Вы находитесь на странице: 1из 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Proses penuaan merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan.(Gallo, dkk, 2006)

WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 bahwa umur 60 tahun

adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan

suatu proses yang berangsur-angsur menyebabkan perubahan yang kumulatif,

merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan dari luar tubuh.(Nugroho, 2008)

Proses menua merupakan proses dalam kehidupan yang tidak dapat

dihindari dan pasti akan dialami oleh setiap individu. Proses menua tersebut

dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisik, biologi, psikologi, maupun

sosial yang berlangsung secara bertahap dan pasti. Namun dengan perbaikan

ekonomi, perubahan pola hidup dan kemajuan ilmu serta teknologi

menghantarkan manusia ke kehidupan yang lebih baik, nyaman dan sejahtera,

hal ini dapat dilihat pada usia harapan hidup manusia yang semakin tinggi

sebagai akibat dari penurunan angka fertilisasi, morbiditas dan

mortalitas.(Pirma, Siburian;2005)
Masa tua adalah masa di mana seseorang butuh akan kasih sayang dan

perawatan. Masa tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup

sesorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari

periode terdahulu, yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang

penuh dengan manfaat. Perubahan merupakan salah satu kata kunci dari

perjalanan hidup manusia. Mulanya, manusia lahir sebagai bayi yang tak

berdaya, lama-kelamaan tumbuh menjadi balita, anak-anak beranjak remaja,

dewasa, lalu menjadi tua. Itulah kodrat manusia, mau tak mau harus tunduk

pada hokum dan ketetapan Allah swt.

Dalam Al-Quran surah An-Nahl Ayat 70, Allah swt berfirman:

Terjemahnya:

Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu


ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah atau pikun supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Ayat ini menegaskan bahwa kekuasaan Allah swt atas sistem dan

perjalanan hidup umat manusia dari tiada kemudian diadakan hingga pada

akhirnya akan kembali ke sisi Allah swt. Ketika manusia lahir akan
mengalami perkembangan baik secara fisik maupun mental secara bertahap

dan berproses. Perkembangan fungsi organ tubuh manusia akan terus menguat

hingga pada puncaknya usia dewasa, perkembangan fisik tersebut juga diikuti

oleh perkembangan mental dan pengetahuan, misalnya ingatan yang ada pada

diri manusia namun karena semua berasal dari Allah akan kembali juga di

sisi-Nya, maka secara alami kemampuan tersebut akan melemah dengan

adanya fase penuaan atau pikun pada diri manusia (seperti halnya ketika baru

dilahirkan), hingga pada akhirnya dia wafat, sesungguhnya Allah swt Maha

Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual. Sebagai

makhluk sosial, manusia memiliki motif untuk melakukan hubungan sosial

dan hidup bersama dengan orang lain, yang disebut dorongan sosial.

Manusia sebagai makhluk individual memiliki motif untuk mengadakan

hubungan dengan dirinya sendiri.

Manusia membutuhkan hubungan bukan saja dengan individu lain,

tetapi juga dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan mempengaruhi

individu dalam mengembangkan, menggiatkan, dan memberikan sesuatu

yang ia butuhkan.

Dalam hidup bersama itu tejadi hubungan antar manusia dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan untuk mencapai keinginan itu

perlu diwujudkan dalam bentuk tindakan melalui hubungan timbal balik.

Hubungan ini yang disebut interaksi sosial, interaksi sosial dapat disebut juga
proses sosial, dan merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

sosial.

Interaksi sosial dimulai apabila dua orang bertemu, misalnya saling

menyapa, saling berjabat tangan, saling berbincang, atau mungkin saling

berkelahi. Dapat juga terjadi hanya karena ada perubahan pada diri seseorang,

yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.

Suatu tindakan disebut interaksi sosial apabila individu melakukan

tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari individu lain. Interaksi sosial

merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang

berdasarkan nilai-nilai atau norma-norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Bila hubungan berdasarkan nilai atau norma, interaksi sosial

tersebut akan berjalan lancar dan sebaliknya.

Interaksi sosial merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu

dan lingkungannya, terutama lingkungan psikisnya. Hubungan individu

dengan lingkungan, umumnya dalam rangka penyesuaian diri, baik secara

autoplastis maupun alloplastis. Berlangsungnya hubungan individu yang satu

dengan yang lain adalah untuk menyesuaikan diri secara timbal balik.

Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting pada

kehidupan lansia. Kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara

sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi kesehatan. Sebuah studi

menemukan bahwa menjadi bagian dari jaringan sosial akan berdampak pada

lamanya masa hidup (House, Landis dan Umberson, 1998 cit. Santrock,
2002). Anjuran menjaga interaksi sosial tertuang dalam H.R Bukhari yang

artinya:

Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya

ia bersilaturrahmi (Al-Jazairi, 2007,132).

Asuhan keperawatan gerontik merupakan asuhan keperawatan

spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik pada saat melakukan

asuhan keperawatan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan yang

dikembangkan dengan sengaja difokuskan kepada klien secara individu,

kelompok, keluarga maupun komunitas.

Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi

modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai

masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan

kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi

dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi

laboratorium tampat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku yang maladaptif.

Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien

ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi

persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-

awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau

ketiganya. Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan

dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif,
kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota dan pemimpin

dalam mencapai tujuannya dan kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi

pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara

menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan tempat mencoba dan

menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan

perilaku yang adaptif, anggota kelompok merasa memiliki, diakui, dan

dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan

Interaksi Sosial Pada Lanjut Usia Di Wilayah Puskesmas Barebbo Kabupaten

Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar berlakang, maka ditetapkan rumusan

masalah penelitian adalah Adakah Hubungan Terapi Aktivitas Kelompok

dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Gowa.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pelaksanaan terapi kelompok terhadap

kemampuan interaksi sosial pada lansia di Wilayah Puskesmas Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.


2. Tujuan Khusus

Memperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh pelaksanaan

Terapi Aktivitas Kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial pada

lansia di Wilayah Puskesmas Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menerapkan ilmu metodologi penelitian, biostatistik dan ilmu

keperawatan gerontik, serta merupakan pengalaman dalam rangka

menambah wawasan keilmuan bagi peneliti.

2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan klien dapat meningkatkan interaksi

sosialnya agar dapat keluar dari lingkaran kesepian dan isolasi sosial demi

hari tua yang menyenangkan.

3. Bagi Profesi

a. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman perawat tentang

pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap kemampuan interaksi

sosial pada lansia demi meningkatnya mutu asuhan keperawatan

khususnya terapi aktivitas kelompok terhadap lansia agar lebih efektif

sehingga dapat mengurangi terjadinya perasaan isolasi sosial pada


lansia yang akan mendorongnya menuju derajat kesehatan yang lebih

tinggi.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh Puskesmas sebagai

masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu

pelayanan terhadap lansia di wilayah kejanya.

4. Bagi Institusi.

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemberian terapi

aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada standar opeasional

prosedur klien perilaku kekerasan.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar dalam meluaskan

penelitian lebih lanjut mengenai terapi aktivitas kelompok dan

interaksi sosial pada lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut hubungan

antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dan

kelompok dalam bentuk kerja sama, serta persaingan atau pertikaian

(M.Sitorus dalam Sunaryo).

2. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu

manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah, dan memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau

sebaliknya (H.Bonner dalam Sunaryo).

3. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu lain,

individu satu dapat memengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi

terdapat hubungan yang sating timbal balik (Bimo Walgito dalam

Sunaryo).

4. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, di

mana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Singgih G.

Gunarsa dalam Sunaryo).

B. Bentuk Interaksi Sosial

Ada 4 bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama (coorperation), persaingan

(competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi atau


penyesuaian diri (accomodation) menurut Sunaryo, 2004. Untuk lebih

jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kerja sama (coorporation)

Kerja sama (coorporation) merupakan salah satu bentuk interaksi

sosial yang utama. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang

per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa

tujuan bersama.

Timbulnya kerja sama karena kesadaran adanya kepentingan

bersama. Kerja sama bertambah kuat apabila ada musuh bersama atau

ancaman bersama. Kerja sama juga dapat bersifat agresif apabila

kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.

Kebudayaan adalah hal yang mendorong terjadinya kerja sama.

Bentuk kerja sama masyarakat Indonesia yang tradisional disebut gotong

royong. Bentuk-bentuk kerja sama, antara lain :

a. Kerja sama spontan (spontaneous coorporation)-Kerja sama yang

timbulnya secara serta merta atau spontan.

b. Kerja sama langsung (directed cooporation)-Kerja sama atas dasar

perintah atasan atau penguasa.

c. Kerja sama kontrak (contractual cooporation)-Kerja sama karena

adanya kepentingan tertentu.


d. Kerja sama tradisional (traditional coorporation)-Kerja sama

sebagai unsur sistem sosial, misalnya gotong royong, gugur gunung,

dan tolong menolong.

Bentuk kerja sama ditinjau dari pelaksanaan kerja sama, ada lima

bentuk, yaitu:

a. Kerukunan (gotong royong dan tolong menolong)

b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran

barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

c. Ko-optasi (co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur

baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik suatu organisasi,

sebagai suatu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam

stabilitas organisasi yang bersangkutan.

d. Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang

mempunyai tujuan yang sama.

e. Join-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek

tertentu, misalnya perfilman, pemboran minyak, pertambangan, dan

perhotelan.

2. Persaingan (Competition)

Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial di mana individu

atau kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui

bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian

umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertahankan

prasangka yang telah ada.


Tipe persaingan adalah bersifat peribadi (rivalry) dan bersifat tidak

pribadi. Bentuk persaingan, antara lain persaingan ekonomi, persaingan

kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.

Fungsi persaingan :

a. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat

kompetitif.

b. Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai-nilai tersalurkan

dengan baik.

c. Untuk mengaddkan seleksi atas dasar seks dan sosial.

d. Untuk menyaring golongan fungsional.

Faktor yang terkait dengan hasil persaingan, yaitu kepribadian seseorang,

kemajuan, solidaritas kelompok, dan disorganisasi.

3. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu proses sosial di

mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan

jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau

kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan, yaitu perbedaan antar

individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan

sosial.

Bentuk-bentuk pertentangan, antara lain pertentangan pribadi,

pertentangan rasial, pertentangan antarkelas sosial, pertentangan politik,


dan pertentangan yang bersifat international. Akibat pertentangan yang

terjadi adalah :

a. Tambahnya solidaritas.

b. Goyah atau retaknya persatuan kelompok.

c. Perubahan kepribadian individu.

d. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

e. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.

4. Akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation)

a. Pengertian

1) Menunjuk pada suatu keadaan -Akomodasi berarti adanya suatu

keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan

atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan

nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

2) Akomodasi sebagai suatu proses, yang menunjuk pada usaha-usaha

manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha

untuk mencapai suatu kestabilan.

3) Secara umum, akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga tidak

kehilangan kepribadian.

b. Tujuan akomodasi

1) Untuk mengurangi pertentangan

2) Mencegah meledaknya pertentangan secara tomporer

3) Memungkinkan terjadinya kerja sama


4) Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial.

c. Bentuk akomodasi

1) Coercian, yaitu bentuk akomodasi yang proses dilaksanakan karena

ada paksaan, misalnya perbudakan.

2) Compromise, yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat

sating mengurangi tuntunannya agar tercapai suatu penyelesaian

terhadap perselisihan, misalnya traktat beberapa negara dan

akomodasi antara beberapa partai politik.

3) Arbitration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila

pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Di

sini compromise melalui pihak ketiga.

4) Conciliation, yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-

keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu

persetujuan bersama, misalnya panitia tetap untuk penyelesaian

perburuan.

5) Tolerantion atau tolerant-participation, yaitu bentuk akomodasi tanpa

persetujuan yang formal bentuknya.

6) Stalemate, yaitu akomodasi di mana pihak-pihak yang bertentangan

karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik

tertentu dalam melakukan pertentangannya.

7) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.


Hasil akomodasi yang diperoleh, antara lain: integrasi masyarakat,

menekan oposisi, koordinasi, koordinasi berbagai kepribadian yang

berbeda, perubahan lembaga kemasyarakatan, perubahan dalam

kedudukan, dan membuka ke arah asimilasi. Pengertian

B. Lanjut Usia

1. Defenisi Lanjut Usia

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia

45-49 tahun dan mengidentifikasikan lanjut usia sebagai kelompok

masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson,

2004).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimuai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap dalam kehidupannya, yaitu anak,

dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun

secara psikologis. Memasuki usia tua berarti berarti mengalami

kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai kulit yang

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang


jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh

yang tidak proporsional.

WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 bahwa umur 60

tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan suatu proses yang berangsur-angsur menyebabkan perubahan

yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan dari luar tubuh yang

mengakibatkan kematian.(Nugroho, 2008)

Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia yaitu:

gerontologi, geriatrik dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari

kata geros artinya lanjut usia dan logos adalah ilmu. Jadi gerontologi

adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang

menyangkut lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas

(Nugroho, 2000).

2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai

batasan umur.

a. Menurut Organisasai Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-49 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun.


4) Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.

b. Menurut Prof.Dr. Sumiati Ahmad Mohammad

Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai

berikut:

1) 0-1 tahun (masa bayi)

2) 1-6 tahun (masa prasekolah)

3) 6-10 tahun (masa sekolah)

4) 10-20 tahun (masa pubertas)

5) 20-40 tahun (masa dewasa)

6) 40-65 tahun (masa setengah umur/prapensiun)

7) 65 tahun keatas (lanjut usia)

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)

Mengatakan usia lanjut merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

8) Fase iuventus : 25-40 tahun

9) Fase verilitas : 40-50 tahun

10) Fases prapensium : 55-65 tahun

11) Fase senium : 65 tahun hingga tutup usia

d. Menurut Prof.Dr. Koesoemato setyonegoro

1) Usia dewasa muda (Elderly Adulthood) = 18/20-25 tahun.

2) Usia dewasa penuh (Midlle Years) = 25-60/65 tahun.

3) Usia lanjut (GeriatricAge) = >65/70 tahun, terbagi ;

- Untuk umur 70-75 tahun (Yuong Old)


- Untuk umur 75-80 (Old)

- Untuk umur >80 (Very Old)

Jika dilihat dari pembagian dari beberapa ahli tersebut diatas, dapat

disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang-orang yang telah

berumur 65 tahun keatas. Saat ini berlaku UU No. 13/tahun 1998 tentang

kasejahteraan lanjut usia yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008).

3. Teori-Teori Proses Menua

a. Teori Genetik Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk

spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai didalam nukleus

(inti sel) nya satu jenis genetic yang telah diputar menurut suatu

replikasi tertentu (Nugroho, 2003)

b. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe)

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam

menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah

faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik.

