Вы находитесь на странице: 1из 44

LAPORAN PRE-DIETETIC INTERNSHIP ROTASI COMMUNITY

(PELAKSANAAN KEGIATAN NCP KOMUNITAS PADA KELOMPOK SASARAN BALITA)


DI PUSKESMAS CISADEA KOTA MALANG

Tanggal 05 s.d 17 Mei 2014

Oleh :
Nur Afifah Dwi Purwati 105070300111026

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014

99
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRE-DIETETIC INTERNSHIP ROTASI COMMUNITY
(PELAKSANAAN KEGIATAN NCP KOMUNITAS PADA KELOMPOK SASARAN BALITA)
DI PUSKESMAS CISADEA KOTA MALANG
Tanggal 05 s.d 17 Mei 2014

Oleh :

Nur Afifah Dwi Purwati 105070300111026

Telah mendapat persetujuan dan dipresentasikan pada :


Hari/ Tanggal :

Perceptor Community Instructure

drg. Satindri S Palupi Vitta Sulistyawati, S.Gz.


NIP. 19680919 199312 2 002 NIP. 19720120 199603 2 004

Community Supervisor

Nia Novita Wirawan, STP., M.Sc.


NIP. 19761117 200801 2 009

100
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 NCP Komunitas


3. 2.1 Interpretasi Hasil Screening (Data Primer)
Data primer balita diperolAeh berdasarkan hasil kuisioner melalui wawancara
terstruktur serta pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan dan LILA)
pada kelompok sasaran balita usia 24-59 bulan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Cisadea. Jumlah responden sebanyak 20 orang. Hasil pengumpulan
data primer secara lengkap disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.9 Analisis dan Interpretasi Data Primer Balita
KATEGORI DATA DASAR SINTESA DATA
Ststus gizi Kategori WAZ Berdasarkan Public Health
100% memiliki status gizi normal Problem Indikator didapatkan
KATEGORI HAZ bahwa prevalensi kurus
Severe stuting 5%, stunting 10%, (wasting) tinggi.
dan normal 85% .
KATEGORI WHZ
Severe wasting 5%, wasting 5%,
normal 85%, dan overweight 5%.
Intake makan Anak 2-3 tahun Berdasarkan hasil
balita Kategori rata-rata intake perbandingan antara nilai rata
berdasarkan AKG anak 2-3 tahun rata intake populasi dengan
: AKG 2013 untuk balita usia 2
Energi = 1099,25 kkal (97,71% 3 tahun, maka intake
AKG normal) karbohidrat lebih rendah dari
Protein = 46,66 gram (179,46 % AKG.
AKG diatas normal) Sedangkan untuk balita usia 4
Lemak = 41,83 gram (95,06% 5 tahun, intake energi, lemak,
AKG normal) dan karbohidrat lebih rendah
Karbohidrat = 134,81 gram dari AKG
(86,97% AKG deficit tingkat
ringan)
Anak 4-5 tahun (nilai median)
Kategori rata-rata intake
berdasarkan AKG anak 4-5 tahun

101
:
Energi = 1268,17 kkal (79,25%
AKG deficit tingkat sedang)
Protein = 50,63 gram (144,66%
AKG diatas normal)
Lemak = 47,7 gram (76,9% AKG
deficit sedang)
Karbohidrat = 156,8 gram
(71,27% AKG deficit tingkat
sedang)
Pola Makan Frekuensi makan utama : Terdapat 60% responden yang
60% balita makan utama memiliki pola makan dengan
sebanyak < 3 kali sehari frekuensi kurang dari 3x/hari.
30% balita makan utama
sebanyak 3 kali sehari
10% balita makan utama
sebanyak 4 kali sehari

Frekuensi konsumsi makanan Terdapat 20% responden yang


selama 1 minggu terakhir: mengkonsumsi snack 1x/hari ;
Sumber karbohidrat = 1x/hari 10% 25% mengkonsumsi snack
; 2x/hari 40% ; 3x/hari 50% 2x/hari dan 55% mengkonsumsi
Sumber protein hewani = 1x/hari snack 3x/hari
30% ; 2x/hari 40% ; 3x/hari 30% Sehingga dapat disimpulkan
Sumber protein nabati = 1x/hari bahwa frekuensi makan rendah
35% ; 2x/hari 30% ; 3x/hari 35% dan tingginya konsumsi snack
Sayur = 1x/hari 15% ; 2x/hari 50%
; 3x/hari 35%
Buah = 1x/hari 75% ; 2x/hari 15% ;
3x/hari 10%
Snack / makanan ringan = 1x/hari
20% ; 2x/hari 25% ; 3x/hari 55%
Susu = 2x/hari 20% ; 3x/hari 80%
Ketersediaan BM Makanan pokok tersedia Ketersediaan BM di keluarga
100% dalam seminggu
Lauk hewani tersedia 100% terpenuhi/cukup bervariasi.

102
Sayur tersedia 100%
Buah tersedia 90.0; tidak
tersedia 10%
Minyak dan lemak tersedia
100%
Kacang-kacangan dan produk
olahan tersedia 95%, tidak
tersedia 5%.
Susu dan olahan tersedia
100%
Akses terhadap BM Pokok, hewani dan sayur Akses makanan ke tempat
makanan tersedia 100% pembelian bahan makanan
Buah tersedia 100% baik.
Minyak dan lemak tersedia
100%
Kacang-kacangan tersedia
100%
Susu dan olahan tersedia
100%
Kepercayaan Ada makanan pantangan pada Kepercayaan terhadap
balita: ya 15%; tidak 85% makanan pantangan rendah
Jenis makanan pantangan: 15%, dan merupakan
telur (putih telur), cumi, udang, pantangan makanan yang
dan coklat. seharusnya (karena alergi)
Alasan makanan tersebut tidak
boleh dikonsumsi adalah
karena dapat menimbulkan
alergi
Makanan anjuran pada balita :
ya 15%; tidak 85%
Jenis bahan makanan yang
dianjurkan : sayur dan lauk
hewani (telur dan ayam)
Alasan bahan makanan
tersebut dianjurkan karena
intake anak rendah dan baik

103
untuk kesehatan.
Pola asuh Jumah balita dalam 1 Penolakan makanan oleh balita
rumah yaitu: 80% hanya 1 balita, tinggi
dan 20% memiliki lebih dari 1 Pendekatan ibu terkait cara
balita. mengatasi balita yang menolak
orang yang mengasuh: ibu makan kurang baik
75%; kakek-nenek balita 25%
balita pernah menolak
makanan yang diberikan: ya
65%%; tidak 35%
tindakan ibu ketika balita
menolak makan: secara aktif
mendorong anak untuk makan
25%; memaksa anak untuk
makan 25%; mengganti makanan
yang disukai anak 5%; tidak
melakukan apa apa 10%.
total pengeluaran Rawan pangan 70% Kategori pengeluaran pangan
pangan Tidak rawan pangan 30% - <49,9% = tidak rawan
pangan
- >50% = rawan pangan
Tingkat kerawanan pangan
tinggi
Status infeksi sakit diare 2 minggu terakhir ya Tingkat ISPA tinggi
5%; tidak 95 %
sakit diare sekarang tidak 100
%
infeksi pernapasan (pilek,
demam, batuk) 2 minggu
terakhir ya 55%; tidak 45%
infeksi pernapasan (pilek,
demam, batuk) sekarang ya
20%; tidak 80%
Higiene sanitasi Praktek higiene pada baduta Praktek cuci tangannya dengan
cuci tangan dengan sabun sabun masih rendah
- Baik : 50% Praktek higiene sanitasi rendah

