Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
FERIANA CHANDRA
F24060576
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
FORMULASI SNACK BAR TINGGI SERAT BERBASIS TEPUNG
SORGUM (Sorghum bicolor L), TEPUNG MAIZENA, DAN TEPUNG
AMPAS TAHU
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
FERIANA CHANDRA
F24060576
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Formulasi Snack Bar Tinggi Serat Berbasis Tepung
Sorgum (Sorghum Bicolor L), Tepung Maizena, dan
Tepung Ampas Tahu
Nama : Feriana Chandra
NIM : F24060576
Menyetujui
Bogor, Juli 2010
(Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS) (Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria, M.Sc.)
NIP: 19480409. 197302. 1. 001 NIP: 19490505. 199203. 2. 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Tanggal Lulus :
Feriana Chandra. F24060576. Formulasi Snack Bar Tinggi Serat Berbasis
Tepung Sorgum (Sorghum bicolor L), Tepung Maizena, dan Tepung Ampas
Tahu. Dibawah bimbingan Rizal Syarief dan Fransiska Rungkat Zakaria
RINGKASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan produk snack bar yang sehat,
kaya serat, dan dapat menjadi pangan fungsional. Selain memanfaatkan aktivitas
antioksidan komponen fitokimia dan mineral yang terdapat dalam sorgum, snack
bar ini juga memanfaatkan komponen serat pangan yang banyak terkandung
dalam tepung ampas tahu.
Untuk memperoleh snack bar sorgum ampas tahu yang begizi, disukai dan
dapat diterima secara organoleptik, maka dilakukan formulasi snack bar dalam 3
tahap yaitu penentuan formula snack bar (tahap I), penentuan suhu pemanggangan
(tahap II), dan pembuatan snack bar (tahap III). Uji organoleptik tahap I
dilakukan untuk mendapatkan dua taraf pada variabel perbandingan sorgum
dengan maizena, sedangkan uji organoleptik tahap II dilakukan untuk
memperoleh formula yang disukai berdasarkan atribut rasa, aroma, tekstur, dan
overall. Pada hasil uji organoleptik tahap I diperoleh taraf variabel perbandingan
sorgum maizena yang disukai adalah 3:1 dan 1:1. Variabel yang digunakan pada
formulasi (tahap III) adalah persentase penambahan tepung ampas tahu (20%,
12%, dan 8%) dan perbandingan antara sorgum maizena (3:1 dan 1:1) yang
diperoleh dari uji organoleptik tahap I. Oleh karena itu, pada formulasi ini
didapatkan 6 variasi formula. Pemilihan formula terbaik berdasarkan hasil uji
rating hedonik, analisis total serat pangan, dan aktivitas antioksidan. Formula-
formula tersebut dipanggang pada suhu atas oven 160C dan suhu bawah oven
140C (hasil tahap II).
Formula yang paling disukai berdasarkan atribut rasa, aroma, tektur, dan
keseluruhan (uji organoleptik tahap II) adalah formula-formula dari variasi dua
variabel, yaitu perbandingan sorgum dengan maizena (3:1 dan 1:1) dan persentase
penambahan tepung ampas tahu (12% dan 8%) paling disukai. Formula-formula
tersebut antara lain: A1B2 (3:1 dan 12%), A2B2 (1:1 dan 12%), A1B3 (3:1 dan
8%), dan A2B3 (1:1 dan 8%).
Semakin tinggi persentase penambahan tepung ampas tahu, semakin tinggi
kadar total serat pangan. Perbandingan sorgum dengan maizena 3:1 menghasilkan
produk dengan kandungan serat pangan lebih tinggi dibandingkan dengan 1:1.
Aktivitas antioksidan akan semakin tinggi jika proporsi penambahan sorgum
dalam produk tinggi.
Formula terbaik pada penelitian ini adalah formula dengan penambahan
tepung ampas tahu sebesar 12% dan perbandingan antara sorgum dan maizena
3:1. Selain disukai secara organoleptik, formula ini mengandung total serat
pangan 10.68%bk, aktivitas antioksidan 16.59 mg eqivalen vitamin C/100g
produk, kadar air 13.21 %bk, mineral 1.65 %bk, protein 9.50 %bk, lemak 16.06
%bk, dan karbohidrat 72.79 %bk. Kandungan mineral Fe, Zn, dan Ca yang
terdapat pada formula terbaik berturut-turut adalah 64 ppm, 23 ppm, dan 2046
ppm. Hasil pengukuran warna formula A1B2 adalah L= 59.63, a= +8.23, b=
+23.10, dan Hue= 70.38. Tingkat kekerasan snack bar sorgum ampas tahu
terpilih adalah 1600 gram force.
Formula terbaik dapat memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) serat
pangan harian manusia sebesar 15.68%, karbohidrat 8.89%, lemak 9.08%, protein
6.98%, kalsium 10.64%, zat besi 10.23%, dan Zn 8%. Snack bar ini dapat
diklaim sebagai pangan sumber serat, kalsium, dan zat besi dengan takaran saji 1
bar.
RIWAYAT HIDUP
i
KATA PENGANTAR
ii
7. Teman sepenelitianku: Stephanie, Erinna, dan Yessica. Terima kasih atas
kebersamaan dan dukungan kalian disaat suka maupun duka.
8. Sahabat-sahabat terbaikku di kostan (Puri Riveria 99) : Yurina, Margaret, Ko
Goto, Ko Suhendri, Ko Ica, Ko Dika, Ko Dial, Ko Glenn, Ko Deni, Martin, Ko
Icoez, Ko Budi, Lolo, Ko Sipit, Ko Baba, Babe, dan semua penghuni lainnya yang
telah memberi dukungan dan kehangatan layaknya keluarga.
9. Sahabat-sahabat terbaikku di ITP 43: Syenny, Richie, Stefanus, Stephanie G H,
Felicia, Dyas, Desonk, Nina, Stella, Jessica, Dessyana, Prima, Federika, Saphie,
Mario, Dyah, Widi, Risma, Rina B, Rina, Ius, Riza, Wonojatun, Zatil, Anto,
Rijali, Helena, Selma, dan teman-teman ITP 43 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terimakasih atas dukungan, doa, kebersamaan, dan nasehatnya. Semoga
tetap menjadi sahabat kemarin, hari ini, esok, dan selamanya.
10. Sahabat-sahabat terbaikku KMB IPB: Yuni, Theresia, Diana, Nadya, Limpey, Ko
Leo, Ko Kenci, Ko Andi, Ci Vero, Ci Stef, Eliana, Trancy, Kenny, Yunko, Edi,
Sally, Wahyu, Irene, Siska, dan teman-teman KMB yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan motivasi kalian selama ini.
11. Teman-teman ITP 42 dan IPN : Ci Irene, Ko Acel, Ci Eveline, Ci Teresia, Ci
Stella, Ci Yusi, Ci Diana, Ko Adi, Ci Beli, Ci Cha Cha, Ci Kalista, Kak Ester,
Kak Tuthie, Kak Midun, Kak Sina (trims atas pinjaman botolnya), Kak Siyam,
Kak Nono, Mbak Alina, Mbak Mutiara, Mbak Fonna, Bu Yuzda, Kak Anaz, Kak
Dito. Terima kasih atas bantuan, motivasi, saran, dan bimbingannya selama di
laboratorium dan saat pengolahan data.
12. Teman-temanku di Jakarta: Rosita, Henny, Elvira, Yohana, dan seluruh alumni
XII IPA 2006. Terima kasih atas dukungan dan dorongannya.
13. Pak Wahid, Pak Gatot, Pak Yahya, Pak Rojak, Bu Antin, Bu Rubiah, Pak Jun, Pak
Nur, Pak Yas, Mbak Ari, Bu Sari, Mas Edi, Pak Taufik, dan teknisi lainnya.
Terimakasih atas bantuannya, bimbingannya, masukkan, dan nasehat yang
diberikan selama di laboratorium.
14. Bapak-bapak di PITP, yang selalu melayani penulis dengan senang hati mencari
skripsi, buku, artikel, jurnal, dan fotokopi semua bahan-bahan tersebut untuk
kepentingan penulisan skripsi ini.
iii
15. Kepada staf-staf di UPT ITP: Bu Novi, Mbak Ani, Bu Kokom, Bu Sofi. Terima
kasih atas kesediaannya membantu penulis dalam menyelesaikan masalah
birokrasi.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
C. Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sorgum (Sorghum bicolor L) ................................................................ 4
B. Tepung Ampas Tahu (Okara Flour) ................................................... 11
C. Maizena ............................................................................................... 13
D. Snack Bar ............................................................................................ 14
E. Aktivitas Antioksidan ......................................................................... 15
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan .................................................................................................. 18
B. Alat dan Instrumen .............................................................................. 18
C. Metode Penelitian ............................................................................... 19
1. Penepungan sorgum ...................................................................... 19
2. Penepungan ampas tahu ................................................................ 20
3. Formulasi snack bar ...................................................................... 21
3.1. Penentuan formula snack bar .............................................. 21
3.2. Penentuan suhu pemanggangan snack bar .......................... 22
3.3. Pembuatan snack bar ........................................................... 23
4. Analisis bahan baku (tepung ampas tahu dan tepung sorgum)
dan snack bar ......................................................................... 25
4.1. Uji organoleptik ................................................................... 25
4.2. Analisis kimia ...................................................................... 25
v
4.2.1. Kadar serat pangan metode enzimatis...................... 25
4.2.2. Aktivitas antioksidan ............................................... 26
4.2.3. Kadar air metode oven ............................................. 27
4.2.4. Kadar abu ................................................................. 27
4.2.5. Kadar lemak metode soxhlet.................................... 28
4.2.6. Kadar protein metode Mikro-Kjeldhal..................... 28
4.2.7. Kadar karbohidrat .................................................... 29
4.2.8. Komposisi mineral Ca, Fe, dan Zn .......................... 29
4.3. Analisis fisik ........................................................................ 30
4.3.1. Analisis Warna ......................................................... 30
4.3.2. Analisis tekstur ........................................................ 31
5. Pemilihan formula terbaik snack bar ............................................ 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 34
A. Penepungan Sorgum ........................................................................... 34
B. Penepungan Ampas Tahu ................................................................... 35
C. Formulasi Snack Bar ........................................................................... 36
1. Penentuan formulasi snack bar ..................................................... 36
2. Penentuan suhu pemanggangan .................................................... 40
3. Pembuatan snack bar .................................................................... 41
D. Analisis Kimia Tepung Ampas Tahu dan Tepung Sorgum ................ 42
E. Analisis Formula Snack Bar ............................................................... 45
1. Uji organoleptik ............................................................................ 45
1.1. Rasa...................................................................................... 46
1.2. Aroma .................................................................................. 47
1.3. Tekstur ................................................................................. 48
1.4. Overall ................................................................................. 49
2. Kadar serat pangan ........................................................................ 51
3. Aktivitas antioksidan .................................................................... 53
4. Pemilihan formula terbaik............................................................. 55
5. Analisis proksimat keenam formula ............................................. 56
6. Analisis komposisi mineral Ca, Fe, dan Zn .................................. 59
7. Analisis warna ............................................................................... 61
vi
8. Analisis kekerasan bar .................................................................. 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 63
A. Kesimpulan ......................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 65
LAMPIRAN .............................................................................................. 70
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi kimia biji sorgum .......................................................... 5
Tabel 2. Karakteristik ampas tahu dan tepung ampas tahu ........................... 11
Tabel 3. Formulasi snack bar ........................................................................ 21
Tabel4. Penentuan suhu pemanggangan ....................................................... 23
Tabel 5. Formula snack bar ........................................................................... 23
Tabel 6. Pengaturan texture analyzer pada pengukuran bar.......................... 32
Tabel 7. Formula I pada tahap formulasi snack bar ...................................... 36
Tabel 8. Formula II pada tahap formulasi snack bar ..................................... 37
Tabel 9. Formula III pada tahap formulasi snack bar ................................... 38
Tabel 10. Formula IV pada tahap formulasi snack bar ................................... 39
Tabel 11. Formula V pada tahap formulasi snack bar..................................... 40
Tabel 12. Penentuan suhu pemanggangan ....................................................... 40
Tabel 13. Enam formulasi snack bar sorgum ampas tahu ............................... 42
Tabel 14. Hasil analisis tepung ampas tahu dan tepung sorgum ..................... 43
Tabel 15. Hasil analisis proksimat keenam formula ........................................ 57
Tabel 16. Kandungan mineral Ca, Fe, Zn formula terbaik (20 tepung ampas
tahu; sorgum:maizena= 3:1) ............................................................ 60
Tabel 17. Hasil analisis warna dengan chromameter ...................................... 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur biji sorgum .................................................................. 4
Gambar 2. Struktur asam fenolik pada sorgum yaitu turunan asam
benzoat dan turunan asam sinamat ........................................... 6
Gambar 3. Struktur antosianin pada sorgum yaitu apigenidin dan
luteolinidin................................................................................ 7
Gambar 4. Struktur proantosianidin atau tanin pada sorgum ..................... 8
Gambar 5. Tepung ampas tahu dan produk berbahan baku ampas tahu .... 12
Gambar 6. Snack bar yang ada di pasaran ................................................. 14
Gambar 7. Reaksi reduksi terhadap warna dari senyawa DPPH ................ 17
Gambar 8. Diagram alir pembuatan tepung sorghum ................................ 19
Gambar 9. Diagram alir pembuatan tepung ampas tahu ............................ 20
Gambar 10. Diagram alir pembuatan snack bar........................................... 24
Gambar 11. Texture Analyzer ....................................................................... 32
Gambar 12. Diagram alir penentuan formula terbaik................................... 33
Gambar 13. Snack bar sorgum ampas tahu .................................................. 42
Gambar 14. Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap atribut rasa
produk ....................................................................................... 46
Gambar 15. Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap atribut aroma
produk ....................................................................................... 48
Gambar 16. Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap atribut tekstur
produk ....................................................................................... 49
Gambar 17. Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap keseluruhan
atribut produk ........................................................................... 50
Gambar 18. Kadar serat pangan dari keenam formula ................................. 52
Gambar 19. Grafik aktivitas antioksidan dari keenam formula ................... 54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner uji rating hedonik tahap I .........................................70
Lampiran 2. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik tahap I .....................71
Lampiran 3. Hasil analisis uji rating hedonik tahap I ....................................72
Lampiran 4. Kuesioner uji rating hedonik tahap II........................................73
Lampiran 5. Rekapitulasi data hasil uji ranting hedonik tahap II atribut
rasa ............................................................................................74
Lampiran 6. Hasil analisis uji rating hedonik atribut rasa metode ANOVA
dengan uji lanjut Duncan .........................................................75
Lampiran 7. Rekapitulasi data hasil uji ranting hedonik tahap II atribut
aroma .........................................................................................76
Lampiran 8. Hasil analisis uji rating hedonik atribut aroma metode
ANOVA dengan uji lanjut Duncan ...........................................77
Lampiran 9. Rekapitulasi data hasil uji ranting hedonik tahap II atribut
tekstur ........................................................................................78
Lampiran 10. Hasil analisis uji rating hedonik atribut tekstur metode
ANOVA dengan uji lanjut Duncan ...........................................79
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Hasil Uji Ranting Hedonik Keseluruhan
(overall) .....................................................................................80
Lampiran 12. Hasil analisis uji rating hedonik overall metode ANOVA
dengan uji lanjut Duncan ..........................................................81
Lampiran 13. Hasil analisis kandungan serat pangan keenam formula...........82
Lampiran 14. Hasil pengolahan data total serat pangan dengan SPSS 15.......83
Lampiran 15. Kurva standard analisis kapasitas antioksidan tepung
sorgum, tepung ampas tahu, dan produk ...................................84
Lampiran 16. Lanjutan kurva standard analisis kapasitas antioksidan
tepung sorgum, tepung ampas tahu, dan produk .......................85
Lampiran 17. Data analisis aktivitas antioksidan tepung sorgum, tepung
ampas tahu, dan produk.............................................................86
Lampiran 18. Hasil pengolahan data aktivitas antioksidan dengan SPSS 15 ..87
Lampiran 19. Data analisis kadar air tepung sorgum, tepung ampas tahu,
x
dan produk.................................................................................88
Lampiran 20. Hasil pengolahan data kadar air dengan SPSS 15 .....................89
Lampiran 21. Data analisis kadar mineral tepung sorgum, tepung ampas
tahu, dan produk ........................................................................90
Lampiran 22. Hasil pengolahan data kadar mineral dengan SPSS 15 .............90
Lampiran 23. Data analisis kadar protein tepung sorgum, tepung ampas
tahu, dan produk ........................................................................91
Lampiran 24. Hasil pengolahan data kadar protein dengan SPSS 15..............92
Lampiran 25. Data analisis kadar lemak tepung sorgum, tepung ampas tahu,
dan produk.................................................................................93
Lampiran 26. Hasil pengolahan data kadar lemak dengan SPSS 15 ...............94
Lampiran 27. Data analisis kadar karbohidrat tepung sorgum, tepung
ampas tahu, dan produk.............................................................95
Lampiran 28. Hasil pengolahan data kadar karbohidrat dengan SPSS 15 ......96
Lampiran 29. Data kandungan mineral snack bar formula terbaik .................97
Lampiran 30. Hasil pengukuran warna snack bar formula terbaik .................97
Lampiran 31. Data analisis kekerasan dengan Texture Analyzer ....................97
Lampiran 32. Informasi nilai gizi snack bar sorgum ampas tahu terpilih .......98
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menimbulkan persoalan bagi bangsa
Indonesia dalam hal penyediaan pangan, sandang, dan papan yang cukup sulit.
