Вы находитесь на странице: 1из 10

Lampiran

Surat Keputusan Direktur Tentang Kebijakan Pengelolaan dan Penggunaan Perbekalan Farmasi
Nomor : 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016
Tanggal : 4 Januari 2016

I. ORGANISASI DAN MANAJEMEN


1. Direktur RSUD Siti Aisyah adalah penanggung jawab atas kebijakan yang
diberlakukan di rumah sakit, termasuk kebijakan tentang pengelolaan dan
penggunaan perbekalan farmasi.
2. Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Pelayanan Medik dan
Keperawatan yang membantu Direktur dalam merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di
RSUD Siti Aisyah.
3. Bidang Pelayanan Medik adalah staf pengendali program pengelolaan perbekalan
farmasi yang bertugas melakukan pengkajian terhadap perencanaan yang diusulkan
Instalasi Farmasi beserta unit pelayanan dan sistem pengendaliannya.
4. Instalasi Farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada dibawah Bidang
Pelayanan Medik dan Keperawatan dan mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan perbekalan farmasi di RSUD Siti Aisyah yang optimal, penyimpanan
dan pendistribusian perbekalan farmasi di instalasi farmasi.
5. Instalasi Farmasi Gudang Logistik Obat dan BHP, Instalasi Farmasi Rawat Inap,
Instalasi Farmasi Rawat Jalan adalah tempat menyimpan perbekalan farmasi yang
berada di bawah Kepala Instalasi Farmasi.
6. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang dibentuk oleh Direktur untuk menerima
barang yang dibeli.
7. Kepala Instalasi Farmasi mempunyai tugas melaksanakan pemesanan dan
pengawasan (Supervisi) perbekalan farmasi sebagaimana tercantum dalam Pedoman
Pengorganisasian.
8. Supervisi dilakukan oleh Kepala Instalasi setiap bulan.
9. Perbekalan Farmasi yang dikelola RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau meliputi obat,
reagensia dan bahan habis pakai (BHP) Medis.
10. Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di RSUD Siti Aisyah
diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai Undang-Undang No. 44/2009
tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3.
11. Pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi bersifat multidisipliner yang
meliputi serangkaian kegiatan, yaitu pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, peresepan, penyiapan/peracikan, pemberian dan pemantauan
dilakukan mengikuti Standar Prosedur Operasional.
12. Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan peraturan perbekalan farmasi RSUD
Siti Aisyah dilakukan secara terbuka dan akuntabel.
Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 1
RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
II. SELEKSI DAN PENGADAAN
1. Pemilihan terhadap perbekalan farmasi yang akan digunakan di RSUD Siti Aisyah
harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan asas cost-effectiveness.
(SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang menunjukkan
keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan,
ketersediannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah.
3. Penyedia jenis perbekalan farmasi harus dibatasi untuk mengefisienkan
pengelolaannya dan menjaga kualitas pelayanan.
4. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan RSUD untuk
digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSUD tertuang dalam buku Formularium
RSUD.
5. Proses penyusunan dan revisi formularium (sistem formularium) harus dirancang
agar dihasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan
pengobatan yang rasional. Revisi formularium dilakukan minimal 1 tahun sekali.
(SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
6. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus dimasukkan sebagai salah satu
peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua staf medik.
7. Staf Komite Medik mengajukan usulan obat baru untuk dimasukkan ke dalam
formularium ke Panitia Farmasi dan Terapi. (SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I /
2016)
8. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi
dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan,
bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik,
perhatian khusus, kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah
tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau kajian epidemiologi yang
mendukung keunggulannya, perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan obat
atau cara pengobatan terdahulu.
