Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kegiatan pertambangan secara umum dilakukan di lapangan terdiri atas
pembongkaran material, pemuatan dan pengangkutan. Peledakan merupahkan salah
satu dari kegiatan penambangan yang bertujuan untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya. Kegiatan peledakan merupakan kegiatan yang harus dilakukan dengan
penuh hati-hati, karena bila tidak hati-hati akan berdampak terhadap pekerja maupun
lingkungan di sekitarnya. Peledakan merupakan salah satu proses awal dari suatu
kegiatan industri pertambangan yang cukup berbahaya.
Dalam peledakan juga terdapat keselamatan kerja, kesehatan dan kesalamatan
kerja faktor ini sangat penting demi kelancaran operasonal sehingga timbul rasa aman
dan nyaman bagi pekerja agar mecapai kerja yang produktif. Pada prinsipnya
kecelakan kerja dapat terjadi dikarenakan oleh kondisi yang tidak aman serta
kegiatan/aktifitas yang tidak aman. Masalah Kesehatan dan keselamatan kerja yang
muncul di area pertambangan salah satu seperti ledakan.
Pengaruh ledakan juga membahayakan para penambang dan masyarakat sekitar
serta fasiltas tambang. Oleh karena itu sangat dibutuhkan upaya pencegahan dan
penanganan serta penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan menentukan jarak
aman pada saat proses peledakan. Sehingga pada saat terjadinya peledakan para
pekerja serta fasilitas tambang yang berada di area penambangan tidak mengalami
kecelakaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Sistem penambangan dengan pola peledakan biasanya akan menimbulkan
masalah, salah satu faktor agar masalah peledakan bisa diatas adalah jarak aman
peledakan sehingga keamanan dan kesalamatan kerja tetap terjaga.

1.3 Batasan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah seminar ini
hanyalah seputar jarak aman agar terhindar dari kecelakaan pada saat terjadinya
peledakan. Serta tidak membahas mengenai pergitungan geometri peledakan.

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan malakah seminar sebagai berikut :
1. Mengetahui jarak aman pada saat terjadinya peledakan pada tambang terbuka.
2. Mencegah agar tidak terjadinya kecelakan kerja pada saat peledakan
dilakukan.
3. Mengetahuai tahap awal persiapan sampai tahap akhir setelah selesai
peledakan dalam keselamatan dan kesehatan kerja.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan pada penulisan makalah seminar jarak aman
peledakan pada tambang terbuka adalah studi literatur dengan menggabungkan semua
data yang diperoleh dari literatur-literatur seperti buku, laporan-laporan ataupun dari
internet sehingga dapat dibuat kesimpulan secara keseluruhan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pekerjaan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Studi literature
Studi literatur adalah pengumpulan bahan data dengan dari pustaka yang
menunjang terhadap materi-materi yang diangkat, yang dapat diperoleh dari
yaitu :

2
a. Jurnal dan prosiding
b. Buku perpustakaan
c. internet
2. Kompulasi bahan pustaka
Kompulasi bahan pustaka bertujuan untuk :
a. Mengumpulkan bahan pustaka dan mengelompokkannya untuk
memudahkan dalam penyusunan draf nantinya.
b. Memilah nilai karateristik bahan pustaka yang mewakili obyek
pembahasan
c. Mengetahui keakuratan bahan pustaka, sehingga kerja menjadi lebih
efisien.
3. Tahap pengolahan bahan pustaka
Pengolahan data dilakukan dengan penulisan draf secara deskriptif dan
menggunakan penggambaran, dan disajikan dalam bentuk table-tabel.
Analisis hasil pengolahan data dilakukan dengan tujuan memperoleh
kesimpulan sementara. Selanjutnya kesimpulan sementara tersebut akan
diolah lebih lanjut dalam bagian pembahasan.
4. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang teliti.
Kesimpulan ini merupahkan suatu hasil akhir dari semua aspek yang telah
dibahas.

1.6 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan seminar ini :
1. Mengetahui pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada
peledakan tambang terbuka.
2. Pentingnya jarak aman peledakan yang baik agar tidak mengalami kecelakaan
kerja.

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Peledakan Tambang


Peledakan tamabang merupahkan kegiatan pemecahan suatu mineral (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Tujuan
pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri yaitu memecahkan atau
membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat
kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk
dikerjakan dalam proses produksi berikutnya.

2.1.1 PeralatanPeledakan
Peralatan peledakan yang (Blasting equipment) adalah alat alat yang dapat
digunakan berulang kali. Peralatan peledakan dapat dikelompokan menjadi :
1. Blasting Machine (BM)
Blasting machine (BM) atau exploder merupakan sumber energi penghantar
arus listrik menuju detonator. Cara kerja blasting machine pada umumnya didasarkan
atas penyimpanan atau pengumpulan arus pada sejenis kapasitor dan arus tersebut
dilepaskan seketika pada saat yang dikehendaki. blasting machine umumnya
digunakan pada peledakan listrik. Pengumpulan arus listrik dapat dihasilkan malalui:
a. Gerakan mekanis untuk tipe generator, yaitu dengan cara memutar engkol
(handle) yang telah disediakan. Putaran engkol dihentikan setelah lampu
indikator menyala yang menandakan arus sudah maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang digunakan.
b. Melalui baterai untuk tipe kapasitor, yaitu dengan cara mengontakkan kunci
kearah starter dan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah terkumpul maksimum dan siap dilepaskan.

