Вы находитесь на странице: 1из 31

MAKALAH

TEKNIK PEMANFAATAN BAHAN GALIAN


INDUSTRI

Disusun Oleh :

HERMAWAN JAYA SINAGA

(073001400046)

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya
sehingga makalah untuk mata kuliah Teknik Pemanfataan Bahan Galian Industri ini tentang
Pemanfaatan dan Pengolahan Batu Dimensi,Batu Mulia,Batu Kapur dan Sulfur dapat
terselesaikan. Atas izin dan penyertaan Tuhan sajalah sehingga penyusun dapat mengumpulkan
dan menyusun makalah ini.

Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta,1 November 2017

Hermawan Jaya Sinaga


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II BATU MULIA........................................................................... . 2
2.1 Pengertian .................................................................... 2
2.2 Genesa .................................................................... 2
2.3 Mineralogi .................................................................... 4
2.4 Potensi dan Cadangan ................................................................. 4
2.5 Penambangan .................................................................... 5
2.6 Pengolahan .................................................................... 5
2.7 Pemanfaatan .................................................................... 7
BAB III BATU KAPUR ........................................................................... 10
3.1 Pengertian .................................................................... 10
3.2 Genesa .................................................................... 10
3.3 Mineralogi .................................................................... 12
3.4 Potensi dan Cadangan ................................................................. 12
3.5 Penambangan .................................................................... 12
3.6 Pengolahan .................................................................... 13
3.7 Pemanfaatan .................................................................... 17
BAB IV BATU DIMENSI........................................................................... 18
4.1 Pengertian .................................................................... 18
4.2 Genesa .................................................................... 18
4.3 Mineralogi .................................................................... 18
4.4 Potensi dan Cadangan ................................................................. 19
4.5 Penambangan & Pengolahan ...................................................... 19
4.6 Pemanfaatan .................................................................... 20
BAB V SULFUR ,ASAM SULFAT dan ASAM FOSFAT......................... 22
5.1 Sulfur ................................................................ 22
5.2 Asam Sulfat .................................................................... 23
5.3 Asam Pospat .................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang cukup luas dan memiliki sumber daya alam yang
berlimpah. Hal itu didasarkan pada letak Indonesia yang berada tepat digaris yang dilalui
khatulistiwa sehingga menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dan hal itu juga
berpengaruh terhadap suburnya alam di negeri ini. Begitu pula secara geologis Indonesia
berada pada pertemuan tiga lempeng yang memungkinkan munculnya deretan gunung api yang
secara otomatis akan mendukung pertumbuhan tanaman dan kaya akan barang tambang galian.

Kaitannya dengan barang tambang galian (Batu Mulia , Batu Dimensi dan Sulfur) atau
sumber daya mineral lainnya tentunya hal itu bukan hal yang tabu. Sebab, sebagaimana yang
kita ketahui bersama bahwa sumber daya mineral ini memiliki peran yang cukup penting bagi
kehidupan manusia sebab dalam hidupnya manusia tidak pernah lepas dari sumber daya
tersebut. Oleh karena itu, dengan semua kecakapan yang dimiliki serta dengan semakin
majunya IPTEK maka manusia sudah sepatutnya untuk melakukan berbagai inovasi untuk
meningkatkan nilai guna sehingga bisa lebih bermanfaat.

Dan dalam pengelolaannya, tentu harus memperhatikan keseimbangan antara produksi


dan proteksi artinya dalam pemanfaatannya manusia harus mampu memperthatikan
pelestarian. Akan tetapi, yang lebih penting dari itu semua kita harus tetap mengedepankan
prinsip sustainable development yaitu prinsip dimana apa yang kita nikmati sekarang harus
juga mampu untuk dinikmati oleh generasi yang akan datang.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :


1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Teknik Pemanfaatan Bahan Galian Industri
2. Untuk memberikan pembaca informasi mengenai cara pemanfaatan dan pengolahan bahan
galian batu mulia , batu dimensi dan sulfur
BAB II
BATU MULIA

2.1 Pengertian
Menurut ilmu geologi, batu mulia mengandung pengertian sebagai semua jenis mineral
dan batuan yang mempunyai sifat fisik, kimia serta karakteristik tertentu seperti motif dan
warna, yang bernilai ekonomis. Batu mulia umumnya digunakan untuk perhiasan dan bahan
dekorasi. Istilah atau penamaan batu mulia lebih banyak didasarkan pada kelangkaan
keterdapatannya. Di indonesia batu mulia dikenal dengan nama tradisional yaitu batu akik
atau batu aji. Dalam dunia perdagangan istilah batu mulia saat ini sudah mulai dipakai oleh
masyarakat umum, baik itu sebagai bahan perhiasan ataupun asesoris.

Penamaan jenis batu mulia asalnya bermacam-macam, mulai dari nama mineral/batuan, nama
ilmiah, nama perdagangan, sampai kepada nama tertentu yang biasanya muncul atas dasar
pertimbangan warna, tekstur atau motif (pattem), kadang tergantung selera. Tetapi secara
spesifik, batu mulia dapat digolongkan kedalam tiga jenis, yaitu:
1. Batu permata (precious stones)
2. Batu setengah/semi permata (semi-precious stones), dan
3. Batu hias (ornamental stones).

2.2 Genesa
Asal usul terbentuknya batu mulia tidak jauh berbeda dengan pembentukan batuan atau mineral
secara umum. Pembentukan batu mulia dapat terjadi melalui diferensiasi
magma, metamorfosis, dan sedimentasi.

Asal Proses Diferensiasi Magma


Proses ini disebut juga sebagai proses pembentukan batuan beku, yaitu mengalirnya cairan
magma ke permukaan bumi akibat terjadinya gerakan di bawah permukaan bumi yang
menyebabkan timbulnya retakan yang kemudian diisi oleh cairan magma dan membentuk jenis
batuan atau mineral termasuk batu mulia. Perbedaan temperatur dan kontak dengan batuan
sekelilingnya disertai dengan pembekuan dalam fase yang berbeda akan mempengaruhi
pembentukan jenis batuan dan mineral.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa proses diferensiasi magma membentuk batu mulia dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Batu mulia bersuhu tinggi; contohnya intan, safir, ruby, peridotit, garnet, zirkon dan lain-
lain
2. Batu mulia pegmatis; contohnya zamrud, beril, krisoberil, safir, ruby, spinel, topas,
turmalin,zirkon dan lain-lain
3. Batu mulia pneumatis; contohnya turmalin, topas, felspar dan lain-lain
4. Batu mulia bersuhu rendah; contohnya kalsedon, agate, jasper, opal dan lain-lain.