9. Penambahan obat baru dapat dilakukan dengan kriteria adanya obat/sediaan yang
baru beredar, belum ada obat yang komposisinya sama, penambahan item sejenis
dengan pertimbangan sebagai alternatif (untuk obat-obat fast moving), dan harga
yang lebih ekonomis. (SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
10. Setiap obat baru harus dilakukan monitoring pada lembar Monitoring Penggunaan
Obat Baru.
11. Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan
tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari
segolongan obat yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah
khasiat dan keamanan yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah
dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling
murah.
Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 2
RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
12. Kepala Instalasi Farmasi mengusulkan pengurangan obat dari formularium dengan
kriteria obat tidak diresepkan lagi oleh dokter (slow moving), obat ditarik dari
peredaran, ada obat yang lebih efektif/ekonomis (cost-effective), sering terjadi
kekosongan di distributor/pabrik. (SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
13. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam formularium,
maka dokter dapat mengajukan permintaan khusus dengan mengisi Formulir
Permintaan Khusus Obat Non Formularium yang ditujukan kepada PFT.
Selanjutnya PFT akan memutuskan apakah penyediaan obat tersebut dapat disetujui
atau tidak. Jika dapat disetujui, maka Instalasi Farmasi akan melanjutkan proses
pengadaannya.
14. Proses permintaan obat non formularium mengikuti Standar Prosedur Operasional
Permintaan Obat Non Formularium.
15. Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi Farmasi
akan menyampaikan pemberitahuan kepada dokter penulis resep dan menyarankan
obat pengganti jika ada, mengikuti SPO Ketidaktersediaan Perbekalan Farmasi
Di Rumah Sakit.
16. Sosialisasi formularium dilakukan oleh PFT.
17. Buku Formularium yang sedang berlaku wajib tersedia di setiap lokasi pelayanan: di
ruang rawat, gawat darurat, ruang dokter dan farmasi. Setiap dokter harus memiliki
buku formularium yang menjadi acuan selama melakukan praktik di RSUD Siti
Aisyah.
18. Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan dari
Kepala Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur. Keangotaannya diperbaharui
maksimal setiap 5 tahun sekali.
19. Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi
manapun.
20. Panitia Farmasi dan Terapi mengajukan anggaran setiap tahun guna mendukung
program kerjanya yang digabungkan ke dalam anggaran Instalasi Farmasi.
21. Tugas PFT mencakup :
- Sebagai penasehat bagi pimpinan RSUD Siti Aisyah dan tenaga kesehatan
dalam semua masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.
- Menyusun formularium obat dan memperbaharuinya secara berkala.
Seleksi obat didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga.
PFT harus mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama
atau jenis obat yang indikasinya sama.
- Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang
menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan
hemat biaya.
- Berperan aktif dalam penjaminan mutu, pemilihan, pengadaan dan
penggunaan perbekalan farmasi.
Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 3
RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
- Mengevaluasi laporan efek samping obat yang terjadi di RSUD Siti
Aisyah.
- Dalam mengemban tugas tersebut diatas, PFT perlu mengadakan rapat
rutin sekurang-kurangnya 1 bulan sekali guna membahas implementasi dari
kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekaan farmasi.
- Setiap anggota PFT dalam pengambilan keputusan harus bebas dari
kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata adalah untuk
kepentingan pasien.
22. Perencanaan mengacu kepada formularium yang telah disepakati oleh pengguna dan
ditetapkan oleh Direktur RSUD Siti Aisyah.
23. Pengadaan Perbekalan Farmasi dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan obat setiap
bulan.
24. Pembelian perbekalan farmasi yang tidak tercantum dalam formularium hanya dapat
dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari PFT dan disetujui oleh direktur.
25. Pengadaan perbekalan farmasi untuk seluruh kebutuhan RSUD Siti Aisyah
dilaksanakan mengikuti Pedoman Pelayanan Kefarmasian sesuai dengan peraturan
yang berlaku di RSUD Siti Aisyah.