4
BM Tipe Generator BM Tipe Baterai
Gambar 2.1 blasting machine

2. Cramper
Cramper merupahkan alat khusus yang digunakan untuk menjepit atau
mengikat kuat detonator. Ada 2 jenis crimper, antara lain:
a. Type hand crimper
b. Type bench crimper

a. Type hand crimper b. Type bench crimper


Sumber :www.google.co.id/image
Gambar 2.2 Type crimper

5
3. Kabel Utama
Kabel utama merupahkan kabel yang menghubungkan blasting machine
(exploder) kerangkaian peledakan listrik.

Sumber :www.google.co.id/image
Gambar 2.3 Leading wire
2.1.2 Perlengkapan Peledakan

Perlengkapan peledakan hanya di pergunakan dalam satu kali proses


peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali, misalnya :

a. Sumbu api
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api dengan
kecepatan tetap . Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan
pembakar (Ignition Mixture) di dalam Detonator biasa, sehingga dapat
meledakkan isian primer dan isian dasarnya.

Sumber :www.google.co.id/image
Gambar 2.4 Sumbu api

6
b. Detonator
Detonator adalah alat yang digunakan untuk menimbulkan gelombang
detonasi sehingga mampu meledakan primer yang disediakan.

Sumber :www.google.co.id/image
Gambar 2.5 Detonator

c. Sumbu ledak
Sumbu ledak merupahkan alat yang digunakan merangkai dan
menghubungkan detonator biasa sebagai pemicu awal dengan delay conector
sebagai pemicu peledakan. Memiliki ketahanan terhadap air yang baik, ringan
dan Fleksible, serta memiliki kuat tarik yang baik.

Anyaman tekstil
sintetis
Serat nylon

Selubung PETN Inti katun


plastik

Sumber :www.google.co.id/image
Gambar 2.6 Sumbu ledak

7
2.2. Bahan Peledak
Bahan peledak (Ekspiosive) adalah campuran senyawa-senyawa kimia yang
berbentuk padat, cair maupun campuran antara keduanya yang dapat bereaksi dengan
kecepatan tinggi apabila terkena suatu aksi, misalnya panas, benturan, gesekan dan
segalanya, rekasi yang dihasilkan oleh bahan bahan peledak berupa tekanan gas dan
panas sangat tinggi.

Menurut Kartodharmo (1990) bahan peledak dapat diklasifikasikan menjadi


tiga, yaitu :

1. Bahan peledak mekanis


Pada peledakan mekanis, bahan peledak merupahkan benda yang akan
berubah menjadi fase gas dengan sangat cepat oleh panas yang sangat
tinggi.
2. Bahan peledak nuklir
Bahan peledak nuklir terdiri dari Plutonium, Uranium 235 atau zat yang
sama keaktifan atomnya. Bahan peledak nuklir ini telah banyak digunakan
Amerika Serikat pada tambang tembaga berkadar rendah dan menunjukan
hasil pembongkaran yang lebih besar, lebih efisien dan lebih murah.
3. Bahan peledak kimia
Pada umumnya bahan peledak kimia merupahkan campuran dari tiga bahan
dasar, yaitu zat kimia yang mudah bereaksi dan berfungsi sebagai bahan
peledak dasar, oksidator yang berfungsi sebagai pemberi O2 zat penyerap
atau tambahannya.

2.3. Geometri Peledakan


Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang diinginkan,
maka perlu suatu perencanaan peledakan dengan memperhatikan besaran-besaran
geometri peledakan.

8
1. Burden (B)
Pemilihan nilai burden yang tepat merupakan keputusan yang terpenting dalam
rancangan peledakan. Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap
bidang bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement) akan
terjadi. Jarak barden dapat dihitung menurut rumus C.J Konya (1985) yaitu :
B = 3,15 De (SGe/SGr)1/3
B = (2SGe/SGr + 1,5)De
B = 0,67 De (Stv/SGr)1/3
Keterangan :
B = Burden
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SGe = Berat jenis bahan peledak
SGr = Berat jenis batuan
Stv = Relative Bulk Strength ANFO 100

Tabel 2.1 Faktor Koreksi Terhadap Jumlah Baris


Koreksi jumah baris Kr
Satu atau dua baris dari lubang 1,00
Baris ketiga dan berikutnya atau buffer blast 0,90

Tabel 2.2 Faktor Koreksi Terhadap Posisi Lapisan Batuan


Koreksi terhadap posisi lapisan batuan Kd
Bidang perlapisan curam agak miring menuju bukaan 1,18
Bidang perlapisan sedikit curam mendalam ke arah bidang 0,95
Kasus deposisi lainnya 1,00

Tabel 2.3 Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi


Koreksi terhadap struktur geologi Ks
Batuan banyak terekahkan, banyak bidang lemah, tingkat 1,30
sementasi lapisan lemah
Lapisan batuan dengan tingkat sementasi kuat dan tipis 1,10

9
dengan rekahan rapat
Batuan utuh masif 0,95

sedangkan perhitungan koreksi burden menggunakan rumusan dibawah ini :


Bc = Kd x Ks x Kr x B
Keterangan :
B = Burden awal (m)
Bc = Burden terkoreksi (m)
Kd = Faktor koreksi berdasarkan posisi lapisan batuan
Ks = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi
Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan

2. Spacing (S)
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di dalam
satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan batuan hancur
menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat, sedangkan bila
spasi terlalu besar akan menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan hanya
mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah
diledakkan, hal ini disebabkan karena energi ledakan dari lubang yang satu tidak
mampu berinteraksi dengan energi dari lubang lainnya. Jadi spacing dapat dicari
dengan rumus :
S = (1,2) x B
Keterangan :
S = Spacing (m)
B = Barden

3. Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi bahan
peledak, tetapi diisi material seperti tanah liat atau material hasil pemboran (cutting)

10
atau pecahan batuan. Fungsi stemming adalah untuk mengurung energi yang
dihasilkan dari peledakan tetap berada ditempatnya sehingga dapat dimanfaatkan
secara sempurna dalam memecahkan batuan disekitar lubang ledak, selain itu juga
digunakan untuk mengurangi efek yang ditimbulkan dari proses peledakan antara lain
adanya batu terbang (fly rock) dan airblast.
Rumus untuk Stemming biasanya :
T = (0,7) x B
Keterangan :
T = Stemming (m)
B = Barden

4. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah panjang lubang ledak yang berada di bawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah peledakan.
Subdrilling yang terlalu besar akan mengakibatkan ground vibration dan
apabila Subdrilling terlalu kecil dapat mengakibatkan problem tonjolan pada lantai
jejang (remnant toe) karena batuan tidak akan terpotong sebatas lantai jenjangnya.
Rumus yang dipakai untuk mencari Subdrilling adalah :
J = (0,3) x B
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
B = Barden

5. Kedalaman lubang tembak (H)


Kedalaman lubnag tembak atau atau lubang bor sangat berhubungan dengan
tinggi jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang.
Kedalam lubang tembak dapat dicari dengan menggunakan rumus :
H = (1,5) x B

11
Keterangan :
H = Kedalam lubang tembak (m)
B = Barden

6. Panjang Kolom Isian (PC)


Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang diisi bahan
peledak. Rumus panjang kolom isian :
PC = H T
Keterangan :
PC = Panjang kolom isian (m)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)

7. Tinggi Jenjang (L)


Secara spesifik tinngi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang
bor dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan kemampuan
alat bor dan diameter lubang bor. Rumus tinggi jenjang
L=HJ
Keterangan :
L = Tinggi jenjang (L)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
J = Sub Drilling

12
(Sumber : Modul Juru Ledak kelas II, 2010)

Gambar 2.7 Geometri peledakan

Selain memperhitungkan geometri peledakan, dalam peledakan ada faktor-


faktor lain yang harus diperhitungkan seperti :
1. Loading density
Untuk menentukan jumlah bahan peledak yang digunakan dalam seiap lubang
ledak maka terlebih dahulu ditentukan loading density. Untuk menentukan loading
density digunakan rumus :
de = 0,34 x SGe x De2
Keterangan :
de = Loading density, lb handak /ft kolom isian
SGe = Berat jenis bahan peledak
De = Diameter lubang ledak
Untuk menentukan banyaknya bahan peledak pada setiap lubang digunakan
rumus :
E = Pc x de x N
Keterangan :
E = jumlah bahan peledak

13
Pc = tinggi kolom isian (m)
De = Loading density kg/ m
N = Jumlah lubang ledak

2. Powder Factor (Pf)


Powder factor atau specific charge merupakan perbandingan antara jumlah
bahan peledak yang digunakan terhadap jumlah batuan yang diledakkan. Rumus yang
digunakan untuk mencari . Powder Factor
de x PC x n
Pf = E / V = v

Keterangan :
Pf = Powder factor (kg / ton)
V = Berat batuan yang diledakkan (m3)
E = Berat bahan peledak yang digunakan (kg)
de = Loading density (kg/m)
n = Jumlah lubang ledak
PC = Panjang muatan per lubang ledak (m)

2. Getaran
Geteran yang terjadi pada saat peledaka dapat dihitung menggunakan
rumus :
-1,6
V = 100 (d)

Keterangan :
V = Kecepatan partikel
d = Jarak dari pusat ledak ketitik yang dihitung (f)
W = Berat bahan peledak (kg)

14
Table 2.4 Pengaruh getaran tanah terhadap kerusakan bangunan
Kecepatan Partikel inchi/detik Tingkat kerusakan
< 2,8 Non demage
4,3 Fine crack
6,3 Gracking
9,1 Serians craking

3. Lemparan batuan (Fly rock)


Batuan yang terlempar secara liar pada saat peledakan dihitung dengan rumus
:
L maks = 40 x de
Keterangan :
L maks = Jarak lemparan maksimum (m)
de = Diameter lubang ledek (inchi)
40 = Fakyor untuk jumlah specific charge 0,5 kg/m3

2.4. Pola Peledakan


Pola peledakan merupahkan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
ledak dalam satu baris dengan lubang ledak pada garis berikutnya,ataupun antara
lubang ledak satu dengan yang lain.Pola peledakan ditentukan berdasarkan urutan
waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharpakan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. V Cut
Pola peledakan v cat delay time diatur dimana lubang ledak yang menyala
secara bersamaan berada pada posis V arah hasil peledakan kedepan atau menumpuk
ketengah.

15
2. Box Cut
Pola peledakan box cat arah lemparan seluruhnya ketengah area peledakan,
biasa digunakan apabila kesulitan atau tidak ada free face selain diatas dan hanya
memiliki satu bidang free face. Untuk mengurangi geteran dan suara bising maka
biasanya juga dibuat free face baru ditengah-tengah are lubang ledak bor karena tidak
diisi bahan peledak.

3. Corner Cut
Yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kesalah satu sudut dari
bidang bibasnya.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut
:
1. Pola peledakan serentak, adalah suatu pola peledakan yang terjadi secara
serentak untuk semua lubang ledak.
2. Pola peledakan beruntun, adalah suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris yang lain.