104
- Tidak baik :50%
memotong kuku selama
seminggu 1 kali dalam 1
minggu 85%; 2 kali dalam 1
minggu 15%;
tempat buang air : kamar
mandi sendiri 100%
keadaan MCK bersih 100%
sumber air yang digunakan
sumur air terbuka 10%; sumur
air tertutup 80%; PDAM 15%
tempat sampah dalam rumah
ya 95%; tidak 5%
tempat sampah di bersihkan
tidak setiap hari 10%; setiap
hari 90%
Pemanfaatan balita dibawa ke pelayanan Pemanfaatan pelayanan
Pelayanan kesehatan tidak 0%; ya 100%. kesehatan baik.
kesehatan balita di bawa ke posyandu
selama 3 bulan terakhir (kali) 1
kali 10%, 2 kali 5%; 3 kali 75%;
imunisasi lengkap 100%
penerimaan vitamin A
100%
Ketersediaan Ketersediaaan 100% Ketersediaan pelayanan
pelayanan Ketika anak sakit dibawa kesehatan terpenuhi.
kesehatan ke puskesmas 30%; rumah sakit
5%; bidan 30%; dokter praktik
35%.
Tingkat 1. Pengetahuan terkait balita Tingkat pengetahuan terkait
pengetahuan sehat berdasarkan KMS balita sehat berdasarkan KMS
Benar 70% ; Salah 30% sedang
2. Pengetahuan terkait makanan Tingkat pengetahuan terkait
sehat untuk balita makanan sehat untuk balita
Benar 85% ; Salah15 % tinggi
3. Pengetahuan terkait Tingkat pengetahuan terkait

105
penanganan pertama diare penanganan pertama diare
Benar 95% ; Salah 5% tinggi
4. Pengetahuan terkait cara Tingkat pengetahuan terkait
mencuci tangan yang benar cara mencuci tangan yang
Benar 30% ; Salah 70% benar masih rendah
5. Pengetahuan terkait cara Tingkat pengetahuan terkait
mengatasi anak yang susah cara mengatasi anak yang
makan susah makan rendah
Benar 50% ; Salah 50%
Keterpaparan Mendapatkan info 3 bulan Tingkat keterpaparan informasi
informasi gizi terakhir tidak 55%; ya 45% gizi dan kesehatan rendah
Info mengenai makanan yang
seimbang (tidak pernah 85%;
pernah 15%)
Info mengenai pengolahan
makanan yang baik untuk
balita (tidak pernah 85%;
pernah 15%)
Info mengenai pentinya datang
ke posyandu (tidak pernah
90%; pernah 10%)
Info mengenai perilaku higiene
dan sanita yang baik (tidak
pernah 75%; pernah 25%)
Info mengenai penyakit pada
balita (diare, ispa) (tidak
pernah 80%; pernah 20%)
Info mengenai cara mengatasi
sulit makan (tidak pernah 95%;
pernah 5%)

3. 2.2 Interpretasi Data Sekunder


Tabel 3.10 Analisis dan Interpretasi Data Sekunder Balita
Data Puskesmas intrepretasi
Jumlah balita yang ada (S) = 2319 Cakupan D/S = 61,7% (tergolong
anak rendah, karena belum mencapai target,

106
Jumlah balita yang memiliki KMS yaitu sebesar 65%)
(K) = 2476 anak
Jumlah balita yang ditimbang di
posyandu (D) = 2057 anak
Jumlah balita yang berat badannya
naik (N) = 1529 anak
Jumlah balita yang berat badannya
turun/tetap (T) = 58 anak

3. 2.3 Problem Tree

Prevalensi wasting
tinggi (10%)
1 1,2

Intake energi rendah Penyakit ISPA tinggi

Frekuensi makan Tingginya balita yang Perilaku hygiene


utama kurang menolak makan sanitasi tidak baik

Nafsu makan Pendekatan ibu terkait anak


berkurang susah makan kurang baik

3 4

Konsumsi snack tinggi Tingkat pengetahuan terkait Tingkat pengetahuan


cara mengatasi anak susah terkait cuci tangan rendah
makan rendah

Tingkat keterpaparan
terhadap informasi gizi dan
kesehatan rendah

107
Ket :
1. Mustapa Y, Saifuddin S, Abdul S. 2013. Analisis Faktor Determinan Kejadian Masalah
Gizi Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilongo
Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin.
Penelitian yang dilakukan oleh Mustapa dkk tersebut bertujuan untuk
mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya masalah gizi di wilayah
kerja puskesmas Tilote. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
a. Asupan energi memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi balita, namun
asupan protein, lemak, dan karbohidrat tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan status gizi balita.
b. Pada penelitian ini, penyakit infeksi seperti ISPA tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan status gizi balita. Peneliti menjelaskan bahwa jika intake makanan
balita baik yang didukung dengan pola pengasuhan dari ibu balita maupun pengasuh
balita baik, maka masalah gizi tidak terjadi.
c. Pola asuh balita memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi balita usia 1
5 tahun. Orang tua berpengaruh terhadap prilaku makan anak. Selain itu
pengetahuan gizi orang tua dan pengasuh anak ternyata sangat berpengaruh
terhadap pilihan makan anak.
2. Andarini.S, Asmika, dan Ani N. 2010. HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN
TINGKAT KONSUMSI ENERGI, PROTEIN DENGAN FREKUENSI KEJADIAN INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GONDANGLEGI, KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi dan frekuensi kejadian ISPA. Selain itu juga terdapat hubungan yang
bermakna antara konsumsi energii dengan frekuensi kejadian ISPA.
3. Fatmah dan Nurasiah. 2002. Kebiasaan Makan Ibu dan Anak Usia 3-5 Tahun pada
Kelompok Sosio-Ekonomi Tinggi dan Rendah Di Kelurahan Rambutan dan Penggilingan
Jakarta Timur. Makara, Kesehatan, Vol. 6, No. 1. Jakarta.
Pada penelitaian yang dilakukan terhadap 60 responden di wilayah Jakarta
Timur, diperoleh hasil bahwa bailta yang banyak jajan mempengaruhi nafsu makan
mereka. Balita yang memiliki kebiasaan jajan yang tinggi terjadi penurunan nafsu makan
Karena merasa sudah kenyang. Selain itu, frekuensi makan yang rendah juga terjadi
karena balita terlalu banyak bermain di uar rumah sehingga meupakan jadwal
makannnya.

108
4. Handono. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi, Pola Makan, dan Energi
Tingkat Konsumsi Dengan Status Gizi Anak Usia Lima Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Selogiri, Wonogiri. Jurnal Keperawatan, Vol. 1 No. 1.
Berdasarkan peneliatan tersebut, diketahui bahwa
a. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
balita. pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam hal pemberian dan penyedia
makanan, sehingga anak tidak mengalami kurang gizi.
b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan status gizi balita.pola
asuh yang dimaksud merupakan cara pengasuh dalam memberikan kasih sayang,
pemberian makan, minum dan pakaian.