Demikian pula dengan masalah kekurangan gizi dan pangan yang tidak membawa
manfaat kesehatan bagi yang mengkonsumsi semakin hari semakin bertambah,
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Keadaan tersebut
disebabkan kurangnya pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
Indonesia merupakan negara penghasil berbagai serealia yang mengandung
banyak nutrisi penting bagi tubuh manusia. Serealia berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan. Namun, saat ini masyarakat
Indonesia sangat bergantung pada gandum dan beras. Tingginya permintaan
masyarakat Indonesia akan beras dan gandum mengharuskan pemerintah untuk
mengimpor komoditi tersebut dari luar negeri padahal masih banyak sumber
pertanian yang dapat berfungsi sebagai pengganti gandum maupun beras guna
menjadi bahan baku pangan berkualitas.
Saat ini banyak berkembang produk makanan baru yang menawarkan
berbagai manfaat kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Banyaknya variasi
produk makanan baru kian menambah variasi pilihan konsumen dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsinya sehingga konsumen akan memilih makanan
yang lebih berguna bagi tubuhnya. Berbagai kandungan gizi dapat diperoleh
hanya dengan mengkonsumsi satu jenis makanan. Semakin praktis dan bergizi
suatu produk makanan, maka akan memberikan nilai jual lebih bagi produk
tersebut.
Sorgum (Sorghum bicolor L) merupakan salah satu jenis serealia yang dapat
tumbuh di Indonesia. Penggunaan hasil sorgum di Indonesia sebagian besar untuk
industri makanan ternak. Di samping itu peningkatan penggunaan sorgum sebagai
bahan pangan yang memiliki kandungan gizi lengkap masih sangat terbatas.
Sorgum mengandung senyawa senyawa polifenol yang memiliki daya
antioksidan sangat besar, lebih besar dari vitamin E dan vitamin C yang selama ini
dikenal sebagai antioksidan alami (Awika dan Rooney, 2004).
1
Konsumsi suplemen serat bukan hal yang harus dipromosikan di negara
Indonesia, apabila masyarakat telah mengenal dan mengkonsumsinya dari
berbagai sumber, khususnya sayuran, buah, dan biji-bijian. Mengkonsumsi serat
lebih dari 35 gram, sebenarnya sudah tidak membutuhkan tambahan lagi. Namun
demikian, pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia saat ini tengah
berlangsung secara dramatis, khususnya pada mereka yang tinggal di perkotaan.
Sesuai dengan irama hidupnya orang kota cenderung meninggalkan produk-
produk pangan konvensional yang umumnya kaya akan serat.
Serat kedelai yang diperoleh dari pengeringan ampas tahu merupakan salah
satu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber serat bagi tubuh. Pemanfaatan ini
menambah diverifikasi dan memberikan nilai tambah gizi limbah ampas tahu
selain sebagai pakan ternak dan bahan baku dalam pembuatan oncom. Tepung
ampas tahu dapat memenuhi kecukupan serat pangan harian hingga lebih dari
100% tiap 100 gram. Oleh karena itu, tepung ampas tahu dapat dijadikan sebagai
bahan baku pangan fungsional.
Penggabungan serat kedelai dan sorgum sebagai bahan dasar produk pangan
memungkinkan untuk dihasilkannya suatu pangan fungsional berupa snack bar
kaya serat dengan efek sinergis serat pangan dan senyawa polifenol sebagai
pangan antioksidan yang diterima konsumen. Dengan adanya produk snack bar
tersebut diharapkan konsumsi sorgum dan serat kedelai sebagai sumber serat dan
antioksidan dapat ditingkatkan.
B. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan formulasi snack bar sorgum ampas tahu yang dapat
diterima, disukai secara organoleptik, mengandung zat gizi serat pangan,
antioksidan, dan mineral yang tinggi.
2. Menentukan karakteristik kimia dan fisik snack bar sorgum ampas tahu.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah snack bar sorgum
ampas tahu dapat memenuhi kebutuhan zat gizi harian manusia yang
mengkonsumsi terutama serat pangan, antioksidan berupa senyawa polifenol, dan
mineral (Ca, Fe, dan Zn). Zat-zat gizi tersebut diharapkan dapat membantu
2
menurunkan kolesterol, mencegah pertumbuhan kanker kolon, mengatasi
sembelit, dan berbagai masalah nutrisi lainnya. Informasi data snack bar sorgum
ampas tahu yang diperoleh, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh industri kecil dan
industri rumah tangga.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
lembaga
perikarp
4
Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan sebagian Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Sirappa, 2003).
Menurut Hulse et al. (1980) sorgum termasuk famili Graminae dan
merupakan tanaman musim panas meskipun beberapa varietasnya dapat
beradaptasi dengan iklim setempat. Sorgum tumbuh secara efektif pada daerah
tropis dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, suhu 20-380C,
kelembaban udara 20-40%, curah hujan 380-1100 mm/tahun, dan kisaran pH 5,5-
8,5. Komposisi kimia dari biji sorgum dapat dilihat pada Tabel 1.
5
benzoat, sedangkan flavonoid meliputi tanin dan antosianin sebagai konstituen
yang paling banyak diisolasi dari sorgum (Awika dan Rooney, 2004). Struktur
asam fenolik dari sorgum dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur asam fenolik pada sorgum yaitu turunan asam benzoat dan
turunan asam sinamat (Awika dan Rooney, 2004)
Antosianin merupakan salah satu kelas utama dari flavonoid yang paling
banyak dipelajari dari sorgum (Awika dan Rooney, 2004). Antosianin pada
sorgum tidak seperti antosianin pada umumnya. Antosianin yang terkandung
dalam sorgum dinilai unik karena strukturnya tidak memiliki gugus hidroksil pada
cincin karbon (C) nomor 3 sehingga dinamakan 3-deoksiantosianin. Keunikan
tersebut menyebabkan antosianin pada sorgum lebih stabil pada pH tinggi
dibanding antosianin yang diisolasi dari buah-buahan atau sayur-sayuran pada
umumnya. Antosianin pada sorgum yang telah diidentifikasi adalah apigenidin
dan luteolinidin. Struktur apigenidin dan luteolinidin dapat dilihat pada Gambar
3.
6
R1 = H1R2 = H1R3 = H :apigenidin
R1 = OH1R2 = H1R3 = H : luteolinidin
Gambar 3. Struktur antosianin pada sorgum yaitu apigenidin
dan luteolinidin (Awika dan Rooney, 2004)
Komponen flavonoid yang lain dari sorgum selain antosianin adalah senyawa
tanin. Tanin adalah senyawa fenolik yang larut dalam air dengan berat molekul
antara 500-3000 kDa. Senyawa tanin pada sorgum memiliki berbagai peranan,
antara lain untuk melindungi biji dari predator burung, serangga, dan kapang
(Fusarium tapsinum dan Aspergillus flavus) dengan bertindak sebagai fitoaleksin
dan meningkatkan rasa astringen sehingga sorgum tidak disukai. Tanin dari
sorgum menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat tinggi secara in vitro.
Tanin dengan berat molekul tinggi memiliki aktivitas antioksidan terbaik
dibandingkan antioksidan alami lainnya. Hal tersebut berhubungan dengan
banyaknya jumlah cincin aromatik dan gugus hidroksil yang dimiliki oleh tanin,
dimana semakin banyak jumlah cincin aromatik dan gugus hidroksil akan semakin
tinggi aktivitas antioksidannya. Tanin tidak dapat berperan sebagai prooksidan
sehingga dinilai sebagai salah satu antioksidan yang potensial bagi tubuh. Struktur
tanin pada sorgum dapat dilihat pada Gambar 4.
7
Gambar 4. Struktur proantosianidin atau tanin pada sorgum
(Awika dan Rooney, 2004)
8
Mc Carthy (2002), polikosanol berpotensi menurunkan kolesterol dibandingkan
statin, obat penurun kolesterol yang mahal dan berpotensi bahaya. Castano et al.
melaporkan, 10 mg polikosanol per hari lebih efektif dalam menurunkan LDL dan
meningkatkan HDL daripada 20 mg lovastatin per hari serta tidak menimbulkan
efek toksik bagi yang mengkonsumsi bahkan hingga dosis yang tinggi. Manfaat
lain dari polikosanol adalah pada peroksidasi lipid, agregasi platelet, dan
proliferasi sel otot halus. Oleh karena itu, polikosanol dapat menjadi pangan
alternatif pengganti statin.
Sorgum memiliki berbagai efek positif bagi kesehatan yang berkaitan erat
dengan berbagai komponen bioaktif terutama senyawa fenolik yang dimilikinya
(Awika dan Rooney, 2004). Peranan sorgum dalam mencegah cardiovascular
disease (CVD) dilaporkan oleh Cho et al. (2000) yang menyatakan bahwa ekstrak
heksana sorgum dapat menghambat pembentukan 3-hidroksi-3-metilglutaril CoA
(HMG-CoA) reduktase pada sel hati tikus. Penelitian dari Lee dan Pan (2003)
juga melaporkan bahwa senyawa tanin sorgum dapat menghambat 63-97%
oksidasi asam linoleat pada hemoglobin dibandingkan kedelai (13%) dan dedak
padi (78%). Kemampuan sorgum dalam menurunkan kadar kolestrol darah juga
dilaporkan oleh yang menyatakan bahwa dedak sorgum memiliki kemampuan
menurunkan kadar kolestrol darah lebih baik dibanding gandum dan jagung.
Manfaat kesehatan sorgum lainnya adalah peranannya dalam membantu
ketersediaan pangan bagi penderita diabetes militus dan obesitas yang dibuktikan
oleh penelitian Awika dan Rooney (2004) yang menyatakan bahwa senyawa tanin
pada sorgum menyebabkan sorgum dicerna lebih lambat dibanding serealia lain.
Menurut Muriu et al. (2002), mekanisme yang terjadi disebabkan senyawa tanin
yang terdapat pada sorgum akan menurunkan nilai gizi makanan yang dikonsumsi
dengan cara berikatan dengan protein dan karbohidrat membentuk suatu komplek
yang lambat didegradasi oleh enzim-enzim pencernaan. Mekanisme peranan
sorgum dalam menghambat obesitas lainnya adalah kemampuan senyawa tanin
pada sorgum untuk berikatan dengan enzim-enzim pencernaan seperti sukrase,
amylase, tripsin, kimotripsin dan lipase (Al-Mamary et a.l, 2001; Lizardo et al.,
1995).
9
Aktivitas anti mutagenik sorgum dibuktikan oleh penelitian Grimmer et al.