Sekarang sudah umu diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat

memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi zat kimia yang

bersifat toksik dapat memperpanjang umur (Nugroho, 2003).

c. Teori Menua Akibat Metabolisme


Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut,

antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa

proses metabolism (Darmodjo, 2000).

d. Teori Sosiologis

Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini

antara lain:

1) Teori Interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat. Kemampuan lansia yang terus menjalin interaksi

social merupakan kunci mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuan bersosialisasi.

2) Teori Aktivitas kegiatan

a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini mengatakan bahwa lansia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan

sosial.

b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapagt melakukan

aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama

mungkin.

c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup

lansia.
d) Mempertahan hubunga antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan sampai lansia.

3) Teori Kepribadian Berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.

Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya.

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe peronalitas yang

dimilikinya. Teori ini mengemukakan bahwa adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian,

pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelat pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat

dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak

berubah, walaupun ia telah lansia.

4) Teori Pembebasan/penarikan diri

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Pokokpokok teori ini antara lain:

a) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa

pension. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga

berkurang, misalnya pada saat anak menginjak dewasa dan

meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.


b) Lansia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena

lansia dapat merasakan tekanan social berkurang, sedangkan

kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.

c) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:

- Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup

- Proses tersebut tidak dapat dihindari

- Hal ini diterima lansia dan masyarakat

4. Tipe Lansia

Pujangga Ronggo Warsito (dalam surat Katalida) menyebutkan

bahwa lansia terbagi dalam dua kelompok, yakni:

a. Lansia yang berbudi sentosa: orang tua ini meskipun diridai Tuhan

Yang Maha Esa rezeki, tetapi tetap terus berusaha, diserta selalu ingat

dan waspada.

b. Lanjut usia yang lemah: orang tua yang putus asa sebaiknya hanya

menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih saying

Tuhan.

Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang

bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,

mental, social, dan ekonominya. Tipe ini antara lain:

a. Tipe optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,

mereka memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari

tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan


pasifnya. Tipe ini sering disebut juga lansia tipe kursi goyang (the

rocking chairman).

b. Tipe konstruktif: lansia mempunya integritas baik, dapat menikmati

hidup, mempunyai toleransi yang tinggi humoristik, fleksibel, dan tahu

diri. Biasanya sifat initerlihat sejak muda. Mereka dengan tenang

menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.

c. Tipe ketergantungan: lansia ini masih dapat diterima di tengah

mesyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak

mempunyai inisiatif, dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang

pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan

banyak minum.

d. Tipe defensive: lanjut usia biasanya sebelum mepunyai riwayat

pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,

emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat

kompulsif aktif, anehnya mereka takut menghadapi menjadi tua) dan

menynangi masa pensiun.

e. Tipe militan dan serius: lansia yang tidak mudah menyerah, serius,

senang berjuang, bias menjadi panutan.

f. Tipe pemarah frutasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian

yang uruk. Lansia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya

g. Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap osang lain yang

menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.


Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Mengangggap menjadi

tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda,

senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang

buruk.

h. Tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri sendiri: lansia ini

bersifatkritis dan daan menyalahkan diri sendiri tidak mempunyai

ambisi, mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat

menyesuaikan diri. Lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi

juga depresi memandang lansia tidak berguana.karena masa yang tidak

menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban

keadaan, mebenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.

5. Perkembangan Integritas Diri Lansia

a. Perkembangan integritas diri

Menurut Erikson dalam theory of psychosocial development

(Teori Perkembangan Psikososial), lansia itu terletak pada tahap

kedelapan perkembangan psikososial yang terjadi pada usia sekitar 60

atau 65 ke atas dimana dalam usia itu terjadi konflik antara Integritas vs

Keputusasaan (integrity vs despair). Setiap individu mengalami

delapan tingkatan perkembangan dalam hidupnya dan setiap tahapan

mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Tugas

perkembangan lansia menurut Havighurst, dalam Stanley (2007)

adalah;
1) Menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan fisik dan psikis

2) menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan penurunan

pendapatan

3) Menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan dan orang

penting lainnya

4) Membentuk gabungan eksplisit dengan kelompok yang seusia

dengannya

5) Memenuhi kewajiban-kewajiban social

6) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, membentuk

kepuasan pengaturan kehidupan fisik (Stanley et all, 2007).

Peck (1968, dalam Stanley, 2007) juga mengembangkan

tahapan kedelapan tugas perkembangan Erickson yaitu integritas

ego versus keputusasaan menjadi tiga tahapan yaitu: perbedaan ego

versus preokupasi peran kerja, transcendence tubuh versus preokupasi

tubuh dan transcendence ego versus preokupasi ego (Ignatavicius

& Workman, 2005, dalam Meiner & Lueckenotte, 2006; Stanley,

Blair & Beare, 2007).

Pada tahapan perbedaan ego versus preokupasi peranan kerja,

tugas lansia adalah mencapai identitas dan perasaan berharga dari

sumber lain selain dari peran kerjanya. Akibat pensiun dan

penghentian bekerja telah menurunkan perasaan nilai (harga) diri

lansia. Sebaliknya lansia dengan perbedaan ego yang baik dapat

menggantikan peranan kerjanya dengan aktivitas dan peran baru


sebagai sumber utama untuk harga dirinya. Tahapan kedua;

transcendence tubuh versus preokupasi tubuh, mengarah pada

pandangan bahwa kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan

fisik. Tugas lansia pada tahap ini melalui interaksi interpersonal

dan aktivitas psikososial lansia dapat mencapai kesejahteraan

meskipun mengalami kemunduran fisik. Tahapan ketiga;

transcendence ego versus preokupasi ego, melibatkan penerimaan

tentang kematian individu. Hal ini akan melibatkan secara aktif bagi

setiap individu bahwa kematian adalah sesuatu yang telah

ditetapkan dan akan mencapai trancendence ego. Dari teori diatas

dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai perkembangan integritas

diri, lansia harus menyelesaikan tugas perkembangannya pada

tahap perkembangan lansia.

b. Fungsi integritas diri

Apabila lansia berhasil menyelesaikan tugas perkembangannya

maka ia akan mencapai integritas diri dan akan merasakan

kepuasan atas keberhasilan yang telah dicapainya pada seluruh

tahapan kehidupannya. Erikson, (1950, dalam Potter & Perry,

2009) menyebutkan karakteristik normal lansia yang mencapai

integritas diri antara lain, mempunyai harga diri yang tinggi, menilai

kehidupannya berarti, menerima nilai dan keunikan orang lain,

menerima dan menyesuaikan kematian pasangan, menyiapkan diri

menerima datangnya kematian, melaksanakan kegiatan agama


secara rutin, merasa dicintai dan berarti dalam keluarga,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompok masyarakat.

Sebaliknya bila tugas perkembangan tidak terselesaikan maka lansia

akan mengalami keputusasaan (despair), sehingga muncul perilaku

dan sikap yang tidak menghargai terhadap diri sendiri atau orang lain.

Perilaku yang ditunjukkan lansia yang mengalami putus asa ini adalah

memandang rendah atau menghina atau mencela orang lain,

merasakan kehidupannya selama ini tidak berarti, merasakan

kehilangan dan masih ingin berbuat banyak tetapi takut tidak

punya waktu lagi (Keliat, dkk., 2006).