109
3. 2.4 Diagnosa Gizi Komunitas
1. Objective Tree

Menurunkan
Prevalensi wasting

Meningkatkan Intake energi Penyakit infeksi rendah

Penolakan makan oleh balita Perilaku hygiene


Memperbaiki Frekuensi
rendah sanitasi baik
makan utama

Meningkatkan nafsu Pendekatan ibu terkait anak


makan susah makan kurang baik

Konsumsi snack sesuai Tingkat pengetahuan terkait Tingkat pengetahuan


kebutuhan cara mengatasi anak susah terkait cuci tangan tinggi
makan tinggi

Tingkat keterpaparan
terhadap informasi gizi dan
kesehatan tinggi

110
2. Participation Analysis
Orang Kategori Karakteristik Motivasi Kelebihan Kekurangan Implikasi
Ibu Affecting Pengambil Menginginkan - Pihak yang - Mudah dpengaruhi - Pelaku utama
keputusan untuk anaknya tumbuh menentukan menu (negatif) kegiatan
balita. dengan sehat makanan yang - Menurut kepada suami - Mendukung
disediakan dirumah. dan ortu/ mertua intervensi dengan
- Memiliki kedekatan - Pengetahuan terkait gizi menyiapkan
dengan balita. kurang makanan yang
- Mudah dipengaruhi sehat dan bergizi
(positif) dengan tampilan
yang menarik
untuk balita

Suami Affecting - Bijaksana, Menginginkan - Pengambil - Patuh pada orang tua/ Pendukung
- pengambil anggota keputusan dalam mertua kegiatan
keputusan dalam keluarganya sehat keluarga - Kurang perhatian pada (pendukung istri)
keluarga. (istri dan anak ) anak, karena sibuk
bekerja
Balita Actor - Tidak dapat Memiliki keinginan - mudah dipengaruhi - susah diajarkan Sasaran program
mengambil yang harus orang lain mengenai sesuatu
keputusan sendiri dipenuhi orang tua karena pemikirannya
- Suka terhadap hal yang masih terbatas
hal yang menarik

111
- Masih suka
bermain
Keluarga Affecting - Dipatuhi oleh Ingin cucunya - Pemberi informasi - Pengetahuan gizi Pendukung
balita anak/mantu, sehat yang selalu dituruti kurang kegiatan karena
(kakek/nen - tegas, oleh anaknya - Selalu menuruti jajanan ingin balita sehat
ek) - pihak yang yang diinginakan dengan memilihkan
mengasuh balita cucunya walaupun itu makanan yang
ketika ibu sedang jajanan tidak sehat tepat
sibuk - Mudah lelah dalam
merawat balita sehingga
pengawasannya kurang
Ahli gizi Affecting - Ilmu terkait gizi Ingin - Dipercaya warga - Tenaga terbatas - Penyedia
lebih banyak meningkatkan dalam menangani informasi
- lebih dipercaya cakupan balita masalah kesehatan
masyarakat sehat - Memiliki banyak
pengetahuan terkait
masalah gizi balita
Kader Affecting - Cerewet Ingin - Sering berkumpul - Punya pekerjaan lain, - Pendukung
- bisa meningkatkan dengan ibu balita sehingga kurang intensif program
mempengaruhi cakupan balita - Memiliki dalam penyampaian - Penyalur
ibu-ibu yang lain sehat pengetahuan informasi dari bidan/ informasi
tentang gizi tenaga kesehatan

112
3. Alternative Analysis

Goal (tujuan utama) : Menurunkan prevalensi wasting


Pendekatan
I. Meningkatkan intake balita II. Menurunkan kejadian penyakit infeksi
K Tujuan: Tujuan: Meningkatkan kebiasaan cuci tangan
e Kriteria a. Ibu/pengasuh balita mengetahui kebutuhan pada ibu dan balita
t gizi dan frekuesi makan yang tepat untuk
e balita
r b. Ibu/pengasuh balita mengetahui cara
a menangani balita yang susah makan
n Resources:
g
Money 4 1
a
Material 4 2
n
Time 5 3
Infrastructure 4 2
: 5 4
Manpower
Severity of problem 4 3
5
Social & community 5 4
Sustainability 4 4

Feasibility 4 3
Total 35 26
s
angat memungkinkan atau sangat direkomendasikan
4 memungkinkan

113
3 cukup memungkinkan
2 kurang memungkinkan
1 tidak memungkinkan
Edukasi terhadap ibu balita lebih memungkinkan untuk dilakukan karena kebutuhan biaya yang lebih murah dan persiapan
materi yang lebih mudah. Edukasi secara langsung kepada sasaran lebih memiliki dampak yang bertahan lama (sustainable)
karena sesuai kebutuhan dan permasalahan yang dimiliki sasaran.

4. PPM (Project Planning Matrix)


Project Planning Matrix Project title : PPM prepared on (date)`:
Project no :
Est project duration :
country : Indonesia
Objectives ( tujuan ) Objectively Verifiable Means of verifications Assumptions (faktor di luar
Indicators (indikator) (sumber data) kendali yang harus
diperhatikan )
Overall goals Menurunkan prevalensi Prevalensi wasting balita Pendataan secara
wasting pada balita menurun menjadi <8% berkala oleh puskesmas
dalam satu tahun Cisadea

114
Project Meningkatkan intake Minimal dari 80% dari populais Data diperoleh dengan Kepatuhan dari responden
purpose makan balita balita memiliki intake energi 90 metode repeated 24 h balita kurang untuk
119% kebutuhan, dengan recall menerapkan konsumsi
cara meningkatkan konsumsi sumber energi yang tinggi.
makanan sumber energi Kondisi infeksi balita

Result/output 1. Meningkatkan Pengasuh balita memiliki Data diperoleh dengan Balita tidak menyukai
frekuensi makan balita pengetahuan terkait metode semi FFQ, makanan-makanan
2. Konsumsi snack kebutuhan gizi dan repeated 24 H recall tertentu
sesuai kebutuhan frekuensi makan balita dan wawancara Kemudahan akses jajanan
balita Mengkonsumsi jenis-jenis atau banyak yang menjual
3. Meningkatkan makanan dengan jajajanan diwilayah sekitar
pengetahuan terkait kandungan gizi lengkap tempat tinggal balita
cara mengatasi balita yaitu karbohidrat, protein, Ketersediaan bahan
yang susah makan lemak, dan mikronutrien makanan di daerah
Konsumsi sayur minimal 2-3 tersebut masih kurang
porsi/hari bervariasi
Konsumsi buah-buahan Kemampuan keluarga
minimal 3-4x/minggu membeli sumber bahan
Tips dan trik agar balita makanan sumber protein
mau makan hewani
Activities 1.1 Memberikan edukasi gizi terkait makanan seimbang untuk balita
1.2 Memberikan edukasi gizi terkait kebutuhan energi dan zat gizi balita serta frekuensi