(1992) yang menunjukkan bahwa senyawa tanin pada sorgum memiliki aktivitas
anti mutagenik lebih tinggi dibanding senyawa tanin dengan berat molekul lebih
rendah. Sebuah studi yang dilakukan oleh Turner et al. (2006) melaporkan bahwa
tanin dari dedak sorgum dapat mereduksi kanker kolon pada tikus percobaan,
dimana studi dilakukan dengan cara pemberian diet berupa dedak sorgum hitam,
selulosa dan sorgum putih. Aktivitas antikanker kolon terbaik didapat pada dedak
sorgum hitam dimana hasil yang didapat diduga berkorelasi dengan adanya
aktivitas antioksidan dari sorgum. Mekanisme anti kanker kolon dari sorgum
memiliki hubungan erat dengan senyawa tanin pada sorgum. Mekanisme tersebut
mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rios et al. (2002) yang
melaporkan bahwa senyawa tanin tidak terdegradasi setelah melewati saluran
pencernaan pada manusia. Tanin baru akan terdegradasi oleh mikroflora yang
terdapat di kolon menjadi asam fenolik yang dapat berperan sebagai antioksidan
di dalam sistem pencernaan di kolon (Rios et al., 2002).
Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum
produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar. Beberapa varietas sorgum yang
telah dikenal di Indonesia adalah Malang 26, Birdproof, Ketengu, Pretoria, Darsa
dan Cempaka. Varietas-varietas yang dikembangkan oleh Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor diantaranya adalah varietas UPCA-S1, UPCA-S2, No.46,
No.6c dan No.7c. Menurut Suarni (2004), balai penelitian tanaman serealia
Indonesia pada tahun 2001 telah melepas dua varietas sorgum unggul baru yaitu
Kawali dan Numbu yang berasal dari India. Potensi hasil kedua varietas tersebut
masing-masing 4,76 ton/ha dan 5,05 ton/ha dengan rata-rata hasil 3,0 ton/ha dan
berumur 90 hari. Varietas Kawali dan Numbu memiliki tangkai yang kompak dan
besar, tahan terhadap rebah, penyakit karat serta penyakit bercak daun. Kedua
varietas ini ditanam di beberapa daerah antara lain di Demak (Jawa Tengah),
Gunungkidul dan daerah Bantul (Daerah Istimewa Yogyakarta).
10
B. Tepung Ampas Tahu
Ampas tahu atau okara (Martos dan Ruprez, 2009) merupakan residu
berserat yang diperoleh dari pengolah susu kedelai dan tahu. Ampas tahu masih
mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi karena pada proses pembuatan
tahu tidak semua bagian protein kedelai bisa terekstrak. Ampas tahu mengandung
20% - 27% bk protein (Katayama dan Wilson, 2008) dan 53.23% bb serat pangan
(Hartono, 2004). Tepung ampas tahu diperoleh dari penepungan ampas tahu yang
telah dikeringkan. Pemanfaatan ampas tahu dalam bentuk tepung memudahkan
dalam penyimpanannya, pengaplikasian, dan pengoptimalan kadar protein dan
serat.
Pembuatan tepung ampas tahu sebagai alternatif ingredient pangan fungsional
meliputi tahap pengepresan, pembersihan, pengeringan dengan drum drier,
penghalusan dengan disc mill, dan pengayakan hingga diperoleh tepung ampas
tahu dengan tingkat kehalusan 100 mesh (Sulistiani, 2004).
11
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat perubahan ampas tahu sebelum dan
sesudah menjadi tepung ampas tahu atau tepung serat kedelai. Tepung ampas tahu
ternyata masih memiliki karakteristik kimia yang baik.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan kecukupan konsumsi serat, 100 g
tepung ampas tahu mampu memenuhi kebutuhan serat pangan (dietary fiber)
sebesar 190.88%, dengan rata-rata kecukupan serat pangan sebesar 25
g/orang/hari (Hartono,2004). Menurut FDA (2009), bahan pangan dapat dikatakan
tinggi serat pangan (high dietary fiber) apabila dapat memenuhi 20% Angka
Kecukupan Gizi (AKG), sehingga tepung ampas tahu ini dapat diklaim sebagai
pangan tinggi serat. Gambar tepung ampas tahu dan produk berbahan baku ampas
tahu yang dijual dipasaran dapat dilihat pada Gambar 5.
12
pada produk fermentasi ampas tahu, melainkan mulai dijadikan bahan baku kue
antara lain muffin, cookies, brownies, dan produk lainnya.
Ampas tahu yang telah ditepungkan sangat memungkinkan untuk dijadikan
sebagai pangan fungsional (functional food) berupa snack bar karena tepung
ampas tahu mengandung serat pangan dalam jumlah cukup tinggi. Tingginya
kandungan serat pangan yang dimiliki tepung ampas tahu sangat bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan serat harian manusia (25g/orang/hari). Serat pangan
yang terkandung dalam tepung ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai prebiotik
bagi mikroflora di usus manusia (Martos dan Ruprez, 2009).
C. Maizena
Maizena merupakan salah satu jenis bahan pengikat. Bahan pengikat adalah
bahan yang digunakan dalam makanan untuk mengikat air yang terdapat dalam
adonan. Fungsi bahan pengikat adalah untuk menurunkan penyusutan akibat
pemasakan, memberi warna yang terang, meningkatkan elastisitas produk,
membentuk tekstur yang padat, dan menarik air dari adonan.
Maizena dibuat dari jagung yang telah mengalami tahap-tahap proses
pembersihan dalam air 50C selama 30-36 jam, pemisahan lembaga,
pengembangan, penggilingan halus, penyaringan, sentrifugasi, pencucian, dan
pengeringan pati (Winarno, 1997). Maizena mempunyai granula-granula yang
berbentuk poligonal dan bulat. Diameter maizena berkisar antara 5-25 mikron
(Elingosa, 1994). Kandungan zat gizi tepung maizena per 10 gram adalah sebagai
berikut: kadar air 14%, kadar abu 0.8%, protein 0.3%, lemak 0%, dan karbohidrat
98.8%.
Maizena mempunyai rasa yang tidak manis dan tidak larut dalam air dingin,
tetapi di dalam air panas dapat membentuk sol atau gel yang bersifat kental.
Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.
Amilosa mempunyai struktur lurus, sedangkan amilopektin memiliki struktur
bercabang (Winarno, 1997). Perbandingan antara amilosa dan amilopektin
berbeda untuk setiap jenis pati dan tergantung tumbuhan spesies asalnya.
Kandungan amilosa maizena adalah 24%, sedangkan amilopektin maizena sebesar
76%. Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin berperan dalam
pembentukan adonan. Semakin besar kandungan amilopektin atau semakin kecil
13
kandungan amilosa bahan yang digunakan, semakin lekat produk olahannya
(Winarno, 1997).
D. Snack bar
Snack bar merupakan produk baru bagi masyarakat Indonesia. Snack bar
adalah peganan padat yang berbentuk batang dan merupakan campuran dari
berbagai bahan kering seperti sereal, kacang-kacangan, buah-buahan kering yang
digabungkan menjadi satu dengan bantuan binder. Binder dalam bars dapat
berupa sirup, nougat, karamel, coklat, dan lain-lain. Snack bar disukai oleh
masyarakat negara lain karena bentuknya yang praktis sehingga dapat dimakan
tanpa kesulitan. Gambar 6 memperlihatkan berbagai produk snack bar yang ada
di pasaran.
14
dikonsumsi, akan dikembangkan produk snack bar berbasis sorgum dan tepung
ampas tahu. Setelah ditemukan produk yang memiliki tingkat penerimaan terbaik,
maka produk snack bar tersebut akan dianalisis untuk mengetahui sifat
fisikokimianya.
E. Aktivitas Antioksidan
Antioksidan mempunyai arti perlawanan oksidasi. Pada saat radikal bebas
menerima elektron dari antioksidan, maka senyawa ini tidak reaktif lagi dan tidak
merusak sel akibat proses oksidasi telah terputus.
Menurut Pokorny et al. (2008), golongan flavonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin dan flavonol. Sementara
turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam fenolat, asam klorogenat dan
lain-lain. Senyawa antioksidan alami polifenolik ini bersifat multifungsional dan
dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal, pengkelat logam dan
peredam terbentuknya singlet oksidan. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang
berkaitan erat dengannya, sehingga flavonoid merupakan salah satu golongan
fenol yang terbesar. Lebih lanjut disebutkan bahwa sebenarnya flavonoid terdapat
dalam semua jenis tumbuhan, sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap
ekstrak tumbuhan. Kebanyakan golongan flavonoid dan senyawa yang berkaitan
erat dengannya memiliki sifat-sifat antioksidan.
Proses oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas terdiri dari tiga tahap
utama, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut ;
Inisiasi : RH R + H (1)
Propagasi : R + O2 ROO (2)
: ROO + RH ROOH + R (3)
15
Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan senyawa radikal yang bersifat tidak
stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Pada
tahap propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk
radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi akan menyerang asam lemak
menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3). Tanpa
adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi dengan
membentuk kompleks radikal bebas (reaksi 4). Hidroperoksida yang terbentuk
bersifat tidak stabil kemudian terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-
senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida, keton dan alkohol.
Tang (1992) menyatakan bahwa senyawa fenolik dapat mencegah terjadinya
autooksidasi yang disebabkan radikal bebas karena termasuk golongan
antioksidan. Peranan senyawa fenolik sebagai antioksidan berkaitan dengan
peranannya sebagai donor atom hidrogen pada senyawa radikal. Antioksidan akan
bereaksi dengan senyawa radikal, terutama radikal peroksi (ROO), reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut ;
16
Gambar 7. Reaksi reduksi terhadap warna dari senyawa DPPH
(www.naturalsolution.co.kr )
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah proses reduksi senyawa DPPH oleh
antioksidan yang menghasilkan pengurangan intensitas warna dari larutan DPPH.
Pemudaran warna akan mengakibatkan penurunan nilai absorbansi sinar tampak
dari spektrofotometer. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan , -diphenyl--
picrylhydrazine, melalui kemampuan antioksidan menyumbang hidrogen.
Semakin pudarnya warna DPPH setelah direaksikan dengan antioksidan
menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar pula.
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan snack bar ini, yaitu sorgum varietas
kawali, tepung maizena (Maizenaku), tepung ampas tahu yang dibuat di
laboratorium, selai nenas yang yang dibuat di laboratorium (TPT=67%), susu
bubuk fullcream (Dancow Enrich rasa vanila), telur, dan minyak goreng (Bimoli
Special). Bahan yang digunakan untuk analisis, yaitu heksana, HCl, K2SO4, HgO,
H2SO4, NaOH-Na2S2O3, H3BO3, indikator MR-MB (campuran 2 bagian merah
metal 0.2% dalam alkohol dan 1 bagian methylene blue 0.2% dalam alkohol),
indikator phenoptalein, DPPH (1,1-diphenil-2-picrylhydrazil), metanol pro
analysis, 0.1 M buffer fosfat pH 6.0, alpha amylase, HCl, pepsin, aluminium foil,
NaOH, pankreatin, aseton, etanol 78%, etanol 95% , kertas saring, dan aquades.
18
C. Metode Penelitian
1. Penepungan sorgum (modifikasi Yanuar, 2009)
Sorgum varietas kawali yang diperoleh dari salah satu supplier di
Gunung Kidul disosoh dengan Satake Grain Mill selama 20 detik dengan
kapasitas 200 gram sekali sosoh. Setelah menjadi biji sorgum bebas kulit,
sorgum ditepungkan dengan disc mill. Untuk menyeragamkan ukuran partikel
tepung, dilakukan pengayakan dengan automatic siever dengan kerapatan 100
mesh. Oleh karena itu, diperoleh tepung sorgum lolos ayakan 100 mesh dan
yang tidak lolos ayakan 100 mesh.
\
Biji sorgum utuh
Tepung sorgum
19
2. Penepungan ampas tahu (modifikasi Sulistiani, 2004)
Ampas tahu yang diperoleh dari pembuatan tahu skala laboratorium
dikeringkan ke dalam tray drier selama 5 jam pada suhu 50C - 65C. Ampas
tahu kering yang diperoleh ditepungkan dengan disc mill. Tepung ampas tahu
yang belum seragam ukuran partikelnya, diayak dengan automatic siever
ukuran 100 mesh. Tepung yang tidak lolos ayakan akan ditepungkan kembali
untuk meningkatkan rendemen tepung ampas tahu.
Ampas tahu
20
3. Formulasi snack bar
Formulasi snack bar ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu penentuan
formulasi snack bar, penentuan suhu pemanggangan, dan pembuatan snack
bar menjadi enam formula berdasarkan variabel yang diberikan.
3.1. Penentuan formula snack bar (tahap I)
Tahap formulasi snack bar ini menggunakan berbagai bahan baku
yang biasa digunakan sebagai bahan baku utama snack bar seperti tepung
dan bahan pengikat. Formula terakhir yang diperoleh (formula V)
digunakan pada tahap selanjutnya, yaitu tahap pembuatan snack bar.
Tabel 3. Formulasi snack bar
Formula Bahan Jumlah (gram)
Tepung terigu 125
Tepung sorgum 14
Tepung ampas tahu 11
Margarin 20
I Madu 10
High frutose syrup 10
Susu full cream 8
Gula bubuk 32
Telur 8
Tepung terigu (sangrai) 5
Tepung tapioka (sangrai) 5
Tepung sorgum 10
Tepung ampas tahu 5
Margarin 10
Peanut butter 10
II
Madu 4
High frutose syrup 4
Susu full cream 4
Gula bubuk 5
Telur 4
Air 2
21
Tepung tapioka 10
Tepung sorgum 10
Tepung ampas tahu 5
High frutose syrup 10
III Susu full cream 4
Gula bubuk 5
Putih telur 4
Bubuk kayu manis 1
Air 2
Tepung tapioka 10
Tepung sorgum 10
Tepung ampas tahu 5
High frutose syrup 10
IV Susu full cream 4
Gula bubuk 5
Putih telur 4
Bubuk kayu manis 1
Minyak goreng 2
Tepung maizena 10
Tepung sorgum 10
Tepung ampas tahu 5
V Selai nenas 14
Susu full cream 4
Telur 6
Minyak goreng 3
22
Tabel 4. Penentuan suhu pemanggangan
Bagian atas Bagian bawah
180C 180C
160C 160C
140C 140C
Bobot (gram)
Bahan A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
(F1) (F2) (F3) (F4) (F5) (F6)
Sorgum 180 120 198 132 207 138
Maizena 60 120 66 132 69 138
Ampas tahu 60 60 36 36 24 24
Selai nenas 168 168 168 168 168 168
Telur 72 72 72 72 72 72
Susu bubuk 48 48 48 48 48 48
Minyak goreng 36 36 36 36 36 36
1
Formulasi dibuat dengan basis tepung 300 gram.
