Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
termasuk di Indonesia. Hal ini terbukti bahwa sampai 2014, kejadian luar biasa
Campak terjadi 10.651 kasus dibanding 2013 sebanyak 18.488 kasus dan KLB
Penyebab KLB difteria dan KLB campak ini karena masih banyak anak yang
mencegah penularan di masyarakat, tutur Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro,
Sp.A (K) , Satgas Imunisasi IDAI saat temu media yang diselenggarakan oleh
dr. Sri Rezeki juga menjelaskan walaupun cakupan imunisasi campak telah
tinggi (>90%) tapi masih ada anak yang terkena campak. Karena sisa 10 persen
anak yang belum mendapatkan imunisasi ditambah dengan 10 persen dari anak
mencapai 81%.
Sedangkan cakupan imunisasi di Indonesia atau Universal Child Immunisation
80,23% yang mencakup imunisasi hepatitis saat lahir sebesar 79,1%, imunisasi
Cakupan imunisasi yang tidak tinggi ini turut menyumbang pada tingginya
ASEAN dengan perbandungan bahwa AKB Indonesia 4,6 kali lebih tinggi
dibanding Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dibanding Filipina dan 1,8 kali lebih
masih banyak anak belum diimunisasi. Merujuk pada Riskesdas 2013, penyebab
mengizinkan (26,3%), anak sering sakit (6,8%), sibuk atau repot (16,3%), tidak
penyediaan air bersih, imunisasi dan didukung juga oleh faktor nutrisi
seimbang, pemberian air susu ibu eksklusif, menghindari polusi dalam rumah
disebutkan ada 7 macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
BOKS
Kenal Difteri dan Campak
menyebar ke otot jantung dan syaraf. Penyakit ini sangat menular dan dapat
DPT/DT/Td.
Gejala difteri :
Nyeri menelan
Sesak nafas
Suara sengau
Kelumpuhan syaraf
2007 183
2008 218
2009 189
2010 432
2011 816
2012 1192
2013 775
2014 394
Penyakit campak disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini akan memunculkan
ruam di seluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu
dan mengarah pada komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul
sekitar satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.
bawah usia satu tahun, anak-anak dengan kondisi kesehatan buruk dan gizi
kurang, orang dengan penyakit kronis dan orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang lemah.
Campak bisa dicegah dengan vaksinasi MMR, yaitu vaksin gabungan untuk
campak, gondongan, dan campak Jerman. Vaksinasi MMR diberikan dua kali.
Pertama diberikan ketika anak berusia 15 bulan dan dosis vaksin MMR
berikutnya diberikan saat mereka berusia 5-6 tahun atau sebelum memasuki
Gejala campak :
Mata merah.
tersumbat.
Mengalami demam.
campak
campak
campak
campak
setiap tahunnya.
Mengapa ?
pelaksanaan imunisasi
campak
campak
tidak dicatat dan tidak dilaporkan
campak
campak
Penyakit
campak
bintik merah (rash), ditambah dengan salah satu gejala mata merah atau batuk
pilek.
Penyakit
campak
.Penyakit
campak
dapat dicegah dengan pemberian imunisasi yaitu pada anak usia 9-11 bulandan
campak
campak
penyelidikanKLBcampak
campak
campak
campak
3. Wilayah yang bermasalah serta waktu kejadian kasus
campak
4. Memprediksi terjadinya
KLBcampak
campak
imunisasi
campak
peningkatan jumlah kasus campak baru atau kematian campak pada suatu
wilayah (desa, puskesmas, kecamatan) selama kurun waktu 3 minggu atau lebih
secara berturut-turut.
sangat menular disebabkan oleh virus campak dengan gejala awal berupa
daerah mukosa pipi (bercak koplik), gejala khas bercak kemerahan di kulit
timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian
berbentuk makulo papular selama 3 hari atau lebih disertai panas badan 38C
atau lebih (teraba panas) dan disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata
cukup tinggi, mencapai sekitar 40100 persen dan mayoritas adalah balita (>70
persen).
Barat.
Meskipun kampanye campak telah dilaksanakan mulai 27 Februari 2007,
namun berdasarkan data surveilans campak Jawa Barat, tahun 2007 dari 11
laporan KLB campak , tercatat 6 KLB konfirm Campak, yakni di Kab Bogor,
Kab Sukabumi dan Kab Bekasi. KLB Campak konfirm terjadi pada antara
Setahun paska kampanye (2008) dari 14 laporan KLB Campak, hasil lab
menunjukan konfirm rubella. Sampai semester satu 2009, dari 16 laporan KLB
Campak terdapat 3 KLB konfirm Campak, yakni 1 kali di Kab Bogor dan 2 kali
Kab Cirebon.