115
makan yang baik untuk balita
1.3 Membuat media edukasi (leaflet) yang berisi informasi gizi seimbang dan frekuensi
makan yang baik untuk balita
2.1 Memberikan edukasi gizi terkait snack sehat untuk balita
2.2 Demo snack sehat untuk balita
2.3 Memberikan edukasi gizi terkait resiko konsumsi snack yang terlalu sering dan tidak
sehat bagi balita
3.1 Memberikan edukasi gizi terkait penyebab balita susah makan
3.2 Memberikan edukasi gizi terkait cara mengatasi balita yang susah makan
3.3 Membuat media edukasi terkait cara mengatasi balita yang susah makan
3.4 Membuat media (booklet) tentang kreasi makanan utama dan snack lucu untuk balita
3.5 Demo masak kreasi makanan balita
3.6 Lomba masak kreasi makanan balita

3. 2.5 Rencana Intervensi Gizi


Berdasarkan aktifitas yang dapat dilakukan dan dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan maka kegiatan yang mungkin
dilakukan adalah :
1. Memberikan edukasi gizi terkait makanan seimbang untuk balita
2. Memberikan edukasi gizi terkait kebutuhan energi dan zat gizi balita serta frekuensi makan yang baik untuk balita
3. Memberikan edukasi gizi terkait penyebab balita susah makan
4. Memberikan edukasi gizi terkait cara mengatasi balita yang susah makan
5. Membuat media (booklet) tentang kreasi makanan utama dan snack lucu untuk balita

116
Indicator
Kegiatan Sasaran Tujuan Waktu Materi Alat Rencana monitoring
keberhasilan
Edukasi Ibu balita Memberikan Tanggal Makanan alat tulis, Persentase Output
terkait pemahaman 13 - 14 seimbang untuk kertas pre peningkatan Hasil post test yang
kebutuhan kepada ibu Mei 2014 balita test dan pengetahuan meningkat.
gizi, makanan balita Pukul Kebutuhan energi post ibu balita Peserta dapat
seimbang mengenai 09.00 dan frekuensi test,leaflet meningkat menjelaskan dengan baik
bagi balita kebutuhan gizi 10.30 WIB makan yang tepat hingga hasil diskusi saat awal
dan berbagi balita, macam- (mengikuti untuk balita mencapai 80%
tips dan trik macam zat gizi jadwal Penyebab balita Outcome
meningkatkan beserta posyandu) susah makan Peserta mampu menerima
nafsu makan peranannya Cara mengatasi penjelasan mengenai
balita dan sumber balita yang susah materi dengan baik
bahan makan melalui peningkatan
makanannya, pengetahuan setelah
serta tips dan dilakukan diskusi ditandai
trik agar balita dengan meningkatnya
mau makan hasil post test

Impact
Peserta mampu
mengaplikasikan informasi
yang telah diterima dalam

117
kehidupan sehari-hari
Pembuatan Ibu balita Media edukasi 1 hari Booklet yang Kertas, Seluruh Output
media dapat berisi informasi Lapotop, sasaran Media sebagai alat bantu
edukasi membantu terkait gizi Printer mendapatkan penyampaian materi dan
penyampaian seimbang, booklet keberlangsungan
materi dengan kebutuhan gizi, setelahnya
efektif dan frekuensi makan
efisien yang tepat untuk Outcome
balita, penyebab Peserta mudah menerima
dan cara materi edukasi melalui
mengatasi balita media yang digunakan
yang susah ketika edukasi
makan, serta berlangsung
menu kreasi
makanan balita Impact
Antusiasme ibu balita
dalam menerima materi

118
3. 2.6 Pelaksanaan Intervensi
Berdasarkan masalah yang ada pada balita di wilayah Puskesmas Cisadea
Kota Malang, intervensi yang dilakukan antara lain edukasi kelompok kecil dan
pembuatan media edukasi.
Edukasi kelompok kecil
a. Latar belakang
Prevalensi balita kurus berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, 2010, dan
2013 yaitu 13,6% ; 13,3% ; dan 12,1%. Meskipun prevalensi wasting terus
mengalami penurunan, namun prevalensi tersebut masih menunjukkan masalah
balita kurus tergolong tinggi. Data ini juga sejalan dengan hasil data primer yang
dikumpulkan di wilayah Puskesmas Cisadea. Prevalensi balita kurus di
Puskesmas Cisadea menunjukkan angka 10% yang termasuk dalam kategori
tinggi. Penentuan balita kurus ini didasarkan pada nilai skor Z BB/TB < -2 SD
(gabungan antara kategori kurus dan sangat kurus). Indikator ini menunjukkan
status gizi akut yang berlangsung dalam waktu yang pendek. Dalam keadaan
tersebut, berat badan balita mudah sekali turun sehingga tidak proporsional
dengan tinggi badannya. Penyebab utama masalah ini adalah asupan energi
yang rendah, dikaitkan dengan frekuensi makan yang rendah dan pendekatan
ibu terkait anak yang susah makan yang salah. Penyebab frekuensi makan
rendah adalah karena konsumsi snack yang tinggi sehingga pada saat memasuki
waktu makan utama balita cenderung untuk menolak makan. Pada kondisi
penolakan makan tersebut terdapat ibu balita yang tidak melalkukan apa apa
atau membiarkan balita tidak makan, hal ini dapat mengakibatkan intake makan
balita semakin rendah. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan ibu dan pengasuh balita terkait gizi seimbang,
frekuensi makan yang tepat untuk balita dan cara mengatasi balita yang susah
makan.
b. Tujuan
Tujuan umum
o Meningkatkan intake makan balita
Tujuan khusus
o Meningkatkan pengetahuan ibu terkait gizi seimbang untuk balita
o Meningkatkan pengetahuan ibu terkait frekuensi makan yang tepat untuk
balita
o Memberikan informasi terkait cara mengatasi balita yang susah makan
c. Metode dan strategi pendekatan

119
Metode edukasi yang digunakan adalah metode ceramah (penyuluhan).
Edukasi kelompok dlakukan sebanyak dua gelombang karena disesuaikan
dengan jumlah ibu dan pengasuh balita yang datang ke Posyandu. Edukasi
dilaksanakan setelah balita sudah mendapatkan pelayanan Posyandu. Susunan
acara kegiatan edukasi yaitu :
Waktu Kegiatan
Pembukaan dan perkenalan
10.00-10.03
Penyampaian tujuan acara
Pre test
10.03-10.20
Penyampaian materi
10.20-10.25 Tanya jawab
10.25-10.30 Post test
Penutupan
10.30-10.33
Ucapan terima kasih

Beberapa pertanyaan yang diutarakan oleh peserta kegiatan antara lain :


Bagaimana cara membujuk balita yang susah makan karena selama ini
cara yang diterapkan adalah dengan memaksa balita?
Jawaban : coba dengan diajak makan bersama teman seumurannya bu,
biasanya anak yang melihat temannya akan akan tertarik
untuk makan pula. Cara lainnya yaitu dengan memberikan
makanan yang disukai anak
Apakah mie itu baik untuk balita? kalau saya berikan 1 kali seminggu
boleh tidak?
Jawaban : mie boleh diberikan kepada balita, nmun tidak boleh terlalu
sering, karena pencernaan mie membutuhkan waktu yang
lebih lama dari bahan makanan lain. Mengkonsumsi mie
sebaiknya minimal 3 hari sekali. Namun jika yang diberikan
adalah mie instan maka sebaiknya bumbu yang digunakan
maksimal setengah saja. Jika dibuat dari bumbu buatan ibu
akan lebih baik. Terutama jika ditambahkan sayuran dan lauk
hewani atau nabati.