Lansia yang gagal mencapai integritas ego ini akan mempunyai

risiko untuk mengalami masalah psikososial keputusasaan dengan

karakteristik penyimpangan prilaku: tidak memiliki harga diri yang

sesuai, mencela/menyesali kehidupan yang telah dilaluinya, merasakan

kehilangan, tidak memiliki makna hidup, masih menginginkan berbuat

lebih banyak namun merasa ketakutan tidak memiliki waktu yang

cukup, menyalahkan diri sendiri, orang lain dan lingkungan,

mengisolasi diri, tidak menerima datangnya kematian. Keberhasilan

lansia untuk mencapai integritas diri ini sangat penting guna

memberikan kesempatan pada lansia untuk bisa menjalani masa

tuanya dengan sehat secara fisik dan mental serta sejahtera. Proses

perkembangan pada lansia memberikan pengaruh besar dalam


keberhasilan pencapaian perkembangan integritas diri lansia

tersebut.

6. Proses Perkembangan Lansia

Proses menua (aging proses) merupakan proses tumbuh kembang

dalam fase kehidupan manusia. Proses tumbuh kembang (growth and

development) dalam fase kehidupan setiap individu dapat dibagi ke

dalam 3 ( tiga ) fase menurut tingkat kecepatan perlangsungannya,

yaitu:

a. fase progressive (tumbuh kembang cepat) yang terjadi pada masa

perumbuhan dan perkembangan infant sampai remaja.

b. Fase stabil (tumbuh kembang stasioner) yang terjadi pada masa

tumbuh kembang dewasa muda sampai dewasa pertengahan

c. Fase regresif (kemunduran tumbuh kembang) yang terjadi pada

dewasa akhir atau lansia. (Tamher, 2009)

Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan aspek yang

berkaitan dengan fenomena kemunduran tumbuh kembang yang disebut

dengan proses menua (Gerhard & Cristofalo, 1992; Hayflick, 1996

dalam Meiner & Lueckenotte, 2006; Ebersol, 2005).

Stuart dan Laraia, (2005) dan Stuart, (2009), mengatakan ada 4

aspek perubahan alamiah atau normal yang terjadi pada proses menua,

yaitu :
a. Perubahan aspek biologi ( biological aspect of aging )

Perubahan aspek Biologi meliputi perubahan dari tingkat sel

sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem kulit dan

integument, pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

system pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito

urinaria dan endokrin. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat terlihat

pada :

1) Sistem kulit dan integument

Perubahan pada sistem kulit dan integumen ini didukung

oleh teori rantai silang (cross-linkage theory). Teori rantai silang ini

memberikan hipotesa bahwa beberapa protein dalam proses

menua mengalami peningkatan penyilangan (pertautan) atau

saling mengikat dan akan menghambat proses metabolisme

yang akan mengganggu sirkulasi nutrisi dan produk sisa

diantara kompartemen intra sel dan ekstra sel (Meiner &

Lueckenotte, 2006; Matteson & McConnel, 1988).

Akibat proses rantai silang ini, molekul kolagen semakin

kuat tetapi kemampuan transportasi nutrisi dan pengeluaran

produk sisa metabolisme dari sel menurun, sehingga

menurunkan fungsi strukturnya (Bjorkstein, 1976; Hayflick, 1996,

dalam Meiner & Lueckenotte, 2006). Dari teori diatas dapat

disimpulkan bahwa pada usia lansia sirkulasi darah ke kulit mulai

menurun sehingga sel-sel akibatnya kulit kekurangan nutrisi.


Perubahan yaang tampak pada kulit, dimana kulit menjadi

kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya. Kulit mulai

mengeriput, hal pertama yang dialami adalah kulit disekitar

mata dan mulut, sehingga berakibat wajah dengan ekspresi sedih

lebih jelas terlihat terutama pada wanita. Rambut mulai beruban dan

khusus pada pria tak jarang terjadi kerontokan dan menjadi

kebotakan (alopesia). Hal ini sering menimbulkan masalah

penampilan pada lansia terutama pada wanita. Penampilan ini

akan mempengaruhi gambaran diri seseorang. (Stuart, 2009)

Komentar tentang penampilan seseorang yang baik akan

membantu meningkatkan perasan berharga pada seseorang. Upaya

yang dapat dilakukan dalam membantu lansia mempertahan

perasaan berharga pada dirinya adalah mempertahankan

kesehatan pada kulit lansia meghindari pemajanan berlebihan

terhadap matahari dan udara dingin, diberikan kosmetik yang

sesuai untuk kulit lanjut usia terutama pada wanita. Pada pria

dianjurkan untuk bercukur setiap hari, memotong rambutnya

secara teratur, merapikan rambut jenggot, kumis dan alisnya dan

untuk wanita dibantu dengan gaya rambut yang mereka

inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa kulit dan rambut adalah

mahkota kecantikan bagi wanita begitu juga bagi pria sehingga

ketika terjadi perubahan lansia akan merasakan adannya


kekurangan dalam penampilan atau merasa tidak sempurna.

(Stanley, 2007)

2. Sistem indera (penglihatan, pendegaran, penciuman dan

pengecapan)

Teori radikal bebas memformulasikan bahwa oksidasi

lemak, protein dan karbohidrat akan menghasilkan radikal bebas

yang akan menyerang dan merusak molekul lain (Ebersole,

dkk.,2005; Fortinash & Worret, 2004; Matteson & McConnel,

1988).

Cerani (dalam Meiner & Lueckenotte, 2006) telah

menunjukkan bahwa glukosa darah bereaksi dengan protein

tubuh untuk membentuk rantai silang. Peningkatan glukosa

darah mengakibatkan peningkatan ikatan rantai silang yang

berakibat terjadinya kristalisasi dari lensa mata, membran ginjal

dan pembuluh darah. Dapat terlihat pada system penglihatan terjadi

penurunan respon terhadap sinar atau cahaya, adaptasi terhadap

gelap, akomodasi dan lapang pandang.(Schneider, 1992 dalam

Meiner & Lueckenotte,2006)

Gangguan pada mata sering disebabkan oleh katarak,

gloukoma atau degenerasi makula. Pada lansia dengan katarak yang

berat terjadi penurunan visus bahkan pada stadium lanjut hanya

dapat membedakan terang dan gelap. Upaya yang dapat

dilakukan melakukan pemeriksaan mata dan menggunakan kaca


mata bagi lansia yang mengalami gangguan akomodasi dan

menganjurkan untuk pembuangan katarak melalui operasi katarak.

Penggunaan cahaya pada malam hari dapat membantu lansia

menyesuaikan penglihatan terhadap terhadap perubahan cahaya

dari terang ke gelap. penglihatan (Stanley, 2007).

Lansia dianjurkan menggunakan tangan sebagai pemandu

ketika berjalan diatas tangga dan menggunakan pakaian dengan

warna yang kontras untuk mengkompensasi penurunan persepsi

ketajaman. Perubahan pada sistem pendengaran terjadi

penurunan pada membran timpani (atropi) sehingga terjadi

gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami

kekakuan.(Ebersol, 2010; Stuart, 2009).

Pada orang yang berusia lebih dari 60th antara 25 dan 55%

mengalami gangguan pendengaran. Kedua jenis gangguan pada

sistem tersebut akan berdampak pada komunikasi lansia,

timbulnya gangguan komunikasi ini sering kali keluarga atau

lingkungan menganggap sebagai tanda uzur atau jompo. Hal ini

akan membuat lansia menjadi sedih melihat dirinya tak lagi

merasa bebas, merasa ditolak oleh lingkungan, serta khawatir

dianggap tidak mandiri oleh keluarga dan lingkungannya.

