Вы находитесь на странице: 1из 15

78

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT BATANG Rhizophora mucronata


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila, Streptococcus
agalactiae DAN JAMUR Saprolegnia sp. SECARA IN VITRO

(Inhibition Test of Rhizophora mucronata Bark Extract against Aeromonas


hydrophila Bacteria Growth, Streptococcus agalactiae, and fungus Saprolegnia sp.
In Vitro)
1
Dedi Pradana, 2Dwi Suryanto dan 3Yunasfi
1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
2
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
20155
3
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT

This study was aimed to determine antimicrobial potential of stem bark extract
of Rhizophora mucronata against bacterial pathogens i.e. Aeromonas hydrophila,
Streptococcus agalactiae and fungus Saprolegnia sp. and to determine the extract
toxicity to Artemia Salina Leach. Extraction was done by a single maceration using
methanol, ethyl acetate and n-hexane. Phytochemical test was conducted to all extracts.
Toxicity test was conducted using Brine Shrimp Lethality Test. Antimicrobial activity
test was done using the agar diffusion method. Phytochemical test of stem bark extract
of Rhizophora mucronata showed that the extract contained of alkaloid, tannin,
steroid/terpenoid and saponin. All of the extact of Rhizophora mucronata were toxic to
A. salina. The result showed that ethyl acetate extract was the most toxic. Antimicrobial
test results showed that ethyl acetate extract of stem bark of R. mucronata was broad
antimicrobial spectrum because it was able to inhibit the growth of all microbes.

Keywords: Antimicrobial activity, Aeromonas hydrophila, Rhizophora mucronata,


Streptococcus agalactiae, Saprolegnia sp.

1. PENDAHULUAN penyakit bakterial yaitu penyakit Motil


Indikator keberhasilan dalam Aeromonas Septicemia (MAS) atau
usaha budidaya ikan adalah kondisi penyakit bercak merah yang disebabkan
kesehatan ikan. Kesehatan ikan yang bakteri Aeromonas hydrophila sebagai
menurun yang didukung dengan bakteri patogen Gram negatif dan
lingkungan yang buruk akan penyakit Streptococcosis yang
menimbulkan penyakit pada ikan disebabkan oleh Streptococus
budidaya yang dapat merugikan usaha agalactiae sebagai bakteri patogen
tersebut. Penyakit pada ikan budidaya Gram positif. Penyakit mikotik
diantaranya terdiri atas penyakit diantarannya disebabkan oleh
bakterial yang timbul akibat serangan Saprolegnia sp. yang menyebabkan
bakteri dan penyakit mikotik yang penyakit saprolegniasis pada ikan
timbul akibat serangan jamur. Contoh budidaya (Kordi, 2004).
79

Penanggulangan penyakit dapat terhadap bakteri A. hydrophila, S.