d. Indikator keberhasilan
Jumlah peserta hadir minimal 5 orang
Kenaikan pengetahuan (dilihat dari nila pre dan post test) minimal 80%

120
e. Sasaran : 7 orang ibu dan pengasuh balita
f. Tempat dan Waktu
Tempat : Posyandu mawar (RW 7 Blimbing) dan posyandu dahlia (RW 17
Purwantoro)
Hari/tanggal : Selasa rabu/ 13 14 Mei 2014
Pukul : 10.00 10.350 WIB
g. Media : booklet dan leaflet
h. Materi :
Makanan seimbang untuk balita
Masa balita merupakan penentu kehidupan selanjutnya. Agar tumbuh
kembang optimal berikan anak balita makanan dengan gizi seimbang. Gizi
seimbang dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi berbagai jenis bahan
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan air, sesuai dengan kebutuhan balita.
Rata rata kebutuhan energi dan zat gizi balita berdasarkan AKG (Angka
Kecukupan Gizi), yaitu :
Usia 1-3 tahun Usia 4 6 tahun
Energi 1125 kkal 1600 kkal
Protein 26 gr 35 gr
Lemak 44 gr 62 gr
karbohidrat 155 gr 220 gr
Berdasarkan kebutuhan energi dan zat gizi tersebut dapat disusun menu
makan sehari untuk anak. Hal pertama yang dilakukan adalah penentuan
jadwal makan. Frekuensi makan dalam sehari yang dianjurkan adalah 3 kali
makan utama dan 2 - 3 kali snack (cemilan).
Bahan makanan dan Makanan yang dianjurkan terdiri dari :
Sumber zat tenaga ( beras, jagung, kentang, sagu, bihun, mie, roti,
makaroni, biskuit).
Sumber zat pembangun ( ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu,
kacang -kacangan, tahu, tempe).
Sumber zat pengatur ( sayur dan buah yang berwarna dan segar).

Bahan Makanan Yang Dibatasi :


Makanan dan minuman yang manis/gurih seperti: dodol, coklat (kecuali coklat
bubuk), permen, junk food dan soft drink..

121
10 pedoman gizi seimbang
1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
6. Biasakan sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Biasakan membaca label pada kemasan makanan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10. Lakukan aktifitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

Tips mengatasi balita yang susah makan


Penyebab Balita Susah Makan
1. Psikologis
Dapat disebabkan oleh trauma terhadap hal/kejadian tertentu.
2. Bosan dengan menu makan atau penyajian makanan
3. Memakan cemilan padat kalori menjelang waktu makan
4. Minum susu terlalu banyak
5. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya
6. Anak sedang sakit atau sedang sedih

Tips Mengatasi Balita Susah Makan


1. Jika karena psikologis, maka anda harus segera berkonsultasi dengan
dokter
2. Ubah tampilan dan rasa makanan
Ibu dapat membentuk nasi menjadi bentuk yang disukai anak, misalnya
boneka atau mobil mobilan. Kemudian ibu dapat menambahkan lauk
pauk dan sayuran sebagai pernak pernik.
3. Atur jadwal makan anak
Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu makan.
Berikan cemilan yang sehat seperti potongan buah, yoghurt, kue buatan
ibu.
4. Ciptakan suasana yang menyenangkan, jangan ada unsur paksaan
sehingga menimbulkan kesan makan menjadi sesuatu yang
menjengkelkan.

122
5. Ciptakan resep baru pada bahan bahan yang tidak disukai anak,
misalnya anak tidak menyukai sayur, buatlah makanan dengan bahan
sayur yang disulap menjadi makanan yang menggugah selera.
6. Lakukan variasi menu makanan agar anak lebih tertarik mencoba
maknan baru dengan bentuk yang atraktif.
Resep kreasi makanan untuk balita
Leaflet bahan makanan penukar
i. Faktor Pendukung
Kader Posyandu bersedia menyediakan tempat dan membantu
menginformasikan tentang pelaksanaan edukasi kepada ibu balita.
Edukasi dilakukan dalam kelompok kecil sehingga interaksi antara pemateri
dengan peserta sangat baik.
j. Faktor Penghambat
Jumlah balita yang datang ke posyandu mawar dan dahlia sangat sedikit,
sehingga jumlah ibu balita dan pengasuh balita yang mendapatkan edukasi
juga sedikit.
Tempat pelaksanaan edukasi di posyandu mawar bukan hanya digunakan
untuk edukasi ibu balita saja, tetapi juga digunakan untuk edukasi sasaran
lain, sehingga kondisinya kurang kondusif.

3.2.6 PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pre test dan post test. Pre test
dilaksanakan sebelum edukasi kelompok dan post test dilaksanakan setelah edukasi
kelompok. Pre dan post test yang disebarkan berupa 7 pertanyaan seputar materi
tentang gizi seimbang untuk balita dan cara mengatasi balita yang susah makan.
Soal pre dan post tes
1. Apa itu makanan seimbang untuk balita?
a. makanan yang hanya terdiri dari karbohidrat
b. Harus ada susu saat balita makan
c. Makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral
sesuai kebutuhan balita
d. Makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral
yang lebih tinggi dari kebutuhan balita
2. Berapa kali sebaiknya balita makan dalam sehari?
a. 2 kali sehari
b. 3 kali sehari

123
c. 2 kali makan utama 2 kali makan selingan
d. 3 kali makan utama 2 kali makan selingan
3. Contoh jajanan yang tidak baik bagi balita, kecuali..
a. Permen
b. Minuman ringan
c. Chiki
d. Pudding buah
4. Ada berapa point dalam pedoman gizi seimbang?
a. 5 point
b. 7 point
c. 8 point
d. 10 point
5. Sebutkan salah satu point pedoman gizi seimbang!


6. Penyebab balita susah makan, kecuali
a. Terpengaruh kebiasaan orang tua
b. Psikologis
c. Makan cemilan yang sedikit
d. Tidak nafsu makan karena sakit
7. Cara mengatasi balita yang susah makan sebaiknya
a. Tetap memaksa makan
b. Memarahi balita
c. Menciptakan suasana makan yang menyenangkan
d. Menghidangkan makanan yang tidak bervariasi

124
Rincian tentang hasil pre dan post test tercantum pada tabel di bawah ini :
a. Hasil pre test
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
Responden Pertanyaan 7 Jumlah
1 2 3 4 5 6
Responden 1 benar salah benar salah salah benar benar 4 benar
Responden 2 benar salah benar salah salah salah salah 2 benar
Responden 3 salah salah benar salah salah salah benar 2 benar
Responden 4 benar benar benar salah salah salah benar 4 benar
Responden 5 benar salah benar salah salah salah benar 3 benar
Responden 6 benar benar benar salah salah benar benar 5 benar
Responden 7 benar benar benar salah salah salah benar 4 benar
Jumlah 6 benar 3 benar 7 benar 0 benar 0 benar 2 benar 7 benar
Jumlah jawaban yang benar 24 benar
Jumlah total jawaban benar seharusnya 49 benar
Persentase jawaban benar responden 48,98%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban pre test benar semua terdapat pada pertanyaan nomor 3 dan 7. Pada
pertanyaan nomor 4 dan 5, tidak ada peserta yang menjawab dengan benar.