Asal Proses Metamorfosis


Batu mulia yang terjadi karena proses metamorfosis diakibatkan oleh pengaruh suhu dan
tekanan yang ditimbulkan oleh pembebanan sehingga mengubah batuan/ mineral tersebut
menjadi mineral dan batuan baru. Ada 3 jenis proses metamorfosis bergantung pada keadaan
yang mendominasinya, yaitu:
1. Metamorfosa kontak (termal); dominan dipengaruhi oleh faktor suhu. Perubahan
berlangsung jika panas yang ditimbulkan melalui kontak dengan batuan yang ada seperti
batuan sedimen jenis batu gamping (murni) yang paling reaktif terhadap perubahan temperatur
dan akan berubah menjadi marmer. Batuan sedimen jenis batupasir kuarsa yang mengalami
proses metamorfosis kontak akan menimbulkan rekristalisasi butiran, sehingga terbentuk
kuarsit. Batuan yang mengandung lempung dan serpihan akan menjadi hornfels yang
menghadirkan Al silikat.

2. Metamorfosis dislokasi; terjadi pada temperatur rendah, serta pengaruh proses tektonik yang
biasanya terdapat di sepanjang bidang patahan dan tempat-tempat lemah lainnya di dalam
kerak bumi. Beberapa jenis batuan hasil metamorfosis diskolasi antara lain genes, sekis dan
serpih. Batuan beku yang mengalami proses metamorfosis dislokasi akan menghasilkan
serpentinit dan amfibol.

3. Metasomatisma; merupakan metamorfosis yang disebabkan oleh adanya pengaruh kimia


dari batuan lain di sekitarnya. Proses metasomatisma ini mempengaruhi hampir seluruh
permukaan dalam skala kecil maupun besar. Secara keseluruhan komposisi batuan dapat
berubah dan kadang-kadang terjadi penggantian sempurna terhadap satu mineral saja tanpa
kehilangan tekstur asal.

Asal Proses Sedimentasi


Batuan beku dan metamorf yang muncul di permukaan bumi akan mengalami
pelapukan akibat pengaruh air, udara dan organisme. Hancuran batuan dan lapukannya
kemudian diangkut oleh air atau media lain (es, angin, pengaruh gravitasi) melalui sungai yang
bermuara di laut, sehingga membentuk endapan danau dan endapan laut yang dikenal dengan
proses sedimentasi.

Selama proses transportasi, bahan batuan mengalami gesekan terus menerus hingga
permukaannya menjadi lebih halus dan mempengaruhi bentuk serta ukuran butiran. Batuan
yang lebih keras lebih sedikit mengalami gesekan dibandingkan dengan batuan yang lunak.
Semakin jauh transportasi batuan dari tempat asalnya, semakin beragam bentuk yang dapat
terjadi seperti menyudut, menyudut tanggung sampai membulat kemudian terjadilah
pengendapan atau sedimentasi yang merupakan endapan sekunder dan disebut batuan sedimen.
Beberapa jenis batu mulia yang terbentuk dengan proses sedimentasi ini ialah intan, safir, rubi,
korundum dan beberapa jenis ametis.
2.3 Mineralogi
Batu mulia jenis batu permata umumnya merupakan monomineral sedangkan jenis batu
hias dan batu hias alami kebanyakan terdiri atas berbagai jenis batuan yang mempunyai
kandungan beberapa jenis mineral termasuk di dalamnya jenis batu permata dan batu semi
permata. Memasukkan jenis mineral kedalam kelompok batu mulia sebagai jenis batu permata
dilihat dari pemanfaatan dan keindahannya sebagai mineral perhiasan, di samping karakteristik
lainnya yaitu sifat kimia-fisika, warna, dan motifnya. Sebagai contoh adalah mineral intan yang
dikenal sebagai batu intan atau batu permata, mempunyai tipe kelas tinggi yaitu bentuk ukuran
besar, tidak mengandung mineral lain sebagai pengotor, tingkat kecerahan tinggi, dan berwarna
cemerlang.

Jika mineral intan atau jenis batu permata lainnya berukuran halus dan terdapat dalam
bongkah batuan sehingga tidak dapat diambil untuk dimanfaatkan sebagai bahan yang
monomineral, maka tingkat penggolongannya dimasukkan ke dalam jenis batu hias atau batu
hias alami, baik melalui proses pengolahan atau tidak melalui proses pengolahan apabila dilihat
unsur seninya indah. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkatan batu mulia dan proses
pengembangan pengolahan serta pemanfaatannya, perlu dilakukan analisis laboratorium yang
mencakup sifat kimia dan fisikanya.

Semakin tinggi tingkat kekerasannya akan semakin mahal nilai dan harganya, sedangkan
kandungan komposisi unsur dan rumusan kimia diperlukan sebagai catatan tambahan secara
keilmuan saja. Semakin tinggi nilai atau harga batu mulia, akan semakin selektif alat yang
digunakan dan semakin tinggi kehati-hatian dalam pembuatan bentuk dan penerapan disainnya.

Analisis batu mulia di antaranya meliputi sifat optik, kekerasan, warna, komposisi kimia, berat
jenis, dan jenis asosiasi mineral lain sebagai pengotor. Pada umumnya dilakukan dengan
analisis mikroskopis, sedangkan untuk analisis berat jenis dilakukan dengan mencelupkan batu
mulia ke dalam larutan dengan berat jenis tertentu, mengambang atau tenggelam. Untuk
mengetahui kekerasan batu mulia dilakukan dengan membandingkannya terhadap mineral
yang mempunyai kekerasan tertentu atau dengan menggunakan alat microhardness tester. Cara
terakhir ini jarang dilakukan karena akan menggores batu mulia terutama batu permata.

2.4 Potensi dan Cadangan


Ditinjau dari segi asal terjadinya, Indonesia memiliki potensi sebaran batu mulia yang
sangat beragam dan cukup besar, walaupun belum sampai kepada penentuan kualitas dan
kuantitasnya. Di Pulau Sumatera, batu mulia banyak dijumpai di sepanjang Pegunungan Bukit
Barisan. Di Pulau Jawa terdapat di sepanjang jalur bagian selatan dan beberapa daerah di
bagian tengah dan utara. Wilayah Sulawesi bagian barat, tengah dan tenggara, Kepulauan
Maluku mulai Pulau Morotai, Ambon dan pulau-pulau kecil lainnya serta Nusa Tenggara
dimulai dari Pulau Sumbawa sampai Timor diperkirakan juga mengandung sumberdaya batu
mulia.

Pulau Kalimantan yang merupakan daratan stabil, memungkinkan pembentukan batu


mulia yang lebih baik dan dalam jumlah cukup besar, terutama Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan. Demikian pula dengan Pulau Papua yang memiliki sebaran batu mulia
terutama di daerah utara, tengah sampai selatan serta jalur Tembagapura yang diperkirakan
mengandung batu mulia cukup potensial.