Lansia akan merasa malu bila salah pengertian terhadap ucapan

orang lain dan enggan berkomunikasi akibatnya lansia sering

mengisolasi diri. Agar lansia dapat menyesuaikan dengan


perubahan pendengaran dan tidak terjadi gangguan pada

komunikasi lansia dapat menggunakan alat bantu pendengaran.

(Stanley, 2007)

Perubahan pada penciuman, daya penciuman menjadi

kurang tajam sebagian karena pertumbuhan sel dalam hidung

berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut

dalam hidung. Hal yang dapat dilakukan agar lansia beradaptasi

dengan penurunan fungsi penciuman adalah melatih lansia

mencium aroma makanan sebelum menyantapnya dan mencoba

untuk mengingat bagaimana aromanya untuk memfasilitasi

bagaimana mencium aroma tertentu.

Perubahan dalam sensasi penciuman dapat menimbulkan

suatu efek pada persepsi dari beberapa kegembiraan dan

terhadap suatu tanda peringatan bahaya. (Stanley, 2007)

Perubahan pada pengecapan sering terjadi penurunan

kemampuan merasakan makanan sebagai akibat berhentinya

pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di

permukaan bagian dalam pipi. Selain itu terjadi penurunan

sensitivitas papil pengecap terutama terhadap rasa manis dan

asin. Hal ini sering menyebabkan gangguan pada selera makan

pada lansia sehingga lansia akan mengalami gangguan

pemenuhan kebutuhan tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan

melakukan higyene atau kebersihan dari rongga mulut serta


pengolahan makanan dengan menggunakan berbagai bumbu

rempah yang dapat meningkatkan rasa dan aroma makanan.

(Ebersol, 2010; Stuart, 2009)

3. Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada jantung terlihat dalam gambar anatomis

berupa bertambahnya jaringan kolagen, bertambahnya ukuran

miokard, berkurangnya jumlah miokard dan berkurangnya

jumlah air jaringan. Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah

seiring dengan penebalan septum intraventrikuler, ukuran rongga

jantung juga membesar. Selain itu akan terjadi penurunan

jumlah sel-sel pacu jantung serta serabut berkas purkinye

(Ebersol, 2010; Stuart, 2009).

Aktivitas olah raga yang teratur dapat menjaga dan

mempertahankan kondisi kesehatan jantung pada lansia. Olah

raga yang dianjurkan untuk lansia adalah olah raga ringan

seperti; jalan pagi, tenis, dan golf (Stanley, 2007)

4. Sistem pernapasan

Seiring penambahan usia kemampuan pegas dinding dada

dan kekuatan otot pernapasan akan menurun, sendi-sendi tulang iga

akan menjadi kaku dan akan mengakibatkan penurunan laju

ekspirasi paksa satu detik sebesar lebih kurang 0,2 liter/ dekade

serta berkurangnya kapasitas vital. Menurunnya system


pertahanan yang terdiri atas bulu garak, leukosit, antibody,

reflek batuk (Ebersol, 2010; Stuart, 2009).

5. Sistem pengaturan tubuh

Bertambahnya usia pada manusia maka massa bebas

lemak berkurang 6,3 % BB per dekade, seiring dengan

penambahan massa lemak 2 % per dekade, massa air berkurang

sebesar 2,5%. Hal ini menyebabkan sensitivitas lansia terhadap

suhu udara terutama udara dingin. Agar lansia merasa nyaman

dan beradaptasi dengan kondisi udara lansia dianjurkan untuk

menggunakan pakaian yang sesuai seperti pakaian yang dapat

menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan pada

wanita dan upayakan terbuat dari bahan yang dapat menyerap

keringat. (Ebersol 2010; Stuart 2009)

6. Sistem gastro intestinal

Jumlah gigi berangsur-angsur berkurang akibat copot atau

ekstraksi, produksi air liur dengan berbagai enzim didalamnya

juga akan menurun. Jumlah tonjolan saraf pengecap pada lidah juga

berkurang (Ebersol, 2010; Stuart, 2009).

Perubahan pada esophagus terjadi perlambatan ritmis

pengaliran makanan kelambung akibat melemahnya kekuatan

otot lingkar antara esophagus dan lambung. Pada lambung terjadi

penurunan produksi zat hidrogen klorida (asam lambung) 11%

sampai 40%, penurunan asam lambung juga mempengaruhi


penyerapan vitamin B12, akibatnya bakteri usus halus akan

tumbuh secara berlebihan dan menyebabkan berkurangnya

penyerapan vitamin B komplek dan lemak, terjadi penurunan

enzim laktase pada usus dan penurunan kontraktilitas yang

dapat menimbulkan diare bila minum susu yang tinggi laktosa

serta mudah timbul sembelit (Ebersol, 2010; Stuart, 2009).

Perubahan pada sistem pencernaan ini membuat lansia

sering mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisinya. Untuk

itu kebutuhan kalori yang disarankan Recommended Daily

Allowance (RDA) pada lansia adalah 2050 kkal, karbohidrat 55

sampai 65%, 30% lemak, dan sisanya adalah protein.(Stanley,

2007).

7. Sistem muskuloskletal

Kekuatan motorik mengalami penurunan terutama pada

kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang

menopang tubuh. Akibatnya lansia sering merasa cepat lelah

dan memerlukan waktu lama untuk memulihkan diri dari

keletihan. Terjadi penurunan kecepatan motorik dalam bergerak

sehingga lansia membutuhkan waktu lebih lambat dalam

melakukan aktivitas. Kekuatan motorik lansia cendrung kaku

sehingga menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya

akan menjadi tumpah dan jatuh (Ebersol, 2010; Stuart, 2009).


Agar lansia dapat beradaptasi dengan perubahan aktifitas

motoriknya adalah melakukan olah raga yang tepat yang dapat

meningkatkan mobilitas kekuatan otot seperti; pekerjaan rumah dan

berkebun, jalan santai, bersepeda, berenang dan senam

lansia.(Maryam, 2008)

8. Sistem genito urinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh mulai mengecil, terjadi penurunan aliran darah ke ginjal,

penyaringan di glomerulus, fungsi tubulus, kemampuan

mengkonsentrasi urine dan kemampuan otot saluran kemih. Hal

ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk

mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin serta penurunan

kontrol untuk berkemih sehingga terjadi inkontinentia pada lansia.

agar lansia dapat beradaptasi dengan perubahan sistem

perkemihannya, lansia harus mengkonsumsi minum minimal 2,5

liter sehari dan jangan tunggu sampai merasa haus, jika berkemih

pada malam hari atau inkontinentia batasi asupan cairan pada

malam hari sebelum waktu tidur tanpa mengurangi jumlah total

asupan dalam sehari. Lansia juga dapat melakukan latihan

berkemih atau kegels exercise untuk menjaga ketahanan otot-otot

saluran kemih menghindari terjadinya inkontinentia. (Ebersol,

2010; Stuart, 2009)


9. Sistem endokrin

Produksi testoteron dan sperma menurun, pada wanita

karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah maka

kadar esterogen akan menurun setelah menopause. Hal ini

menyebabkan dinding rahim menipis, selaput lendir mulut

rahim dan saluran kemih mulai kering. Akibatnya infeksi

saluran kemih sering terjadi pada wanita lansia. Teori rantai silang

juga menjelaskan bahwa sistem imun tubuh menjadi kurang

efisien dan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat merubah

ikatan rantai silang.(Hayflick, 1996 dalam Meiner &

Lueckenotte, 2006).