(Sumber : Modul Juru Ledak Kelas II, 2010)


Gambar 2.8 Pola Peledakan

16
Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Pola peledakan serentak, yaitu pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang tembak
b. Pola peledakan beruntun yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris satu dengan baris lainnya.
Setiap lubang tembak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang cukup
ke arah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal sehingga
lubang tembak akan terdesak, mengembang, dan pecah. Secara teoritis, dengan
adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat tarik batuan akan berkurang sehingga
meningkatkan energi ledakan untuk pemecahan batuan dengan syarat lokasi dua
bidang bebasnya memiliki jarak yang sama terhadap lubang tembak.

2.5. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


2.5.1. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah usaha melakukan pekerjaan tanpa ada kecelakaan.
Keselamatan kerja yang baik merupahkan pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Kecelakan kerja selain menyebabkan hambatan hambatan langsung juga
merupahkan kerugian kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan
peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada
lingkungan kerja serta pada masyarakat yang tinggal dekat area pertambangan.

Hakekat keselamatan kerja adalah mengadakan pengawasan terhadap 4M,


yaitu manusia (man), alat alat atau bahan bahan (materials), mesin mesin
(machines), dan metode kerja (methods) untuk memberikan lingkungan kerja yag
aman sehingga tidak terjadi kecelakan pada manusia atau tidk terjadi
kerusak/kerugian pada alat alat mesin.

17
Kontrol

Manusia Material Mesin Metode

Lingkungan kerja
yang aman

Tidak adanya Tidak ada nya kerugian


kecelakaan manusia barang

Gambar 2.9. Hakekat Keselamatan Kerja

Hal hal yang harus dilakukan dalam menciptakan keselamatan kerja adalah
sebagai berikut:

1. Pencegahan kecelakaan dimulai sejak perencanaan perusahaan dan


pengaturan proes produksi yang akan dicapai. Suatu prinsi penting pada
semua perencaan adalah menekan kecelakan sekecil mungkin dan
menanggulanginya seefektif mungkin. Dalam perencanaan harus menciptakan
kondisi lingkungan kerja yang aman sehingga pekerja akan merasa lebih
aman, moral kerja lebih baik, dan hubungan kerja lebih serasi. Selain itu,
biaya perawatan akan lebih kecil serta biaya asuransi mungkin rekatif
berkurang.
2. Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan saat terbaik untuk
menanggulangi kecelakaan adalah sebelum kecelakaan itu terjadi. Usaha
keselamatan dan kesehatan kerja yag harus dilakukan adalah mengawasi

18
tindakan dan kondisi tidak aman. Kepala Teknik Tambnag dapat mengangkat
petugas mengawas dan memeriksa yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Sistem tanda bahaya kecelakaan dalam pertambangan pemakaian tanda
peringatan,warna dan lebel sangat penting bagi keselamatan para pekerja
untuk mengetahui bahaya kecelakaan.
4. Perlengkapan keselamatan kerja
Pencegahan kecelakaan yang baik adalah peniadaan bahaya seperti
pengamanan mesin atau peralatan lainnya. namun demikian harus dilengkapi
juga perlindungan diri pada para pekerja dengan memberikan alat perlidungan
diri yang disediakan ileh perusahaan.

2.5.2. Pengertian Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja merupahkan hal yang sangat diharapkan oleh semua pekerja
selama bekerja di perusahaan pertambangan. Kesehatan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dan memberantas penyakit serta memelihara, dan meningkatkan kesehatan
gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisien dan daya produktifitas
tenaga manusia.
Kesehatan jasmani dan rohani merupahkan faktor penunjang untuk
meningkatan produktifitas seseorang dalam belejar. Kesehatan dimulai sejak
memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah
berhenti bekerja. Kesehatan jasmani dan rohani bukan saja pencerminan kesehatan
fisik dan mental, tetapi juga gambaran adanya keserasian penyesuaian seseorang
dengan pekerjaannya, yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman,
pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.

2.3. Konsep Penyebab Kecelakaan


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncakan, tidak terkendali dan
tidak dikehendaki yang disebabkan langsung oleh tindakan tidak aman (Unsafe act)
dan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) sehingga menyebabkan terhentinya suatu

19
kegiatan baik terhadap manusia maupun terhadap alat. Kecelakaan yang terjad selalu
ada penyebabnya, penyebab yang paling utama adalah sebagai berikut :

a. Tindakan tidak aman


Yaitu tindakan tidak aman yang berhubungan dengan tingkah laku parah
pekerja dalam melaksanakan pekerjaan pertambangan.
b. Kondisi tidak aman
Yaitu kondisi tidak aman yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja
atau peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pertambangan.
Adapun sebab terjadinya kecelakaan yang bersumber dari empat kelompok besar,
yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Factor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja, yaitu meliputi:
1. Keadaan lingkungan kerja
2. Kondisi proses produksi
b. Faktor alat kerja
Di mana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan
bangunan tempat kerja yang salah dirancang atau salah pada saat
pembuatan serta terjadinya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
seorang perancang. Selain itu, kecelakaan juuga bias disebabkan oleh
bahan baku produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan,
kesalahan dalam penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
c. Faktor manusia
Factor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia didalam
melakukan pekerjaan, meliputi:
1. Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
pekerjaannya maupun dalam bidang keselamatan kerja.
2. Kurang mampu secara fisik dan mental.