2
A=rasio sorgum:maizena (A1=3:1; A2=1:1); B=jumlah tepung ampas tahu
(B1=20%; B2=12%; B3=8%)
23
Bahan kering seperti tepung sorgum, tepung maizena, tepung ampas
tahu, dan susu bubuk full cream dicampur kering. Setelah itu
ditambahkan bahan basah seperti telur, selai nenas (TPT=67%), dan
minyak. Adonan dicampur sampai merata dan tidak lengket. Adonan
tersebut kemudian digiling (sheeting) dengan mesin sheeter pada
ketebalan 1.3 cm. Adonan yang telah digiling dengan ketebalan 1.3 cm,
dicetak dengan ukuran 10 cm x 3 cm. Adonan yang telah siap tersebut
dipanggang dengan suhu atas 160C dan suhu bawah 140C selama 25
menit. Setelah matang, bar didinginkan selama 30 menit lalu dikemas
dengan kemasan plastik aluminium.
Pencampuran kering
Sheeting
Snack Bar
24
4. Analisis bahan baku (tepung ampas tahu dan tepung sorgum) dan
snack bar
4.1. Uji organoleptik (Adawiyah dan Waysima, 2008)
Uji organoleptik pada penelitan ini terdiri dari 2 tahap, yaitu
penentuan dua perbandingan sorgum dengan maizena yang disukai
(tahap I) dan uji organoleptik enam formula yang diperoleh dari
perlakuan dua variabel. Keenam formula tersebut (A1B1, A2B1, A1B2,
A2B2, A1B3, dan A2B3) dilakukan uji ranting hedonik pada atribut rasa,
aroma, tekstur, dan keseluruhan (overall). Skala yang digunakan adalah
skala 1 hingga 5 (1 = sangat tidak disukai hingga 5 = sangat disukai).
Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang.
Data akan diolah dengan uji ANOVA dengan =0.05 dan uji lanjut
adalah uji Duncan.
25
dengan kertas saring Whatman no. 4.2, dicuci dengan 2 x 10 ml air
destilata. Residu (Insoluble Fiber). Residu dalam kertas saring dicuci
dengan dengan 2 x 10 ml etanol 90% dan 2 x 10 ml aseton. Kertas
saring dikeringkan pada suhu 105C sampai bobot tetap dan
ditimbang setelah didinginkan dalam desikator (DI). Kemudian
diabukan pada suhu 550C kurang lebih 5 jam setelah didinginkan
dalam desikator (LI).
Filtrat (Soluble Fiber). Volume filtrat diatur dan dicuci
dengan air sampai 100 ml, kemudian ditambahkan 400 ml etanol
95% hangat (60C) dan dibiarkan prespitasi selama satu jam (waktu
dapat diperpendek). Lalu disaring dengan Whatman no.4.2,
selanjutnya dicuci berturut-turut dengan 2 x 10 ml etanol 78%, 2 x
10 ml etanol 95% dan 2 x 10 ml aseton. Setelah kertas saring
dikeringkan dalam desikator (D2), dan terakhir diabukan pada suhu
550C selama kurang lebih 5 jam serta ditimbang setelah
pendinginan dalam desikator (L2).
Dilakukan pula perhitungan nilai serat blanko dengan
menggunakan prosedur seperti di atas tetapi tanpa menggunakan
sampel.
Perhitungan:
%serat makanan tidak larut= [(D1-L1-B1)/W]x100% (1)
% serat makanan larut = [(D2-L2-B2)/W]x100% (2)
% total serat pangan = (1) + (2)
26
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 7 ml metanol
(sebagai kontrol negatif adalah 9 ml metanol). Sebanyak 2 ml larutan
DPPH 1mM ditambahkan ke tabung reaksi lalu dikocok kuat
(vortex). Selanjutnya didiamkan selama 30 menit dalam suhu ruang
di ruang gelap. Setelah 30 menit, sampel diukur absorbansinya (A)
pada 517 nm. Hasil pengukuran absorbansi sampel dibandingkan
dengan kurva standar aktivitas antioksidan vitamin C (asam
askorbat) dengan satuan mg vitamin C equivalen/100g produk.
27
plate sampai tidak berasap lagi, kemudian dilakukan pengabuan di
dalam tanur listrik pada suhu 400C-600C selama 4 jam-6 jam atau
sampai terbentuk abu berwarna putih, sampel kemudian didinginkan
dalam desikator, selanjutnya ditimbang.
Kadar abu (% berat basah): x 100%
28
dalam labu Kjeldhal. kemudian ditambahkan 1 gram K2SO4 , 40 mg
HgO, dan 2 ml H2SO4. Jika bobot sampel lebih dari 15 mg,
ditambahkan 0.1 ml H2SO4 untuk setiap 10 mg bahan organic di atas
15 mg. sampel didihkan sampai cairan menjadi jernih.
Larutan kemudian dimasukkan ke dalam alat destilasi, dibilas
dengan akuades, dan ditambahkan 8 ml larutan NaOH-Na2S2O3. Gas
NH3 yang dihasilkan dari reaksi dalam alat destilasi ditangkap oleh 5
ml H3BO3 dalam Erlenmeyer yang telah ditambahkan 3 tetes
indikator (campuran 2 bagian merah metil 0.2% dalam alkohol dan 1
bagian methylene blue 0.2% dalam alkohol). Ujung tabung
kondensor harus terendam di bawah larutan H3BO3. Kondesat
tersebut kemudian dititrasi dengan HCL 0.02 N yang sudah
distandardisasi hingga terjadi perubahan warna kondensat menjadi
abu-abu. Penetapan blanko dilakukan dengan menggunakan metode
yang sama seperti penetapan sampel. Kadar protein dihitung dengan
menggunakan rumus:
Kadar N(%)=
29
sampel yang dilakukan adalah sebagai berikut. Mula-mula sampel
sebanyak 1-2 g (untuk blanko tidak ditambahkan sampel)
dimasukkan ke dalam cawan porselin ukuran 50 ml yang telah
dikeringkan (1000C, 15 menit) dan telah didinginkan. Selanjutnya
sampel dibakar atau dioven 2500C sampai asapnya habis (2 jam) dan
diletakkan dalam tanur pengabuan 5500C selama 6 jam. Apabila
sampel tetap berwarna hitam ditambahkan 1 ml air destilata bebas
ion dan 1 ml HNO3 pekat. Kemudian diupakan sampai kering (110-
1500C), dan diabukan lagi 3500C selama 30 menit.
Setelah semua sampel telah menjadi abu berwarna putih,
ditambahkan 5 6 ml HCl pekat dan dipanaskan di hot plate dengan
suhu rendah sampai kering. Kemudian ditambahkan 15 ml HCl encer
(HCL: air = 1:1) dan dipanaskan kembali sampai mulai mendidih,
dan didinginkan. Larutan abu dituangkan ke dalam labu takar
melalui kertas saring. Cawan dibilas dengan HCl encer 10 ml dan
dipanaskan sampai mulai mendidih. Setelah didinginkan larutan
dituang kembali melalui kertas saring ke dalam labu takar.
Selanjutnya cawan dibilas dengan air destilata bebas ion minimal 3
kali, dan air bekas pembilasan juga dituang melalui kertas saring ke
dalam labu takar. Setelah itu labu takar ditepatkan sampai tanda
tera dengan air destilata, dan sampel siap dianalisis dengan Atomic
Absorption Spectrophotometer.
Kadar mineral (mg/l) =
30
standar warna putih. Sampel diletakkan pada tempat yang tersedia,
setelah menekan tombol start diperoleh nilai L, a dan b. Ketiga
parameter tersebut merupakan ciri notasi warna Hunter.
Notasi L berkisar antara 0 (hitam) hingga 100 (putih).
Notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dangan
nilai +a (positif) dari 0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai a
(negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b menyatakan
warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b (positif) dari
0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai b (negatif) dari 0
sampai 80 untuk warna biru. Selanjutnya dari nilai a dan b dapat
dihitung 0Hue dengan rumus:
0
Hue = tan-1
31
kalibrasi probe. Bar yang diukur kekerasannya diletakkan dibawah
probe dan Quick Run Test ditekan.
32
5. Pemilihan formula terbaik snack bar
Pemilihan formula snack bar terbaik pada penelitian ini didasarkan pada hasil
uji organoleptik, analisis serat pangan, dan analisis aktivitas antioksidan. Prioritas
pertama pemilihan formula terbaik ini adalah uji organoleptik sedangkan yang
kedua adalah kadar serat pangan dan aktivitas antioksidan.
Formula terbaik
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penepungan Sorgum
Penelitian ini menggunakan sorgum dengan varietas kawali yang diperoleh
dari kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Varietas ini banyak digunakan di
beberapa daerah penghasil sorgum. Selain itu, varietas ini mudah dibiakkan dan
memiliki potensi hasil yang tinggi.
Biji sorgum utuh harus disosoh untuk menghilangkan sekamnya sehingga
memudahkan proses penepungan. Pemilihan waktu penyosohan 20 detik
berdasarkan tingkat efisiensi penyosohan terhadap aktivitas antioksidan setelah
disosoh dan penerimaan panelis (Yanuar, 2009). Lapisan testa dalam perikarp
pada sorgum, banyak terdapat senyawa fenolik. Dua jenis pigmen yang terdapat
pada biji sorgum yaitu senyawa karotenoid dan senyawa polifenol yang terdapat
pada lapisan testa.
Penyosohan dilakukan menggunakan alat penyosoh Satake Grain Mill dengan
bobot sorgum sekali penyosohan adalah 200 gram selama 20 detik. Alat penyosoh
berfungsi untuk mengupas kulit biji sorgum dengan gaya gesekan yang terjadi
antara batu gerinda dengan biji sorgum,dan gesekan antar biji sorgum itu sendiri.
Berdasarkan penelitian Yanuar (2009), sorgum yang disosoh selama 20 detik akan
memiliki rendemen sebesar 85.6% .dan kadar air 10.34%
Tahap selanjutnya setelah penyosohan yaitu penepungan. Alat-alat yang dapat
digunakan untuk menepungkan sorgum antara lain hammer mill, roller mill, dan
pin mill. Alat penepung yang digunakan pada penelitian ini yaitu disc mill. Alat
ini terdiri dari dua piringan , satu piringan bersifat statis sedangkan piringan
lainnya berputar (dinamis). Prinsip kerja alat ini yaitu adanya gesekan antara
kedua piringan tersebut yang menyebabkan hancurnya biji menjadi partikel yang
lebih kecil.
Menurut Fellows (2000), disc mill cocok untuk menggiling produk-produk
pangan kering seperti pati, sedangkan hammer mill cocok untuk pangan berserat
seperti rempah-rempah. Selain itu, kecepatan putar disc mill lebih tinggi yaitu 80-
160 m/s dibandingkan hammer mill (40-50 m/s). Kecepatan putar yang lebih
tinggi diperlukan untuk menghasilkan tepung dengan ukuran partikel kecil.
34
Hancuran biji sorgum yang keluar dari alat penepung memiliki ukuran yang
tidak seragam sehingga perlu dilakukan pengayakan. Ukuran ayakan yang
digunakan yaitu 100 mesh dengan menggunakan automatic siever di pilot plan
SEAFAST. Rendemen tepung hasil penepungan dan pengayakan yaitu 28.67%
dari berat biji awal sebelum disosoh. Tepung yang tidak lolos ayakan dapat
digunakan sebagai bahan baku makanan lain untuk memaksimalkan penggunaan
sorgum seperti pembuatan bubur, flakes, tortilla, dan minuman pengganti sarapan.
B. Penepungan Ampas Tahu
Tepung adalah produk olahan pangan setengah jadi yang diolah dari bahan
asalnya menjadi berbentuk butiran halus. Tepung belum dapat dikonsumsi secara
langsung, tetapi harus diolah menjadi produk pangan siap santap. Ampas tahu
yang telah diubah menjadi bentuk tepung dimaksudkan untuk memudahkan
aplikasinya dalam pembuatan snack bar dibandingkan dalam bentuk asalnya yang
berupa ampas tahu basah yang tentunya sangat sulit untuk diformulasikan ke
dalam bentuk snack bar. Ampas tahu dalam bentuk tepung juga memudahkan
dalam hal penyimpanan karena memiliki daya simpan yang jauh lebih lama
dibandingkan ampas tahu basah.
Proses pembuatan tepung ampas tahu diawali dengan proses pengepresan
ampas tahu dengan menggunakan kain saring. Pengepresan bertujuan untuk
mengurangi kadar air ampas tahu. Hal ini tentunya akan mempermudah proses
selanjutnya, yaitu pada proses pengeringan. Setelah melalui proses pengepresan,
ampas tahu dikeringkan dengan menggunakan tray dryer pada suhu 50C - 65C
selama 5 jam dan menghasilkan ampas tahu kering dengan kadar air 7.90%.
Setelah itu, proses dilanjutkan dengan penggilingan tepung menggunakan
disc mill. Untuk memperoleh ukuran partikel yang lebih seragam, ampas tahu
kering yang telah dihancurkan diayak dengan automatic siever ukuran 100 mesh,
sehingga diperoleh tepung ampas tahu yang halus dan mudah untuk diaplikasi
pada pembuatan snack bar. Tepung yang tidak lolos ayakan 100 mesh kembali
ditepungkan dengan disc mill untuk memaksimalkan rendemen ampas tahu.
Rendemen tepung ampas tahu yang diperoleh adalah 9.89% dari ampas tahu
basah. Sisa tepung ampas tahu yang tidak lolos ayakan masih dapat digunakan
35
kembali sebagai bahan baku pangan lainnya, antara lain brownies ampas tahu,
cookies, flakes, dan cereal pengganti sarapan.
C. Formulasi Snack Bar
1. Penentuan formulasi snack bar
Formulasi snack bar dibagi menjadi tiga tahap yaitu, penentuan
formulasi snack bar, penentuan suhu pemanggangan, dan pembuatan snack
bar menjadi enam formula berdasarkan variabel yang diberikan. Tahap I
formulasi ini menggunakan berbagai bahan baku yang pada umumnya
menjadi bahan baku utama snack bar seperti tepung dan bahan pengikat.
