Вы находитесь на странице: 1из 12

ASKEP DERMATITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

2.1 Pengertian
Dermatitis ialah peradangan kulit ( epidermis & dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh fakor
eksogen / pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (
eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) & keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).

2.2 Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan bisa diderita oleh semua manusia dari aneka golongan umur, ras, & jenis
kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun angkanya
secara tepat sulit diketahui. Hal ini diakibatkan antara lain oleh banyak penderita dgn kelainan
ringan tidak datang berobat. Bila dibandingkan dgn dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, oleh hanya mengenai manusia yg kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.

2.3 Etiologi
Penyebabnya secara umum bisa dibedakan menjadi 2 yaitu :
Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen ), fisik ( sinar matahari, suhu ),
mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
Dlm ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

2.4 Faktor Predisposisi


Keringnya kulit.
Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, & bahan kimia lain.
Menciptakan kondisi yg terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dgn pakaian
berlapis.
Alergi / intoleransi terhadap makanan tertentu.
Alergi terhadap debu, serbuk bunga, / bulu hewan.
Virus & infeksi lain.
Perjalan ke Negara dgn iklim berbeda.

2.5 Gejala-gejala klinis


Pada umumnya penderita dermatitis mau meneluh gatal, dimana gejala-gejala klinis lainnya
bergantung pada stradium penyakitnya.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel / bula, erosi & eksudasi sehingga
tampak basah.
Stadium subakut : eritema, & edema berkurang, eksudat mongering menjadi kusta.
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul & likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.6 Patofisologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yg diakibatkan oleh iritan lewat kerja kimiawi / fisik.
Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, &
mengubah daya ikat air kulit. Kondisi ini mau merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat & iritan lemah. Iritan kuat mau menimbulkan kelainan
kulit pada pajanan pertama pada hampir semua manusia, sedang iritan lemah hanya pada mereka
yg paling rawan / mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yg bisa mempengaruhi yaitu:
kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Berkaitan dgn gejala-gejala diatas bisa menimbulkan rasa nyeri yg timbul akibat lesi kulit, erupsi
& gatal. Selain 1tu, bisa menimbulkan gangguan intergritas kulit & gangguan citra tubuh yg
timbul oleh vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah & kulit bersisik.

2.7 Klasifikasi
2.7.1 Berlandaskan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
Dermatitis kontak ( dermatitis venemata )
Merupakan dermatitis yg diakibatkan oleh oleh bahan yg menempel pada kulit / dermatitis
kontak merupakan respon reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini ialah kelainan
inflamasi yg sering bersifat ekzematosa yg diakibatkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan
yg iritatif / alergenik.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yg terjadi akibat kontak dgn bahan yg secara kimiawi / fisik merusak kulit tiada dasar
imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dgn iritan / kontak ulang dgn iritan ringan selama
waktu yg lama. Dermatitis ini terjadi oleh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran
molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan, gesekan & trauma fisis,
shu serta kelembaban. Selain faktor diatas faktor lain yg mendukung terjadinya dermatitis kontak
alergik ialah faktor individu misalnya perbedaan kelembaban kulit, usia ( anak dibawah umur 8
tahun & usia lanjut lebih mudah teritasi ), ras ( kulit hitam lebih rentan dari kulit putih ) & jenis
kelamin ( insidans DKI lebih banyak pad wanita ). Gejala-gejala klinis yamg terjadi ialah
kekeringan kulit yg berlangsung beberapa hari hingga bulan. Vesikulasi, fisura & pecah-pecah.
Tangan & lengan bawah merupakan bagian yg paling sering terkena.

Dermatitis kontak alergik.


Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yg terjadi akibat kontak kulit dgn bahan alergik (
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 14 hari.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi lewat 2 fase yaitu:
Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dlm epidermis melewati stratum korneum mau ditangkap oleh sel langerhans
denagn cara pinositosis & diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada awalnya sel
langerhans dlm kondisi istirahat, & hanya berfungsi sebagai makrofag dgn sedikit kemampuan
menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan yg bisa berasal
dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yg rendah terhadap respon iritan, dari bahan
kimia inflamasi pada kulit yg meradang. Jadi sinyal bahaya yg menyebabkan sensitisasi tidak
berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan dari iritasi yg menyertainya. Suatu tindakan
mengurangi iritasi mau menurunkan potensi sensitisasi.
Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten),
hapten mau ditangkap sel langerhans & diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh
HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen mau
dipresentasikan kepada sel T yg telah tersensitisasi baik di kulit maupun di kelenjar limfe
sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48 jam.
Gambaran klinisnya bisa berupa vasodilatasi & infiltrat perivaskuler pada dermis, edema
intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.