Alma, hasil analisa Dinas Kesehatan Jawa Barat, jumlah balita yang rentan
terkena campak di Jawa barat mencapai 1,5 juta balita, atau 32 persen dari
a. Orang
sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan benda-
pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran
penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah
tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat transmisi virus Campak
sangat tinggi.
b.Tempat
KLB campak biasanya terjadi pada daerah padat penduduk. Bila wilayahnya
cukup luas seperti Provinsi Jawa Barat, KLB dapat terjadi sporadis setiap tahun
(honey moon period), sedangkan pada kelompok masyarakat yang lebih kecil
tapi belum terjangkau (virgin area seperti pulau Mentawai), interval antara KLB
dapat lebih panjang namun attack ratedan CFRnya lebih tinggi. Anak yang
tinggal di rumah yang padat penghuni akan berpeluang untuk menderita campak
2,95 kali daripada anak yang tinggal di rumah yang tidak padat (Purnomo,
1996)
c. Waktu
Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di rumah sakit umum daerah Dr.
tahun, dimana peningkatan kasus terjadi pada bulan Maret dan mencapai
daerah adalah :
a. Status Imunisasi
campak dengan tujuan ingin meningkatkan kekebalan populasi balita > 95%.
Pemberian imunisasi pada kampanye ini, untuk sebagian besar balita merupakan
>95%.
b. Status Gizi
balita gizi buruk turun dari 5,4% (2007) menjadi 4,9% (2010), namun untuk
prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0% dari
tahun 2007 ke tahun 2010. Menurut Riskesdas 2010, data prevalensi balita gizi
(15,3%)
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepala keluarga dan tempat
tinggal berpengaruh kepada status gizi balita. Balita dengan status gizi
kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit campak dari pada
balita dengan gizi baik. Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak
berumur 9 bulan sampai dengan 6 tahun yang status gizinya kurang mempunyai
risiko 4,6 kali untuk terserang campak dibanding dengan anak yang status
gizinya baik.
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
1. Tahap Reduksi
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak rutin
tinggi. Daerah -daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi
telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi >80% dan merata, terjadi penurunan
umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
2. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi >95% dan daerah -daerah dengan cakupan
imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan
KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak
3. Tahap Eradikasi.
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah tidak
campak anak dibawah lima tahun (balita) (SKRT) dari 528 per 10.000 pada
tahun 1986 menjadi 50 per 10.000 balita pada tahun 2004, dan menurunkan
kematian dari 40 per 10.000 balita per tahun (SKRT) menjadi 2 per 10.000 pada
tahun 2004.
5. Pemeriksaan Laboratorium
6. Penanggulangan KLB.
Sumber :
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1722
http://www.diskes.jabarprov.go.id
http://www.gizikia.depkes.go.id
http://www.pusat1.litbang.depkes.go.id
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Naskah%206%20%28h111-115%29.pdf
http://www.kabarpublik.com/2011/11/hasil-kajian-kipi-pada-kampanye-imunisasi-
polio-campak-di-jawa-barat/
http://kesehatan.kompasiana.com
http://repository.usu.ac.id
IMUNISASI EFEKTIF CEGAH DIFTERI
Tidak ada upaya yang lebih efektif dalam mencegah terjadinya difteri selain
pemberian imunisasi. Hal ini terbukti baik di dalam maupun di luar negeri. Di
negara maju dengan status gizi dan hygiene yang tinggi, imunisasi tetap
kasus difteri. Sementara untuk daerah yang pernah terjadi wabah difteri dan
rantai penularan. Oleh karena itu imunisasi DPT sebanyak 3 dosis pada bayi
ditambah dengan imunisasi lanjutan pada Batita dan murid Sekolah Dasar
Imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian.
Ada lima (5) jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di Posyandu, yang
terdiri dari imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HIB, serta campak. Semua
jenis vaksin ini harus diberikan secara lengkap sebelum anak berusia 1 tahun
diikuti dengan imunisasi lanjutan pada Batita dan Anak Usia Sekolah.