20
3. Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan
kerja.
4. Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman,
bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri dan
sebagian besar disebabkan tidak menaati prosedur kerja.
d. Kelemahan sistem manajemen
Factor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan
dari pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, yang meliputi:
1. Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan
kerja yang dapat diandalkan.
2. Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak
tegas.
3. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian
yang kurang baik.
4. Sikap manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.
5. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian
tanggungjawab dan perlimpahan wewenang bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara jelas.

2.6. Akibat Kecelakaan Dan Prinsip Pencegahan Kecelakaan


2.6.1 Akibat Kecelakaan
Pengertian kecelakaan yang sering dikaitkan dengan alat yang ditimbulkan,
untuk memahami dengan baik tentang kecelakaan, maka hal yang harus
dipertimbangkan adalah konsepsi akibat yang ditimbulkan. Demikian pula terhadap
pengertian kecelakaan tesebut tidak selalu harus dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan atau kerugian yang di alami. Akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan
kerja :

21
a. Bagi karyawan
Kecelakaan dari tempat kerja yang ditimbulkan dapat berkaitan fatal pada
tenaga kerja itu sendiri, misalnya kematian, cacat, cidera serta penderitaan
bagi keluarga itu sendiri.
b. Bagi perusahaan
Sedangkan akibat yang diperolah dari pihak perusahaan adalah seperti
memberikan biaya pengobatan bagi si korban, biaya ganti rugi, terjadi
kerusakan peralatan, serta turunnya produktifitas kerja.
c. Bagi masyakat
Bagi masyarakat akibat dari kecelakaan kerja seperti terjadinya kerja
seperti terjadinya kerusakan lingkungan.

2.6.2 Prinsip Pencegahan Kecelakaan


Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep sebab akibat
kecelakaan, yaitu dengan mengendalikan dan menguranngi akibat kecelakaan.
Berdasarkan prinsip pencegahan kecelakaan tersebut, maka fungsi dasar manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja memegang peranan penting terhadap upaya
pengendalian kecelakaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kecalakan-
kecelakan akibat kerja dapat dicegah dengan :

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan


mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan buruh, latiahan, supervide, medis dan pemeriksaan
kesehatan.
b. Standardisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi, atau
tak resmi mengenai konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan
umum, atau alat-alat pelindung diri.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.

22
d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu,
atau penelitian tentang bahan-bahan desain palin tepat untuk tambang-
tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
e. Latiahn-latihan, yaitu latihan pratek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.
f. Usaha keselamatan pada tingakat perusahaan, yang merupahkan ukuran
efektif tindakan penerapan keselamat kerja.

23
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jarak Aman Peledakan

Jarak aman pada suatu peledakann (safe blasting parameter) saat ini memang
tidak mempunyai standard yang dibakukan. Di dalam keputusan Mentri-pun, tidak
dijelaskan secara detail berapa jarak yang aman bagi manusia dari lokasi peledakan.
Hal ini disebabakan oleh setiap tambang mempunyai metode peledakan yang
berbeda-beda tergantung kondisi daerah yang akan diledakkan dan tentu saja hasil
peledakan yang dikehendaki. Akan tetapi bukan berarti setiap juru ledak boleh
menentukan jarak aman tersebut. Keputusan mengenai keselamatan khususnya jarak
aman tersebut berada pada seorang Kepala Teknik Tambang yang ditunjuk oleh
perusahaan setelah mendapat pengesahan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Di tambang-tambang terbuka di Indonesia, jarak aman terhadap manusia boleh
dikatakan mempunyai kesamaan yaitu 500 meter dan untuk fasilitas tambang 300
meter.

Dalam suatu peledakan terdapat banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil peledakan sesuai yang diinginkan oleh tambang yang
bersangkutan. Batuan yang diledakan dalam hal ini bias berwujud batubara dan
batuan penutup. Dalam tambang emas kita mempunyai istilah waste (sampah) dan
ore (biji emas) yang harus diledakkan untuk memudahkan pengangkutan dan
pencucian atau proses pemurnian bahan galiian yang ditambang.

Kegiatan peledakan di tambang merupahkan salah satu kegiatan yang dianggap


mempunyai resiko cukup tinggi. Tapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat
dikontrol. Proses pengontrol kegiatan ini dapat dimulai dari proses pencampuran
ramuan bahan peledak, proses pengisian bahan peledak ke lubang ledak, proses

24
perangkaian dan proses penembakan. Dalam kasus ini yang memegang peran penting
adalah control terhadap proses penembakan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan
sebagai berikut :

1. Desain peledakan.
Bagian ini memegang peranan penting dalam mengurangi kecelakaan
kerja yang berhubungan dengan aktivitas peledakan. Rencana peledakan
yang memadai akan mengidentifikasi jarak aman, jumlah isian bahan
peledak perlubang atau dalam setiap peledakan, waktu tunda untuk
setiap baris peledakan, serta arah peledakan yang dikehendaki. Jika arah
peledakan sudah direncang sedemikian rupah, juru ledak dan blasting
engineering harus berkordinasi untuk menentukan titik dimana akan
dilakukan penembakan (firing) dan radius jarak aman yang diperlukan.
Ini perlu dilakukan supaya juru ledak memahami potensi bahaya yang
berhubungan dengan broken rock hasil peledakan dan batu terbang
(flyrock) yang mungkin terjadi.
2. Training kepada juruk ledak
Hal ini sangat penting dilakukan, karena sumber daya ini memegang
peranan penting untuk menerjemahkan keinginin insinyur tambang yang
membuat rancangan peledakan. Hal ini sudah diatur dalam Keputusan
Mentri, yang mengharuskan setiap juru ledak harus mendapatkan
training yang memadai dan hanya petugas yang ditunjuk oleh Kepala
Teknik Tambang yang bersangkutan yang dapat melakukan peledakan.
Juru ledak dari tambang tertentu tidak diperbolehkan untuk melakukan
peledakan di tambang yang lain karena karateristik suatu tambang yang
berbeda-beda.
3. Prosedur kerja yang memadai.
Prosedur kerja atau biasa disebut SOP (safe operating procedure) ini
memegang peranan penting untuk memastikan semua kegiatan yang