Formula pertama yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 7.
36
akan mempengaruhi sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi pati. Semakin
kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan amilopektinya, maka
pati cenderung menyerap air lebih banyak. Pati yang kandungan
amilopektinnya tinggi akan membentuk gel yang tidak kaku, sedangkan pati
yang kandungan amilopektinnya rendah akan membentuk gel yang kaku
(Winarno, 1997). Untuk memaksimalkan proses gelatinisasi, semua bahan
dasar tepung disangrai terlebih dahulu, selain itu, ditambahkan pula sedikit air
agar membantu proses gelatinisasi tersebut. Formula II dapat dilihat pada
Tabel 8.
37
Oleh karena itu, formula yang dibuat selanjutnya (formula III) tidak ada
penambahan margarin maupun peanut butter untuk mencegah pengembangan
yang berlebihan dan tidak dilakukan penyangraian pada bahan tepung, selain
itu bagian telur yang ditambahkan hanya bagian putih telur karena kuning
telur berfungsi sebagai perenyah sedangkan putih telur sebagai perekat pada
produk. HFS yang ditambahkan pada formula ini lebih banyak daripada
formula sebelumnya agar adonan tidak kering akibat tidak ditambahkan
margarin dan peanut butter. Formula III juga ditambahkan bubuk kayu manis
untuk mengurangi aroma langu yang disebabkan tepung ampas tahu. Formula
III dapat dilihat pada Tabel 9.
Tepung tapioka 10
Tepung sorgum 10
Tepung ampas tahu 5
High frutose syrup 10 Tekstur sangat keras dan
Namun, produk dari formula III memiliki tekstur yang sangat keras
sehingga sulit untuk dikonsumsi, selain itu bagian dalam bar tidak matang.
Hal tersebut mungkin dikarenakan tidak ada penambahan lemak pada produk
sehingga produk tersebut menjadi sangat keras.
Berdasarkan hasil formula III, formula IV yang dibuat selanjutnya diberi
penambahan minyak goreng agar tekstur menjadi lebih baik dan dapat matang
merata. Komposisi formula IV dapat dilihat pada Tabel 10.
38
Tabel 10. Formula IV pada tahap formulasi snack bar
Keterangan
Bahan Bobot (gram)
Tepung tapioka 10
Tepung sorgum 10
Tepung ampas tahu 5
High frutose syrup 10 Produk sangat kering dan
Susu full cream 4 sangat beremah
Gula bubuk 5
Putih telur 4
Bubuk kayu manis 1
Minyak goreng 2
39
Tabel 11. Formula V pada tahap formulasi snack bar
Bahan Bobot (gram) Keterangan
Tepung maizena 10
Tepung sorgum 10
Permukaan tidak retak,
Tepung ampas tahu 5 aroma nenas mengurangi
Selai nenas 14 aroma langu, dan remah
Susu full cream 4 sedikit
Telur 6
Minyak goreng 3
Formula ini memiliki karakteristik yang baik. Produk yang tidak retak
dengan remah yang sedikit serta adanya aroma nenas sehingga mengurangi
bau langu yang disebabkan oleh ampas tahu. Oleh karena itu, formula ini
akan menjadi formula snack bar sorgum ampas tahu.
40
Suhu 180C terlalu tinggi untuk pembuatan bar sorgum ampas tahu.
Produk yang dihasilkan mengalami case hardening yaitu bagian permukaan
produk sudah matang kecoklatan namun bagian dalam produk masih belum
matang sempurna. Bagian atas permukaan produk yang dipanggang pada
suhu 160C matang sempurna, namun bagian bawah produk memiliki warna
yang lebih coklat. Pemanggangan pada suhu 160C membutuhkan waktu 25
menit. Suhu 140C membutuhkan waktu 35 menit pada proses
pemanggangan, selain itu tekstur produk yang dihasilkan lebih keras
dibandingkan dengan produk yang dipanggang ada suhu 160C. Oleh sebab
itu, suhu pemanggangan atas yang digunakan adalah suhu 160C.
Suhu bagian bawah yang diujikan adalah suhu 180C, 160C, 150C, dan
140C. Suhu bawah 180C dan 160C menghasilkan warna bagian dasar
produk hangus. Suhu 150C menghasilkan bar yang matang, namun
menghasilkan warna yang lebih gelap dibandingkan bagian atas produk yang
dipanggang pada suhu atas oven 160C. Suhu oven bagian bawah yang dapat
menghasilkan kematangan yang merata dengan suhu bagian atas 160C
adalah suhu 140C.
41
serat pangan, dan aktivitas antioksidan untuk menentukan formula terbaik
dari keeenam formula tersebut. Gambar snack bar sorgum ampas tahu dapat
dilihat pada Gambar 13.
42
Tabel 14. Hasil analisis tepung ampas tahu dan tepung sorgum
Kandungan Zat Gizi Tepung Ampas Tahu (bk) Tepung Sorgum (bk)
Kadar air 10.21 % 9.43 %
Kadar abu 2.92 % 1.45 %
Kadar lemak 19.80 % 4.16 %
Kadar protein 35.16 % 7.58 %
Kadar karbohidrat 31.91 % 77.38 %
Kadar serat pangan larut 3.25 % 2.44 %
Kadar serat pangan tak larut 32.65 % 7.55 %
Kadar total serat pangan 35.90 % 9.98 %
Aktivitas antioksidan 3.39 mg vit C eqi/100g 43.58 mg vit C eqi/100g
Kadar air perlu ditetapkan karena sangat berpengaruh terhadap daya simpan
bahan. Makin tinggi kadar air suatu bahan, maka makin besar pula kemungkinan
bahan tersebut rusak atau tidak tahan lama. Menurut Winarno (1997), jumlah
kandungan air pada bahan-bahan terutama bahan-bahan pertanian akan
mempengaruhi daya tahan bahan terhadap serangan mikroba. Untuk
memperpanjang daya simpan suatu bahan, maka sebagian air dari bahan
dihilangkan sehingga mencapai kadar air tertentu.
Pengeringan pada tepung bertujuan untuk mengurangi kadar airnya sampai
batas tertentu sehingga pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab
kerusakan pada tepung dan pati dapat dihambat. Batas kadar air minimum dimana
mikroba masih dapat tumbuh adalah 14-15% (basis basah) (Winarno,1997). Kadar
air maksimal yang ditetapkan SNI untuk tepung-tepungan adalah 15% (bb).
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 14 , nilai kadar air tepung ampas tahu
sebesar 10.21% (bk) dan tepung sorgum adalah 9.43% (bk). Kadar air hasil
analisis cukup baik karena sesuai dengan ketentuan SNI dan mencapai kadar air
yang aman (dari mikroba), yaitu kurang dari 15%.
Kadar abu menunjukkan besarnya kandungan mineral dalam tepung. Mineral
merupakan zat anorganik dalam bahan yang tidak terbakar selama proses
pembakaran di dalam tanur. Pengabuan juga merupakan tahapan persiapan contoh
yang harus dilakukan pada analisis mineral.
43
Kadar abu sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dianalisis. Secara
kuantitatif nilai kadar abu dalam tepung yang dihasilkan berasal dari mineral-
mineral ampas tahu. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar abu tepung ampas
tahu adalah 2.92% (bk), sedangkan tepung sorgum adalah 1.45% (bk).
Metode ekstraksi soxhlet merupakan metode analisis kadar lemak secara
langsung dengan cara mengekstrak lemak dari bahan dengan pelarut organik non-
polar seperti heksana, petroleum eter, dan dietil eter. Ekstraksi dilakukan dengan
cara refluks pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut yang digunakan.
Jumlah lemak perberat bahan yang diperoleh menunjukkan kadar lemak kasar
(curd fat) artinya komponen yang terekstrak oleh pelarut organik bukan hanya
lemak/minyak, tetapi komponen lain yang larut pelarut organik, seperti vitamin
larut lemak A,D,E,dan K serta karotenoid (Faridah et al., 2009).
Berdasarkan Tabel 14, hasil analisis kadar lemak tepung ampas tahu
diperoleh sebesar 19.80% (bk) dan tepung sorgum adalah 4.16% (bk). Kadar
lemak tepung ampas tahu yang relatif tinggi dapat mengganggu proses gelatinisasi
karena lemak mampu membuat kompleks dengan amilosa sehingga amilosa tidak
dapat keluar dari granula pati (Lopulalan,2008). Lemak juga dapat menghambat
proses gelatinisasi dengan cara sebagian lemak akan diserap oleh permukaan
granula, sehingga terbentuk lapisan lemak yang bersifat hidrofobik disekeliling
granula pati. Hal ini akan menyebabkan kekentalan dan kelekatan pati berkurang
akibat jumlah air berkurang untuk terjadinya pengembangan granula pati
(Marissa, 2010).
Data menunjukkan kadar protein tepung ampas tahu sebesar 35.16% dan
tepung sorgum adalah 7.58%. Kadar protein yang dihasilkan tepung ampas tahu
tinggi. Tingginya kadar protein dalam tepung ampas tahu sangatlah diharapkan.
Tepung dengan kandungan protein yang tinggi tidak memerlukan bahan subsitusi
protein lagi dalam aplikasinya. Kadar protein yang terkandung dalam tepung
sorgum pun cukup tinggi.
Serat merupakan golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh usus
manusia. Namun keberadaan serat ini sangatlah penting. Pada dasarnya serat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok serat kasar (Crude Fiber) dan
kelompok serat pangan (Dietary Fiber). Kelompok serat kasar terdiri dari selulosa,
44
hemiselulosa, dan lignin. Tabel 14 menunjukkan total serat pangan (TDF) tepung
ampas tahu sebesar 35.90%, dengan rincian 32.65% (bk) untuk IDF dan 3.25%
(bk) untuk SDF sedangkan TDF yang terkandung pada tepung sorgum adalah
9.98% dengan IDF 7.55% dan SDF sebesar 2.44%. Tingginya kandungan serat
pangan pada tepung ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber utama serat
untuk produk snack bar ini.
Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus,
antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi
oksidasi radikal bebas. Antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang secara
nyata dapat memperlambat oksidasi, walaupun dengan konsentrasi yang lebih
rendah dibanding substrat yang dapat dioksidasi (Pokorny et al, 2008).
Aktivitas antioksidan tepung sorgum adalah 43.58 mg eqivalen vitamin
C/100g sampel, sedangkan tepung ampas tahu adalah 3.39 mg eqivalen vitamin
C/100g sampel. Kandungan antioksidan yang tinggi pada tepung sorgum,
umumnya didominasi oleh komponen fenolik. Tepung sorgum yang digunakan
dalam formulasi snack bar ini akan menjadi sumber utama ketersediaan
antioksidan pada produk.
45
Karakteristik sensori yang diujikan melalui uji rating hedonik adalah
rasa, aroma, teksur, dan overall. Hasil rekapitulasi data uji rating hedonik
yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan program SPSS 15 dengan uji
ANOVA dan uji lanjut Duncan Test. Output data dari ANOVA adalah tabel
Test of Between-Subjects Effects dan uji lanjut Duncan Test adalah tabel
Multiple Comparison. Hasil uji rating hedonik ini untuk menyeleksi dan
mendapatkan formula terbaik berdasarkan penerimaan sensori yang
selanjutnya akan dibandingkan dengan kadar total serat pangan dan aktivitas
antioksidan. Hasil yang diperoleh dari uji rating hedonik antara lain:
1.1. Rasa
Rasa merupakan faktor yang menentukan tingkat kesukaan
konsumen pada produk pangan. Atribut rasa meliputi asin, asam, manis,
pahit, dan umami. Sebagian dari atribut ini dapat terdeteksi pada kadar
yang sangat rendah. Rasa makanan sangat ditentukan oleh formulasi
produk tersebut. Rasa dinilai dengan adanya tanggapan rangsangan
kimiawi oleh lidah.
3.50 2.97b
3.00 2.63a
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
Formula
1
A=rasio sorgum:maizena (A1=3:1; A2=1:1); B=jumlah tepung
ampas tahu (B1=20%; B2=12%; B3=8%)
Gambar 14. Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap atribut rasa
produk
46
Hasil uji rating hedonik terhadap atribut rasa dapat dilihat pada
Gambar 14. Pada saat pengujian panelis diminta menilai tingkat
kesukaannya terhadap rasa sampel tanpa membandingkan antar sampel.
Setelah dilakukan sidik ragam (ANOVA) menggunakan program SPSS
versi 15 terdapat perbedaan kesukaan yang nyata di antara keenam
sampel pada taraf 95% dengan nilai signifikansi sampel (0.000) jauh
lebih kecil daripada nilai signifikansi acuan (0.05).
Berdasarkan hasil uji lanjut (uji Duncan), formula A1B2, A2B2,
A1B3, dan A2B3 tidak berbeda nyata (p<0.05). Keempat formula
tersebut memiliki penerimaan netral hingga suka (3.27 3.57). Formula
A1B1 memiliki skor penerimaan atribut terendah dibanding kelima
formula lainnya, yaitu 2.63 (agak tidak suka netral). Grafik
menunjukan semakin banyak penambahan tepung ampas tahu, semakin
rendah tingkat kesukaan produk pada atribut rasa. Perbandingan sorgum
dan maizena 3:1 dan 1:1 tidak mempengaruhi penerimaan atribut rasa.
Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan Test terhadap data rating
hedonik yang dapat dilihat pada Lampiran 6.
1.2. Aroma
Aroma atau bau makanan sering menentukan kelezatan bahan
makanan. Aroma lebih banyak berhubungan dengan panca indera
pembau. Aroma baru dapat dikenali apabila berbentuk uap dan molekul-
molekul komponen aroma tersebut harus sampai menyentuh silia sel
olfaktori. Aroma yang diterima oleh hidung dan otak merupakan
campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus
(Winarno 1997).
47
3.50 3.33b 3.20b
3.10ab 3.03ab 3.03ab
1.3. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu parameter kritis pada penerimaan
keseluruhan suatu produk pangan. Tekstur merupakan atribut yang cukup
penting karena penilaian utama bars biasanya dari teksturnya. Penilaian
terhadap tekstur dapat berupa ukuran remahan bars ketika dikonsumsi.
