rp1.350.000,00.

PPh pasal 22 yang harus Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong


dipungut Bendahara 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
sebagai pemungut pajak 22, sehingga menjadi : (100/110 x Rp
adalah : Rp10.000.000,00 99.000.000,00) x 1,5% x 200% =
1,5% = Rp150.000,00 Rp2.700.000,00
PPh Pasal 23
Objek Pajak PPh Pasal 23

Tarif Tarif
15% 15%

Dipotong
Hadiah/
Imbalan
Penghargaan PPh Modal
Selain PPh
Pasal 21 Pasal 23

Sewa Selain
Tarif
Tanah/ Jasa Tarif
Bangunan
2% 2%

JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
Jasa Objek PPh Pasal 23

JENIS PENGHASILAN YANG TERKENA Tarif PPh


OBJEK PPH PASAL 23 Psl 23

1. Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa


konsultan,
2. Jasa Lainnya : Jasa penilai, jasa aktuaris, jasa
akuntansi, jasa perancang, jasa pengeboran migas,
jasa penunjang di bidang penerbangan, jasa
penebangan hutan, jasa pengolahan limbah, jasa 2%
penyedia tenaga kerja, jasa perantara, jasa
instalasi, jasa pemeliharaan, jasa maklon, jasa
penyelidikan dan keamanan, jasa penyelenggaraan
kegiatan, jasa pengepakan, jasa media masa, jasa
pembasmian hama, jasa kebersihan, jasa catering
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Pasal 23

Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 23
Saat Transaksi
1. Bendahara 2. Dilampiri Daftar
1. Bendahara menjumlahkan Bukti Pemotongan,
membuat bukti pemotongan PPh Bukti Pemotongan,
potong untuk Pasal 23 selama 1 dan SSP
rekanan (sbg kredit bulan 3. Paling lambat
pajak bagi rekanan) 2. Membuat SSP atas tanggal 20
2. Bendahara nilai tersebut.
mencatat nilai 3. SSP atas nama
transaksi dan Bendahara
pemotongan PPh 4. Paling lambat
Pasal 23 disetor tanggal 10
Contoh Kasus PPh Pasal 23

3
1 2
Puskesmas A menyewa
Kementerian Keuangan
Dinas Kesehatan memakai tenda dari pengusaha
menggunakan jasa
jasa service kendaraan yang tidak memiliki
catering untuk kegiatan
(bengkel yang Rapat Koordinasi NPWP sebesar Rp
memiliki NPWP) untuk dengan biaya Rp 1.100.000,- (harga
menservice kendaraan 2.000.000,- namun termasuk PPN), PPh
dinasnya. Besarnya biaya pengusaha jasa Pasal 23 yang terutang
yang dikeluarkan catering tidak memiliki adalah :
Rp1.000.000,00 (harga NPWP.
tersebut sudah termasuk
pembelian suku cadangnya,
namun tagihan tidak dipisah- DPP
pisahkan) . 100/110 x 1.100.000 =
PPh Psl 23 Rp 1.000.000.-
2.000.000 2% x 2
Rp 80.000,00
PPh Psl 23 PPh Psl 23
Rp1.000.000,00 2% = 1.000.000 2% x 2
Rp20.000,00 Rp 40.000,00
Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 23
PPh Final
Pasal 4 Ayat (2)
Objek Pemotongan PPh Final

Sewa Tanah/Bangunan Konstruksi


Objek
Perencanaan, Pengawasan,
Tarif 10 % PPh FInal dan Pelaksanaan

Kecuali di Hotel/Restoran Tarif berdasar kualifikasi

TERMASUK :
Menegah
BIAYA PERAWATAN; Pekerjaan Kecil
/Besar
BIAYA PEMELIHARAAN;
BIAYA KEAMANAN; Pelaksanaan 2% 3%
BIAYA FASILITAS
Pengalihan Pengawasan 4% 4%
LAINNYA DAN SERVICE
CHARGE BAIK YG Tanah/Bangunan Perencanaan 4% 4%
PERJANJIANNYA
Non Kualifikasi
DIBUAT SECARA Tarif 5 %
TERPISAH/DISATUKAN
Pelaksanaan 4%
Pengawasan 6%
Perencanaan 6%
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Pasal Final

Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 4(2)
Saat Transaksi
1. Bendahara 2. Dilampiri Daftar
1. Bendahara menyetorkan SSP Bukti Pemotongan,
melakukan atas transaksi PPh Bukti Pemotongan,
pemotongan PPh Final dan SSP
Final saat 2. SSP Atas nama 3. Paling lambat
pembayaran Bendahara tanggal 20
2. Bendahara 3. Paling Lambat
membuat bukti tanggal 10
potong untuk Khusus untuk Pengalihan
rekanan Tanah/Bangunan
menggunakan Laporan
Tersendiri
Contoh Kasus PPh Final

Sewa Tanah/Bangunan

Kasus Jawaban

Kementerian PPh final yang harus


Keuangan dipungut dan disetor
menyelenggarakan
oleh Bendahara
seminar tentang
Kementerian
perumahan dan harus
menyewa sebuah
Keuangan atas
ruang pertemuan milik pembayaran tersebut :
orang pribadi dengan Rp 3.000.000,- x 10% =
harga Rp 3.000.000. Rp 300.000,-
Contoh Kasus PPh Final

Kementerian Keuangan Puskesmas A Dinas Kesehatan


memberikan hadiah menggunakan jasa menggunakan jasa
undian kepada semua konstruksi kualifikasi konstruksi yang tidak
peserta pameran besar untuk merenovasi memiliki kualifikasi untuk
keuangan sebesar gedung kantor dengan MENGAWASI renovasi
Rp50.000.000,-. PPh biaya Rp20.000.000.000,- gedung kantor dengan
Pasal 4 ayat (2) yang (harga tidak termasuk biaya Rp 200.000.000,-
terutang dan harus PPN). PPh Pasal 4 ayat (harga tidak termasuk PPN).
dipotong Bendahara PPh Pasal 4 ayat (2) yang
(2) yang terutang dan
terutang dan harus
adalah : harus dipotong
dipotong Bendahara
Bendahara adalah: adalah:

Rp50.000.000.- Rp20.000.000.000,- Rp200.000.000.-


25% = x 3% = 6% =
Rp12.500.000,- Rp600.000.000,- Rp12.000.000,-
Contoh
Bukti Potong PPh
Jasa Konstruksi
Contoh
Bukti Potong PPh
Final atas Undian
Contoh
Bukti Potong PPh
Final atas Sewa
Tanah dan atau
Bangunan
PPN & PPnBM
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah

Penyerahan
Barang/Jasa
Di Daerah
SEMUA BARANG
Pabean SEMUA JASA
adalah adalah
BARANG KENA PAJAK JASA KENA PAJAK
Kecuali Kecuali
(Tarif 10%)
Barang Tidak Kena PPN
Jasa Tidak Kena PPN
1. Barang Tambang
2. Barang Kebutuhan (Pasal 4A UU PPN)
Pokok
3. Makanan&Minuman di
Hotel/Restoran
4. Uang, Emas batangan,
dan surat berharga-
PPnBM
PAJAK YANG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI
BARANG YANGTERGOLONG BARANG MEWAH
Jasa Tidak Kena Pajak (Pasal 4A UU PPN)

a. Jasa bidang pelayanan kesehatan medik;


b. Jasa bidang pelayanan sosial;
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. Jasa keuangan;
e. Jasa asuransi
f. Jasa keagamaan;
g. Jasa pendidikan;
h. Jasa kesenian & hiburan;
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan darat dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
k. Jasa tenaga kerja;
l. Jasa perhotelan;
m. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum.
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. Jasa boga atau katering.
Pembayaran Yang Tidak Dipungut PPN
oleh Bendahara

Dalam hal pembayaran:

Tidak melebihi dari Jumlah Rp1.000.000,00 termasuk PPN dan/atau


PPnBM dan merupakan pembayaran yang tidak dipecah-pecah

BBM dan non-BBM yg penyerahannya dilakukan oleh pertamina

Jasa angkutan udara yg diserahkan oleh perusahaan penerbangan

Penyerahan BKP/JKP yg menurut perundang-undangan yang


berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan/atau dibebaskan
dari pengenaan PPN

Pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas penyerahan tanah oleh


realestat atau industrial estate
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran,
dan Pelaporan PPN