25
berhubungan dengan peledakan dilakukan dengan aman dan selalu
mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah maupun
peraturan di tambang yang bersangkutan. Prosedur ini biasanya dibuat
berdasarkan pengujian resiko (risk assessment) yang dilakukan oleh
tambang tersebut sebelum suatu proses kerja dilakukan. Prosedur ini
mencakup keamanan bahan peledak, proses pengisian bahan peledak
curah, proses perangkaian bahan peledak, proses penembakan termasuk
jarak aman dan clearing daerah disekitar lokasi peledakan.

3.1.1. Jarak Peledak Yang Aman


Menurut C.J.Konya (1985), jarak peledak terhadap mine fasilitles merupahkan
faktor yang paling penting dalam proses peledakan guna memperoleh hasil ledakan
yang efisien, murah, dan aman. Teori Scaled Distance merupahkan cara praktis dan
efektif untuk mengontrol jarak peledakan. Teori ini dapat didefenisikan sebai berikut
:
Ds = d /
Keterangan Ds = Scaled Distance (m)
d = Jarak dari lokasi peledakan (m)
W = Berat bahan peledak (kg)
Scaled Distance yang jarak sebenarnya untuk nilai tertentu yang aman
terhadap peledakan untuk Scaled Distance yang lebih besar (DS > 22,7 meter)
menunjukan bahwa jarak yang aman dengan kemungkinan kerusakan yang
lebih sedikit. Sedangkan nilai Scaled Distance yang lebih kecil (DS > 11)
menunjukan bahwa jarak yang lebih kecil dihasilkan lebih besar atau
berbahaya dengan kemungkinan kerusakan yang lebih besar. Berdasarkan
Bereau of Mine batas aman untuk Scaled Distance = 22,7 meter sebagai batas
aman jarak peledakan.

26
3.2 Dampak Setelah Peledakan
Dalam kegiatan peledakan akan terjadi dampak peledakan yang dimaksud dengan
dampak peledakan adalah pengaruh peledakan terhadap lingkungan sekitarnya
berkaitan dengan keamanan. Dampak peledakan yang mengganggu lingkungan
sekitar antara lain :

1. Fly Rock
Fly Rock adalah lemparan yang tidak diinginkan dari daerah peledak dan
mengakibatkan kerusakan pada peralatan. Lemparan batuan hasil peledakan ini bisa
sangat membahayakan manusia, bangunan serta fasilitas yang ada disekitarnya.
2. Air blast
air blast, yaitu hempasan gelombang udara yang berasal dari areal peledakan,
pada umumnya disebabkan oleh steaming serta barden yang kurang baik.
3. Noise
Nois, yaitu suara ledakan berlebihan yang berasal dari proses peledakan, pada
umumnya disebabkan oleh steaming yang kurang baik.
4. Fumes
Fumes, yaitu bahan peledak yang peledak menghasilkan dua kemungkinan jenis
gas, yaitu smoke atau fumes, smoke tidak berbahaya karena hanya mengandung uap
air (H2O) dan asap berwarna putih (CO2), sedangkan fumes berwarna kuning dan
berbahaya karena sifatnya beracun, yang terdiri dari karbon monoksida (CO) dan
oksida nitrogen ( NO2).
5. Vibration
Vibratoin, adalah geteran yang dihasilkan pada saat proses peledakan berlangsung.

27
3.3 Keselamtan Dan Kesehatan Kerja Dalam Peledakan
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam peledakan dari tahap awal persiapan
sampai tahap akhir setelah selesai peledakan harus dilakukan pertimbangan
pertimbangan. Kegiatan kegiatan tersebut adalah :

1. Pengangkutan bahan peledak


a. Bahan peledak harus diserahkan dan disimpan di gudang dalam jangku waktu
tidak lebih dari 24 jam sejak setibahnya dalam wilayah kegiatan pertambangan.
b. Dilarang mengangkut bahan peledak atau dari gudang bahan peledak atau
disekitar tambang kecuali dalam peti aslinya yang keperluan itu. Apabila
dalam pemindahan bahan peledak dari peti aslinya ke dalam wadah tertutup
terdapat sisa maka sisa tersebut harus segera dikembalikan ke gudang bahan
peledak.
c. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk
mengatur pengangkutan, pemindahan atau pengiriman semua semua jenis
bahan peledak dan detonator di dalam atau disekitar wilayah kegiatan usaha
pertambangan.
d. Kepala teknik tambang harus membuat peraturan perusahaan untuk mengatur
pengangkutan, pemindahan dan pengiriman bahan peledak yang sesuai dengan
petunjuk teknik sebagaimana dimaksud dalam butir.

2. Penyimpanan bahan peledak di dalam gudang


a. Setiap gudang bahan peedak harus dilengkapi dengan :
i. thermometer yang di tempatkan di dalam ruang penimbuanan.
ii. tanda dilarang merokok dan dilarang masuk bagi yang tidak
berkepentingan
iii. alat pemadam api yang diletakkanditempat yang mudah dijangkau di luar
bangunan gudang.