Dermatitis kontak fototoksik


Merupakan dermatitis yg menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari &
bahan kimia yg merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yg terjadi serupa dgn dermatitis iritan.

Dermatitis kontak fotoalergik


Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya disamping kontak alergen untuk
menimbulkan reaktivitas imunologik. Gambaran klinis serupa dgn dermatitis iritan.

Dermatitis Atopik
Ialah peradangan kulit yg melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T & sel Mast. Tipe gatal
kronik yg sering timbul, dlm kondisi yg sering dijuluki eksema. Manifestasi klinik dimulai sejak
selama kanak-kanak. Dlm kondisi akut, yg pertama tampak kemerahan & banyak kerak. Pada
bayi lesi kulit tampak pada wajah & bokong. Pada anak yg yg lebih tua & remaja, lesi tampak
lebih sering muncul di tangan & kaki, di belakang lutut & lipat siku. Gejala-gejala terbesar ialah
pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan & pembentukan lesi yg merupakan
keluahan utama mencari bantuan.

Dermatitis medikamentosa
Ialah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yg diberdayakan untuk ruang kulit karen
pemakaian internal obat-obatan / medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat timbul
mendadak, ruam bisa diikuti dgn gejala-gejala sistemik / menyeluruh.

2.6.2 Berlandaskan morfologinya, dermatitis bisa diklasifikasikan menjadi 4 , yaitu :


Dermatitis papulosa
Dermatitis vesikulosa
Dermatitis madidans
Dermatitis eksfloliative
2.7.2 Berlandaskan bentuknya , dermatitis diklasifikasikan menjadi :
Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang / agak lonjong, berbatas tegas, dgn
efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.
Gambaran klinis yg terjadi ialah : umumnya mengeluh sangat gatal, lesi akut berupa vesikel &
papolu vesikel ( 0,3 1.0 cm ) kemudian membesar dgn cara berkonploensi / meluas kesamping.
Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ), eritematosa, sedikit edematosa, &
berbatas tegas. Jumlah lesi bisa 1 bisa pula banyak & tersebar, bilateral / simetris dgn ukuran
bervariasi mulai dari miliar numular.