Berdasarkan hasil survai geologi, hampir seluruh propinsi di Indonesia mempunyai


endapan batu mulia walaupun belum terungkap secara rinci. Dari data yang dihasilkan, baru
15 propinsi yang potensi batu mulianya sangat besar. Sebagian lagi berupa endapan batu mulia
yang belum dimanfaatkan untuk diolah ataupun diusahakan oleh penduduk atau pengrajin
setempat.

2.5 Penambangan
Kegiatan penambangan berbagai jenis batu mulia umumnya dilakukan oleh rakyat setempat
secara tradisional, kecil-kecilan, sederhana, dan kadang-kadang bersifat usaha sampingan.
kegiatan penambangan secara besar sangatlah jarang, dan dilakukan pada daerah yang telah
diketahui cadangan atau sumber batu mulianya yang melimpah, dilakukan dengan modern
yakni menggunakan peralatan2 canggih (excavator, conveyor, hidro seperator system, dll)

Penambangan batu mulia dilakukan dengan cara membuat atau menggali lubang
didalam tanah yang sudah tentu mengandung intan. Ada dua macam lubang yaitu
lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut kedalamannya antara satu sampai
setengah meter sedangkan lubang dalam dapat mencapai sepuluh meter atau lebih.
Untuk menghancurkan tanah atas pada mulanya hanya digali manual dengan tangan
manusia / menggunakan cangkul, baik tanah kering ataupun lumpur.
Pemisahan tanah dengan batu mulia dilakukan dengan dulang yang terbuat dari kayu.
Tempat mendulang batu dan tanah dinamakan pendulangan.

2.6 pengolahan
Pemanasan (heating)
Heating adalah proses pemanasan yang dilakukan pada batu mulia dengan
menggunakan alat tertentu dan pada suhu tertentu.

Tujuan dari dilakukannya pemanasan adalah untuk menjadikan warna batu mulia terlihat lebih
tajam, terang, bercahaya, lebih jernih dan berbeda dari kondisi semula.

Jenis batu mulia yang biasanya telah mengalami proses treatment ini adalah batu Safir, Ruby,
tanzanite, Paraiba Tourmaline, natural Zirkon dimana Zirkon biru biasanya adalah Heat treated
serta Amethyst yang warnanya berubah dari ungu menjadi kuning.

Penyinaran atau Irradiated


Irradiated atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Iradiasi merupakan proses
penembakan material batu mulia dengan subatomic partikel atau radiasi untuk merubah warna
batu mulia.

Untuk bisa mendapatkan warna yang lebih bagus biasanya jenis batu yang sudah terkena
treatment ini masih harus melalui proses pemanasan.

Jenis treatment ini harus dilakukan oleh orang yang benar-benar profesional karena jika
dilakukan tanpa aturan yang benar maka bisa berbahaya bagi kesehatan karena adanya
kemungkinan masih tertinggalnya residu radioaktif pada batu.

Hal ini jauh berbeda dengan negara Amerika Serikat dimana Nuclear Regulatory Agency yang
merupakan sebuah badan khusus pemerintah memiliki tugas untuk memastikan batu mulia
dengan irradiated gemstones (treatment irradiasi) apakah jenis batu tersebut aman dan layak
untuk diperjual belikan serta dikenakan sebagai perhiasan.

Biasanya jenis batu mulia yang mengalami proses treatment ini adalah intan atau diamond,
blue topaz, dan Tourmaline.

Maka dari itu berhati-hatilah jika ada orang yang menawarkan anda untuk membeli blue topaz
dengan harga di bawah pasaran karena biasanya jenis batu blue topaz tersebut telah mengalami
proses treatment.

Pada dasarnya batu blue topaz memang bisa ditemukan di alam namun blue topaz yang natural
cenderung kurang bersinar atau pucat.

Dengan melewati proses penyinaran maka warna batu blue topaz akan terlihat lebih indah
meskipun batu blue topaz yang tidak melewati proses iradiasi harganya bisa jauh lebih mahal.

Oilling
Oilling merupakan jenis pemprosesan yang dilakukan untuk menjadikan retak-retak
pada batu mulia terlihat lebih samar.

Biasanya treatment oilling dilakukan pada jenis batu Emerald atau zamrud dan tentunya batu
zamrud yang tidak melewati proses treatment harganya bisa jauh lebih mahal.

Filling
Filling merupakan proses pengisian material yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas visual batu mulia dengan menggunakan warna visual yang sama dengan retakan batu
mulia.

Material yang digunakan untuk pengisi biasanya adalah plastik, kaca, atau bisa material lain
yang juga memiliki warna yang serupa.

Biasanya jenis treatment ini digunakan pada jenis batu yang bersifat memiliki lubang natural
seperti batu pirus atau bisa juga batu ruby.

Dyeing / Pewarnaan
Dyeing adalah proses pemberian warna pada batu mulia. Treatment ini biasa dilakukan
pada batu-batu seperti Giok / jade, lapis lazuli, turquoise, ruby, Batu Zamrud, akik atau agate
dan safir.

Batu lapis lazuli yang telah melalui proses pewarnaan dapat dengan mudah dideteksi dengan
mengoleskan cairan acetone (pembersih pewarna kuku) dengan kapas.

Bila ada proses pewarnaan maka warna biru lapis lapis lazuli akan menempel pada kapas itu.
Proses pewarnaan di Indonesia juga kadang terjadi pada batu akik, merubah warna putih
chalcedony menjadi hijau, merah, atau kuning.

Kalau kita jalan-jalan dipasar kita akan banyak menemui Batu Akik cantik-cantik dengan
warna-warna tersebut, tentunya batu itu natural alami Cuma warnanya sudah di modifikasi.

Ada juga yang mewarnai batu agate untuk membuat gambar-gambar tertentu seperti kelinci,
laba-laba, kucing, dll. Bagi yang tahu tentang ilmu perbatuan, hal seperti itu kan tampak
menggelikan.

Coating / Pelapisan
Coating adalah proses pelapisan film dengan warna mencolok pada batu mulia yang
memiliki body bening atau tanpa warna dengan tujuan member warna yang lebih menarik.
Batu-batu yang biasa mendapat treatment seperti ini adalah Mystic topaz, Myztic Quartz,
Tanzanite, Intan / diamond, dan Opal yang kadang disebut sebagai doubletyaitu opal tipis
yang dilekatkan pada suatu material baik berwarna ataupun hitam untuk memperkuat dan
memberi warna.

Diffusion
Diffusion adalah proses treatment batu mulia dengan menyuntikan bahan kimia
(biasanya Beryllium) pada temperature tinggi agar bisa masuk meresap ke dalam batu secara
permanen.
Treatment ini biasanya dilakukan pada batu safir. Treatment Diffusion bisa membuat warna
makin indah, merubah warna, sampai membuat efek star (asterism).