dilakukan dengan cara pencegahan agalactiae dan jamur Saprolegnia sp.
diantaranya dengan menciptakan untuk melihat kemampuan senyawa
lingkungan steril dan pemberian pakan bioaktif ekstrak kulit batang R.
yang bernilai gizi baik. Pada ikan yang mucronata dalam menghambat ketiga
terserang penyakit, biasanya dilakukan mikroba tersebut.
pengobatan dengan memberikan bahan
kimia atau sejenisnya (Wiyanto, 2010). 2. METODE PENELITIAN
Penggunaan bahan kimia seperti Waktu dan Tempat
antibiotik sering menimbulkan Penelitian dilaksanakan dari
resistensi bakteri dan fungi, mencemari bulan September Nopember 2013.
lingkungan bahkan residu pada ikan Ekstraksi dan uji fitokimia kulit batang
yang dapat membahayakan konsumen. R. mucronata di Laboratorium Kimia
Menurut Kordi (2012), tumbuhan Bahan Alam, Fakultas Matematika dan
mangrove mengandung senyawa seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, Sumatera Utara. Uji aktivitas antibakteri
steroid dan saponin yang dapat di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian
digunakan antara lain untuk racun ikan, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
antimikrobial, anti kanker dan anti Kelas I Medan II. uji Brine Shrimp di
leukimia. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Budidaya
Penelitian terhadap tumbuhan Ikan, Dinas Perikanan dan Kelautan
mangrove famili Rhizophoraceae, di Kota Medan.
antaranya pada spesies R. mucronata Alat dan Bahan
belum banyak dilaporkan, terutama Alat yang digunakan dalam
kajian senyawa kimia kulit batangnya penelitian ini adalah pisau, timbangan
yang berpotensi sebagai antimikroba analitik, stoples kaca, gelas ukur,
untuk penyakit ikan. Untuk mengetahui corong, blender, erlenmeyer, vortex,
potensi tersebut maka perlu penelitian aluminium foil, rotary evaporator,
awal untuk melihat apakah kulit batang spatula, cawan petri, karet gelang, pipet
R. mucronata memiliki zat aktif atau tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
tidak yang dapat dilakukan diantaranya hot plate, ayakan, beaker glass, cotton
menggunakan metode Brine Shrimp bud, autoclave, laminar air flow,
Lethality Test. Menurut Meyer dkk. refrigerator/lemari es, sprayer, api
(1982), Brine Shrimp Lethality Test bunsen, jarum ose, pinset, magnetic
(BSLT) merupakan suatu pengujian stirrer, tisu, kapas, kertas cakram,
atau skrining awal untuk menentukan mikropipet, jangka sorong, inkubator,
apakah suatu senyawa mempunyai waterbath (penangas air), botol vial,
kandungan bioaktif menggunakan larva plat TLC, kamera digital dan alat tulis.
Artemia salina Leach. Kematian A. Adapun bahan yang digunakan
salina Leach digunakan sebagai adalah pelarut n-heksana (non polar),
parameter untuk menunjukkan apabila etil asetat (semi polar), metanol (polar),
mortalitas senyawa tersebut tinggi, kulit batang R. mucronata, akuades
maka senyawa bioaktif tersebut steril, alkohol 70%, spirtus, biakan A.
mempunyai potensi sebagai kandidat hydrophila diperoleh dari Balai
obat di masa datang. Suatu zat Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
dikatakan aktif atau toksik bila nilai Keamanan Hasil Perikanan Kelas I
LC50 < 1000 ppm. Selanjutnya ekstrak Medan II, S. agalactiae diperoleh dari
kulit batang R. mucronata diujikan Balai Penelitian dan Pengembangan
80

Budidaya Air Tawar Bogor dan jamur kemudian disimpan di dalam botol vial
Saprolegnia sp. diperoleh dari tertutup.
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Uji Fitokimia
MIPA Universitas Sumatera Utara, kista Analisis fitokimia dilakukan
A. salina, besi (III) klorida (FeCl3) 1%, berdasarkan Depkes (2009) yang diacu
cerium sulfat (CeSO4) 1%, pereaksi oleh Tirtana dkk. (2013) sebagai
dragendorf, pereaksi bouchardat, berikut:
pereaksi mayer, pereaksi wagner, a. Saponin
standar triterpenoid dan -sitosterol, Larutan ekstrak sebanyak 2 ml
HCl 2 N, air laut, Dimethyl sulfoxide ditambahkan akuades, kemudian
(DMSO), Potato Dextrose Agar (PDA), dikocok kuat-kuat. Senyawa saponin
Tryptic Soy Agar (TSA), kloramfenikol, akan menghasilkan busa setinggi 1 10
nistatin, larutan Mc. Farland 0.5, cm yang stabil dan tidak kurang dari 10
larutan NaCl 0,9 %. menit. Pada penambahan 1 tetes HCl 2
Ekstraksi Kulit Batang R. mucronata N, busa tidak hilang.
Kulit batang tumbuhan R. b. Steroid/ triterpenoid
mucronata dikumpulkan sebanyak 9 kg Sebanyak 2 ml larutan ekstrak
dari pohon berdiameter lebih dari 30 cm dimasukkan ke dalam tabung reaksi
di kawasan hutan mangrove desa Denai kemudian ditambah dengan pereaksi
Kuala, Kec. Pantai Labu, Kab. Deli Lieberman-Burchard. Senyawa steroid
Serdang. Kulit dicuci dan dipotong menimbulkan warna hijau dan
kecil-kecil kemudian dikering-anginkan triterpenoid menimbulkan warna ungu.
selama 7 hari. Kulit batang yang sudah Untuk pengujian menggunakan CeSO4
kering dihaluskan dengan blender dan 1% dilakukan dengan metode Thin
diayak hingga diperoleh serbuk yang Layer Chromatography (TLC). Plat
halus dan seragam sebanyak 1,47 kg TLC diberi tanda sesuai dengan nama
kemudian disimpan ke dalam stoples pelarut yang digunakan dalam ekstraksi.
kaca. Plat TLC kemudian dibagi menjadi 3
Langkah selanjutnya ekstraksi bagian untuk diteteskan ekstrak sampel,
bahan aktif dengan metode maserasi standar triterpenoida dan -sitosterol.
tunggal sesuai dengan kepolarannya. Selanjutnya tetesan ekstrak tersebut
Serbuk sampel masing-masing disemprot dengan penampak noda
sebanyak 300 g direndam dengan 1 l (CeSO4 1%) dan dipanaskan di atas hot
pelarut etil asetat dan 1 l pelarut plate. Selanjutnya diamati perubahan
metanol dan sebanyak 870 g direndam warna yang terjadi dan bandingkan
dengan 1,5 l n-heksana di dalam dengan standar triterpenoida dan -
erlenmeyer kemudian ditutup dengan sitosterol.
alumunium foil selama 24 jam sambil c. Senyawa golongan fenolik (tanin
sesekali diaduk. Setelah itu sampel dan flavanoid)
disaring dengan kapas sehingga Larutan ekstrak sebanyak 2 ml
diperoleh filtrat dan ampas. Filtrat yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diperoleh dievaporasi pelarutnya ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl3 1%.
menggunakan rotary evaporator Tanin akan menghasilkan warna biru
sehingga diperoleh ekstrak kental yang atau hitam kehijauan. Untuk senyawa
kemudian dipekatkan dengan penangas flavonoid maka sampel dengan pelarut
air (water bath) agar seluruh pelarutnya etil asetat sebanyak 2 ml dimasukkan ke
habis menguap. Ekstrak tersebut dalam tabung reaksi dan di tambahkan 2
tetes pereaksi FeCl3 1%. Larutan positif
81