48
4.00
3.27b 3.43b 3.40b
1.4. Overall
Pengujian organoleptik secara keseluruhan (overall) ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk
dari keseluruhan atribut yang ada pada produk. Panelis diminta untuk
membandingkan antar sampel secara keseluruhan dan menentukan rating
49
terkecil untuk sampel yang paling tidak disukai hingga rating tertinggi
untuk sampel yang paling disukai. Hasil uji rating hedonik secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 17.
4.00
3.30b 3.40b 3.40b 3.47b
Keseluruhan (Overall)
3.50
Tingkat Kesukaan
2.87a
3.00 2.67a
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
Formula
1
A=rasio sorgum:maizena (A1=3:1; A2=1:1); B=jumlah tepung
ampas tahu (B1=20%; B2=12%; B3=8%)
Gambar 17. Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap
keseluruhan atribut produk
50
2. Kadar serat pangan
Codex (ALINORM, 2009) mendefinisikan serat pangan sebagai polimer
karbohidrat dengan 10 atau lebih unit monomer yang tidak dapat dihidrolisis
oleh enzim endogenus dalam saluran pencernaan manusia (ALINORM
09/32/26,2009). Fungsi dari serat pangan dalam kesehatan dan penyakit
terutama kesehatan pencernaan, keseimbangan energi, kanker, jantung, dan
masalah diabetes menambah permintaan untuk meningkatkan kandungan
serat pangan (Lunn dan Butriss, 2007; Prosky, 2000; Scott et al., 2008; Slavin
dan Green, 2007).
Menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya terhadap tubuh, serat
pangan dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu serat pangan larut air
(soluble dietary fiber) dan serat pangan tidak larut air (insoluble dietary
fiber). Serat pangan larut air merupakan komponen serat yang dapat larut di
dalam air dan juga dalam saluran pencernaan. Komponen serat ini dapat
membentuk gel dengan cara menyerap air. Serat yang termasuk dalam
kelompok serat pangan larut air adalah pektin, psillium, gum, musilase,
karagenan, asam alginat, dan agar-agar (Southgate, 2001). Fungsi utama serat
larut air yaitu memberi perasaan kenyang yang lebih lama, memperlambat
kemunculan gula darah (glukosa), membantu mengendalikan berat badan
dengan memperlambat munculnya rasa lapar, meningkatkan kesehatan
saluran penernaan dengan cara meningkatkan pergerakan usus besar,
mengurangi resiko penyakit jantung, mengikat lemak dan kolesterol (Jenkins
et al., 2001).
Serat pangan tidak larut air adalah serat yang tidak dapat larut, baik di
dalam air maupun di saluran pencernaan. Sifat yang menonjol dari
komponen serat tidak larut air adalah kemampuannya menyerap air serta
meningkatkan volume feses, sehingga makanan dapat melewati usus besar
dengan cepat dan mudah. Yang termasuk serat pangan tidak larut adalah
selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Southgate, 2001). Fungsi utama serat
pangan tidak larut air adalah mempercepat waktu transit (waktu tinggal)
makanan dalam usus dan meningkatkan berat feses, memperlancar proses
51
buang air besar, dan mengurangi resiko wasir, divertikulosis, dan kanker usus
besar (Cummings, 2001).
12
11.08d
10.77cd 10.68c
9.90b 9.84b
10 9.19 9.44a
8.83 8.60
Kadar Serat Pangan (%)
7.90 7.94
8 7.42
6 Larut
Tidak Larut
4 Total
0
A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
Formula
1
A=rasio sorgum:maizena (A1=3:1; A2=1:1); B=jumlah tepung ampas
tahu (B1=20%; B2=12%; B3=8%)
Gambar 18. Kadar serat pangan dari keenam formula
52
Berdasarkan Gambar 18, formula A1B1 mengandung serat pangan total
tertinggi yaitu 11.08% (4.08g per bar), sedangkan formula A2B3
mengandung serat pangan total terendah yaitu 9.44% (3.40g per bar). FDA
(2009) menyatakan suatu pangan dapat diklaim mengandung serat tinggi
apabila dapat memenuhi 20% Angka Kecukupan Gizi (AKG) per takaran saji.
Oleh karena itu, semua formula snack bar ini dapat diklaim sebagai pangan
tinggi serat mengacu pada FDA apabila dikonsumsi dua bar pertakaran saji
sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan serat pangan harian manusia.
Peraturan Uni Eropa (EC) No 1924/2006 (OJ 409 p9 2006/12/30 tentang gizi
dan klaim kesehatan pada pangan) menetapkan suatu pangan dapat diklaim
mengandung tinggi serat jika mengandung paling sedikit setidaknya 6 gram
total serat per 100 gram produk atau 3 gram total serat per 10 kkal.
Berdasarkan Peraturan Uni Eropa (EC) No 1924/2006 (OJ 409 p9
2006/12/30, snack bar sorgum ampas tahu ini dapat diklaim sebagai pangan
tinggi serat per takaran saji sebanyak satu bar.
3. Aktivitas antioksidan
Asam askorbat digunakan sebagai standar pada penelitian ini. Hasil
pengujian dibaca sebagai mg vitamin C equivalen/g sampel, dimana nilai
tersebut menunjukkan kesetaraan aktivitas antioksidan 1 gram produk snack
bar dengan vitamin C. Vitamin C digunakan sebagai pembanding terhadap
aktivitas antioksidan dari ekstrak snack bar, dimaksudkan untuk mengetahui
perbandingan kemampuan antioksidan ekstrak bila dinyatakan dalam daya
peredaman radikal bebas oleh vitamin C. Semakin tinggi konsentrasi dari
vitamin C, semakin rendah nilai absorbansinya.
Vitamin C mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Dengan
demikian maka vitamin C dinilai berperan dalam menghambat reaksi oksidasi
yang berlebihan dalam tubuh dengan cara bertindak sebagai antioksidan.
Nilai aktivitas antioksidan snack bar akibat pengaruh perbandingan sorgum
dan maizena serta penambahan tepung ampas tahu disajikan pada Gambar
19.
53
20 18.52d
mg vitamin C eqivalen/100g
18 16.95c 16.71c
Kapasitas Antioksidan 16 15.06ab
15.85bc
14.37a
produk) 14
12
10
8
6
4
2
0
A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
Formula
1
A=rasio sorgum:maizena (A1=3:1; A2=1:1); B=jumlah tepung ampas
tahu (B1=20%; B2=12%; B3=8%)
Gambar 19. Grafik aktivitas antioksidan dari keenam formula
54
eqivalen vitamin C/100g produk) dengan perbandingan sorgum terhadap
maizena 3:1 dan penambahan tepung ampas tahu 8%, sedangkan aktivitas
antioksidan terendah adalah formula A2B1 (14.37 mg eqivalen vitamin
C/100g produk) dengan perbandingan sorgum terhadap maizena 1:1 dan
penambahan tepung ampas tahu 20%.
Menurut Calixto dan Jimenez (2009), aktivitas antioksidan serealia yang
biasanya mengandung banyak komponen polifenol terutama asam fenolik,
dipengaruhi oleh kompleks serat pangan-asam fenolik. Asam fenolik
merupakan salah satu jenis antioksidan tidak larut (insoluble antioxidant)
yang terikat secara kovalen pada ikatan ester sisi rantai arabinosa (Spiller,
2001). Ikatan kovalen pada komponen fenolik resisten terhadap enzim
pencernaan di perut dan usus besar. Antioksidan tersebut tidak dapat diserap
kecuali dengan cara pengdegradasian serat oleh bakteri di usus besar.
Arabino-ferulat dan asam fenolik bebas dibebaskan selama fermentasi
mikroorganisme.
55
Berdasarkan perbandingan hasil uji rating kesukaan, analisis total serat
pangan, dan analisis aktivitas antioksidan, formula (A1B2) dengan
penambahan tepung ampas tahu 20% dan perbandingan sorgum terhadap
maizena 3:1 merupakan formula terpilih untuk snack bar tinggi serat.
Formula tersebut paling disukai berdasarkan atribut rasa, aroma, tekstur, dan
keseluruhan pada =0.05 dan memiliki berat rata-rata 41.6g per bar. Formula
A1B2 mengandung total serat pangan 10.68 % bk (3.92g serat pangan per
takaran saji satu bar) dan aktivitas antioksidan sebesar 16.95 mg vitamin C
equivalen/100g produk (6.22 mg vitamin C equivalen per takaran saji satu
bar). Komposisi gizi snack bar terbaik dapat dilihat pada Lampiran 32.
Oleh karena itu, formula A1B2 dapat diklaim sebagai pangan tinggi serat
(High in Fiber) dengan takaran saji dua bar karena mengandung lebih dari 5
gram serat pangan sesuai dengan anjuran FDA (2009) yaitu 20% atau lebih
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan FDA, snack bar ini
akan diklaim sebagai pangan sumber serat harian manusia yang baik jika
takaran saji produk ini adalah satu bar. Namun, snack bar ini dapat diklaim
sebagai pangan tinggi serat dengan takaran saji satu bar jika mengacu pada
Peraturan Uni Eropa (EC) No 1924/2006 (OJ 409 p9 2006/12/30 tentang gizi
dan klaim kesehatan pada pangan) yang menetapkan suatu pangan dapat
diklaim mengandung tinggi serat jika mengandung paling sedikit setidaknya 6
gram total serat per 100 gram produk atau 3 gram total serat per 10 kkal.
56
Tabel 15. Hasil analisis proksimat keenam formula
Analisis Proksimat (% bobot kering)
Formula
Air Abu Protein Lemak Karbohidrat
A1B1 12.84 1.62 10.97 16.15 71.25
A2B1 13.27 1.66 11.03 15.94 71.37
A1B2 13.21 1.65 9.50 16.06 72.79
A2B2 13.31 1.58 9.06 15.84 75.17
A1B3 14.10 1.66 8.74 14.88 75.91
A2B3 13.93 1.49 8.73 13.35 78.09
1
Formulasi dibuat dengan basis tepung 300 gram.
2
A=rasio sorgum:maizena (A1=3:1; A2=1:1); B=jumlah tepung ampas
tahu (B1=20%; B2=12%; B3=8%)
Berdasarkan hasil SPSS, kadar air keenam formula (Lampiran 19) tidak
dipengaruhi oleh persentase tepung ampas tahu yang ditambahkan dan
perbandingan sorgum dengan maizena. Hasil interaksi antara antara kedua
variabel tersebut pun menunjukkan tidak adanya pengaruh interaksi antara
kedua variabel terhadap kadar air sampel. Hasil pengolahan data dengan
SPSS menunjukkan signifikansi ketiga variabel tersebut lebih besar dari nilai
=0.05 dan dapat dilihat pada Lampiran 20.
Kadar abu (Lampiran 21) tidak dipengaruhi oleh variabel perbandingan
sorgum dengan maizena, variabel persentase tepung ampas tahu, maupun
interaksi antara kedua variabel tersebut. Hal tersebut terlihat dari signifikasi
masing-masing interaksi lebih besar dari taraf =0.05, yaitu 0.343 (variabel
persentase tepung ampas tahu), 0.124 (variabel perbandingan sorgum dengan
maizena), dan 0.136 (interaksi kedua variabel) pada Lampiran 22.
Kadar protein keenam formula (Lampiran 23) hanya dipengaruhi oleh
variabel persentase tepung ampas tahu. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis
data dengan SPSS 15 (Lampiran 24). Semakin tinggi persentase
penambahan tepung ampas tahu, semakin tinggi pula kadar protein sampel.
Hal tersebut dikarenakan tepung ampas tahu merupakan salah satu bahan
baku yang menyumbangkan protein bagi snack bar sorgum ampas tahu ini.
57
Variabel tepung ampas tahu merupakan satu-satunya variabel yang
mempengaruhi kadar lemak keenam formula snack bar sorgum ampas tahu
(Lampiran 25). Semakin tinggi persentase tepung ampas tahu, semakin
tinggi pula kadar lemaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil uji Duncan
(Lampiran 26). Kedelai banyak mengandung asam lemak tak jenuh, selain
itu pada proses pengepresan ampas tahu komponen lemak tidak ikut larut dan
umumnya masih tertinggal di ampas tahu.
Variabel persentase tepung ampas tahu mempengaruhi kadar karbohidrat
(Lampiran 25) karena nilai signifikansinya (0.026) lebih kecil dari taraf
=0.05 (Lampiran 26). Semakin sedikit penambahan tepung ampas tahu,
semakin banyak penambahan tepung sorgum dan tepung maizena, sehingga
kadar karbohidrat semakin meningkat. Variabel perbandingan tepung sorgum
dengan maizena dan interaksi kedua variabel tidak mempengaruhi kadar
karbohidrat.
Kadar karbohidrat yang tinggi biasanya mengindikasikan Indeks
Glikemik (IG) yang tinggi pula. Fruit soy bar di pasaran memiliki IG yang
rendah yaitu antara 24 28 dengan kadar karbohidrat by difference 39%
43%. Produk biskuit, wafer coklat, dan coklat batang memiliki kadar
karbohidrat (60% 70%) yang hampir setara dengan snack bar sorgum
ampas tahu. Apabila dilihat dari kandungan karbohidrat yang hampir setara
dengan produk-produk tersebut, IG snack bar sorgum ampas tahu juga
hampir sama dengan produk-produk tersebut yaitu 42 67 (IG sedang).
Namun, IG dari suatu pangan dapat dipengaruhi oleh komponen-komponen
yang yang terkandung di dalamnya (Natalia, 2010).
Kandungan serat pangan yang tinggi pada snack bar sorgum ampas tahu
dapat menyebabkan rendahnya nilai IG. Serat dapat menurunkan kerapatan
(densitas) energi. Pangan berserat tinggi juga dapat meningkatkan distensi
(pelebaran) lambung sehingga memberikan efek cepat kenyang. Serat juga
dapat mempertebal kerapatan atau ketebalan campuran makanan dalam
saluran pencernaan sehingga memperlambat lewatnya makanan dan
pergerakan enzim. Pencernaan yang lambat menyebabkan respon glukosa
darah juga menjadi rendah. Selain itu, kandungan senyawa fitokimia terutama
58
tanin yang terkandung dalam sorgum dapat menghampat penyerapan glukosa
dan protein dengan berikatan dengan protein dan karbohidrat membentuk
suatu komplek yang sulit didegradasi oleh enzim-enzim pencernaan. Oleh
karena itu, IG snack bar sorgum ampas tahu dapat lebih rendah daripada IG
wafer coklat, coklat batangan, dan biskuit karena dipengaruhi oleh komponen
fungsional yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut juga tidak menutup
kemungkinan snack bar sorgum ampas tahu merupakan pangan dengan IG
rendah yaitu IG<55.