2.8 Pemeriksaan fisik


Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi & palpasi.
1. Inspeksi
a. Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yg merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang.
b. Kelainan yg bisa nampak pada inspeksi, yaitu:
Makula: suatu bercak yg nampak berwarna kemerahan, permukaan kulit datar & ukurannya
kueang dari 1 cm, misalnya pada morbili / campak.
Eritema: suatu bercak kemerahan yg ukurannya lebih besar dari makula, misalnya: crysipelas
Papula: suatu lesi kulit yg menonjol lebih cukup tinggi daripada sekitarnya, misalnya gigitan.
Vesikula: suatu tonjolan kecil minus dari 1 cm, berisi cairan yg jernih, misalnya cacar air ,
herpes simpleks. Jika tonjolannya besar-besar lebih dari 1 cm dijuluki bula, misalnya luka bakar.
Pustula: suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo, jerawat, infeksi kuman
staphilococcus (bisul ).
Ulkus: suatu lesi yg terbuka yg diakibatkan pecahnya vesikula & pustula.
Crusta: cairan tubuh yg mengering bisa dari serum, nanah, darah dsb.
Eksoriasis: pengelupasan epidermis pada luka lecet / abrasi.
Fisurre: retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan. Hal ini diakibatkan
penurunan elastisitas jaringan kulit.
Cicatrix: pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah penyembuhan luka. Hal ini bisa oleh
bakat ( mempunyai kecenderungan untuk 1tu) ada pula yg spesifik, yaitu cicatrix bekas irisan
kulit pada seseorang mofinis & bekas suntikan BCG.
Petekie: ada bercak pendarahan yg terbatas & terletak di epidermis kulit berukuran minus dari 1
cm.
Hematoma: pendarahan di bawah kulit yg umumnya berukuran lebih besar & berwarna merah,
biru, ungu hingga biru.
Naevus pigmentosus: andeng- andeng / tahi lalat, hiperpigmentasi pada suatu daerah kulit dgn
batas tegas.
Hiperpigmentasi: suatu daerah di kulit yg lebih tua warnanya dari kulit sekitarnya.
Vitiligo/hipopigmentasi: daerah kulit yg tidak berpigmen/ minus pigmen daripada kulit
sekitarnya.
Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dgn masukan zat warna.
Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluh- pembuluh darah setempat
yg biasanya kongenital.
Spider naevi: suatu pelebaran pembuluh- pembuluh darah arteriola di kulit yg khas bentuk &
arah aliran darahnya ( keluar) misalnya pada penderita sirosis hepatis.
Lichenifikasi: penebalan epidermis & kekakuan kulit.
Striae: suatu garis- garis putih kulit yg bisa ditemui pada kulit perut wanita hamil, manusia-
manusia yg sangat gemuk ( daerah gluteal, lipat bahu, ketiak ini oleh regangan kulit yg
melampaui ekstisitisitasnya).
Mongolian spot: suatu bercak kebiruan yg sering didapat di daerah gluteal hingga lumbal, bayi-
bayi dari ras oriental, Indian, Amerika, & Negro.
Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal halus ureum yg terjadi
akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga di kulit tertinggal bedak ureum.
Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir, konjungtiva, warna dasar kuku oleh
kurangnya Hb.
Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced Hb melampaui kadar 5 % akibat
kegagalan transport oksigen / menumpuknya CO2 di jaringan.
Ikterus: warna kuning- kuning kehijauan yg bisa tampak di kulit, telapak tangan, & sklera mata
oleh bilirubin yg cukup tinggi pada penyakit-penyakit hati.
2. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit ( dingin, hangat, deman ) kemudian
kelembabannya, psien dehidrasi terasa kering & pasien hipertiroidisme berkeringat terlalu
banyak.
a. Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal. Teraba ksar pada defisiensi
vitamin A, hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak ketombe, diaper-rash (di selangkangan bayi )
akibat popok bayi.
b. Turgor dinilai pada kulit perut dgn cubitan ringan. Bila lambat kembali ke kondisi semula
menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.
c. Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di bawah kulit akibat fraktura tulang-tulang
iga / trauma leher yg menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada di bawah kulit dada.
d. Edema ialah terkumpulnya cairan tubuh di jaringan tubuh lebih daripada jumlah semestinya.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Tes Tempel Terbuka.
Pada uji terbuka bahan yg dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga oleh daerah
tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah 1tu dibaca & dievaluasi hasilnya. Indikasi uji
tempel terbuka ialah alergen yg menguap.
b. Tes Tempel Tertutup.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yg berbentuk semacam plester yg pada bagian
tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yg dicurigai ditempelkan
dipunggung / lengan atas penderita selama 48 jam setelah 1tu hasilnya dievaluasi.
c. Tes tempel dgn Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yg bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-
bahan yg bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yg dgn sinar ultra violet baru mau bersifat
sebagai alergen. Tehnik sama dgn uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris
dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris
dibuka & disinari dgn sinar ultraviolet & 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung / bahan test tersebut dilindungi dgn secarik
kain hitam / plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut. Untuk bisa
melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dlm kondisi tenang penyakitnya, oleh
bila masih dlm kondisi akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab
dermatitis sehingga mau menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dlm kondisi tenang.
Disamping 1tu aneka macam obat bisa mempengaruhi uji tempel sebaiknya jg dihindari paling
tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin & kortikosteroid.
Dlm melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yg umumnya telah disediakan oleh
International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel & penderita maka dgn mudah dilihat
perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yg didapat dari
penderita diperlukan keterampilan khusus oleh bila gegabah mungkin mau merugikan penderita
sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif
maka penderita diminta untuk menghindari bahan 1tu. Penderita harus hidup dgn menghindari
ini 1tu, tidak boleh ini & 1tu sehingga berdampak negatif & penderita bisa jatuh ke dlm neurosis
misalnya. Karenanya dlm mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yg sudah
mendapat latihan & berpengalaman di bidang 1tu. Tes in vitro memanfaatkan transformasi
limfosit / inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia &
hewan. Namun hal tersebut belum standar & secara klinis belum bernilai diagnosis.
2.10 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan & kontak alergik yg baik ialah
mengidentifikasi penyebab & menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yg
sesuai dgn tahap penyakitnya & perlindungan pada kulit.
Pencegahan
Merupakan hal yg sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan & kontak
alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal bisa dilaksanakan misalnya penggunaan sarung
tangan karet di ganti dgn sarung tangan plastik, memanfaatkan mesin cuci, sikat bergagang
panjang, penggunaan deterjen.
Pengobatan
Pengobatan yg diberikan bisa berupa pengobatan topikal & sistemik.
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yg diberikan sesuai dgn prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila
basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut
penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi
losio, pasta, krim / linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan
kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim / pasta, bila kering di dlm,
diberi salep. Medikamentosa topikal saja bisa diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya
ialah :