b. Hasil post test


Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
Responden Pertanyaan 7 Jumlah
1 2 3 4 5 6

125
Responden 1 benar benar benar benar benar benar benar 7 benar
Responden 2 benar benar benar benar benar benar benar 7 benar
Responden 3 benar benar benar benar benar salah benar 6 benar
Responden 4 benar benar benar benar salah salah benar 5 benar
Responden 5 benar benar benar benar salah salah benar 5 benar
Responden 6 benar benar benar benar salah salah benar 5 benar
Responden 7 benar salah benar benar salah benar benar 5 benar
Jumlah 7 benar 6 benar 7 benar 7 benar 3 benar 3 benar 7 benar
Jumlah jawaban yang benar 40 benar
Jumlah total jawaban benar seharusnya 49 benar
Persentase jawaban benar responden 81,63%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban post test benar semua terdapat pada pertanyaan nomor 1, 3, 4, dan 7.
Sedangkan pada pertanyaan nomor 2, 5, dan 6, masih terdapat peserta yang jawabannya salah. Secara keseluruhan pengetahuan
peserta edukasi mengalami peningkatan. Hasil pre test menunjukkan bahwa persentase jawaban benar dari seluruh peserta adalah
48,98% dan hasil post test menunjukkan bahwa persentase jawaban benar dari seluruh peserta adalah 81,63%. Angkat tersebut
menunjukkan bahwa edukasi gizi yang dilakukan telah mencapai target, yaitu 80%.

126
3.3 Kajian Ilmiah Program Gizi Puskesmas
3.3.1 Kajian Literatur
1. Program Vitamin A
Program Vitamin A pada balita sudah dilakukan sejak tahun 1978 dan
berhasil selama dua dekade. Pelaksanaan program ini didasarkan atas hasil survey
yang dilakukan di 15 provinsi di indonesia yang mengungkapkan bahwa terdapat
1,33% prevalensi xerophthalmia dan 50% balita memiliki serum retinol kurang dari
20g/dl. Hasil survey yang dilakukan pada tahun 1992 menunjukkan bahwa terjadi
penurunan prevalensi xerophthalmia menjadi 0,34%. Angka tersebut lebih rendah
dari yang ditetapkan WHO yaitu 0,5%. Sehingga program vitamin A pada saat itu
dianggap berhasil. Namun karena prevalensi kekurangan vitamin A sub-klinis pada
balita masih tetap tinggi, maka program suplementasi vitamin A dosis tinggi tetap
dilanjutkan (Ridwan, 2013).
Program Vitamin A pada balita bertujuan untuk mencegah terjadinya
kekurangan Vitamin A. Sasaran suplementasi vitamin A yaitu bayi, balita, dan ibu
nifas. Kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU untuk balita usia 1 5 tahun) bila
dikonsumsi oleh balita, akan tersimpan di dalam hati dan dapat memenuhi
kebutuhan vitamin A selama 6 bulan. Artinya, anak yang memperoleh kapsul vitamin
A dosis tinggi tidak akan kekurangan vitamin A dalam kurun waktu 6 bulan setelah
mengkonsumsi kapsul tersebut (Ramadhan, 2011).
Dalam kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU sama dengan 60.000 mcg
yang diberikan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
Sehingga dari suplementasi diketahui per hari balita memperoleh (60.000 mcg / 180
hari = 333,33 mcg). Jumlah tersebut tidaklah melebihi kebutuhan harian balita.
(Permadhi, Inge. 2011). Dengan pemberian kapsul vitamin A secara rutin (2 kali
dalam 1 tahun) maka dapat mencegah terjadinya serum retinol yang rendah pada
balita.
2. PMT Pemulihan
Salah satu sasaran dari 4 sasaran pembangunan kesehatan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014 adalah
menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi pendek
menjadi 32%. Balita merupakan kelompok sasaran yang rawan terhadap kekurangan
gizi karena dalam periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bertujuan untuk mengatasi
masalah gizi kurang pada balita. PMT Pemulihan tersebut diberikan kepada anakk
usia 6 59 bulan Bawah Garis Merah (BGM) sebagai makanan tambahan, bukan

127
sebagai makanan pengganti makanan utama. PMT Pemulihan diselenggarakan
selama 90 hari yang dilakukan berturut turut (Kemenkes RI, 2011).
Balita yang menjadi sasaran PMT Pemulihan didasarkan pada hasil
penimbangan bulanan di posyandu, dengan urutan prioritas yaitu :
a. Balita pasca perawatan gizi buruk
Yaitu balita yang telah dirawat sesuai Tata Laksana Gizi Buruk yang sudah
berada di kondisi gizi kurang (BB/TB dengan nilai z-score -2 SD sampai dengan
<-3 SD) dan tidak ada gejala klinis gizi buruk.
b. Balita kurus dan tidak naik berat badannya 2 kali berturut turut (2 T)
Yang dimaksud dengan balita kurus merupakan balita dengan status gizi kurang
berdasarkan indicator BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score -2 SD sampai
dengan <-3 SD.
c. Baita kurus
d. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Yaitu balita yang berat badannya berada di bawah garis merah pada KMS.
Berdasarkan penelitian Notoatmojo (2007) pemberian makanan tambahan
pemulihan berupa susu formula bubuk oleh puskesmas telah disesuaikan dengan
usia balita untuk kebutuhan dalam pertumbuhan balita bawah garis merah. Setelah
90 hari intervensi pertumbuhan balita bawah garis merah mengalami peningkatan,
yang artinya grafik tumbuh kejar balita mulai naik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian makanan tambahan pemulihan pada balita BGM dapat
meningkatkan pertumbuhan balita (Sari, 2011)
Berdasarkan penelitian Setyobudi (2005) menunjukkan bahwa pemberian
PMT Pemulihan selam 90 hari memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status
gizi anak BALITA KEP. Dalam penellitian tersebut energi dan zat gizi yang diberikan
dalam 1 kali pemberian yaitu :
Zat gizi Jumlah Konstribusi
Energi 394,47 kkal 23,20 32,87 %
Protein 11,94 gr 44,22 59,7%
Setelah 90 hari intervesi, berat badan balita mengalami kenaikan. Berdasarkan
penelitian ini, dapat diketahui bahwa pemberian makanan tambahan pemulihan
selama 90 hari kepada balita gizi buruk, dapat memperbaiki status gizinya.