59
satu mineral makro yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Fe atau yang sering
disebut zat besi merupakan mineral minor yang berfungsi sebagai carrier
oksigen ke jaringan, enzim heme dan enzim non-heme (sitokrom, katalase,
peroksidase, dan lainnya), ferritin, dan hemosiderin. Zn (zinc) merupakan
mineral penyusun lebih dari 200 metalo-enzim beberapa diantaranya antara
lain karbonik anhidrase, alkohol dehidrogenase, superoksida dismutase,
DNA-polimerase, RNA-polimerase, alkalin fosfatase, dan karboksi peptidase.
Zn berperan menstabilkan struktur komponen organik dan membran seperti
DNA, RNA, dan ribosom. Zn juga esensial bagi sistem imun dan sistem
pertahanan tubuh (Desai, 2000).
Hasil analisis kandungan mineral Ca, Fe, dan Zn (Tabel 16) pada
formula bar terbaik (sorgum:maizena= 3:1 ; tepung ampas tahu 12%)
berturut-turut adalah 2046 ppm, 64 ppm, dan 23 ppm. Menurut hasil analisis
Natalia (2010), snack bar yang beredar dipasaran mengandung Ca sekitar
3000 ppm dan Fe 80 ppm. Hal tersebut menunjukkan bar sorgum ampas tahu
memiliki kadar kalsium dan zat besi yang lebih rendah dibandingkan dengan
produk komersial sejenis dipasaran. Perbedaaan mineral kalsium cukup besar
antara bar komersial dipasaran dan bar sorgum ampas tahu hingga mencapai
1000 ppm, sedangkan untuk zat besi selisih 16 ppm.
Tabel 16. Kandungan mineral Ca, Fe, Zn formula terbaik (20 tepung ampas
tahu; sorgum:maizena= 3:1)
60
pada label kemasan snack bar dapat diklaim bahwa snack bar sorgum ampas
tahu mengandung Zinc.
7. Analisis warna
Warna merupakan salah satu atribut penting yang mempengaruhi penilaian
konsumen. Pengujian warna bar dimaksudkan untuk melihat warna produk
secara objektif karena pengujian warna secara subjektif dapat menghasilkan
data yang sangat beragam. Pengujian warna bar dilakukan dengan
menggunakan instrument chromameter dengan metode Hunter. Hasil
pengukuran warna (Tabel 17) bar berbasis tepung sorgum dan tepung ampas
tahu (sorgum:maizena= 3:1 ; tepung ampas tahu 12%) adalah L sebesar
59.63, a sebesar +8.23, dan b sebesar +23.10.
a 8.23 70.38
b 23.10
61
produk pangan. Hue bar sorgum ampas tahu tergolong dalam kisaran warna
54-90. Berdasarkan kisaran warna Hue ini, maka bar sorgum ampas tahu
tergolong berwarna kuning merah (Yellow-Red). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa warna yang dominan pada bar adalah warna kuning dan merah.
8. Kekerasan bar
Kekerasan adalah daya tahan untuk pecah akibat daya tekan yang
diberikan. Nilai kekerasan pada bar dapat diakibatkan oleh proses
retrogradasi pati. Retrogradasi merupakan proses terbentuknya ikatan antara
amilosa yang telah terdispersi kedalam air. Semakin banyak amilosa yang
terdispersi, maka proses retrogradasi pati semakin mungkin terjadi dan
semakin keras produk tersebut.
Hasil analisis tingkat kekerasan bar formula terbaik (sorgum:maizena=
3:1 ; tepung ampas tahu 12%) dengan texture analyzer menunjukkan nilai
tingkat kekerasan yang diperoleh adalah 1600 g force. Semakin besar nilai
tingkat kekerasan maka semakin keras pula tekstur dari bar.
Berdasarkan Daisy (2010), bar komersial (fruit soy bar) yang ada di
pasaran memiliki nilai tingkat kekerasan sekitar 1100 g force, sedangkan
banana bar hasil penelitian Ferawati (2009) adalah 1387.5 g force. Hal
tersebut menunjukkan bar sorgum ampas tahu memiliki tekstur yang lebih
keras dibandingkan bar komersial dan banana bar hasil penelitian Vera.
Walaupun memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi, kekerasan snack bar
sorgum ampas tahu masih dapat diterima secara organoleptik.
62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Snack bar yang ditambahkan tepung ampas tahu 20% (basis total tepung
300g) cenderung memiliki tingkat kesukaan terhadap atribut rasa, tekstur dan
overall yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditambahkan tepung ampas
tahu 12% dan 8%. Produk bar yang ditambahkan sorgum maizena 1:1 lebih
disukai aromanya daripada bar yang ditambahkan sorgum maizena 3:1.
Kadar serat pangan produk bar semakin meningkat jika penambahan tepung
ampas tahu meningkat. Produk yang mengandung sorgum maizena 3:1 memiliki
kadar serat pangan yang lebih tinggi daripada produk yang ditambahkan sorgum
maizena 1:1. Nilai aktivitas antioksidan snack bar dipengaruhi oleh persentase
penambahan tepung ampas tahu dan perbandingan sorgum dengan maizena.
Semakin sedikit penambahan tepung ampas tahu, semakin tinggi aktivitas
antioksidan. Produk yang ditambahkan sorgum maizena 3:1 memiliki nilai
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang
ditambahkan sorgum maizena 1:1.
Kadar protein, lemak, dan karbohidrat produk dipengaruhi oleh persentase
penambahan tepung ampas tahu. Semakin banyak tepung ampas tahu, semakin
tinggi kadar protein dan lemak produk. Semakin sedikit tepung ampas tahu yang
ditambahkan, semakin tinggi kadar karbohidrat produk.
Formula terbaik snack bar sorgum ampas tahu adalah A1B2 dengan
persentase penambahan tepung ampas tahu 12 % (36g basis tepung 300 g),
perbandingan antara sorgum maizena 3:1 (sorgum=198g ; maizena=66g), selai
nenas =168g, telur =72g, susu bubuk full cream =48g, dan minyak goreng =36g.
Formula ini mengandung total serat pangan 10.68 %bk, aktivitas antioksidan
16.59 mg eqivalen vitamin C/gram produk, kadar air 13.21 %bk, mineral 1.65
%bk, protein 9.50 %bk, lemak 16.06 %bk, dan karbohidrat 72.79 %bk.
Kandungan mineral Fe, Zn, dan Ca yang terdapat pada formula terbaik berturut-
turut adalah 64 ppm, 23 ppm, dan 2046 ppm. Hasil pengukuran warna formula
A1B2 adalah L= 59.63, a= +8.23, b= +23.10, dan Hue= 70.38. Tingkat kekerasan
snack bar sorgum ampas tahu terpilih adalah 1600 g force.
63
Formula terbaik dapat memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) serat
pangan harian manusia sebesar 15.68%, karbohidrat 8.89%, lemak 9.08%, protein
6.98%, kalsium 10.64%, zat besi 10.23%, dan Zn 8%. Snack bar ini dapat
diklaim sebagai pangan sumber serat, kalsium, dan zat besi dengan takaran saji 1
bar.
B. Saran
Snack bar yang telah berhasil diformulasikan perlu diteliti lebih lanjut.
Penelititan ini antara lain meliputi flavor, pengaruh jenis pengemas bar yang
dapat mempertahankan komponen gizinya, dan analisis finansial produk snack
bar skala industri rumah tangga dan scale-up nya.
64
DAFTAR PUSTAKA
ALINORM 09/32/26 (2009). Report of the 30th session of the Codex committee
on nutrition and foods for special dietary uses 37 November 2008 (p. 46,
Appendix II).
Al-Mamary, M., Al-Habori, M., Al-Aghbari, A., and Al-Obeidi, A. 2001. In vivo
effects of dietary sorghum tannins on rabbit digestive enzymes and mineral
absorption. Journal of Nutrition Research. 21: 1393-1401.
Castano, G., Menendez, R., Mas, R., Amor, A., Fernandez, J. L., Gonzalez, R. L.,
and Alvarez, E. 2002. Effects of lovastatin on lipid profile and lipid
peroxidation in patients with dyslipidemia associated with type 2 diabetes
mellitus. Journal of Clinical Pharmacolology Research. 22:8999.
Cho, S. H., Choi, Y., and Ha, T. Y. 2000. In vitro and in vivo effects of proso
millet, buckwheat and sorghum on cholesterol metabolism. Journal of the
Federation of American Societies for Experimental Biology. 14: A249.
Choi, Y., Jeong, H. S., and Lee, J. 2007. Antioxidant activity of methanolic
extracts from some grains consumed in Korea. Food Chemistry. 103: 130
138.
Deprez, S., Mila, I., Huneau, J. F., Tome, D., and Scalbert, A.2001.Transport of
proanthocyanidin dimer, trimer, and polymer across monolayers of human
intestinal epithelial Caco-2 cells. Food Chemistry. 3:957967.
Desai, B. B. 2000. Handbook of Nutrition and Diet. New York: Marcel Dekker,
Inc.
Elingosa, T. 1994. Pembuatan fish nugget dari ikan tenggiri. Skripsi Departemen
Teknologi Pangan dan Gizi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
FAO. 2007. Report on functional food. Roma: Food Quality and Standard
Services.
65
FAO. 2010. Chemical composition and nutritive value of sorghum and pearl
millet.http://www.fao.org/docrep/t0818e/T0818E0a.htm#Chapter4chemical
compositionandnutritivevalue. [28 Juni 2010]
FDA. 2009. Food And Drugs Administration Departement of Health and Human
Services Subchapter B-Food for Human Consumption.
http://www.accessdata.fda.gov/scripts/cdrh/cfdocs/cfCFR/CFRSearch.cfm?f
r=101.54. [2 April 2010]
Ferawati. 2009. Formulasi dan pembuatan banana bars berbahan dasar tepung
kedelai, terigu, singkong, dan pisang sebagai alternatif pangan darurat.
Skripsi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB.
Hartono, U. 2004. Pemanfaatan potensi tepung ampas tahu (okara) sebagai bahan
baku minuman probiotik (okara probiotic drink). Skripsi Departemen
Teknologi Pangan dan Gizi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Hulse, J. H., Laing, E. M., Pearson, O. E. 1980. Sorghum and the Millets: Their
Composition and Nutritive Value. Ottawa: Academic Press.
Jenkins, A.L., Vuksan, V., and Jenkins, D.J.A. 2001. Fiber in Treatment of
Hyperlipidemia. California: Health Research and Studies Center, Inc.
66
Lee, S.M. and Pan, B.S. 2003. Effects of dietary sorghum distillery residue on
hematological characteristics of cultured grey mullet (Mugil cephalus) an
animal model for prescreening antioxidant and blood thinning activities.
Journal of Food Biochemistry. 27: 1-18.
Lopulalan, C.G. 2008. Kajian formulasi dan isotherm sorpsi air biskuit jagung.
Disertasi Sekolah Pascasarjana. Bogor: IPB.
Marissa, D. 2010. Formulasi cookies jagung dan pendugaan umur simpan produk
dengan pendekatan kadar air kritis. Skripsi Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Muriu, J. I., Njoka-Njiru, E. N., Tuitoek, J. K., and Nanua, J. N. 2002. Evaluation
of Sorghum (Sorghum bicolor) as Replacement for Maize in The Diet of
Growing Rabbits (Oryctolagus cuniculus). Asian-Australian Journal of
Animal Science. 15: 565-569.
Natalia, D. 2010. Sifat fisikokimia dan indeks glikemik berbagai produk snack.
Skripsi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB.
67
Rios, L.Y., Bennett, R.N., Lazarus, S.A., Remesy, C., Scalbert, A., and
Williamson, G. 2002. Cocoa procyanidins are stable during gastric transit in
humans. Journal of Clinical Nutrition. 76:11061110.
Rooney, L.W. and Serna, S. 2000. Handbook of Cereal Science and Technology.
New York: Marcel Dekker.
Scalbert, A., Morand, C., Manach, C., and Remesy, C. 2002. Absorption and
metabolism of polyphenols in the gut and impact on health. Journal of
Biomedicine and Pharmacotherapy. 56:276282.
Scott, K.P., Duncan, S.H., and Flint, H.J. 2008. Dietary fibre and the gut
microbiota. Journal of British Nutrition Foundation. 33: 201211.
Slavin, J. and Green, H. 2007. Dietary fibre and satiety. Nutrition Bulletin. 32: 32-
42.
Southgate, D.A.T. 2001. Dietary Fiber Parts of Food Plants and Algae. California:
Health Research and Studies Center, Inc.
Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorghum untuk produk olahan. Jurnal Litbang
Pertanian. 23:4.
Soekirman, S., Ananto, K., Pribadi, N., Martianto, D., Ariani, M., Jus'at, I.,
Hardinsyah, D., dan Firdausy, C. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI
68
Turner, N.D., Diaz, A., Taddeo, S.S., Vanamala, J., McDonough, C.M., Dykes,
L., Murphy, M.E., Caroll, R.J., and Rooney, L.W. 2006. Bran from black or
brown sorghum supresses colon carsinogenesis. Journal of Food Science
and Agriculture. 20: 599-610.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner uji rating hedonik tahap I
896
889
511
335
723
Keterangan : 1. sangat tidak suka 2. tidak suka 3. netral 4. suka 5. sangat suka
70
Lampiran 2. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik tahap I
No F1 F2 F3 F4 F5
1 3 2 4 2 2
2 4 2 5 1 3
3 3 2 4 2 4
4 2 3 4 4 2
5 2 2 3 3 3
6 4 3 2 2 3
7 2 3 3 4 3
8 4 2 4 3 5
9 1 2 4 2 4
10 2 3 2 3 2
11 2 3 3 4 3
12 4 5 4 4 5
13 4 2 4 5 3
14 2 2 4 2 3
15 3 2 2 3 4
16 3 5 5 5 4
17 3 2 4 2 3
18 4 3 4 4 3
19 2 3 3 4 3
20 3 1 2 4 5
21 2 2 4 4 5
22 4 5 5 2 4
23 2 3 4 3 4
24 3 4 3 3 5
25 1 3 2 2 4
26 3 4 5 1 1
27 2 3 3 2 3
28 2 3 3 3 3
29 3 4 3 3 2
30 2 1 2 1 2
71
Lampiran 3. Hasil analisis uji rating hedonik tahap I
Between-Subjects Factors
Value Label N
sampel 1 S100% 30
2 4:1 30
3 3:1 30
4 2:1 30
5 1:1 30
skor
a,b
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
S100% 30 2.70
4:1 30 2.80 2.80
2:1 30 2.90 2.90
1:1 30 3.33 3.33
3:1 30 3.50
Sig. .480 .057 .529
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.048.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b. Alpha = .05.