28
b. Sekitar gudang bahan peledak harus di lengkapi lampu penerangan dan harus
dijaga 24 jm terus menerus oleh orang yang dapat dipercaya. Rumah juga
harus di bangun di luar gudang dan dapat untuk mengawasi sekitar gudang
dengan mudah.
c. Sekeliling lokasi gudang bahan peledak harus dipasang pagar pengaman dan
dilengkapi dengan pintu yang dapat di kunci.
d. Untuk masuk ke dalam gudang hanya diperbolehkan menggunakan lampu
senter kedap gas.
e. Dilarang memakai sepatu yang mempunyai alat besi, membawa korek api atau
barang barang lain yang dapat menimbulkan bunga api ke dalam gudang.
f. Sekeliling gudang bahan eleak peka detonator harus harus di lengkapi tanggul
pengaman yang tinggi 2 (dua) meter dan lebar bagian atasnya 1 (satu) meter
apabila pintu masuk berhadapan langsung dengan pintu gudang, harus
dilengkapi dengan tanggul sehingga jalan masuk hanya dapat dilakukan dari
samping.
g. Untuk gudang Amonium Nitrat dan ANFO, berlaku ketentuan sebagai berikut:
i. Gudang dengan kapasitas kurang dari 5000 kilogram pada bagaian
dalamnya harus dipasang pemadam api otomais yang dipasang pada bagian
atas.
ii. Gudang kapasitas 5000 kilogram atau lebih harus dilengkapi dengan hidran
yang dipasang diluar gudang yang dihubungkan dengan sumber air
bertekanan.

3. Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak


a. Petugas yang mengambil bahan peledak harus menolak atau mengembalikan
bahan peledak yang dianggap rusak atau berbahaya atau tidak layak digunakan.
b. Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak harus dilakukan pada ruang
dengan gudang bahan peledak dan pada saat melakukan pekerjaan tersebut
pintu penghbung harus ditutup.

29
c. Jenis bahan peledak yang dibutuhkan harus dikeluarkan dari gudang harus
sesuai dengan urutan waktu penerimaan.
d. Bahan peledak dan detonator yang dikelurkan harus dalam kondisi baik dan
jumlahnya tidak lebih dari jumlah yang diperlukan dalam satu gilir kerja.
e. Bahan peledak sisa pada akhir gilir kerja harus segera dikembalkan ke gudang.
Membuka kembali kemasan bahan peledak yang dikembalikan tidak perlu
dilakukan, apabila bahan peledak tersebut masih dalam kemesan atau petih
aslinya seperti pada waktu dikeluarkan.
f. Bahan peledak yang rusak supaya segera dimusnakan dengan cara yang aman
mengikuti ketentuan perundang undangan yang berlaku.
g. Data dari bahan peledak yang rusak meliputi jumlah, jenis, merek, dan
kerusakan yang terlihat harus dilaporkan kepada kepala pelaksana inspeksi
tambang untuk mendapatkan saran penanggulangan.
h. Sumbu api harus diperiksa pada waktu diterima dan secara teratur melihat
kemungkinan adanya kerusakan dan diuji kecepatan nyalanya.

6. Ketentuan umum gudang bahan peledak.


a. Gudang bahan peledak dipermukaan tanah memenuhi jarak aman terhadap
lingkungan.
b. Apabila dua atau lebih gudang berada pada suatu lokasi setiap gudang harus
memenuhi jarak aman minimum.
c. Apabila dua atau lebih gudang yang jaraknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam poin (b), jarak aman sebagaimana dimaksud
dalam (a), tidak diberlakukan terhadap jumlah keseluruhan bahan peledak yang
disimpan dalam kesatuan atau kelompok gudang tersebut.

5. Pelaksanaan pekerjaan peledakan


a. Kepala Teknik Tambang pada tambang yang menggunakan bahan peledak
membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan peledakan yang dapat:

30
1. memastikan bahwa bahan peledak dapat digunakan secara aman dan

2. memastikan bahwa pekerjaan peledakan telah sesuai dengan peraturan


pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.

b. Juru ledak yang bertugas melaksanakan peledakan atau yang mengawasi


pekerjaan peledakan harus memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan
dilaksanakan secara aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan secara
aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dan pedoman peledakan di tambang.

c. Dilarang melakukan peledakan kecuali juru ledak.

d. Dilarang mengisi lubang ledak atau meledakkan lubang sebelumnya sudah


diledakkan, kecuali untuk tujuan menangani peledakan mangkir sesuai dengan
cara yang telah ditetapkan.

e. Dilarang mencabut kabel detonator, sumbu api atau sistem lainnya dari
lubang ledak yang telah diisi serta diberi primer.

f. Dilarang merokok atau membuat nyala api pada jarak kurang 10 meter dari
bahan peledak.

g. Dilarang menggunakan sumbu api untuk peledakan di tambang bijih bawah


setelah tanggal yang akan ditentukan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.

h. Juru Ledak yang menangani atau mengawasi peledakan harus memastikan


setiap peledakan tidak menimbulkan getara ledakan yang berlebihan.