Banyak pecinta batu mulia yang sudah menerima treatment sebagai hal yang lumrah dan masih
menyebut batu dengan treatment sebagai batu Natural. Namun demikian, ada juga orang yang
tidak mau menerima batu treatment sebagai batu natural

2.7 Pemanfaatan
Sebagai Perhiasan
Sejak ribuan tahun sampai saat ini batu permata sudah digunakan sebagai perhiasan.
Pemberian permata berlian seorang pria kepada pujaan hatinya akan menandakan nilai yang
dihargai sang pria ke wanita tersebut. Segala yang kelihatan oleh mata akan lebih jelas
memberikan nilai dibandingkan hati manusia yang tersembunyi dan susah dimengerti.
Kebutuhan akan pengakuan orang lain membuat orang menggunakan permata sebagai status
kemapanan. Bila seseorang menggunakan berlian, ruby atau sapphire akan merasakan status
yang lebih tinggi dan akan diakui oleh orang lain.

Memiliki Kasiat tertentu


Aura positif yang ditimbulkan karena melihat keindahan warna batu permata membuat
energi positif tersebut memperbaiki aura-aura yang rusak. Coba perhatikan para kolektor batu
permata akan kelihatan awet muda dan seger dengan kesibukan mengkoleksi keindahan batu
permata. Kekaguman akan keindahan batu permata dan hayalan akan nilai investasi permata
yang terus meningkat membuat orang melupakan hal-hal negatif menimpa dirinya. Sama
halnya dengan mengalihkan perhatian seorang balita(kasih mainan) agar mudah makan. Batu
Tiger Eye diyakini dapat melindungi kita dalam perjalanan dan dapat mengalihkan atau
membelokan orang yang ingin berbuat jahat terhadap kita. Dalam dunia marketing/sales,
sapphire biru diyakini sangat mempengaruhi komunikasi yang hangat di antara kedua belah
pihak. Amethyst atau kecubung diyakini memiliki energi pengasihan sehingga bila
menggunakan amethyst maka akan menimbulkan rasa ibah sehingga orang lain akan membeli
produk yang kita jual. Selain itu beberapa batu permata diyakini memiliki kasiat kewibawaan,
pelindung, penolak bala, dan pembawa keberuntungan. Kebenaran akan hal itu hanya dapat
dibuktikan dari pengalaman pribadi kita sendiri. Dengan pengalaman tersebut lama-kelamaan
kita akan lebih mengerti batu permata yang cocok buat diri kita masing-masing.

Investasi
Dewasa ini batu permata sudah digunaan sebagai barang investasi jangka panjang.
Negara-negara Eropa menambang batu intan di Afrika dan beberapa negara lainnya,
menyimpan dan mengasahnya menjadi sebuah berlian yang bernilai tinggi. Kepiawaian
beberapa negara untuk memonopoli permata tertentu membawa kemakmuran bagi bangsa
mereka. Batu Sapphire yang disimpan selama 5 tahun dalam suatu pelelangan batu permata
laku dengan keuntungan ribuan persen atau lebih dari 10x lipat. Berarti kenaikan rata-rata
200% per tahun. Investasi apa yang dapat mendatangkan keuntungan seperti itu ? Di China
mayoritas penduduk nya menggunakan Jadeite atau Giok, hal ini sudah mengakar hingga
masyarakat China perantauan. Kebutuhan akan Giok terus meningkat sedangkan batu Giok
yang di datangkan dari Burma dengan kualitas baik sudah mulai susah didapat(langka),
otomatis harga naik. Dan sebagian besar Giok di treatment untuk meningkatkan kualitas warna
dan kejernihan. Sekarang ini untuk mendapatkan Giok Natural tanpa treatment (Grade A)
dengan kualitas baik membutuhkan dana yang cukup besar. Keliatannya sangat mudah
berinvestasi dengan batu permata, jangan senang dahulu, keahlian dan kepiawaian seseorang
sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisa investasi agar menghasilkan nilai yang begitu
tinggi.
Dunia Industri
Dalam dunia industri, batu sapphire digunakan untuk kaca tahan gores, seperti kaca
pada jam tangan. Ruby digunakan buat peralatan laser. Intan buat melapisi pisau pemotong,
alat pengeboran minyak. Dan banyak lagi kegunaan-kegunaan lain dari batu permata.

Untuk Penyembuhan
Tubuh manusia dikelilingi oleh aura-aura yang mempunyai warna-warni tertentu. Hal
ini dapat kelihatan dengan menggunakan peralatan foto aura. Dalam penyembuhan dengan batu
permata aura-aura yang hilang atau berkurang dapat di isi oleh batu permata dengan warna
yang sesuai. Keberadaan cahaya dan warna sangat mengendalikan mata, pikiran, perasaan,
pernapasan, dan aktifitas kita. Orang sering bilang "kurang enak badan", namun tidak tahu
badan atau organ yang mana yang kurang enak. Hal ini dikarenakan keseimbangan aura yang
mengelilingi tubuh kita yang terganggu. Dalam dunia pengobatan kuno batu Jadeite/Giok dapat
menyembuhkan gangguan ginjal, sehingga batu Jadeite sering di sebut batu ginjal. Heliotrope
dapat menghentikan pendarahan hidung. Intan dapat memberikan imun terhadap racun.
Amethyst dapat membuat orang tahan mabuk. Dan banyak lagi kegunaan-kegunaan dari batu
permata. Namun kebenaran penyembuhan sulit dibuktikan secara ilmiah, dan hanya dapat
dibuktikan oleh pengalaman pribadi masing-masing.
BAB III
BATU KAPUR

3.1 Pengertian
Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor
industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan
bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian dll.

3.2 GENESA
Batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic, secara mekanik,
atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organic. Jenis ini berasal
dari pengendapan cangkan atau rumah kerang dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau
berasal dari kerangka binatang koral/kerang.

Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh
berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya adalah
terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan
biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia
adalah jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu
dalam air laut ataupun air tawar.

Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis
batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batugamping
dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.

Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang mengendap bersama-
sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor batugamping memberikan
klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut
diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan
sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir.
Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur tersebut,
yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna
kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan
kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic.

Batu gamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain
yang pejal dijumpai pula yang porous.

Batu gamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya maupun


sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping
tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga
sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga
terbentuk hablur kalsit.

Dibeberapa daerah endapan batu kapur seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah
tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara
maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah
dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah
sebagai berikut :

CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2

Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh
batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite.
Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam
batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite.
Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang
berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.