Fungsi sistem imun yang menurun membuat lansia rentan

mengalami penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan

penyakit yang dapat menular pada orang lain. Dengan adanya

penyakit infeksi ini dapat menimbulkan perasaan malu dan

interaksi dengan orang lain menjadi terbatas. Kondisi psikologis

ini merupakan fenomena yang sering ditemukan pada masalah

keperawatan harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan

dan isolasi sosial. Sistem imun adalah suatu jaringan kerja dari

sel, jaringan dan organ yang spesifik yang memberikan

perlindungan tubuh terhadap serangan organisme (Meiner &

Lueckenotte, 2006).
Penurunan fungsi sistem imun khususnya limfosit T dan

limfosit B yang seiring dengan terjadinya proses menua telah

menurunkan pertahanan tubuh terhadap kuman patogen. Hal ini

dimanifestasikan dengan meningkatnya insiden penyakit infeksi dan

produksi autoantibodi yang mengarah pada penyakit autoimun

(Hayflick, 1996 dalam Meiner & Lueckenotte, 2006;Matteson &

McConnel, 1988).

b. Perubahan aspek Psikologi ( psychological aspect of aging )

Perubahan pada aspek psikologi berkaitan dengan perubahan

pada kognitif dan emosional. Perubahan yang terjadi pada aspek

kognitif adalah perubahan pada fungsi berhubungan dengan

memori yang dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak.

Perubahan ini berupa penurunan daya ingat atau memori baik jangka

panjang maupun jangka pendek. Perkembangan kognitif lansia ada

penurunan daya ingat atau memori, seringkali lansia disebut uzur

dan pikun karena penurunan daya ingat tersebut. Memori merupakan

hal yang sangat penting dalam aspek proses intelektual karena kita

menyimpan banyak nilai dalam kerangka memori di usia lansia.

Banyak kenangan dan pengalaman masa lalu yang menjadi acuan

untuk mendidik anak serta cucunya. Perubahan kemampuan memori

disebabkan oleh penurunan strategi penggunaan memori dalam

menjalankan tugas-tugasnya. Orang yang sudah tua sulit

mengulang informasi terhadap dirinya seperti orang yang usianya


masih muda (Salthchouse & bobcock, 1991 dalam Berk,2005).

Cunningham (1985, dalam Meiner & Lueckenotte, 2006)

menyatakan mekanisme adaptasi pada lansia adalah memori,

kemampuan belajar, perasaan, fungsi intelektual dan motivasi

untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas. Hal ini karena orang

yang sudah tua berpikir bahwa ia tak mungkin lagi bisa belajar

dalam menggunakan memorinya sebaik dulu lagi, namun hal ini

hanyalah disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan pada

memori untuk menjalankan tugas-tugasnya sehingga memori menjadi

tidak aktif.(Berk, 2005)

Untuk melatih daya ingat lansia dapat melakukannya dengan

sering membaca buku yang disenanginya. Pada lansia yang aktif

dapat terus belajar dan meningkatkan pendidikannya dan

mempelajari keterampilan-keterampilan teknis untuk mengisi hari-

harinya. Perubahan aspek kognitif ini juga terjadi perubahan

fungsi intelektual dimana terjadinya penurunan kemampuan lansia

dalam mengatasi masalah atau pemecahan masalah, selanjutnya

juga pada aspek ini terjadi perubahan kemampuan penyesuaian

secara psikologis terhadap proses menua (Learning Ability).(Stuart

& Laraia, 2009)

Perubahan yang terjadi pada aspek emosional adalah respon

lansia terhadap perubahan-perubahan yang terjadi atau yang berkaitan

dengan suasana alam perasaan, sehingga lansia merasa tidak


dihargai, merasa sendiri dan tidak diperhatikan, mudah tersinggung

dan selalu ingin didengarkan.(Maryam, 2008).

c. Perubahan aspek sosial ( social aspect of aging )

Aspek alamiah yang ketiga menurut Stuart adalah aspek sosial,

dimana keadaan interaksi sosial para lansia mulai menurun akibat

perubahan, baik secara kualitas maupun kuantitasnya secara

perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal

yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak

fisik dan berkurangnya komitmen. Jika keterasingan terjadi akan

semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan

kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,

mengurung diri. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara

berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya

karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.

Erikson, (1982) mengatakan bahwa tercapainya integritas diri

artinya lansia berhasil memenuhi komitmen dalam hubungan diri

dan orang lain, menerima kelanjutan usianya, dan keterbatasan

fisiknya. Beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik

diri dari keterlibatan sosial:

1) Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang

mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini

2) penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental,

membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan


3) Orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh

darinya

4) Pada saat kematian semakin mendekat, orang ingin seperti

ingin membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat

lagi.

Hurlock (1999 : 238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti

dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan

mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak

akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga

diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas,

sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik.

Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan mengembangkan

perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa ragu dan

kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan

sosial yang buruk pula.

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur

mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

terjadi kehilangan ganda (triple loos), yakni kehilangan peran

(loos of role), hambatan kontak sosial (restraction of contacts and

relationships) dan berkurangnya komitmen (reduced commitment to

social mores and values). Pada teori ini seorang lansia dapat
mengalami pemutusan hubungan atau interaksi dengan lingkungan

sosialnya sehubungan dengan perubahan peran sosial lansia tersebut

di masyarakat. Hilangnya peran sosial di masyarakat dapat

mengarahkan lansia mengalami isolasi sosial, perasaan sedih, merasa

tidak berguna dan merasa sendiri.

Kondisi lain yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi

integritas lansia adalah Pos Power Sindrom (PPS). Supardi, (2002)

menyatakan Post Power Syndrom sebagai perubahan suatu

keadaan yang sebelumnya menguntungkan menjadi tidak

menguntungkan seperti kehilangan pekerjaan, jabatan atau

perubahan status sosial ekonomi.

Turner dan Helms (dalam Supardi, 2002) menggambarkan

penyebab terjadinya PPS dalam kasus kehilangan pekerjaan yakni:

1) Kehilangan harga diri hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya

perasaan atas pengakuan diri.

2) Kehilangan fungsi eksekutif, fungsi yang memberikan

kebanggaan diri

3) Kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam

kelompok tertentu

4) Kehilangan orientasi kerja

5) kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.

Semua ini bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring

pada gangguan psikologis, fisik serta sosial.


Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social

(Meiner & Lueckenotte, 2006; Fortinash & Worret, 2004).

Havighurst dan Albrecht (1953) pertama kali mengemukakan bahwal

ansia yang sukses berarti lansia yang tetap aktif (Meiner &

Lueckenotte, 2006). Teori ini melihat bahwa aktivitas diperlukan

untuk memelihara kepuasan hidup seseorang dan konsep diri yang

positif. Aktivitas lansia dapat dilihat secara luas sebagai fisik

ataupun intelektual. Oleh karena itu ketika seseorang sakit atau

lansia, lansia dapat tetap aktif dan mencapai kepuasan hidupnya

(Havighurst, Neugarten & Tobin, 1963 dalam Meiner &

Lueckenotte, 2006; Ebersole, dkk., 2005).

d. Perubahan aspek seksualitas ( sexual aspect of aging )

Aspek alamiah ke empat menurut Stuart adalah aspek seksualitas,

pada kondisi ini terjadi perubahan dimana produksi testosterone dan

sperma menurun mulai usia 45 tahun, namun tidak mencapai titik

nadir. Pada usia 70 tahun seorang laki-laki masih memilki libido

dan mampu melakukan kopulasi. Sedangkan pada wanita karena

jumlah ovum dan volikel yang sangat rendah maka kadar esterogen

akan menurun setelah menopause di usia 45 50 tahun (Masters &

Johnson, 1966). Hal ini menyebabkan dinding rahim menipis,

selaput lendir mulut rahim dan saluran kemih menjadi kering

(Tamher & Noorkasiani, 2009).


e. Perubahan aspek spiritual (spiritual aspect of aging)

Perubahan spiritual yang terjadi pada lansia adalah dimana agama

atau kepercayaan terintegrasi dalam kehidupannya(Maslow, 1970).