31
3.4 Ketentuan Jarak Aman Peledakan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nasional Nomor
555.K/26/M.P/1995 tanggal 22 Mei 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum, Bab II tentang Bahan Peledak, bagian kedua tentang
Persyaratan Mengenai Gudang Bahan Peledak di Permukaan tanah, pasal 59 Jarak
Aman sebagai berikut :

a. Cara menetapkan jarak aman gudang peka detonator ditentukan sebagai


sebrikut :

1. Setiap 10.000 detonator No. 8 setara dengan 1 (satu) kilogram bahan


peka detonator.
2. Setiap 330 meter sumber ledak dengan spesifikasi 50 sampai
dengan 60 gram setara dengan dengan 4 kilogram bahan peledak
peka detonator.
b. Jarak aman gudang sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jarak Aman Gudang Utama dan Gudang Handak terhadap
Lingkungan dan Rentangannya
JARAK (meter)
YANG DIPERKENANKAN I II III
(kilogram) Bahan Peledak
1 2 3 4 5
1 50 60 24 45
100 71 29 43
500 120 48 90
1000 152 56 113

32
2 2000 191 63 142
3000 219 71 164
4000 240 75 180
5000 260 78 194
6000 263 81 206
7000 266 83 217
8000 270 84 227
9000 282 86 236
10000 293 87 244
3 15000 339 102 280
20000 383 114 308
25000 420 126 331
30000 455 137 352
4 40000 509 153 388
50000 545 164 418
60000 557 167 444
70000 567 170 467
80000 581 174 489
90000 597 180 509
100000 609 183 527
5 125000 647 195 567
150000 700 225 650

I. Bangunan yang didiami orang, rumah sakit, bangunan-bangunan


lain/kantor-kantor.
II. Tempat penimbunan bahan bakar cair, tangki, bengkel dan jalan umum
besar.
III. Rel kereta api, jalan umum kecil.

33
c. Gudang handak yang lebih dari satu gedung harus memenuhi jarak aman terhadap
lingkungan dengan rentangan sebagai berikut :

Table 3.2 Jarak Aman Gedung Hendak yang Lebih Satu


Terhadap Lingkungan Dan Rentangannya

BERAT JARAK
MAKSIMUN MINUMUM
YANG JARAK MINUMUN ANTARA ANTARA
DIPERKENANKAN GUDANG BAHAN PELEDAK PEKA GUDANG
UNTUK BAHAN DETONATOR DENGAN : BAHAN
PELEDAK PEKA PELEDAK PEK
DETONATOR DETONATOR

GUDANG GUDANG BAHAN


RAMUAN PELEDAK PEKA
BAHAN PRIMER
PEEDAK
Kilogram Meter Meter meter
1 2 3 4
50 1 4 5
50 1,5 3,5 8
300 2 6 10
500 2 7 12
800 2,5 8 14
1000 3 10 15
1500 3 11 17

34
2000 3,5 12 19
3000 35 13 21
4000 4 14 24
5000 4,5 16 26
6000 4,5 17 27
8000 3 18 30
10000 5,5 19 32
12500 6 21 36
15000 7 22 37
17500 7 24 39
20000 7 25 41
25000 7,5 27 45
30000 8 30 48
35000 8,5 31 51
40000 9 33 55
50000 11 38 61
60000 11 40 68
70000 12 44 75
80000 13 48 81
90000 14 52 88
100000 16 57 95
125000 18 67 111
130000 21 76 120

35
d. Gudang handak bahan harus memenuhi jarak aman terhadap lingkungan dengan
rentangan sebagai berikut :

Tabel 3.3 Jarak Aman Gudang dengan Kapasitas


terhadap Lingkungan dan Rentangannya
Obyek JARAK AMAN UNTUK GUDANG DENGAN
KAPASITAS DIIZINKAN (METER)
KURANG ANTARA ANTARA
DARI 50 50 150 TON 150 2000
TON TON
Bengkel bengkel 8 12 15
dan tempat kerj
lainnya
Jalan utama 8 8 15
Tempat tempat 15 25 50
umum
Batas tempat usaha 8 15 50
Pertambangan
Tempat pencampuran 10 10 10
Bahan ramuan
Peledak
Bahan bahan 8 15 15
berbahaya Lainnya
(tangki bahan bakar
dan lain lain)

36
BAB 1V

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dalam setiap aktifitas peledakan tambang, resiko kecelakan selalu ada maka
diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja agar pada saat dilakukan peledakan tidak
terjadi kecelakan kerja. Peran keselamatan dan kesehatan kerja mulai dari manusia
serta pengamanan area kerja atau fasilitas yang berada di area penambangan.
Jarak aman dalam peledakan tambang sangat berperan penting untuk keselamatan
kerja baik untuk manusia serta fasilitas tambang. Jarak aman bagi manusia dalam
peledakan 500 meter dari area peledakan sedangkan untuk fasilitas tambang 300
meter.Adapun dampak yang di timbulkan akibat terjadinya peledakan seperti, flyrock,
air blast, noise, fumes. Dampak yang sering terjadi pada peledakan tambang yang
bisa membahayakan para karyawan yang berada diarea penambangan.
Pengamanan area kerja atau gudang penyimpanan bahan peledak. Dalam
pengamanan area kerja atau gudang penyimpanan bahan peledak sering kemungkinan
terjadi kecelakaan terjadi, seperti kebakaran bahan peledak akibat terbakarnya bahan
peledak seperti sumbu peledak yang tersulut oleh rokok yang dibuang sembarangan
oleh para pekerja tambang.

4.2 SARAN

1. Perlu adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada peledakan tambang.

2. Menentukan jarak aman pada saat dilakukan peledakan, baik untuk manusia serta
fasilitas tambang yang berada di area penambangan.

37
38

Вам также может понравиться