Jenis-jenis Batu Gamping (Batu Kapur)

Ada banyak nama berbeda digunakan untuk batugamping. Nama-nama ini didasarkan
pada bagaimana batugamping terbentuk, penampilannya (tekstur), komposisi mineral
penyusunnya, dan beberapa faktor lainnya. Berikut ini adalah beberapa jenis batugamping yang
namanya lebih umum digunakan:

1. Chalk: merupakan sebuah batugamping lembut dengan tekstur yang sangat halus,
biasanya berwarna putih atau abu-abu. Batuan ini terbentuk terutama dari cangkang
berkapur organisme laut mikroskopis seperti foraminifera atau dari berbagai jenis
ganggang laut.
2. Coquina: merupakan sebuah batugamping kasar yang tersemenkan, yang tersusun oleh
sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada daerah pantai dimana
terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran yang sama oleh gelombang laut.
3. Fossiliferous Limestone: merupakan sebuah batugamping yang mengandung banyak
fosil. Batuan ini dominan tersusun atas cangkang dan skeleton fosil suatu organisme.
4. Lithographic Limestone: merupakan sebuah batugamping padat dengan ukuran butir
sangat halus dan sangat seragam, yang terjadi di dalam sebuah lapisan tipis membentuk
permukaan sangat halus.
5. Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama tersusun oleh
kalsium karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil yang terbentuk oleh hasil presipitasi
konsentris kalsium karbonat pada butir pasir atau cangkang fragmen.
6. Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh presipitasi evaporasi,
sering terbentuk di dalam gua, yang menghasilkan deposit seperti stalaktit, stalakmit
dan flowstone.
3.3 Mineralogi

Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan
diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda
dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu tertentu
dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu
sama lain, maka tidak mudah untuk mengidentifikasinya.

3.4 Potensi dan Cadangan


Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan hampir merata di seluruh Indonesia.
Data yang pasti mengenai jumlah cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara
umum jumlah batu kapur Indonesia mencapai 28,678 milyar ton (Tushadi Madiadipoera,
Direktorat Sumber Daya mineral, 1990) dengan perincian 61,376 juta ton sebagai cadangan
terunjuk (probable) dan 28,616 juta ton sebagai cadangan terka (Possible).

Sebagian besar cadangan batu kapur berada di Sumatra Barat dengan kisaran cadangan sekitar
23,23 milyar ton atau hampir 81,02 % dari cadangan keseluruhan di Indonesia.

3.5 Penambangan
Penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dengan system guary (berjenjang). Pekerjaan
penambangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

PEMBONGKARAN

Bertujuan untuk melepaskan batu dari dari bantuan induknya, pembongkaran ini
dilakukan dengan cara peledakan dengan bahan peledak yang digunakan adalah ANFO
(Amonium Nitrat Fuel Oil), Dinamit Dimotin serta detonator dengan delay.

Urutan dari kegiatan Peledakan sebagai berikut

Membuat lubang peledak


Merakit bahan peledak
Memasukan ANFO ke lubang ledak
Pemeriksaan keseimbangan rangkaian peledakan
Pelaksanaan peledakan
Pemeriksaan peledakan.

Untuk pemecahan selanjutnya digunakan alat Jackpick Hammer, agar ukuran batu gamping
tersebut dapat mempermudah proses pemuatan.

PEMUATAN (LOADING)
3.6 Pengolahan
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri semen,
fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih dahulu, misal
dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor (CaO), kalsium
hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2.
Proses Kalsinasi dilakukan dalam sebuah tungku atau reaktor yang disebut dengan kiln atau
calciners dengan berragam desain, seperti tungku poros, rotary kiln, tungku perapian ganda,
dan reaktor fluidized bed.
Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :
o Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC,
sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan CO2
o CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki
o Kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2)
o Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui reaksi
CaCO3 CaO + CO2 Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1
gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal.
o Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti
reaksi berikut : MgCO3 MgO + CO2; MgO disebut juga magnesit kostik. Pembakaran
batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3 yang terurai, tetapi CaCO3
belumterurai.
Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik yang aktif ialah MgO sementara
CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900
oC, yang terjadi adalah CaCO3, dan CO3 terurai menjadi CaO dan MgO. Pembakaran batu
gamping yang mengandung MgCO3 penurunan daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena
saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO dan CO2 dibutuhkan suhu lebih tinggi dari
900 o C, terutama yang berukuran besar, agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga
tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat
dihilangkan dengan alat pembuat gas atau secara alami

pembuatan tungku pembakar


Batu kapur yang mau dibakar menjadi produk siap jual

proses pembakaran yang sedang berlangsung

Contoh Aplikasi dari Proses Kalsinasi Antaranya adalah:

Dekomposisi mineral karbonat seperti pada kalsinasi calcium karbonat (limestone)


menjadi calsium oksida dan gas carbon dioksida.
Dekompisisi mineral hidrat seperti pada kalsinasi bauxsite yang bertujuan untuk
membuang air Kristal
Dekomposisi zat mudah menguap yang terkandung pada petroleum coke.

Operasi Kalsinasi Batu Kapur

Secara skematik shaft funace atau tungku tegak yang umum digunakan untuk proses
kalsinasi diperlihatkan pada gambar dibawah. Bahan baku yang terdiri dari Batu kapur dan
kokas dimasukan dari bagian atas furnace. Sedangkan udara dihembuskan dari bagian bawah.
Kapur bakar hasil kalsinasi di tarik keluar dari bagian bawah.
Skematika Zona Proses Kalsinasi Pada Shaft Furnace
Tungku kalsinasi dapat dibagi dalam tiga zona, yaitu zona preheating, zona reaksi, dan zona
cooling.

Preheating Zone.

Pada daerah ini muatan padat batu kapur dan kokas akan mengalami pemanasan
sampai temperatur sekitar 800 celcius oleh gas panas yang bergerak berlawanan dari bawah
ke bagian atas tungku. Pada daerah ini, belum terjadi reaksi kalsinasi maupun reaksi
pembakaran dari kokas.
Reaction Zone.

Pada daerah ini terjadi reaksi pembakaran kokas dan dekomposisi dari batu kapur.
Kapur kabar mengalami pemanasan berlebih dan diperkirakan menjacapai temperatur 1000
celcius. Gas yang meninggalkan daerah reaksi bertemperatur sekitar 900 celcius. Temperatur
gas yang keluar ini, 100 celcius lebih tingg dari pada temperatur material yang masuk pada
daerah ini.

Cooling Zone.

Pada daerah ini kapur bakar didinginkan dengan udara yang bergerak berlawanan dari
bagian bawah tungku. Pada daerah ini kapur bakar didinginkan sampai temperatur sekitar 100
celcius.
Agar terjadi pembakaran sempurna dari kokas, maka udara yang dihembuskan mencapai 25
persen berlebih dari yang diperlukan.