Saat Lapor
1. Bendahara
Saat Setor
menyampaikan SPT
Saat Transaksi
1. SSP Disetor oleh Masa PPN 1107 PUT
1. Dalam hal Bendahara Paling Lambat akhir
Rekanan PKP, 2. Paling Lambat bulan berikutnya
Rekanan wajib tanggal 7 Bulan 2. Walaupun tidak ada
membuat faktur Berikutnya pemungutan, tetap
pajak wajib melapor tiap
2. Rekanan bulan
membuat SSP 3. Melampirkan SSP
atas nama dan Faktur Pajak
rekanan yang
ditandatangani
Bendahara
Contoh Kasus PPN

PPN PPN

Jumlah PPN yang dipungut Pembayaran yang jumlahnya paling


adalah 10/110 bagian dari banyak Rp 1.000.000 dan tidak
jumlah pembayaran. merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah.
Jumlah pembayaran Rp Harga Jual = Rp 950.000
1.100.000,- PPN: 10% x Rp 950.000 = Rp 95.000
PPN yang harus dipungut: Harga Jual + PPN = Rp 1.045.000
10/110 x Rp 1.100.000,- =
Rp. 100.000,- -
Meskipun harga jual Rp 950.000 tetapi
karena pembayaran termasuk PPN
Jumlah yang dibayarkan berjumlah Rp 1.045.000 (di atas Rp
kepada rekanan Pemerintah 1.000.000), maka PPN yang terutang
Rp 1.000.000,- harus dipungut oleh BENDAHARA.
Contoh Kasus PPN

PPN PPN
TEXT

SPM LS Atas transaksi


Perbaikan / Renovasi SPM LS, sehingga
Gedung sebesar 110 jt pembayaran langsung
dilakukan oleh KPPN.
Jumlah pembayaran Rp 110.000.000,-

PPN yang harus dipungut: Namun Bendahara tetap


10/110 x Rp 110.000.000,- = melaporkan transaksi
Rp. 10.000,000 tersebut dalam
SPT Masa PPN
Jumlah yang dibayarkan kepada rekanan
Pemerintah Rp 100.000.000,-
Contoh Kasus Pembelian Barang

Beli Motor
Rp. 11 jt
(Termasuk PPN)

PPh Pasal 22 PPN

1,5% x 100/110 x harga barang 10 % x 100/110 x harga barang

1,5% x 100/110 x 11 jt = 10% x 100/110 x 11 jt =

Rp. 150.000,- Rp. 1.000.000,-


Contoh Kasus Penyerahan Jasa

Jasa

PPh Pasal 23
2%
PPN
x Servis Motor
(100/110)
Tidak dipungut
x
Rp. 220 rb karena imbalan
220rb
masih dibawah
=
(Termasuk PPN) 1 juta
Rp. 6.000,-

Jasa
SANKSI
ADMINISTRASI
DAN PIDANA
Tabel Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran/Penyetoran dan
Pelaporan Pajak yang dipotong/dipungut oleh bendahara

Jatuh Tempo
No. SPT Masa
Pembayaran/Penyetoran Pelaporan SPT Masa
1. PPh Pasal 21 Tgl. 10 bulan berikutnya setelah 20 hari setelah masa
masa pajak berakhir pajak berakhir
2. PPh Pasal 22 Pada hari yang sama dengan 14 hari setelah masa
pelaksanaan pembayaran pajak berakhir
3. PPh Pasal 23 Tgl. 10 bulan berikutnya setelah 20 hari setelah masa
bulan saat terutangnya pajak pajak berakhir
4. PPh Psl 4(2) Tgl. 10 bulan berikutnya setelah 20 hari setelah masa
bulan saat terutangnya pajak pajak berakhir
5. PPN/PPnBM Tgl. 7 bulan berikutnya setelah Akhir bulan setelah
masa pajak berakhir masa pajak berakhir
Sanksi Administrasi atas Keterlambatan
atau Tidak Menyampaikan SPT
Pasal 7 (1) UU KUP

WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN

SPT SPT SPT


MASA MASA TAHUNAN
SELAIN PPN BADAN
PPN

DENDA DENDA DENDA


Rp 100.000 Rp 500.000 Rp 1.000.000
Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Pembayaran Pajak
yang Terutang untuk Suatu Saat atau Masa Pajak
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP

PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK


SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK

DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI


BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI JATUH
TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGL
PEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)

Melakukan
SANKSI Tidak disetorkan ke
pemotongan/
PIDANA kas negara
pemungutan Pajak

Вам также может понравиться