Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SOSIALISASI PERPAJAKAN
TERKAIT PENGGUNAAN
ALOKASI DANA DESA
Bendahara
Belanja Barang
Honor / Gaji Objek
Pengeluaran Pajak
lainnya
KEWAJIBAN BENDAHARA
Mendaftarkan diri ke KPP/KP2KP untuk
mendapatkan NPWP
pegawai;
penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
bukan pegawai;
anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai;
mantan pegawai;
peserta kegiatan:
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan
Peserta kegiatan lainnya
Objek Pajak PPh Pasal 21
penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
penghasilan penerima pensiun secara teratur
uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
imbalan kepada bukan pegawai;
imbalan kepada peserta kegiatan;
imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
imbalan kepada mantan pegawai;
penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:
Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 21
Saat Transaksi 1. Bendahara 2. Khusus di Bulan
menyetorkan SSP Desember, Dilampiri
Bendahara membuat
bukti potong 1771-A2
2. SSP atas nama Formulir 1721-1
dan bukti potong atas Bendahara (Daftar Bukti
transaksi penghasilan 3. Paling lambat Pemungutan)
tidak teratur (baik yang disetor tanggal 10 3. Paling lambat
bersifat final maupun tanggal 20
yang tidak final)
Penghitungan PPh Pasal 21
Dikurangi PTKP
Dikali 12
300.000 > 300.000 Dikurangi PTKP Setahun
PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp 3 jt s.d. Rp 8.2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
JIKA TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
Berkesinambungan Tidak
Berkesinambungan
Ex Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan
Tarif Pasal 17
UU PPh
Penghasilan Bruto
*) : Honorarium,
uang saku, uang lembur atau imbalan lain
dengan nama dan bentuk apapun yang dibayarkan untuk
PNS, termasuk tunjangan kinerja daerah yang diterima PNS
PPh Pasal 21:
Lainnya
jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur
Tarif
1,5% dari harga atau nilai pembelian barang
SSP/SSE
Pembayaran atas
Pembayaran untuk penyerahan barang
pembelian bahan bakar sehubungan dengan
minyak, listrik, gas, air pekerjaan pemerintah yang
minum/PDAM, dan benda dibiayai dengan
benda pos dilakukan hibah/pinjaman luar negeri
otomatis tanpa (SKB)
PMK 154/PMK.03/2010
Bukti Pemungutan
SSP
Kasus 2
Dinas Kesehatan mempunyai kegiatan
pengadaan barang modal
KASUS 1 berupa Mesin Absensi yang pada DIPA
Puskesmas Kecamatan X tersedia anggaran Rp99.000.000,00.
membeli komputer untuk
Dana yang tersedia dalam DIPA sudah
keperluan kantor dengan
termasuk PPN-nya, sehingga untuk
harga Rp10.000.000,- menghitung PPh Pasal 22 adalah :
(harga tidak termasuk PPN (100/110 x Rp99.000.000,00) x 1,5% =
dan/atau PPnBM). Rp1.350.000,00.
Tarif Tarif
15% 15%
Dipotong
Hadiah/
Imbalan
Penghargaan PPh Modal
Selain PPh
Pasal 21 Pasal 23
Sewa Selain
Tarif
Tanah/ Jasa Tarif
Bangunan
2% 2%
Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 23
Saat Transaksi
1. Bendahara 2. Dilampiri Daftar
1. Bendahara menjumlahkan Bukti Pemotongan,
membuat bukti pemotongan PPh Bukti Pemotongan,
potong untuk Pasal 23 selama 1 dan SSP
rekanan (sbg kredit bulan 3. Paling lambat
pajak bagi rekanan) 2. Membuat SSP atas tanggal 20
2. Bendahara nilai tersebut.
mencatat nilai 3. SSP atas nama
transaksi dan Bendahara
pemotongan PPh 4. Paling lambat
Pasal 23 disetor tanggal 10
Contoh Kasus PPh Pasal 23
3
1 2
Puskesmas A menyewa
Kementerian Keuangan
Dinas Kesehatan memakai tenda dari pengusaha
menggunakan jasa
jasa service kendaraan yang tidak memiliki
catering untuk kegiatan
(bengkel yang Rapat Koordinasi NPWP sebesar Rp
memiliki NPWP) untuk dengan biaya Rp 1.100.000,- (harga
menservice kendaraan 2.000.000,- namun termasuk PPN), PPh
dinasnya. Besarnya biaya pengusaha jasa Pasal 23 yang terutang
yang dikeluarkan catering tidak memiliki adalah :
Rp1.000.000,00 (harga NPWP.