Reaksi Kalsinasi Batu Kapur

Selama proses kalsinasi, Batu kapur, CaCO3 akan terurai menjadi kapur bakar dengan
rumus kimia CaO (kalsium oksida) dan gas karbon dioksida, CO2 sesuai dengan reaksi
berikut:

CaCO3 CaO + CO2(g), H298 = 177,8 kJProses kalsinasi meliputi pelepasan air, carbon
dioksida atau gas-gas lain yang terikat secara kimiawi. Proses Kalsinasi lebih endotermik
daripada proses drying. Sehingga panas harus dipasok dari sumber dengan temperatur relatif
tinggi.

Contoh Produk yang dihasilkan

Perubahan Komposisi Batu Kapur setelah dikalsinasi menjadi kapur bakar dapat dilihat
pada tabel di bawah. Batu kapur sebelum diproses memiliki kandungan CaCO3 sebesar
95,2 persen, MgCO3 sebesar 0,9 persen, dan air 2,7 persen. Sedangkan setelah mengalami
proses kalsinasi, kapur bakar memiliki kandungan CaO sebesar 97,0 persen, kandungan MgO
0,8 persen.
Air yang terkandung dalam batu kapur hilang selama kalsinasi. Namun demikian,
Kandungan SiO2 pada kapur bakar menjadi relatif lebih tinggi seperti yang ditunjukkan pada
tabel di bawah.
3.7 Pemanfaatan
Adapun pemanfaatan dari batu kapur di antaranya adalah untuk :

Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk
plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.
Bahan penstabilan jalan raya
Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang
dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan
dan pemuaian fondasi jalan raya.
Sebagai pembasmi hama
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai
serbuk belerang untuk disemprotkan.
Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air,
sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi
serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan
pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya.
Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama
dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.
Batu Gamping (caco3) Sebagai Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah
Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan
pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang
pada dasarnya menambahkan Ca dan menurunkan Al.
Batugamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b
Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batugamping keprus sebagai
bahan campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas B.
Batugamping sebagai bahan baku semen
Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen.
BAB IV
BATU DIMENSI

4.1 Pengertian
Batu dimensi adalah setiap jenis bahan batu alam yang digali untuk membuat balok atau
bongkahan batu yang dipotong menjadi ukuran tertentu (lebar, panjang, dan tebal) dan bentuk
tertentu. Contoh batuan dimensi adalah marmer dan granit.

4.2 Genesa

Marmer terbentuk dari proses metamorfisme kontak atau regional dari jenis batu
gamping. Marmer mempunyai sruktur yang kompak, gugusan kristalnya relatif sama dengan
tekstur halus sampai agak kasar. Marmer umumnya tersusun oleh mineral kalsit dengan
kandungan mineral minor lainya adalah kuarsa, mika, klhorit, tremolit, dan silikat lainnya
seperti graphit, hematit, dan limonit
Granit terbentuk dari proses pembekuan magma bersifat asam, terbentuk jauh
didalam kulit bumi sehingga disebut sebagai batuan dalam. Granit mempunyai komposisi
utama kuarsa, potasium feldspar ,plagioklas , biotit dan mika, mineral penyertanya antara
lain magnetit, ilmenit, pirit, zircon, allanit, turmalin.

4.3 Mineralogi
Jenis- jenis Batuan Marmer
Sebagai salah satu jenis batuan alam dan sebagai salah satu jenis batuan malihan atau
metamorf, batu marmer ini mempunyai beberapa jenis. Jenis dari batu marmer ini biasanya
dibedakan berdasarkan warna, tekstur, dan juga komposisi mineral yang menyusun batuan
tersebut. Jenis- jenis dari batuan marmer antara lain sebagai berikut:
Statuary marble, yakni jenis batuan marmer yang putih bersih dan mempunyai teksture yang
bagus.
Architectural marble, yakni batuan marmer yang mempunyai warna teksur, mutu, dan kekuatan
yang bagus.
Ornamental marble, yakni batuan marmer yang memiliki warna yang indah.
Onix marble, yakni batuan marmer yang yang jernih dan terdiri dari materal- material organik
dan juga kalsit.
Cipolin marble, yakni batuan marmer yang banyak mengandung mika dan juga talk.
Ruin marble, merupakan batuan marmer yang bertekstur hakus dan juga kristal yang tidak
teratur.
Breccia marble, merupakan batuan marmer yang mempunyai tekstur asar dan juga paesegi.
Shell marble, merupakan batuan marmer yang terdiri dari fosil- fosil.
Carrara marble, yakni batu marmer yang mempunyai warna putih murni. Batu jenis ini
seringkali digunakan oleh bangsa Yunani dan Romawi sebagai bahan dasar pembuatan patung
dan juga air mancur.
Limestone, yakni marmer yang yang memiliki warna begie atau coklat. Batu marmer ini bisa
ditemukan dari danau ataupun bekas danau.
Breksi, yakni batu marmer yang terbentuk karena adanya bekas longsoran tanah.
Marmer budidaya, adalah marmer yang dibuat oleh manusia, yakni kombinasi antara debu
marmer dan juga semen.
Marmer hijau, yakni batuan pertama yang hanya sekedar terlihat seperti mamrmer namun
bukan marmer asli.
Itulah jenis- jenis dari batu marmer yang mana jenis- jenis tersebut disandarkan pada warna
dan juga tekstur batuan itu sendiri.

4.4 Potensi dan Cadangan


Daerah penghasil marmer di Indonesia yang paling terkenal terdapat didaerah
Tulungagung, Jawa Timur yang merupakan salah satu pertambangan marmer yang tertua di
Indonesia. Sedangkan daerah yang menghasilkan kualitas marmer terbaik terdapat didaerah
Sulawesi Selatan.
Granit di Indonesia pada umumnya berumur Mesozoikum dan banyak dijumpai di
beberapa tempat misalnya di Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

4.5 Penambangan dan Pengolahan

Batu marmer banyak digunakan dalam industri pembangunan atau arsiteksur bangunan.
Kegiatan pengolahan batu marmer ini pada dasarnya adalah pengolahan terhadap blok- blok
batu pualam yang telah dihasilkan menjadi barang jadi tahap akhir dan siap untuk dipanaskan.
Beberapa inti pokok proses pengolahan batu marmer adalah sebagai berikut:

Batu pualam yang berupa blok dengan ukuran sekitar 260x110x135 cm digergaji menjadi
beberapa lempengan dengan ketebalan rata- rata 2 cm.

Kemudian lempengan batu pualam tersebut dipotong menjadi barang setengah jadi sesuai
dengan ukuran yang dikehendaki.

Barang yang baru setengah jadi kemudian digerinda dua tahap, lalu disempurnakan atau
ditambal bagian yang berlubang.