III. PENYIMPANAN
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh dimasuki oleh petugas yang
diberi wewenang.
2. Penyimpanan perbekalan farmasi harus dilakukan sesuai persyaratan dan standar
kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta memudahkan dalam
pencariannya untuk mempercepat pelayanan.
3. Khusus bahan berbahaya seperti bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
racun, korosif, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, iritasi dan berbahaya lainnya
harus disimpan terpisah dan disertai tanda bahan berbahaya.
4. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu berkunci. Untuk
penyimpanan narkotika di instalasi farmasi rawat inap, pintu berkunci ganda.
5. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label HIGH ALERT.
6. Obat High Alert tidak boleh disimpan di unit perawatan pasien kecuali tersedia di
ICU dan IGD.
7. Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar Obat High Alert, yaitu: kalium klorida
(KCl) 7,46% tidak boleh disimpan di ruang rawat, kecuali di unit perawatan intensif
(ICU). Penyimpanan elektrolit pekat di tempat terpisah dengan akses terbatas dan
harus diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak disengaja.
8. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA)
disimpan tidak berdekatan dan diberi label LASA pada rak/wadah
penyimpanannya.
Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 4
RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
9. Pasien tidak diperbolehkan membawa perbekalan farmasi dari luar RSUD Siti
Aisyah untuk digunakan selama perawatan di RSUD Siti Aisyah.
10. Pasien yang membawa obat dari rumah apabila menurut dokter masih diteruskan
harus diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk diperiksa mutunya secara visual dan
dicatat di Formulir Serah Terima Perbekalan Farmasi dari Pasien dan apabila
layak untuk digunakn diberikan secara Sistem Dosis Unit ke pasien. Obat disimpan
di Tempat Penyimpanan Obat dalam wadah terpisah dan diberi label yang jelas.
11. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi sesuai dengan aturan
penyimpanan yang ditetapkan produsen.
12. Perbekalan farmasi emergensi disimpan dalam troli emergensi terkunci.
13. Jumlah obat dan BHP pada troli emergensi harus diganti segera jika jenis dan
jumlahnya sudah tidak sesuai lagi dengan daftar.
14. Stok opname untuk seluruh troli emergensi dilakukan oleh Farmasi setiap bulan pada
minggu pertama.
15. Penanganan Obat emergensi mengikuti SPO Penatalaksanaan Troli Emergensi
dan SPO Monitoring dan Penggantian obat, alkes dan BHP di Troli Emergensi.
16. Di unit pelayanan yang tidak memiliki farmasi 24 jam yaitu instalasi farmasi rawat
jalan, maka pelayanan farmasi dialihkan ke instalasi farmasi rawat inap 24 jam yang
telah ditetapkan.
17. Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, rusak dan kadaluarsa harus dikembalikan
ke Instalasi Gudang Farmasi Logistik.
18. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabrik pembuatnya harus
segera dikembalikan ke instalasi farmasi dan logistik untuk diretur ke pemasok
mengikuti SPO Penarikan Kembali Perbekalan Farmasi.
19. Obat yang sudah kadaluarsa, rusak atau terkontaminasi harus disimpan terpisah di
instalasi farmasi gudang logistik sambil menunggu pemusnahan.
20. Pemusnahan perbekalan farmasi mengikuti Standar Prosedur Operasional
Pemusnahan Perbekalan Farmasi.
21. RSUD Siti Aisyah tidak menyimpan obat radioaktif
22. RSUD Siti Aisyah tidak menyimpan obat sampel.