Penyebaran kasus difteri di Indonesia pada tahun 2016 terjadi di provinsi Jawa
ditemukan di Jawa Barat ini terjadi pada anak usia 3-14 tahun. Meski demikian,
orang dewasa juga tetap perlu waspada karena difteri bisa terjadi pada orang
di Jawa Timur, sehingga ditetapkan oleh Gubernur sebagai KLB pada tahun
2011. Pada tahun berikutnya didapat laporan kasus difteri pada beberapa
tahun 2014 Kota Padang juga melaporkan adanya kasus difteri dan dinyatakan
Kasus difteri ini masih terjadi karena masih ditemukan daerah kantong yang
memberikan obat (profilaksis) pada kontak erat dan carrier (orang yang
memberikan vaksin DPT-HB untuk usia 2 bulan - < 3 tahun, DT untuk usia 3 7
tahun dan Td untuk anak usia > 7 tahun dan pemberian profilaksis untuk
kontak erat dengan penderita; Penguatan imunisasi dasar pada bayi dan
Difteri adalah suatu penyakit yang ditandai dengan demam disertai adanya
komplikasi penyakit difteri adalah bila toksin masuk ke peredaran darah dan
kematian. Toksin ini hanya bisa dihentikan dengan pemberian Anti Difteri
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
A. Latar Belakang
yang hebat. Tak dapat dipungkiri bahwa, terciptanya generasi bangsa yang
sehat akan mendorong potensi yang lebih besar untuk menghasilkan sumber
struktur organisasi.
lama semakin dibutuhkan apalagi ketika kita menelitik fakta bahwa semakin
banyaknya penyebaran penyakit di Indonesia, baik penyakit menular maupun
epidemiologi.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit dan Bencana, Surveilans Penyakit Tidak
dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom, BAB II Pasal 2 ayat 3.10.j
masyarakat.
surveilans. Tuntutan bahwa perlunya ada proses analisis data dan pengamatan
a. Visi
b. Misi
dan fungsional
c. Tujuan
respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara nasional, propinsi dan
BAB II
b. Alamat : Hertasning
c. No. Hp : 085299118588
tergantung dari tingkat temuan penyakit. Misalnya kasus diare maka yang
turun ke lapangan biasanya 2-3 orang, sedangkan misalnya pada kasus campak
menyatakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu lingkungan dan
pola hidupnya. Setelah itu petugas surveilans melaporkan hasil analisis data
a. Pengumpulan data
Dilakukan dengan turun langsung ke rumah warga dan dengan melihat buku
b. Penyuluhan
c. Interpretasi data
d. Analisis penyebab
petugas surveilans.
tahun lamanya.
f. Pengawasan masyarakat
tidak.
G. Proses Surveilans
a. Surveilans Aktif
Kegiatan surveilans aktif yang dilakukan di puskesmas ini adalah dengan cara
masyarakat.
b. Surveilans Pasif
Kegiatan surveilans pasif yang dilakukan di puskesmas ini adalah dengan cara
masyarakat.
H. Dana Surveilans
Dana surveilans yang diberikan hanya dalam bentuk dana transportasi tanpa
I. Evaluasi
dahulu.
J. Pelatihan
Dinas Kesehatan Kota Makassar, maupun Dinas Kesehatan Provinsi Sul-sel, dan
biasanya melihat dari prevalensi dan insidensi kejadian penyakit. Jadi tidak
L. Struktur Puskesmas
Struktur
Posted in Perkuliahan
0 komentar:
Post a Comment
Search
Penulis
Muhammad Haris
Aku terlahir dengan sebuah nama yang indah yaitu Muhammad Haris
yang simple, menyukai tantangan, sedikit humoris, dan keras kepala soal
prestasi hehehe.. Mendambakan kebahagiaan dunia terlebih akhirat.
Popular Posts
adalah suatu ilmu seni yang bertujuan untuk mencegah timbulnya p...
adala...
Blogger templates
Muhammad Haris Ar
Blogroll
Categories
#TrueStory
Cerpen
Esai
Health
Opini
Perkuliahan
Puisi
Tentang Saya
Blog Archive
2017 (18)
2016 (3)
2015 (85)
o November (4)
o October (7)
o September (3)
o August (1)
o July (2)
o June (5)
o May (12)
o April (12)
Komunikasi Kesehatan
o March (11)
o February (10)
o January (18)
2014 (30)
Copyright 2017 Coretan Kecil Untuk Kisah Yang Besar | Powered by Blogger
Templates | NewBloggerThemes.com
JAWA BARAT
sepanjang tahun 2011 berjalan. Program imunisasi campak dan polio yang
Kabupaten Garut masih terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak, apalagi
Garut Drs. Dede Rohmansyah, Senin (28/11). "Kasus temuan campak masih
tinggi, diharapkan lewat kegiatan imunisasi angka kasus penyakit tersebut dapat
ditekan," ujarnya.
Dari 523 kasus tersebut, 50,28 persen diantarnya menimpa balita usia 1-4 tahun
atau sebanyak 263 anak. Sedangkan 183 menimpa anak usia 5-9 tahun.
Dinkes Kab. Garut mencatat, terdapat lima daerah di Garut yang dinyatakan