Kemudian setelah digerinda dua tahap, lalu disempurnakan dan digerinda lagi empat tahap,
kemudian dipoles hingga mengkilap.

Itulah beberapa pengolahan batu marmer menjadi barang jadi yang siap digunakan oleh
manusia. Bisanya batu marmer ini dijadikan sebagai batu ornamen, penghias rumah, bahan
baku meja, tempat mandi, dinding, toilet, dan lain sebagainya.
4.6 Pemanfaatan
MARMER
Sebagai bahan konstruksi bangunan

Marmer memiliki banyak kegunaan dekoratif dan struktural. Ia dapat digunakan dalam interior
atau eksterior dari rumah atau bangunan, yaitu digunakan dalam dinding eksterior dan veneer,
lantai, dekoratif fitur, tangga dan jalan setapak.
Sebagai pupuk

Batu marmer yang dipanaskan dapat mengusir karbondioksida yang terkandung dalam kalsit
tersebut, sehingga yang tersisa adalah kalsiumdioksida atau zat kapur. Hal ini dapat digunakan
sebagai Kapur yang digunakan sebagai pupuk untuk lahan pertanian, yaitu untuk mengurangi
keasaman dalam tanah. Bila diterapkan bersama-sama dengan pupuk, hal tersebut dapat
meningkatkan hasil pertanian.
Sebagai bahan pewarna

Marmer yang berwarna putih kadang-kadang digunakan untuk menghasilkan produk yang
dikenal sebagai kapur sirih, yaitu serbuk putih yang digunakan sebagai pigmen, brightener
dan pengisi dalam cat, kertas dan produk lainnya.
Menetralkan asam

Batu marmer terdiri dari kalsium karbonat yang membuatnya sangat efektif untuk menetralisir
asam. Saat batu marmer mencapai kemurnian tertinggi, ia akan sering hancur menjadi bubuk.
Hal ini dapat diproses untuk menghilangkan kotoran dan kemudian digunakan untuk membuat
produk seperti Tums dan Alka-Seltzer yang digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan
yang diakibatkan kelebihan zat asam dalam tubuh.

Marmer yang hancur juga digunakan untuk mengurangi kadar asam tanah, kadar asam sungai
dansebagai bahan asam penetral dalam industri kimia.

GRANIT
Sebagai acuan alat ukur

Batuan granit bersifat kaku, non-higroskopis, kedap air dan memiliki koefisien termal yang
rendah. Sifat- sifat tersebut membuat batuan ini dicari untuk dijadikan bidang acuan dalam
pembuatan alat pengukur. Contoh implikasinya adalah sebagai bidang acuan pada alat
pengukur koordinat (coordinate measuring machine).
Sebagai interior bangunan
Warna batu granit yang terang dapat memperindah interior bangunan. Setelah diasah dan
dihaluskan, batuan granit lembaran dapat dipotong- potong dan dijadikan ubin dengan warna-
warna yang alami. Pada umumnya ubin tersebut digunakan untuk ubin lantai, anak tangga
maupun dinding berbagai ruangan seperti kamar mandi dan dapur.
Sebagai eksterior bangunan

Jenis batuan ini dapat dijadikan paving dan bahan dasar konstruksi bangunan seperti monumen,
jembatan dan gedung - gedung perkantoran Selain

itu, batuan granit yang dihancurkan dapat dimanfaatkan sebagai agregat dalam pembangunan
rel kereta api dan jalan raya.
Sebagai media panjat tebing

Bongkahan batuan granit yang masih berada di alam dapat dimanfaatkan sebagai media panjat
tebing. Contoh lokasi batuan granit alami yang digunakan untuk wall climbing adalah Mont
Blanc Massif di Pegunungan Alpen Barat.
BAB V
SULFUR , ASAM SULFAT & ASAM FOSFAT

5.1 Sulfur
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa.
Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning.

Di Indonesia sendiri cara terjadinya belerang sangat erat berhubungan dengan kegiatan
gunung api. Cebakan belerang di temukan sebagai cebakan sublimasi solfatara atau fumarola.
Selain itu juga akibat gas-gas dan larutan yang mengandung belerang dari dalam bumi, yang
membentuk tiga macam endapan yaitu :

Tipe sublimasi
Didapatkan dari hasil sublimasi uap solfatara dengan kadar belerang sekitar 70-99%
Tipe Lumpur
Terdapat didekat danau kawah dengan kadar belerang sekitar 40-60%
Tipe Kerak
Berada di sekitar kawah dengan kadar belerang antara 20-50%

Sulfur memiliki daur ulang seperti daur ulang air. Pertama-tama sulfur berasal dari erupsi
gunung berapi atau asap pabrik yang mengandung sulfida seperti so2 so4 dan h2s dan kimia
sulfide dan menyatu dengan air dan membentuk asam sulfat. Lalu turun sebagai hujan asam.
Kandungan sulfat pada hujan akan masuk dalam tanah dan nantinya akan diserap oleh
tumbuhan yang nantinya menjadi rantai makanan bagi makhluk hidup. Setelah makhluk
hidup mati, decomposer akan mengurai jasad makhluk hidup tersebut menjadi sulfat apabila
proses penguraian terdapat oksigen (aerob). Sulfat yang dihasilkan dapat diserap kembali
oleh tumbuhan. Apabila proses penguraian terjadi tanpa oksigen (anaerob) maka akan
terbentuk asam sulfide yang beracun yang biasanya terdapat di dalam pegunungan. Jasad dari
hewan yang mati akan menjadi bahan bakar fosil yang akan digunakan oleh pabrik.

Setelah mengetahui ketersediaan belerang pada alam maka kita perlu mengetahui proses
pengolahannya terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Pengolahan sulfur tergantung pada
jenis endapannya, bila endapan berupa lumpur maka harus dilakukan flotasi terlebih dahulu
setelah itu dapat dimasukkan ke dapur autoclave. Bila endapan sudah berupa Kristal maka
dapat langsung diolah di dapur autoclave. Berikut merupakan skema pengolahan belerang.

Sulfur yang telah diolah kini dapat dimanfaatkan untuk kebaikan manusia. Berikut beberapa
kegunaan dan manfaat sulfur :

1) Belerang bersama KNO3 digunakan dalam pembuatan serbuk mesiu.


2) Belerang sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan
tubuh dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit.
3) Salah satu penerapan penting kimia sulfur ialah dalam pengolahan kayu menjadi
pulp kayu yang digunakan di dalam kertas dan karton.
4) Untuk menghilangkan jerawat, panu, kudis, kurap, juga untuk berbagai masalah kulit
lainnya seperti ketombe, alergi, dan mengurangi jumlah minyak berlebihan di kulit.
5) Belerang digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperan sebagai
fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat. Berton-
ton belerang digunakan untuk menghasilkan asam sulfat, bahan kimia yang sangat
penting.
6) Belerang juga digunakan untuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk
mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan
insultor yang baik.

