Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Surat Keputusan Direktur Tentang Kebijakan Pengelolaan dan Penggunaan Perbekalan Farmasi
Nomor : 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016
Tanggal : 4 Januari 2016
III. PENYIMPANAN
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh dimasuki oleh petugas yang
diberi wewenang.
2. Penyimpanan perbekalan farmasi harus dilakukan sesuai persyaratan dan standar
kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta memudahkan dalam
pencariannya untuk mempercepat pelayanan.
3. Khusus bahan berbahaya seperti bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
racun, korosif, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, iritasi dan berbahaya lainnya
harus disimpan terpisah dan disertai tanda bahan berbahaya.
4. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu berkunci. Untuk
penyimpanan narkotika di instalasi farmasi rawat inap, pintu berkunci ganda.
5. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label HIGH ALERT.
6. Obat High Alert tidak boleh disimpan di unit perawatan pasien kecuali tersedia di
ICU dan IGD.
7. Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar Obat High Alert, yaitu: kalium klorida
(KCl) 7,46% tidak boleh disimpan di ruang rawat, kecuali di unit perawatan intensif
(ICU). Penyimpanan elektrolit pekat di tempat terpisah dengan akses terbatas dan
harus diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak disengaja.
8. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA)
disimpan tidak berdekatan dan diberi label LASA pada rak/wadah
penyimpanannya.
Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 4
RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
9. Pasien tidak diperbolehkan membawa perbekalan farmasi dari luar RSUD Siti
Aisyah untuk digunakan selama perawatan di RSUD Siti Aisyah.
10. Pasien yang membawa obat dari rumah apabila menurut dokter masih diteruskan
harus diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk diperiksa mutunya secara visual dan
dicatat di Formulir Serah Terima Perbekalan Farmasi dari Pasien dan apabila
layak untuk digunakn diberikan secara Sistem Dosis Unit ke pasien. Obat disimpan
di Tempat Penyimpanan Obat dalam wadah terpisah dan diberi label yang jelas.
11. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi sesuai dengan aturan
penyimpanan yang ditetapkan produsen.
12. Perbekalan farmasi emergensi disimpan dalam troli emergensi terkunci.
13. Jumlah obat dan BHP pada troli emergensi harus diganti segera jika jenis dan
jumlahnya sudah tidak sesuai lagi dengan daftar.
14. Stok opname untuk seluruh troli emergensi dilakukan oleh Farmasi setiap bulan pada
minggu pertama.
15. Penanganan Obat emergensi mengikuti SPO Penatalaksanaan Troli Emergensi
dan SPO Monitoring dan Penggantian obat, alkes dan BHP di Troli Emergensi.
16. Di unit pelayanan yang tidak memiliki farmasi 24 jam yaitu instalasi farmasi rawat
jalan, maka pelayanan farmasi dialihkan ke instalasi farmasi rawat inap 24 jam yang
telah ditetapkan.
17. Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, rusak dan kadaluarsa harus dikembalikan
ke Instalasi Gudang Farmasi Logistik.
18. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabrik pembuatnya harus
segera dikembalikan ke instalasi farmasi dan logistik untuk diretur ke pemasok
mengikuti SPO Penarikan Kembali Perbekalan Farmasi.
19. Obat yang sudah kadaluarsa, rusak atau terkontaminasi harus disimpan terpisah di
instalasi farmasi gudang logistik sambil menunggu pemusnahan.
20. Pemusnahan perbekalan farmasi mengikuti Standar Prosedur Operasional
Pemusnahan Perbekalan Farmasi.
21. RSUD Siti Aisyah tidak menyimpan obat radioaktif
22. RSUD Siti Aisyah tidak menyimpan obat sampel.
VI. PEMBERIAN
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang sudah
memiliki kompetensi.
2. Sebelum obat diberikan kepada pasien, petugas farmasi melakukan verifikasi
pesanan obat, antara lain:
a. Obat dengan resep atau pesanan
b. Waktu dan frekuensi pemberian dengan resep atau pesanan
c. Jumlah dosis dengan resep atau pesanan
d. Rute pemberian dengan resep atau pesanan
e. Identitas pasien
(SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
3. Pemberian obat ke pasien harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Pemberian Perbekalan Farmasi.
4. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus atau
syringe pump. Apabila obat yang diberikan lebih dari satu, maka label nama obat
ditempelkan pada setiap syringe pump dandi setiap ujung jalur selang.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/dokter
mengenai kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi: nama obat,
waktu dan frekuensi pemberian,dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik dengan
diperiksa secara visual.
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi.
8. Pemberian label khusus pada obat High Alert menggunakan background label
berwarna merah.
9. Pemberian label khusus untuk penyiapan Unit Dispensing Dose (UDD) hanya pada
kemasan primer/wadah asli
10. Sebelum pemberian pada pasien harus dilakukan cek ulang dan double cek dengan
petugas yang berbeda (meliputi : identitas pasien, identitas obat, konsentrasi obat
yang akan diberikan, aturan dan cara pakai obat).
11. Pemberian obat High Alert di ruang perawatan mengikuti SPO Independent Double
Check Obat Kewaspadaan Tinggi Bagi Keperawatan.
12. Pengawasan lebih ketat oleh perawat kepada pasien yang diterapi dengan obat High
Alert untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
13. Pemberian obat harus dicatat di lembar catatan pemberian obat pada rekam medis
dan harus diverifikasi oleh Apoteker.
VII. PEMANTAUAN
1. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus dilakukan
pada setiap pasien.
2. Pemantauan efek samping obat didokumentasikan dalam Formulir Pelaporan Efek
Samping Obat dan dicatat dalam rekam medik.
3. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi Terapi adalah yang berat,
fatal, meninggalkan gejala sisa sesuai.
4. Pemantauan dan Pelaporan efek samping obat dikoordinasikan kepada Panitia
Farmasi dan Terapi dan Komite Mutu.
5. Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah dokter,
perawat, apoteker diruang rawat / Poliklinik.
6. Panitia Farmasi dan Terapi RSUD Siti Aisyah melaporkan hasil evaluasi pemantauan
ESO kepada Direktur.
7. Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep,
penyiapan/peracikan atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan
ataupun tidak.
8. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau atasan langsungnya.
9. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien RSUD Siti Aisyah.
10. Pelaporan dilakukan di masing-masing unit setiap bulan.
11. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.
12. Tipe kesalahan obat yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : terjadinya kesalahan obat yang belum
terpapar ke pasien.
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC) : kesalahan obat yang sudah terpapar ke
pasien tetapi tidak menimbulkan cedera pada pasien.
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : kesalahan obat yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
13. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti mengikui SPO Pelaporan KNC, KTC
dan KTD.
14. Komite Mutu bertanggung jawab untuk menindaklanjuti laporan kesalahan obat dalam
upaya memperbaiki sistem dan proses penggunaan obat di rumah sakit.