1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dlm sistem imun. Pemberian topikal mau
menghambat reaksi aferen & eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi
& proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin diakibatkan oleh efek langsung pada sel penyaji
antigen & sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 &
HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Jg
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dgn demikian profilerasi sel T dihambat. Efek
imunomodulator ini meniadakan respon imun yg terjadi dlm proses dermatitis kontak dgn
demikian efek terapetik. Jenis yg bisa diberikan ialah hidrokortison 2,5 %, halcinonid &
triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dgn menggosok secara lembut. Untuk
meningkatan penetrasi obat & mempercepat penyembuhan, bisa dilakukan secara tertutup dgn
film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa
potensiasi, atrofi kulit & erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet jg mempunyai efek terapetik dlm dermatitis kontak lewat sistem imun. Paparan
ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans & menginduksi timbulnya sel
panyaji antigen yg berasal dari sumsum tulang yg bisa mengaktivasi sel T supresor. Paparan
ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI & HLA-
DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen &
UVA (PUVA) bisa menekan reaksi peradangan & imunitis. Secara imunologis & histologis
PUVA mau mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis,
sel mast di dermis & infiltrasi mononuklear. Fase induksi & elisitasi bisa diblok oleh UVB.
Lewat mekanisme yg diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans mau
sangat berkurang jumlahnya & sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB jg merangsang
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit & sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut
percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin diakibatkan oleh
kurangnya absorbsi / inaktivasi dari obat di epidermis / dermis.
4. Antibiotika & antimikotika
Superinfeksi bisa ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta & alfa hemolitikus, E. coli, Proteus &
Candida sp. Pada kondisi superinfeksi tersebut bisa diberikan antibiotika (misalnya gentamisin)
& antimikotika (misalnya clotrimazole) dlm bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yg bersifat imunosupresif ialah FK 506 (Tacrolimus) & SDZ ASM 981.
Tacrolimus bekerja dgn menghambat proliferasi sel T lewat penurunan sekresi sitokin seperti IL-
2 & IL-4 tiada merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini mau mengurangi
peradangan kulit dgn tidak menimbulkan atrofi kulit & efek samping sistemik. SDZ ASM 981
merupakan derivat askomisin makrolatum yg berefek anti inflamasi yg cukup tinggi. Pada
konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dgn kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% &
pada konsentrasi 1% sebanding dgn betametason 17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan
atrofi kulit. Konsentrasi yg diajurkan ialah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon
imun sistemik & penggunaan secara topikal sama efektifnya dgn pemakaian secara oral.
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal & / edema, jg pada kasus-kasus
sedang & berat pada kondisi akut / kronik. Jenis-jenisnya ialah :
1)Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin ialah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yg berpendapat
pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada jg yg berpendapat dgn
adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin &
asetilkolin.
2)Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yg sedang / berat, secara peroral, intramuskular / intravena. Pilihan terbaik
ialah prednison & prednisolon. Steroid lain lebih mahal & memiliki kekurangan oleh berdaya
kerja lama. Bila diberikan dlm waktu singkat maka efek sampingnya mau minimal. Perlu
perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes & hipertensi. Efek sampingnya
terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal & perubahan dari insomnia hingga
depresi. Kortikosteroid bekerja dgn menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1
& HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T & menghambat
sekresi IL-1, TNF-a & MCAF.
3)Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin ialah menghambat fungsi sel T penolong & menghambat produksi
sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 & IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag &
keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4)Pentoksifilin
Bekerja dgn menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R & ekspresi ICAM-1 pada keratinosit &
sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yg memiliki efek menghambat peradangan.
5)FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dgn menghambat respon imunitas humoral & selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r,
TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin &
serotonin. Bisa jg diberikan secara topikal.
6)Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin & amilorid.
7)Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T & produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 & INF-r yg merupakan
mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya ialah kalsitriol.
8)SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dgn aktifitas anti inflamasi yg cukup tinggi. Bisa jg diberikan
secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin

2.11 Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan kasus yg kontriversional. Alergi makanan
yg signifikan tidak diketahui seganai penyebab dari dermatitis / berapa persentase dari klien
dermatitis yg mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada penyakit dermatitis ialah diet
TKTP ( Cukup tinggi Kalori Cukup tinggi Protein).
a. Tujuan diet dermatitis:
Memberikan makanan secukupnya tiada menimbulkan gejala-gejala alergi, meringankan
intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan.
Mencapai status gizi yg optimal.
b. Syarat diet dermatitis:
Cukup tinggi Energi, protein, mineral & vitamin sesuai dgn kebutuhan.
Tidak memanfaatkan bahan makanan yg disangka menimbulkan alergi.
c. Bahan makanan yg bisa menimbulkan alergi:
Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung, kentang, lombok, terong .
Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun, itik, burung dara & telur hewan
tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong, kepiting, rajungan, udang, belut, kura-
kura,penyu, telur penyu, ular , kacang tanah,kacang polong, kedelai & hasil olahan.
Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang putih, labu, ragi, semangka,
kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei, stroberi,kayu manis, kakao, coklat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yg teliti,
riwayat penyakit yg lengkap, pemeriksaan fisik & uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis jg untuk mencari kausanya. Oleh hal
ini penting dlm menentukan terapi & tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan
kesabaran, ketelitian, pengertian & kerjasama yg baik dgn pasien. Pada anamnesis perlu jg
ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan & pengobatan
yg pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan
tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, & jam tangan serta kondisi lain yaitu
riwayat medis umum & mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema & papula disusul dgn pembentukan vesikel
yg jika pecah mau membentuk dermatitis yg membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas & bisa meluas ke daerah sekitarnya. Oleh beberapa bagian tubuh
sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yg lain maka predileksi regional
diagnosis regional mau sangat membantu penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik ialah :
Adanya riwayat kontak dgn suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali / satu kali tetapi
sebelumnya pernah / sering kontak dgn bahan serupa.
Terdapat gejala-gejala dermatitis terutama pada tempat kontak.
Terdapat gejala-gejala dermatitis disekitar tempat kontak & lain tempat yg serupa dgn tempat
kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yg tumbuhnya setelah pada tempat
kontak.
Rasa gatal.
Uji tempel dgn bahan yg dicurigai hasilnya positif.

Dermatitis atopik : erupsi kulit yg bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu seperti
lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita / keluarganya. Penderita dermatitis
atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 mau memsekresi IL-4 yg
mau merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, & IL-5 yg merangsang pembentukan eosinofil.
Sebaliknya jumlah sel T dlm sirkulasi menurun & kepekaan terhadap alergen kontak menurun.
Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yg bersifat kronik residif dgn lesi berukuran
sebesar uang logam & umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Dermatitis medikamentosa: adanya riwayat minum obat sebelumnya, setelah 1tu timbul reaksi
obat mendadak, ruam bisa diikuti dgn gejala-gejala sistemik / menyeluruh.

2. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis &
kekakuan kulit.
Nyeri b/d agen cedera fisik: adanya vesikel / bula, erosi , papula, garukan berulang
Gangguan pola tidur b/d pruritus, nyeri.
Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis.
Minus pengetahuan b/d program terapi.

3. Intervensi & Rasionalisasi


Dx 1: Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis &
kekakuan kulit.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 324 jam kondisi kulit klien menunjukkan
perbaikan.
Kriteria hasil :
Klien mau mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yg baik & turunnya peradangan,
ditandai dgn:
Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
Berkurangnya tingkat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet oleh
garukan, penyembuhan area kulit yg telah rusak.
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 20 menit. Segera oleskan salep / krim yg telah
diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika gejala & gejala-gejala meningkat.
Rasional : dgn mandi air mau meresap dlm saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2
4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yg mau meningkatkan pruritus.
Gunakan sabun yg mengandung pelembab / sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yg mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin & tidak membuat
kulit kering, sabun kering bisa meningkatkan keluhan.
Kolaborasi: oleskan/berikan salep / krim yg telah diresepkan 2 / tiga kali per hari.
Rasional : salep / krim mau melembabkan kulit.

Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik: adanya vesikel / bula, erosi , papula, garukan berulang.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 324 jam, rasa nyeri pasien bisa berkurang
Kriteria Hasil:
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
Berpartisipasi dlm aktivitas & tidur / istirahat dgn tepat.
Intervensi:
Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi / karakter & intensitas skala nyeri (0-10 )
Rasional: bisa mengidentifikasi terjadinya komplikasi & untuk intervensi selanjutnya.
Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dlm guided imagery.
Rasional: membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri / mangalihkan perhatian klien dari
nyeri.
Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi topikal maupun sistemik; pentoksifilin
Rasional: pemberian obat membantu mengurangi efek peradangan.

Dx 3: Gangguan pola tidur b/d pruritus, nyeri.


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x 24 jam klien bisa beristirahat secara optimal.
Kriteria Hasil :
Mencapai tidur yg nyenyak.
Mempertahankan kondisi lingkungan yg tepat.
Menghindari konsumsi kafein.
Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
Mengenali pola istirahat/tidur yg memuaskan.

Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi & kelembaban yg baik.
Rasional: Udara yg kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yg nyaman meningkatkan
relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yg kering & gatal biasanya tidak bisa
disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yg mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari kondisi terjaga ke kondisi tertidur.

Dx 4: Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan 324 jam pengembangan peningkatan
penerimaan diri pada klien tercapai.
Kriteria Hasil :
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima kondisi diri.
Mengikuti & turut berpartisipasi dlm tindakan perawatan diri.
Melaporkan perasaan dlm pengendalian situasi.
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yg lebih sehat.
Memanfaatkan teknik penyembunyian kekurangan & menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan.
Intervensi :
Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri mau menyertai setiap penyakit/kondisi yg tampak nyata bagi
klien, kesan manusia terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri & reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan & dipahami.
Nilai rasa keprihatinan & ketakutan klien, bantu klien yg cemas mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri & mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yg tidak perlu
terjadi & memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri & sosialisasi.
Mendorong sosialisasi dgn manusia lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri & sosialisasi.

Dx 5: Minus pengetahuan b/d program terapi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 jam terapi bisa dipahami & dijalankan
Kriteria Hasil :
Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
Mengikuti terapi & bisa menjelaskan alasan terapi.
Melaksanakan mandi, pembersihan & balutan basah sesuai program.
Memanfaatkan obat topikal dgn tepat.
Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
Kaji ap4k4h klien memahami & mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.
Jaga agar klien mendapatkan informasi yg benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu bisa mereka lakukan, kebanyakan klien
merasakan manfaat.
Peragakan penerapan terapi seperti, mandi & penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yg tepat untuk melakukan terapi.
Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi jg lingkungan.
Rasional: dgn terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali.

4. Evaluasi
Dx 1:
Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
Berkurangnya tingkat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet oleh
garukan, penyembuhan area kulit yg telah rusak.
Dx 2:
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
Berpartisipasi dlm aktivitas & tiduratau istirahat dgn tepat.
Dx 3:
Mencapai tidur yg nyenyak.
Mempertahankan kondisi lingkungan yg tepat.
Menghindari konsumsi kafein.
Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
Mengenali pola istirahat/tidur yg memuaskan.
Dx 4:
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima kondisi diri.
Mengikuti & turut berpartisipasi dlm tindakan perawatan diri.
Melaporkan perasaan dlm pengendalian situasi.
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yg lebih sehat.
Memanfaatkan teknik penyembunyian kekurangan & menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan.
Dx 5:
Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
Mengikuti terapi & bisa menjelaskan alasan terapi.
Melaksanakan mandi, pembersihan & balutan basah sesuai program.
Memanfaatkan obat topikal dgn tepat.
Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Daftar Pustaka

.. 2005. Panduan Diagnosa Keperaewatan Nanda 2005-2006 Pengertian &


Klasifikasi.Jakarta: Prima Medika.

. 2009. Dermatitis. (http:/ www.wikipedia.com), diakses 17 Oktober 2009.

Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin. Jakarta: FKUI.

Doenges, Marlynn E dkk.2005. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan &
pendokumentasian Perawatan pasien, Ed III. Jakarta: EGC

Вам также может понравиться