tersebut sudah termasuk
pembelian suku cadangnya,
namun tagihan tidak dipisah- DPP
pisahkan) . 100/110 x 1.100.000 =
PPh Psl 23 Rp 1.000.000.-
2.000.000 2% x 2
Rp 80.000,00
PPh Psl 23 PPh Psl 23
Rp1.000.000,00 2% = 1.000.000 2% x 2
Rp20.000,00 Rp 40.000,00
Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 23
PPh Final
Pasal 4 Ayat (2)
Objek Pemotongan PPh Final
TERMASUK :
Menegah
BIAYA PERAWATAN; Pekerjaan Kecil
/Besar
BIAYA PEMELIHARAAN;
BIAYA KEAMANAN; Pelaksanaan 2% 3%
BIAYA FASILITAS
Pengalihan Pengawasan 4% 4%
LAINNYA DAN SERVICE
CHARGE BAIK YG Tanah/Bangunan Perencanaan 4% 4%
PERJANJIANNYA
Non Kualifikasi
DIBUAT SECARA Tarif 5 %
TERPISAH/DISATUKAN
Pelaksanaan 4%
Pengawasan 6%
Perencanaan 6%
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Pasal Final
Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 4(2)
Saat Transaksi
1. Bendahara 2. Dilampiri Daftar
1. Bendahara menyetorkan SSP Bukti Pemotongan,
melakukan atas transaksi PPh Bukti Pemotongan,
pemotongan PPh Final dan SSP
Final saat 2. SSP Atas nama 3. Paling lambat
pembayaran Bendahara tanggal 20
2. Bendahara 3. Paling Lambat
membuat bukti tanggal 10
potong untuk Khusus untuk Pengalihan
rekanan Tanah/Bangunan
menggunakan Laporan
Tersendiri
Contoh Kasus PPh Final
Sewa Tanah/Bangunan
Kasus Jawaban
Penyerahan
Barang/Jasa
Di Daerah
SEMUA BARANG
Pabean SEMUA JASA
adalah adalah
BARANG KENA PAJAK JASA KENA PAJAK
Kecuali Kecuali
(Tarif 10%)
Barang Tidak Kena PPN
Jasa Tidak Kena PPN
1. Barang Tambang
2. Barang Kebutuhan (Pasal 4A UU PPN)
Pokok
3. Makanan&Minuman di
Hotel/Restoran
4. Uang, Emas batangan,
dan surat berharga-
PPnBM
PAJAK YANG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI
BARANG YANGTERGOLONG BARANG MEWAH
Jasa Tidak Kena Pajak (Pasal 4A UU PPN)
Saat Lapor
1. Bendahara
Saat Setor
menyampaikan SPT
Saat Transaksi
1. SSP Disetor oleh Masa PPN 1107 PUT
1. Dalam hal Bendahara Paling Lambat akhir
Rekanan PKP, 2. Paling Lambat bulan berikutnya
Rekanan wajib tanggal 7 Bulan 2. Walaupun tidak ada
membuat faktur Berikutnya pemungutan, tetap
pajak wajib melapor tiap
2. Rekanan bulan
membuat SSP 3. Melampirkan SSP
atas nama dan Faktur Pajak
rekanan yang
ditandatangani
Bendahara
Contoh Kasus PPN
PPN PPN
PPN PPN
TEXT
Beli Motor
Rp. 11 jt
(Termasuk PPN)
Jasa
PPh Pasal 23
2%
PPN
x Servis Motor
(100/110)
Tidak dipungut
x
Rp. 220 rb karena imbalan
220rb
masih dibawah
=
(Termasuk PPN) 1 juta
Rp. 6.000,-
Jasa
SANKSI
ADMINISTRASI
DAN PIDANA
Tabel Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran/Penyetoran dan
Pelaporan Pajak yang dipotong/dipungut oleh bendahara
Jatuh Tempo
No. SPT Masa
Pembayaran/Penyetoran Pelaporan SPT Masa
1. PPh Pasal 21 Tgl. 10 bulan berikutnya setelah 20 hari setelah masa
masa pajak berakhir pajak berakhir
2. PPh Pasal 22 Pada hari yang sama dengan 14 hari setelah masa
pelaksanaan pembayaran pajak berakhir
3. PPh Pasal 23 Tgl. 10 bulan berikutnya setelah 20 hari setelah masa
bulan saat terutangnya pajak pajak berakhir
4. PPh Psl 4(2) Tgl. 10 bulan berikutnya setelah 20 hari setelah masa
bulan saat terutangnya pajak pajak berakhir
5. PPN/PPnBM Tgl. 7 bulan berikutnya setelah Akhir bulan setelah
masa pajak berakhir masa pajak berakhir
Sanksi Administrasi atas Keterlambatan
atau Tidak Menyampaikan SPT
Pasal 7 (1) UU KUP
WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN
Melakukan
SANKSI Tidak disetorkan ke
pemotongan/
PIDANA kas negara
pemungutan Pajak