IV. PEMESANAN DAN PENCATATAN


1. Yang berhak memesan obat dan bhp adalah Kepala Instalasi Farmasi yang memiliki
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Sertifikat Kompetensi, dan Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) di Instalasi Farmasi RSUD Siti Aisyah. (SK No. 05.1 /
KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
2. Yang berhak menulis resep adalah staf medis purnawaktu, dokter tamu yang bertugas
dan mempunyai surat izin praktik di RSUD Siti Aisyah. (SK No. 05.1 / KPTS /
RSSA . 04 / I / 2016)

Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 5


RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
3. Yang berhak menulis resep narkotika adalah dokter yang memiliki nomor SIP (Surat
Izin Praktik) di RSUD Siti Aisyah. (SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
4. Terapi obat untuk pasien rawat inap dituliskan dalam rekam medik pada Lembar
Catatan Pemberian Obat.
5. Obat-obat yang sedang digunakan pasien sebelum masuk rumah sakit harus dicatat
pada Formulir Rekonsiliasi Obat diketahui oleh petugas farmasi mengikuti SPO
Telaah Rekonsiliasi Obat.
6. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontraindikasi, interaksi
obat, dan reaksi alergi.
7. Resep dibuat secara manual pada blanko lembar resep berkop RSUD Siti Aisyah
yang telah dibubuhi stempel Unit Pelayanan tempat pasien dirawat/berobat.
8. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang lazim
sehingga tidak disalahartikan.
9. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar Look Alike Sound Alike
(LASA) yang diterbitkan oleh Instalasi Farmasi, untuk menghindari kesalahan
pembacaan oleh tenaga kesehatan lain sesuai dengan SPO Penanganan LASA.
10. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium RSUD Siti aisyah.
11. Pasien dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus diresepkan obat sesuai
Formularium Nasional (Fornas). Jika dibutuhkan obat non Fornas, maka harus
mendapatkan persetujuan PFT.
12. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep reguler, resep cito, resep pengganti obat
emergensi.
13. Penulisan resep harus dilengkapi/memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi Pasien
- Nama pasien (minimal 2 kata)
- Nomor rekam medik
- Tanggal lahir/umur
b. Perintah Pemberian
- Berat badan pasien (untuk pasien anak dan pasien kemoterapi)
- Nama dokter dan paraf dokter
- Tanggal penulisan resep
- Bentuk dan kekuatan sediaan
- Dosis
- Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian)
c. Penulisan nama generic dan nama dagang
- Nama obat untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik
- Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium Rumah Sakit
- Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat dan jumlah
bahan obat (untuk bahan padat : microgram, milligram, gram dan untuk
cairan : tetes, milliliter, liter)
Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 6
RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
d. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu
atau prn atau pro re nata, harus dituliskan indikasi (contoh: bila nyeri, bila
demam) dan dosis maksimal dalam sehari.
e. BB/TB (untuk pasien yang memerlukan penyesuaian dosis atau dengan kondisi
khusus misalnya bayi, neonates, anak-anak, manula).
f. Memastikan ada tidaknya riwayat alergi obat.
g. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif.
14. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin terjadi akibat
penggunaan obat sesuai dengan Panduan Telaah Interaksi Obat.
15. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka
perawat/apoteker/asisten Apoteker yang menerima resep/instruksi pengobatan
tersebut harus menghubungi dokter penulis resep sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional Penanganan Resep Yang Tidak Jelas.
16. Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan. Instruksi lisan untuk obat high
alert tidak dibolehkan kecuali dalam situasi emergensi. Instruksi lisan tidak
dibolehkan saat dokter berada di ruang rawat.
17. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam rekam
medik.
18. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena
operasi/dipindahkan/dipulangkan atau sebab lain harus dituliskan kembali dalam
bentuk resep/instruksi pengobatan baru mengikuti SPO Penyertaan Formulir
Pencatatan Obat Dalam Status Pasien Saat Pasien Dipindahkan/Dipulangkan.

V. PERSIAPAN DAN PENYALURAN


1. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan sistem
dosis unit dan untuk pasien rawat jalan diberlakukan sistem resep individual. Sistem
dosis unit adalah penyiapan obat yang dikemas untuk satu kali pemakaian. Sistem
resep individual adalah penyiapan obat yang dikemas sesuai permintaan jumlah yang
tercantum di resep.
2. Penyiapan obat adalah proses mulai dari resep/instruksi pengobatan diterima oleh
apoteker/asisten apoteker sampai dengan obat diterima oleh perawat di ruang rawat
untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai dengan obat diterima oleh
pasien/keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat
dan bermutu baik. Yang termasuk juga dalam penyiapan obat adalah pencampuran
obat suntik tertentu dan nutrisi parenteral.
3. Waktu penyiapan obat (response time) adalah waktu mulai dari setelah resep selesai
diverifikasi sampai obat siap untuk diserahkan kepada perawat (untuk pasien rawat
inap) atau kepada pasien/keluarga pasien (untuk pasien rawat jalan).

Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 7


RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
4. Waktu penyiapan obat jadi pasien rawat jalan (sistem resep individual) adalah kurang
dari 30 (tigapuluh) menit dan waktu penyiapan obat racikan adalah kurang dari 60
(enampuluh) menit untuk maksimal 30 bungkus.
5. Waktu penyiapan obat cito (segera) adalah kurang dari 15 (limabelas) menit dan
ditunggu oleh petugas ruangan.
6. Waktu penyiapan obat pasien rawat inap (sistem dosis unit) adalah paling lambat 1
(satu) jam sebelum waktu pemberian obat.
7. Sebelum obat disiapkan, apoteker/asisten apoteker harus melakukan telaah (review)
terhadap resep/instruksi pengobatan yang meliputi:
a. Identitas pasien
b. Ketepatan obat, dosis, frekuensi, rute pemberian
c. Duplikasi terapeutik
d. Alergi
e. Interaksi obat
f. Kontraindikasi
g. Kesesuaian dengan pedoman pelayanan/peraturan yang berlaku, dan menghubungi
dokter penulis resep jika ditemukan ketidakjelasan atau ketidaksesuaian.
h. Telaah tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang operasi dan
tindakan intervensidiagnostik.
8. Apoteker/asisten apoteker diberi akses ke data klinis pasien yang diperlukan untuk
melakukan telaah resep pada Formulir Telaah Resep mengikuti SPO Penelaahan
Ketepatan Resep.
9. Resep yang terdapat obat High Alert diberi tanda dengan menggunakan tinta merah.
10. Permintaan obat High Alert dilakukan oleh DPJP.
11. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substitusi generik,
artinya farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan yang zat aktifnya
sama dan tersedia di RSUD Siti Aisyah dengan terlebih dahulu memberitahu dokter.
12. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi
berbeda zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh petugas
farmasi dengan terlebih dahulu minta persetujuan dokter penulis resep. Persetujuan
dokter atas substitusi terapeutik dapat dilakukan secara lisan/melalui telepon. Petugas
farmasi menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter yang
memberikan persetujuan, dicatat pada lembar resep.
13. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan dan
standar praktik kefarmasian.
14. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas farmasi.
15. Petugas yang menyiapkan obat steril harus mendapatkan pelatihan Teknik Aseptik.
16. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label.

Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 8


RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
17. Penyiapan obat harus dipastikan akurat mengikuti Standar Prosedur Operasional
Penyiapan Obat Sistem Dosis Unit, Standar Prosedur Operasional Penyiapan
Obat Sistem Resep Individual.

VI. PEMBERIAN
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang sudah
memiliki kompetensi.
2. Sebelum obat diberikan kepada pasien, petugas farmasi melakukan verifikasi
pesanan obat, antara lain:
a. Obat dengan resep atau pesanan
b. Waktu dan frekuensi pemberian dengan resep atau pesanan
c. Jumlah dosis dengan resep atau pesanan
d. Rute pemberian dengan resep atau pesanan
e. Identitas pasien
(SK No. 05.1 / KPTS / RSSA . 04 / I / 2016)
3. Pemberian obat ke pasien harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Pemberian Perbekalan Farmasi.
4. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus atau
syringe pump. Apabila obat yang diberikan lebih dari satu, maka label nama obat
ditempelkan pada setiap syringe pump dandi setiap ujung jalur selang.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/dokter
mengenai kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi: nama obat,
waktu dan frekuensi pemberian,dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik dengan
diperiksa secara visual.
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi.
8. Pemberian label khusus pada obat High Alert menggunakan background label
berwarna merah.
9. Pemberian label khusus untuk penyiapan Unit Dispensing Dose (UDD) hanya pada
kemasan primer/wadah asli
10. Sebelum pemberian pada pasien harus dilakukan cek ulang dan double cek dengan
petugas yang berbeda (meliputi : identitas pasien, identitas obat, konsentrasi obat
yang akan diberikan, aturan dan cara pakai obat).
11. Pemberian obat High Alert di ruang perawatan mengikuti SPO Independent Double
Check Obat Kewaspadaan Tinggi Bagi Keperawatan.
12. Pengawasan lebih ketat oleh perawat kepada pasien yang diterapi dengan obat High
Alert untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
13. Pemberian obat harus dicatat di lembar catatan pemberian obat pada rekam medis
dan harus diverifikasi oleh Apoteker.

Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 9


RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau
14. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan edukasi terlebih
dahulu.

VII. PEMANTAUAN
1. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus dilakukan
pada setiap pasien.
2. Pemantauan efek samping obat didokumentasikan dalam Formulir Pelaporan Efek
Samping Obat dan dicatat dalam rekam medik.
3. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi Terapi adalah yang berat,
fatal, meninggalkan gejala sisa sesuai.
4. Pemantauan dan Pelaporan efek samping obat dikoordinasikan kepada Panitia
Farmasi dan Terapi dan Komite Mutu.
5. Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah dokter,
perawat, apoteker diruang rawat / Poliklinik.
6. Panitia Farmasi dan Terapi RSUD Siti Aisyah melaporkan hasil evaluasi pemantauan
ESO kepada Direktur.
7. Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep,
penyiapan/peracikan atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan
ataupun tidak.
8. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau atasan langsungnya.
9. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien RSUD Siti Aisyah.
10. Pelaporan dilakukan di masing-masing unit setiap bulan.
11. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.
12. Tipe kesalahan obat yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : terjadinya kesalahan obat yang belum
terpapar ke pasien.
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC) : kesalahan obat yang sudah terpapar ke
pasien tetapi tidak menimbulkan cedera pada pasien.
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : kesalahan obat yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
13. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti mengikui SPO Pelaporan KNC, KTC
dan KTD.
14. Komite Mutu bertanggung jawab untuk menindaklanjuti laporan kesalahan obat dalam
upaya memperbaiki sistem dan proses penggunaan obat di rumah sakit.

Kebujakan Pengelolaan Dan Penggunaan Perbekalan Farmasi 10


RSUD Siti Aisyah Kot Lubuklinggau

Вам также может понравиться