72
Lampiran 4. Kuesioner uji rating hedonik tahap II
Rasa
Aroma
Tekstur
Overall
Keterangan : 1. sangat tidak suka 2. tidak suka 3. netral 4. suka 5. sangat suka
73
Lampiran 5. Rekapitulasi data hasil uji ranting hedonik tahap II atribut rasa
No F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 2 2 3 3 3 3
2 2 3 3 4 4 3
3 3 3 4 3 4 3
4 1 2 4 2 3 4
5 2 2 3 2 3 3
6 2 1 1 3 2 4
7 3 4 3 3 4 3
8 4 5 5 5 5 4
9 2 3 3 4 3 3
10 3 4 5 4 5 4
11 4 4 3 4 4 4
12 3 3 3 3 4 4
13 3 3 4 4 4 4
14 3 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 3 4
16 3 3 3 3 4 4
17 3 3 3 3 4 4
18 2 2 1 4 3 4
19 2 1 3 3 3 3
20 1 2 2 3 2 2
21 4 4 4 3 5 1
22 2 4 1 2 3 3
23 3 3 4 4 3 1
24 1 2 2 2 2 3
25 3 3 3 4 3 3
26 4 4 5 5 4 4
27 4 4 4 3 3 2
28 2 3 3 4 5 3
29 3 3 3 4 4 3
30 4 5 4 4 3 5
Lampiran 6. Hasil analisis uji rating hedonik atribut rasa metode ANOVA
dengan uji lanjut Duncan
Tests of Between-Subjects Effects
74
Ket: sig. sampel .000 < 0.05 berarti rasa berbeda nyata
skor
a,b
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
A1B1 30 2.63
A2B1 30 2.97
A1B2 30 3.27 3.27
A2B2 30 3.43
A1B3 30 3.50
A2B3 30 3.57
Sig. 1.000 .070 .097
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .404.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b. Alpha = .05.
Ket: formula yang berada dalam 1 subset yang sama tidak berbeda nyata
75
Lampiran 7. Rekapitulasi data hasil uji ranting hedonik tahap II atribut aroma
No F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 3 3 3 3 3 3
2 4 3 4 4 4 3
3 2 3 4 4 4 4
3 3 4 3 3 2 2
5 3 4 4 4 3 4
6 4 5 3 4 4 3
7 1 1 1 1 1 1
8 3 3 4 3 3 3
9 4 2 3 1 1 2
10 4 5 5 5 4 5
11 2 3 3 3 3 4
12 3 4 2 3 2 2
13 2 2 1 1 1 3
14 3 3 2 3 3 3
15 2 2 2 3 3 3
16 2 3 1 3 2 3
17 3 2 4 4 4 3
18 2 3 4 4 4 4
19 2 3 3 4 4 4
20 3 3 3 4 3 3
21 3 3 4 4 4 4
22 3 4 4 4 5 4
23 2 2 3 4 3 3
24 2 4 2 2 4 3
25 2 3 3 3 2 4
26 3 4 2 4 4 3
27 3 3 3 3 3 3
28 2 3 3 4 2 2
29 4 4 4 3 3 3
30 4 3 4 5 3 6
76
Lampiran 8. Hasil analisis uji rating hedonik atribut aroma metode ANOVA
dengan uji lanjut Duncan
Tests of Between-Subjects Effects
Ket: formula yang berada dalam satu subset yang sama berarti tidak berbeda nyata
77
Lampiran 9. Rekapitulasi data hasil uji ranting hedonik tahap II atribut tekstur
No F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 3 4 5 5 3 4
2 3 2 1 3 4 3
3 1 2 3 4 4 4
4 4 3 3 3 3 3
5 3 3 3 4 3 3
6 4 2 3 2 3 3
7 1 2 1 2 2 2
8 3 3 3 4 3 3
9 3 4 4 1 2 3
10 4 4 3 4 5 4
11 1 2 3 3 2 3
12 2 1 3 4 4 3
13 2 2 2 4 4 3
14 3 3 4 4 4 4
15 3 2 3 3 3 3
16 3 3 3 2 3 4
17 2 3 3 3 2 3
18 3 4 3 3 4 3
19 2 2 2 3 4 4
20 4 4 4 4 4 4
21 2 3 4 4 4 4
22 2 3 3 3 4 4
23 3 2 5 5 5 4
24 3 4 3 3 4 3
25 3 1 1 4 2 4
26 2 2 3 3 4 4
27 2 2 3 3 4 3
28 3 3 4 3 3 3
29 2 1 3 2 3 4
30 4 3 4 3 4 3
78
Lampiran 10. Hasil analisis uji rating hedonik atribut tekstur metode ANOVA
dengan uji lanjut Duncan
Ket: formula yang berada dalam satu subset yang sama berarti tidak berbeda nyata
79
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Hasil Uji Ranting Hedonik Keseluruhan
(overall)
No F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 3 2 3 3 4 3
2 2 2 3 2 3 3
3 3 3 4 3 4 2
4 2 2 4 3 3 4
5 3 3 4 3 4 4
6 3 2 3 4 2 4
7 3 4 3 3 4 3
8 3 4 4 5 4 4
9 3 3 4 3 4 3
10 3 3 4 4 5 4
11 3 4 3 4 4 4
12 2 3 3 3 4 4
13 3 3 3 3 4 3
14 2 3 4 4 3 3
15 2 3 3 3 3 4
16 3 2 3 3 3 3
17 3 3 3 4 4 4
18 2 3 2 3 4 3
19 2 2 3 4 3 2
20 1 2 2 3 2 3
21 3 4 4 5 4 5
22 3 4 5 1 2 4
23 3 3 3 4 3 3
24 1 1 2 2 2 2
25 3 3 3 4 3 4
26 3 4 4 4 3 4
27 4 3 3 3 3 3
28 2 2 3 3 4 4
29 4 2 3 4 5 3
30 3 4 4 5 2 5
80
Lampiran 12. Hasil analisis uji rating hedonik overall metode ANOVA dengan
uji lanjut Duncan
Tests of Between-Subjects Effects
Ket: sig.sampel .000 < 0.5 berarti secara keseluruhan produk berbeda nyata
skor
a,b
Duncan
Subset
sampel N 1 2
A1B1 30 2.67
A2B1 30 2.87
A1B2 30 3.30
A1B3 30 3.40
A2B2 30 3.40
A2B3 30 3.47
Sig. .244 .382
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .438.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b. Alpha = .05.
Ket: formula yang berada dalam satu subset yang sama berarti tidak berbeda nyata
81
Lampiran 13. Hasil analisis kandungan serat pangan keenam formula
Serat Pangan
Formula Ulangan Serat Pangan Larut Total Serat Pangan
Tidak Larut
1 9.1753 9.1887 1.9395 1.8933 11.1147 11.0820
A1B1
2 9.2022 0.0190 1.8472 0.0653 11.0493 0.0462
1 8.7121 8.8329 2.0030 1.9407 10.7151 10.7737
A2B1
2 8.9538 0.1709 1.8785 0.0880 10.8322 0.0828
1 8.7235 8.5961 2.1415 2.0797 10.8650 10.6758
A1B2
2 8.4688 0.1801 2.0179 0.0874 10.4867 0.2675
1 7.9352 7.9043 1.9811 1.9913 9.9163 9.89570
A2B2
2 7.8735 0.0436 2.0016 0.0145 9.8751 .0291
1 7.9733 7.9367 1.9642 1.9055 9.9375 9.84210
A1B3
2 7.9000 0.0518 1.8467 0.0830 9.7468 .1348
1 7.4365 7.4254 2.0098 2.0170 9.4463 9.44240
A2B3
2 7.4142 0.0157 2.0242 0.0102 9.4384 .0056
82
Lampiran 14. Hasil pengolahan data total serat pangan dengan SPSS 15
Between-Subjects Factors
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
TOT.SERAT
a,b
Duncan
Subset
B N 1 2 3
8% 4 9.642250
12% 4 10.285775
20% 4 10.927825
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .017.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
Group Statistics
Std. Error
A N Mean Std. Deviation Mean
TOT.SERAT 3:1 6 10.533333 .5813843 .2373491
1:1 6 10.037233 .6066615 .2476685
83
Lampiran 15. Kurva standard analisis kapasitas antioksidan tepung sorgum,
tepung ampas tahu, dan produk
Tepung sorgum
Konsentrasi
Absorbansi kontrol-absorbansi
(ppm)
40 0.7340 0.7860
45 0.6505 0.8695
50 0.5110 1.0090
55 0.4310 1.0890
60 0.3280 1.1920
1.4
1.2 y = 0.020x - 0.042
1 R = 0.993
Absorbansi
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi asam askorbat (ppm)
Konsentrasi
Absorbansi kontrol-absorbansi
(ppm)
5 0.8575 0.1865
10 0.7280 0.3160
15 0.5930 0.4510
20 0.4580 0.5860
25 0.2625 0.7815
84
Lampiran 16. Lanjutan kurva standard analisis kapasitas antioksidan tepung
sorgum, tepung ampas tahu, dan produk
1.0000
0.8000 y = 0.029x + 0.026
Absorbansi
R = 0.992
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi asam askorbat (ppm)
Produk
Konsentrasi
Absorbansi kontrol-absorbansi
(ppm)
40 0.7340 0.7860
45 0.6505 0.8695
50 0.5110 1.0090
55 0.4310 1.0890
60 0.3280 1.1920
1.4
1.2
1
0.8
y = 0.020x - 0.042
0.6
R = 0.993
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80
85
Lampiran 17. Data analisis aktivitas antioksidan tepung sorgum, tepung ampas
tahu, dan produk
86
Lampiran 18. Hasil pengolahan data aktivitas antioksidan dengan SPSS 15
Between-Subjects Factors
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
KAP.ANTIOKSIDAN
a,b
Duncan
Subset
B N 1 2 3
20% 4 14.715225
12% 4 16.401125
8% 4 17.612950
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .319.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
Group Statistics
Std. Error
A N Mean Std. Deviation Mean
KAP.ANTIOKSIDAN 3:1 6 16.841917 1.6219890 .6621742
1:1 6 15.644283 1.1274999 .4602999
87
Lampiran 19. Data analisis kadar air tepung sorgum, tepung ampas tahu, dan
produk
88
Lampiran 20. Hasil pengolahan data kadar air dengan SPSS 15
Between-Subjects Factors
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
KADAR.AIR
a,b
Duncan
Subset
B N 1 2
20% 4 13.052684
12% 4 13.262314 13.262314
8% 4 14.014029
Sig. .547 .062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .216.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
89
Lampiran 21. Data analisis kadar mineral tepung sorgum, tepung ampas tahu, dan
produk
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
90
Lampiran 23. Data analisis kadar protein tepung sorgum, tepung ampas tahu, dan
produk
91
Lampiran 24. Hasil pengolahan data kadar protein dengan SPSS 15
Between-Subjects Factors
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
KADAR.PROTEIN
a,b
Duncan
Subset
B N 1 2 3
8% 4 8.734767
12% 4 9.279074
20% 4 10.999382
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .098.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
92
Lampiran 25. Data analisis kadar lemak tepung sorgum, tepung ampas tahu, dan
produk
93
Lampiran 26. Hasil pengolahan data kadar lemak dengan SPSS 15
Between-Subjects Factors
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
KADAR.LEMAK
a,b
Duncan
Subset
B N 1 2
8% 4 14.113403
12% 4 15.953025
20% 4 16.043715
Sig. 1.000 .849
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .416.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
94
Lampiran 27. Data analisis kadar karbohidrat tepung sorgum, tepung ampas tahu,
dan produk
95
Lampiran 28. Hasil pengolahan data kadar karbohidrat dengan SPSS 15
Between-Subjects Factors
Value Label N
B 1 20% 4
2 12% 4
3 8% 4
A 1 3:1 6
2 1:1 6
KADAR.KARBOHIDRAT
a,b
Duncan
Subset
B N 1 2
20% 4 71.311225
12% 4 73.983093 73.983093
8% 4 77.001323
Sig. .128 .093
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 4.588.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
96
Lampiran 29. Data kandungan mineral snack bar formula terbaik
Jenis
Ulangan Data Pengukuran Rata-rata
Pengukuran
L 60.01 58.44 59.10 59.180.7883
a 8.63 8.89 8.34 9.450.4900 L = 59.631.2526
I
b 23.08 24.36 25.18 24.870.4474
Hue 69.50 69.95 71.67 70.371.1453
a = 8.230.4111
L 58.162 58.72 59.10 58.660.4729
a 8.62 8.04 8.13 8.260.3121
II
b 22.93 21.21 22.10 22.080.8602
b = 23.101.0657
Hue 69.40 69.24 69.8 69.480.2884
L 61.48 61.13 60.52 61.040.4858
a 7.55 7.66 8.19 7.800.3422
III Hue
b 22.10 22.77 24.19 23.191.3443
=70.380.9017
Hue 71.14 71.41 71.30 71.280.1358
Kekerasan (gram
Ulangan Rata-rata
force)
1507.3
I 1578.6 1615.03333
1759.2
1599.533321.9203
1604.3
II 1557.2 1584.0330
1590.6
97
Lampiran 32. Informasi nilai gizi snack bar sorgum ampas tahu terpilih
(Soekirman et al., 2004)
98