3.3.2 Program Gizi Puskesmas Cisadea dengan sasaran balita


1. Kegiatan penanggulangan kekurangan energi protein (gizi buruk)
a. Suplemen makanan transisi anak balita (1 5 tahun)

128
1) Jangka waktu pemberian untuk anak balita (1 5 tahun) dengan kategori
berat badan menurut tinggi badan adalah sangat kurus yaitu 90 (Sembilan
puluh) hari,dimana setiap anak balita mendapatkan 20 kotak lactogen 3
kemasan 350 gram
2) Jangka waktu dan jumlah yang diberikan bisa dikurangi apabila ada
penambahan jumlah sasaran
Kegiatan
b. Suplemen makanan rehabilitasi anak balita (1 3 tahun)
1) Jangka waktu pemberian untuk baita (1 3 tahun) dengan kategori berat
badan menurut umur adalah sangat kurus atau anak balita (1 3 tahun) yang
mempunyai penyakit yang memerlukan suplemen makanan transisi yaitu 30
hari , dimana setap anak balita mendapat 6 kotak dancow 1+ kemasan 200
gram
2) Jangka waktu dan jumlah yang diberikan bisa dikurangi apabila ada
penambahan jumlah sasaran.
c. Suplemen makanan rehabilitasi anak balita (3 5 tahun)
a. Jangka waktu pemberian untuk anak balita (3 5 tahun) dengan kategori
berat badan menurut umur adalah sangat kurang atau anak balita (1 3
tahun) yang mempunyai penyakit yang memerlukan suplemen makanan
transisi yaitu 30 hari , dimana setap anak balita mendapat 6 kotak dancow
3+ kemasan 200 gram
b. Jangka waktu dan jumlah yang diberikan bisa dikurangi apabila ada
penambahan jumlah sasaran.
d. Suplemen multi vitamin
1) Jangka waktu pemberian untuk anak usia 6 60 bulan dengan kategori berat
badan menurut tinggi badan sangat kurus yaitu 90 hari, dimana setiap balita
mendapat 10 botol xanvit plus kemasan 60 mililiter
2) Jangka waktu dan jumlah yang diberikan bisa dikurangi apabila ada
penambahan jumlah sasaran.
Sumber dana : dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Dinas Kesehatan Kota
Malang tahun anggaran 2014
Pemantauan pelaksanaan dilakukan oleh :
a. UPT Puskesmas
b. Nutrisionis
2. Revitalisasi pelayanan gizi pada posyandu
Program Suplementasi makanan tambahan balita yang dilaksanakan di puskesmas
Cisadea :

129
1) Sasaran dan urutan prioritas:
a) Anak usia 12 59 bulan dengan berat badan dibawah garis merah paa
buku KIA
b) Anak usia 12 59 bulan dengan berat badan di pita kuning pada buku
KIA
c) Anak usia 12 59 bulan dengan berat badan di pita hijau pada buku KIA
2) BENTUK SUPLEMENTASI
Berupa susu merk Dancow kemasan sachet 27 gr yang didistribusikan
melalui kader posyandu
3) Jangka waktu dan jumlah yang diberikan :
Setiap anak usia 12 - 59 bulan mendapatkan suplemen makanan tambahan
sebanyak 12 sachet untuk dikonsumsi selama 12 bulan
Jangka waktu dan jumlah yang diberikan dapat berkurang apabila ada
penambahan jumlah sasaran
Pelaksanaan program makanan tambahan bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan status gizi balita. Adanya buku petunjuk teknis di posyandu
memudahkan pelaksanaan program. Menurut Handayani (2008), untuk
memaksimalkan program pemberian makanan tambahan perlu adanya perbaikan
perencanaan program terutama dalam hal penetapan sasaran program agar sesuai
dengan petnjuk teknis program dan tepat sasaran. Selain itu, pelaksanaan program
makanan tambahan balita perlu disertai dengan pendidikan dan penyuluhan gizi
kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan prilaku
masyarakat akan asupan gizi yang baik terutama dalam peningkatan status gizi
balita.
3. Program perbaikan gizi
b. Cakupan vitamin A di puskesmas Cisadea telah mencapai 100% . cakupan
suplementasi vitamin A berdasarkan Riskesdas (2013), telah meningkat dari
71,5% pada tahun 2007 meningkat menjadi 75.5% pada tahun 2013.

130
3.4 Konseling
a. Peserta 1
CATATAN ASUHAN GIZI
Nama Anak : An. F
Jenis kelamin : Laki - laki
Tanggal lahir : 16 Maret 2010
Usia : 4 tahun
Alamat : Jl. Candi ratu bajang
Tanggal konseling : 14 Mei 2014
ASSESSMENT/ REASSESSMENT KESIMPULAN
1. ANTROPOMETRI BB = 16,2 kg Status Gizi
TB = 102 cm Normal
LILA = 14,8 cm
BB/TB = -0,20 (Normal)
BB/U = -0,41 (Normal)
TB/U = -0,87 (Normal)
LILA/U = -0,12 (Normal)
2. FISIK/ KLINIS KU = cukup -
3. RIWAYAT GIZI Dahulu : Anak jarang
a. Makanan utama 2 - :3 kali sehari mengkonsumsi
b. Lauk hewani : paling sering daging ayam, sayur dan buah
hati ayam
c. Lauk nabati : konsumsi tahu tempe setiap
hari
d. Sayur : Sayur yang paling sering dikonsumsi
adalah sawi hijau dan kangkung 2x/minggu
e. Buah : semangka 1x/2minggu
f. Balita susah makan

Sekarang : Hasil Recall :


Hasil recall : E: deficit sedang
Energi =1056,2 kkal (75,5%) KH: deficit berat
Karbohidrat = 132,8 gram (57.89%) P: diatas
Protein = 45,1 gram (139.19%) kebutuhan
Lemak = 36,8 gram (94.79%) L: Normal

131
4. RIWAYAT - Tidak ada riwayat penyakit keluarga
PERSONAL - Balita sangat aktif
- Pendidikan terakhir orang tua :
Ayah : D3
Ibu : S1
5. DIAGNOSA GIZI NI 2.1 ketidak cukupan intake oral dihubungkan dengan nafsu
makan anak yang rendah ditandai dengan hasil recall Energi
=1056,2 kkal (75,5%), Karbohidrat = 132,8 gram (57.89%),
Protein = 45,1 gram (139.19%), Lemak = 36,8 gram (94.79%)
NB 1.5 Kekeliruan pola makan dihubungkan dengan kurangnya
pengetahuan ibu terkait gizi seimbang untuk anak ditandai
dengan anak jarang mengkonsumsi sayur dan buah
RENCANA INTERVENSI GIZI
Kebutuhan energi = (89 x weight of infant) - 44
= (89 x 16,2) 44
= 1441,8 44
= 1397,8 kkal
Kebutuhan protein = 1,5 x BB
= 2 X 16,2
= 32,4 gr
= 129,6kkal
Kebutuhan lemak = 25% energi
= 25% x 1397,8 kkal
= 349,45 kkal
= 38,82 gr
Kebutuhan karbohidrat = energi (protein + lemak)
= 1397,8 kkal (129,6kkal + 349,45 kkal)
= 918,75 kkal
= 229,68 gr
INTERVENSI GIZI RENCANA MONITORING DAN
C-2 Pemberian konseling gizi terkait EVALUASI
makanan seimbang untuk balita, FI-1.1 intake energy
frekuensi makan yang tepat untuk FI-5.1 intake lemak
balita dan cara mengatasi balita FI-5.2 intake protein
yang susah makan FI-5.3 intake KH
S- 1.1.5 perubahan BB

132
MONITORING EVALUASI
TGL 16 Mei 2014
BB (kg) -
ENERGY (kkal) 1288,2 kkal (92,15%)
KH (gr) 158,6 gram (69%)
PROTEIN (gr) 55,9 gram (172,53%)
LEMAK (gr) 46,3 gram (119,26% )
FISIK/ KLINIS cukup
LAIN-LAIN Porsi makan utama balita sudah lebih
banyak, namun makannya dibujuk dengan
cara bermain, jadi balita lari kesana kemari,
sehingga waktu makan menjadi lebih lama
dari sebelumnya.