Lansia semakin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat

dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari (Murray &

Zentner 1970).

Dari segi spiritual pada umumnya lansia mengharapkan panjang

umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati,

mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian

dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya (khusnul khotimah),

dan masuk surga (Suardiman, 1999).

Bertambah usia meningkatkan kematangan dalam berpikir dan

bertindak sehingga segi spiritual lansia menjadi lebih baik yang

akan berpengaruh dalam mengambil keputusan dan menentukan

sikap dalam kehidupan sehari-hari. Selama proses menuju lanjut

usia, individu akan banyak mengalami berbagai kejadian hidup yang

penting (important life event) yang sering dipandang sebagai sesuatu

yang negatif, antara lain klimaterium, menopouse-andropouse,

sangkar kosong (empty nest), berbagai kemunduran fisik, pensiun

dan kejadian hidup lainnya yang dapat menyebabkan pemikiran

yang negatif.

Menurut Hardywinoto dan Setiabudi (1999), pada lanjut usia akan

terjadi kehilangan ganda (triple loss) sekaligus yaitu kehilangan


peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.

Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan persoalan pada diri

lanjut usia. Oleh karena itu para lanjut usia perlu memahami dan

mengerti akan berbagai informasi tentang perubahan-perubahan

yang terjadi pada dirinya dan bagaimana menyikapinya sehingga

dapat menikmati hari-harinya dengan penuh kebahagiaan sampai

akhir hayatnya yaitu dengan khusnul khotimah.

Menurut Hakim, (2003) secara fisik lanjut usia pasti

mengalami penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan

agama justru mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka

terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan

jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi

sebagai pembimbing dalam kehidupannya, menentramkan batinnya.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh ahli psikologi dan psikiatri

Jung, dalam Stuart, 2009 yang menganggap bahwa agama adalah

sarana yang ampuh dan obat yang manjur untuk menyembuhkan

manusia dari penyakit neurosis, dan penyakit neurosis yang diderita

oleh orang yang berusia sudah 45 tahun keatas adalah berkaitan

dengan soal kematian, menyangkut arti dan makna kehidupan.

7. Penyesuaian-Penyesuaian Lanjut Usia

Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat

mempengaruh kesehatan kejiwaan diantaranya :


a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan

Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi

adanya kondisi fisik yang bersifat potologis berganda, misalnya tenaga

berkurang, kulit makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh,

dan lain-lain (Kuntjoro, 2004). Adapun perubahan fisik yang dialami

meliputi seluruh sistem tubuh yakni sistem pendengaran, penglihatan,

persyarafan, dan sistem tubuh lainnya (Nugroho, 2000).

b. Penyesuaian pekerjaan dan masa pension

Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama

usia lanjut karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang

mereka lakukan tetapi juga sikapnya terhadap masa pension yang akan

datang. Masa pensiun seringkali dianggap sebagai suatu kondisi yang

tidak menyenangkan sehingga menjelang masa tiba mereka merasa

cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu,

sebagian lanjut usia umumnya kurang menikmati masa tua dengan

hidup santai, sebaliknya mengalami masa kejiwaan maupun fisik (Rini,

2001).

c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga

Penyesuaian yang akan dihadapi lanjut usia diantaranya

hubungan dengan pasangan, perubahan perilaku, seksual dan sikap

sosialnya, dan status ekonomi. Khususnya aspek sosial pada lanjut usia

yang pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh sering

menimbulkan keterasingan. Dari segi ekonomi, pendapatan yang


diperoleh lanjut usia akan berkurang karena tidak memiliki pekerjaan

lagi (Kuntjoro, 2002). Selaian itu lanjut usia akan merasa sulit untuk

menyesuaikan diri dengan permasalahan keuangan karena kecilnya

kesempatan untuk memecahkan masalah tersebut (Hurlock, 2000).

d. Penyesuaian terdapap hilangnya pasangan hidup dan orang yang

dicintai

Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia

adalah penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup.

Kehilangan tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau perceraian.

Kondisi ini mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia

akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat,

2004).

C. Konsep Kelompok

1. Definisi kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu

dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama.

Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang

harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,

kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik.

Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok Staurt & Laraia

tahun 2001 (di kutip dalam Keliat & Akemat 2004).

2. Tujuan dan fungsi kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan

dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.

Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan

pemimpin dalam mencapai tujuanya.

Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan

saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan

masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan

menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta perilaku yang

adaptif. Angggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai

eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain (Keliat 2004).

3. Komponen kelompok

Menurut Keliat (2004) komponen kelompok terdiri dari delapan

aspek, sebagai berikut:

a. Struktur kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses

pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok.

Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola

perilaku dan interaksi. Struktur alam kelompok diatur dengan adaanya

pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,

sedangkan keputusan diambil secara bersama.

b. Besar kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil

yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota


kelompok kecil menurut Stuart & Laraia (2001) adalah 7-10 orang,

menurut Lancester (1980) adalah 5-10 orang, sedangkan menurut

Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota

kelompok terlalu besar akibatnya semua anggota tidak mendapat

kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya.

Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang

terjadi.

c. Lamanya sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi

kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang

tinggi. Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi,

kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi

bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali

perminggu, atau dapat direncanakan sesuai kebutuhan.

d. Komunikasi

Salah satu tugas pemimpin yang terpenting adalah

mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok.

Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada

anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.

Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam

kelompok, konflik interpersonal, tingkat kompetisi, dan seberapa jauh

anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan yang

dilaksanakan.
e. Peran kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam

kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan

anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu (Isaacs 2005, h.296)

maintenance roles, task roles, dan individual role, maintenance roles,

yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok. Task roles, yaitu fokus

pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan

distraksi pada kelompok.

f. Kekuatan kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok

dalam memengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk

menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan

kajian siapa yang paling banyak mendengar, dan siapa yang membuat

keputusan dalam kelompok.

g. Norma kelompok

Norma adalah standart perilaku yang ada dalam kelompok.

Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang

berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang

norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

komunikasi dan interaksi dalam kelompok.


Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma

kelompok penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota

kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan

ditolak anggota kelompok lain.

h. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama

dalam mencapai tujuan. Hal ini memengaruhi anggota kelompok untuk

tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok

tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar

kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

Pemimpin kelompok atau terapis perlu melakukan upaya agar

kekohesifan kelompok dapat terwujud, seperti mendorong anggota

kelompok bicara satu sama lain, diskusi dengan kata-kata kita,

menyampaikan kesamaan anggota kelompok, membantu anggota

kelompok untuk mendengarkan ketika yang lain bicara. Kekohesifan

perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota memberi pujian dan

mengungkapkan kekaguman satu sama lain.