5.2 Asam Sulfat


Asam sulfat merupakan asam kuat yang korosiv berbahan dasar dari sulfur.
Rumus kimia dari asam sulfur adalah (H2SO4). Asam sulfat dibuat dengan bahan
dasar sulfur, air dan oksigen melalui proses kontak. Proses kontak memiliki tiga
tahap yaitu Pembakaran, Konversi, dan Absorbsi. Pada tahap pertama
belerang dipanaskan untuk mendapatkan sulfur dioksida reaksinya adalah S (s) +
O2 (g) SO2 (g). Lalu pada tahap kedua yaitu Konversi mengubah sulfur dioksida
menjadi sulfur trioksida dengan dibantu katalis vanadium (V2O5). Reaksinya adalah 2
SO2 + O2(g) 2 SO3 (g) (dengan keberadaan V2O5). Tahap terakhir adalah absorbs
yaitu menyerap sulfur trioksida ke dalam asam sulfat menjadi oleum (H2S2O7).
H2SO4 (l) + SO3 H2S2O7 (l). Kemudian oleum diencerkan menjadi asam sulfat
pekat. Reaksinya adalah H2S2O7 (l) + H2O (l) 2 H2SO4 (l). Berikut merupakan
diagram alir dalam pembuatan asam sulfat.
Gambar 1
Diagram alir proses pembuatan asam sulfat

Selain proses kontak terdapat pula proses lain yang sebagai proses pembuatan asam
sulfat yaitu proses Chamber. Pada proses Chamber terdapat 3 peralatan utama, yaitu Gay
Lussac Tower, Glover Tower dan Lead Chamber. Gas SO2 masuk menuju Glover Tower
bersamaan dengan nitrogen oksida, kemudian keluar menuju Lead Chamber I. II dan III.
Akhirnya, menuju ke Gay Lussac Tower.Hasil yang didapat dikembalikan lagi ke
GloverTower, didinginkan dan dihasilkan produk asam sulfat dengan konsetrasi 65% sampai
80%.

Proses Chamberini digunakan sebelum adanya proses kontak, pada perkembangannya


proses Chamber sudah jarang digunakan karena hanya mampu memproduksi asam sulfat
dengan kadar rendah yaitu 65% sampai 80%.

Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan


melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih
stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum.Asam sulfat 98%
umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat
yang digunakan untuk berbagai keperluan:

1.10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,

2. 33,53%, asam baterai,


3. 62,18%, asam bilik atau asam pupuk,

4. 73,61%, asam menara atau asam glover,

5. 97%, asam pekat.

Kegunaan dari asam sulfat sangatlah banyak seperti pada industry baja untuk
menghilangkan karat besi sebelum baja dilapisi timah atau seng. Pada pembuatan zat warna,
obat-obatan. Pada proses pemurnian logam pada elektrolisis. Tetapi asam sulfat lebih banyak
digunakan dalam pembuatan pupuk buatan, khususnya ammonium sulfat.

5.3 Asam Pospat

Asam pospat merupakan asam lemah yang berumusan (H3PO4). Bila dikaitkan dengan
sulfur nampaknya tidak berkaitan. Bila ditelusuri dalam proses pembuatannya, asam pospat
tidak menggunakan sulfur sebagai bahan baku utamanya melainkan batuan pospat yang dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis :

Fosfat Primer : Terbentuk selama proses pembekuan magma, Berasosiasi dengan


batuan beku alkali kompleks, Mineral-mineral pembentuknya adalah
apatit Ca10(PO4)6.F2 . contoh catalo-brazil
Fosfat Sekunder : Terendapkan di laut dalam, Terjadi pada lingkungan yang alkali dan
suasana tenang. Contoh kec bogorejo-blora jateng
Fosfat Guano: Hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar, Kotoran
bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air tanah, Tempat
pembentukan : permukaan, bawah permukaan, dan gua. Contoh : Chinca Guano Island-
peru.
Dari 3 jenis batuan pospat diatas Indonesia sering menggunakan batuan pospat primer
karena kodisi Indonesia yang memiliki banyak pegunungan. Dalam pembuatan pospat ternyata
diperlukan asam sulfat yang telah kita bahas sebelumnya untuk mereaksikan unsur kimia pada
batuan pospat menjadi asam pospat. Terdapat hasil sampingan dari proses pembuatan pospat
yaitu berupa gypsum. Reaksi yang terjadi pada pembuatan asam pospat adalah Ca10(PO4)6.F2 +
10 H2SO4 + 20 H2O ===> 2 HF + 6 H3PO4 + 10 CaSO4.2H2O

Pertama-tama batuan pospat dihancurkan terlebih dahulu. Lalu diteruskan menuju


digester tempat batuan pospat yang telah dihancurkan bercampur dengan asam sulfat dan liquid
dari acid tank dan diteruskan sampai digester 2. Setelah dari digester 2 dipompa menuju
vacuum cooler untuk menurunkan suhu dari panas reaksi dan diteruskan ke seal tank. Seal tank
akan meneruskan ke filter 1 untuk memisahkan cake dan filtratnya. Filtratnya akan dipompa
menuju vaporizer (evaporator) yang nantinya diturunkan suhunya pada acid cooler tank dan
menghasilkan asam pospat. Sedangkan cake dari filter 1 akan di masukkan pada filter 2.
Filtratnya akan kembali ke filter 1 sedangkan cakenya merupakan gypsum. Berikut skema pada
proses pembuatan asam pospat.

Gambar 2.4

Diagram Alir Pembuatan Asam Pospat

Kegunaan dari asam pospat pada umumnya fosfat digunakan dalam industry
pembuatan pupuk khususnya banyak digunakan untuk membuat pupuk super fosfat. Asam
fosfat juga digunakan sebagai bahan detergen, bahan pembersih lantai, dan insektisida.
DAFTAR PUSTAKA

https://batukapurlimestone.wordpress.com/2015/08/28/manfaat-batu-kapur-batu-
gamping/
http://mheea-nck.blogspot.co.id/2010/06/genesa-batu-kapur.html
https://id.scribd.com/doc/50441455/INDUSTRI-BELERANG-ASAM-SULFAT
https://documentslide.com/documents/asalmula-batu-dimensi.html
https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-marmer
https://dokumen.tips/documents/sulfur-dan-asam-sulfat.html
https://id.scribd.com/document/258632495/Sulfur-Dan-Asam-Sulfat
https://hedihastriawan.wordpress.com/geologi-dasar-3/genesa-mineral/
http://www.geologinesia.com/2016/01/jenis-dan-macam-macam-batu-mulia.html

Вам также может понравиться