b. Peserta 2
CATATAN ASUHAN GIZI
Nama Anak : An. A
Jenis kelamin : Laki - laki
Tanggal lahir : 3 Agustus 2009
Usia : 4 tahun
Alamat : Jl. Candi ratu bajang
Tanggal konseling : 14 Mei 2014
ASSESSMENT/ REASSESSMENT KESIMPULAN
6. ANTROPOMETRI BB = 19 kg Status Gizi
TB = 108 cm Normal
LILA = 17,8 cm
BB/TB = 0,73 (Normal)
BB/U = 0,44 (Normal)
TB/U = -0,12 (Normal)
LILA/U = 0,78 (Normal)
7. FISIK/ KLINIS KU = cukup -
8. RIWAYAT GIZI Dahulu :
- Makanan utama 3 kali sehari
- Lauk hewani : paling sering daging ayam,
hati ayam, ikan tongkol

133
- Lauk nabati : konsumsi tahu tempe setiap
hari
- Sayur : bayam, sawi, wortel
- Buah : apel dan pisang
- Minum susu 3 4 gelas setiap hari
- Cemilan yang paling sering dikonsumsi : roti,
biscuit
Hasil Recall :
Sekarang : E: deficit ringan
Hasil recall : KH: deficit
Energi =1327,7 kkal (80,6%) sedang
Karbohidrat = 191,1 gram (70,56%) P: diatas
Protein = 55,7 gram (146.19%) kebutuhan
Lemak = 37,4 gram (81.79%) L: deficit ringan
9. RIWAYAT - Saat ini balita sedang sakit batuk sudah sejak Saat ini balita
PERSONAL 3 hari yang lalu. Balita sudah diberi obat tetapi sedang batuk
masih beum sembuh juga sehinggga susah
- Biasanya kalau makan, baita makan
memangtergantung moodnya tapi tetap mau
makan, namun sejak sakit batuk, balita
menjadi susah makan
- Tidak ada riwayat penyakit keluarga
- Pendidikan terakhir orang tua :
Ayah : S1
Ibu : S1
10. DIAGNOSA NI 2.1 ketidak cukupan intake oral dihubungkan dengan nafsu
GIZI makan anak turun akibat sakit batuk ditandai dengan hasil recall
energi =1327,7 kkal (80,6%) , Karbohidrat = 191,1 gram
(70,56%) , Protein = 55,7 gram (146.19%), Lemak = 37,4 gram
(81.79%)
RENCANA INTERVENSI GIZI
Kebutuhan energi = (89 x weight of infant) - 44
= (89 x 19) 44
= 1647 kkal
Kebutuhan protein = 1,5 x BB
= 2 X 19

134
= 38 gr
= 152 kkal
Kebutuhan lemak = 25% energi
= 25% x 1647 kkal
= 411,75 kkal
= 45,75 gr
Kebutuhan karbohidrat = energi (protein + lemak)
= 1647 kkal (152 kkal + 411,75 kkal)
= 1083,25kkal
= 270,81 gr

INTERVENSI GIZI RENCANA MONITORING DAN


C-2 Pemberian konseling gizi terkait EVALUASI
makanan seimbang untuk balita, FI-1.1 intake energy
frekuensi makan yang tepat untuk FI-5.1 intake lemak
balita dan cara mengatasi balita FI-5.2 intake protein
yang susah makan FI-5.3 intake KH
S- 1.1.5 perubahan BB

MONITORING EVALUASI
TGL 16 Mei 2014
BB (kg) -
ENERGY (kkal) 1455,8 kkal (88,39%)
KH (gr) 211,7gram (78,17%)
PROTEIN (gr) 56,5 gram (148.68%)
LEMAK (gr) 42,3 gram (92,45%)
FISIK/ KLINIS cukup
LAIN-LAIN Anak masih batuk

135
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
- Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa prevalensi balita wasting sebesar 10%.
Berdasarkan PHI, prevalensi tersebut tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil
Riskesdas tahun 2013, yaitu sebesar 12,1%.
- Penyebab wasting pada balita di kecamatan Bimbing adalah intake makanan yang
rendah dan tingginya kejadian penyakit ISPA pada balita. Intake makanan balita
dipengaruhi oleh frekuensi makan yang rendah dan tingginya prilaku penolakan
makan pada baita. Sedangkan kejadian penyakit ISPA terjadi karena praktek
hygiene dan sanitasi yang rendah.
- Intervensi gizi yang diakukan bertujuan untuk meningkatkan intake makan balita,
sehingga kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi terkait
makanan seimbang dan frekuensi makan yang tepat untuk balita, serta cara
mengatasi balita yang susah makan.
- Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan edukasi gizi yang dilakukan
kepada 7 ibu/pengasuh balita, diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
yang ditujukkan hasil pre test sebesar 48,98% meningkat menjadi 81,63% pada hasil
post test.

4.2 Saran
- Edukasi gizi sebaiknya dilakukan secara berkala, baik oleh ahli gizi maupun oleh
kader posyandu yang terlatih dengan menggunakan metode edukasi yang bervariasi
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat.
- Dilakukannya kegiatan yang dapat menarik minat ibu balita untuk membawa
balitanya ke posyandu, misalnya dilakukan lomba masak pada periode posyandu
tertentu.

136
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013
Fatmah dan Nurasiah. 2002. Kebiasaan Makan Ibu dan Anak Usia 3-5 Tahun pada
Kelompok Sosio-Ekonomi Tinggi dan Rendah Di Kelurahan Rambutan dan
Penggilingan Jakarta Timur. Makara, Kesehatan, Vol. 6, No. 1. Jakarta.
Handono. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi, Pola Makan, dan Energi
Tingkat Konsumsi Dengan Status Gizi Anak Usia Lima Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Selogiri, Wonogiri. Jurnal Keperawatan, Vol. 1 No. 1.
Kemenkes RI. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
Bagi Balita Gizi Kurang. Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Mustapa Y, Saifuddin S, Abdul S. 2013. Analisis Faktor Determinan Kejadian Masalah Gizi
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilongo Kabupaten
Gorontalo Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin.
Namidin, Zainuri KS, Sri Dara Ayu. 2011. Asupan Sumber Vitamin A Alami Pada Anak Balita
di Kelurahan Togo-Togo Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto. Media Gizi
Pangan, Vol. XI, Edisi 1.
Notoatmodjo, Soekidjo, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta
Ramadhan. M. Arbi. 2011.Gambaran Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A pada Baalita
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2010. Laporan Magang. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Sari,D.I. 2011. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (Pmt-P) Terhadap
Pertumbuhan Balita Bawah Garis Merah (Bgm) Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan
Kediri. Jurnal Penelitian STIKES RS Baptis Kediri. Vol. 4 no. 1.

137
LAMPIRAN

1. Kegiatan edukasi
a. Penyuluhan gizi di posyandu mawar

b. Penyuluhan gizi di posyandu dahlia

2. Konseling peserta 1

3. Konseling peserta 2

138
4. Media yang digunakan
a. Booklet

139
140
b. Leaflet bahan makanan penukar

141
5. Absensi peserta
a. Posyandu mawar

b. Posyandu Dahlia

142

Вам также может понравиться