4. Proses kelompok

Menurut Copel (2007) Proses kelompok secara khas terjadi dalam

tiga tahap. Pada tahap permulaan, yaitu periode orientasi, para anggota

diorientasikan pada apa yang diperlukan dalam terapi. Banyak orang

bergantung pada perawat terapis untuk mendapat pengarahan dan

persetujuan karena mereka ingin diterima sebagai anggota kelompok. Pada


waktu ini, terapis berperan sebagai model-peran perilaku dengan cara

mengusulkan struktur, mengurangi ansietas, dan memfasilitasi interaksi.

Pada tahap kedua, yaitu fase kerja, dicirikan dengan beberapa

konflik yang dihubungkan dengan otonomi dan kendali. Terapis

membantu klien mengeksplorasi isu-isu dan berfokus pada kondisi yang

ada saat ini. Dukungan diberikan kepada anggota pada saat mereka

berjuang mengatasi konflik yang terkait dengan keintiman kerja sama dan

produktivitas (Copel 2007).

Pada tahap ketiga, atau tahap terminasi, kelompok dihubungkan

dan dilibatkan dalam interaksi interpersonal. Interaksi ini memberikan

umpan balik, dukungan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan,

interaksi ini juga menguatkan penyelesaian masalah. Klien harus

mengatasi perasaan dan kekhawatiran mereka sehubungan dengan

terminasi kelompok pada saat mereka mengevaluasi perubahan pribadi dan

pencapaian tujuan. Kelompok yang sukses dapat memodifikasi aspek-

aspek kepribadian, membantu mengubah pola perilaku disfungsional, dan

meningkatkan kesadaran diri serta pemahaman terhadap berbagai masalah

(Copel 2007).

5. Jenis terapi kelompok

Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan

keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart & Laraia

2001(2001, dalam Keliat & Akemat 2004) menguraikan beberapa

kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan


keperawatan bagi klien, misalnya, task groups, supportive groups, brief

therapy groups, intensive problem-solving groups, medication groups,

activity therapidan peer support groups. Wilson dan Kneisl (1992)

menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho

therapi, psycho drama, self-help groups, remotivation, reedukasi, dan

client government group. Terapi aktivitas kelompok Rawlins, Williams,

dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi tiga, yaitu terapi kelompok,

kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.

a. Terapi kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien

ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang

memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah

membuat sadar diri (self-awareness), peningkatan hubungan

interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

b. Kelompok terapeutik

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi,

penyakit fisik krisis, tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial,

misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu

yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik

yang dikembangkan menjadi self-help-group. tujuan dari kelompok ini

adalah: mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan

potensi anggota kelompok, meningkatkan kualitas kelompok. Antara

anggota kelompok saling membantu dalam menyelesaikan masalah.


c. Terapi aktivitas kelompok

Kelompok di bagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi

persepsi,stimulasi sensoris, orientasi realita, sosialisasi.

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi

tambahan. Sejalan dengan hal tersebut, maka Lancester

mengemukakan beberapa aktivitas digunakan pada terapi aktivitas

kelompok, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,

mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain.

Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa terapi aktivitas

kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk

memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial

dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam

kelompok, yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur

(Keliat 2004).

Вам также может понравиться

  • Laporan Dinas Konsul
    Laporan Dinas Konsul
    Документ28 страниц
    Laporan Dinas Konsul
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • LAPORAN DINAS UKK Saptanajaya
    LAPORAN DINAS UKK Saptanajaya
    Документ1 страница
    LAPORAN DINAS UKK Saptanajaya
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Rekam Medik
    Rekam Medik
    Документ1 страница
    Rekam Medik
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Partograf
    Partograf
    Документ4 страницы
    Partograf
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • ASKEP Kistoma Ovarii
    ASKEP Kistoma Ovarii
    Документ13 страниц
    ASKEP Kistoma Ovarii
    Lowita Fi Sakina
    Оценок пока нет
  • Panduan Penyusunan Rencana Rincian Kegiatan Bok Tahun 2021
    Panduan Penyusunan Rencana Rincian Kegiatan Bok Tahun 2021
    Документ11 страниц
    Panduan Penyusunan Rencana Rincian Kegiatan Bok Tahun 2021
    Jaka Yan Suryana
    100% (1)
  • LP Keluarga Stroke
    LP Keluarga Stroke
    Документ30 страниц
    LP Keluarga Stroke
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Askep Anak Gga
    Askep Anak Gga
    Документ11 страниц
    Askep Anak Gga
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Документ30 страниц
    LP BBLR
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Sertifikat Ini Diberikan Kepada
    Sertifikat Ini Diberikan Kepada
    Документ1 страница
    Sertifikat Ini Diberikan Kepada
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Proposal Permohonan Bantuan Pembangunan Sarana Air Bersih Perpipaan
    Proposal Permohonan Bantuan Pembangunan Sarana Air Bersih Perpipaan
    Документ12 страниц
    Proposal Permohonan Bantuan Pembangunan Sarana Air Bersih Perpipaan
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • 06 Konstruksi Soal Fina
    06 Konstruksi Soal Fina
    Документ7 страниц
    06 Konstruksi Soal Fina
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • LP Ispa.
    LP Ispa.
    Документ8 страниц
    LP Ispa.
    Fajar Tama
    Оценок пока нет
  • Laporan Transport
    Laporan Transport
    Документ10 страниц
    Laporan Transport
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • 001 SE Rekom SIPP PPNI PASKA
    001 SE Rekom SIPP PPNI PASKA
    Документ1 страница
    001 SE Rekom SIPP PPNI PASKA
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • LP Dan Askep Anak
    LP Dan Askep Anak
    Документ34 страницы
    LP Dan Askep Anak
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Askep Maternitas
    Askep Maternitas
    Документ23 страницы
    Askep Maternitas
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • TT Catin
    TT Catin
    Документ1 страница
    TT Catin
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Proposal Air
    Proposal Air
    Документ1 страница
    Proposal Air
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Anastesi Dan Monitoring
    Anastesi Dan Monitoring
    Документ2 страницы
    Anastesi Dan Monitoring
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Siklus MP MU
    Siklus MP MU
    Документ1 страница
    Siklus MP MU
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Askeb Komunitas Lily
    Askeb Komunitas Lily
    Документ9 страниц
    Askeb Komunitas Lily
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Penyimpangan KDM GBS
    Penyimpangan KDM GBS
    Документ2 страницы
    Penyimpangan KDM GBS
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Документ1 страница
    Asuhan Keperawatan
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Formulir Pencatatan Balita Sakit - Rev 2022
    Formulir Pencatatan Balita Sakit - Rev 2022
    Документ3 страницы
    Formulir Pencatatan Balita Sakit - Rev 2022
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Kista Ovarium (GSR) Sdah
    Kista Ovarium (GSR) Sdah
    Документ12 страниц
    Kista Ovarium (GSR) Sdah
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Aktivitas Dan Latihan
    Aktivitas Dan Latihan
    Документ11 страниц
    Aktivitas Dan Latihan
    AlhamSyarif
    Оценок пока нет
  • 077
    077
    Документ2 страницы
    077
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Askeb Patologi (Bayi) Sdah
    Askeb Patologi (Bayi) Sdah
    Документ9 страниц
    Askeb Patologi (Bayi) Sdah
    zulkifli syam
    Оценок пока нет
  • Askeb Patologi (Bayi) Sdah
    Askeb Patologi (Bayi) Sdah
    Документ9 страниц
    Askeb Patologi (Bayi) Sdah
    zulkifli syam
    Оценок пока нет