mengandung flavonoid apabila terjadi dengan larutan baku Mc. Farland 0.5
perubahan warna menjadi warna biru yang ekuivalen dengan suspensi sel
atau hitam kehijauan. bakteri dengan konsentrasi 1,5 108
d. Alkaloid cfu/ml (Andrews, 2008).
Larutan ekstrak sebanyak 2 ml Konsentrasi larutan uji yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan digunakan adalah 20%, 40% dan 60%
diperiksa adanya senyawa alkaloid (b/v). Konsentrasi 60% dibuat dengan
dengan cara: cara menimbang ekstrak kulit batang R.
1. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes mucronata sebanyak 0,6 g yang
pereaksi Dragendorf. Hasil positif dilarutkan dengan 1 ml DMSO. Larutan
jika terbentuk endapan berwarna dengan konsentrasi 40% dan 20%
merah jingga atau cokelat muda dibuat dengan cara pengenceran dari
sampai kuning/oranye. konsentrasi 60% menggunakan 0,5 ml
2. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes DMSO. Kontrol negatif digunakan
pereaksi Bouchardat. Hasil positif DMSO dan kontrol positif digunakan
jika terbentuk endapan berwarna kloramfenikol (30 g/ml) untuk bakteri
cokelat sampai hitam. dan nistatin (100 g/ml) untuk jamur.
3. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes Pengujian antibakteri dilakukan
pereaksi Mayer. Hasil positif jika dengan metode disc diffusion (tes
terbentuk endapan berwarna Kirby-Bauer). Cutton bud steril
putih/kuning. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes yang berisi suspensi bakteri kemudian
pereaksi Wagner. Hasil positif jika dioleskan pada media TSA. Setelah
terbentuk endapan berwarna olesan bakteri mengering, kertas cakram
cokelat. (diameter 6 mm) yang telah direndam
Uji Aktivitas Antibakteri dan ekstrak selama 1 jam pada berbagai
Antifungi konsentrasi ditiriskan dan diletakkan di
Bakteri A. hydropila dan S. atas media yang berisi olesan bakteri
agalactiae diremajakan masing-masing dengan sedikit ditekan agar cakram
dengan cara menggoreskan jarum ose menempel pada permukaan media
yang mengandung bakteri A. hydropila (Gambar 1). Selanjutnya diinkubasi
pada 1 cawan petri yang berisi media pada suhu 37oC selama 24 48 jam.
TSA dan S. agalactiae pada petri yang Uji terhadap Saprolegnia sp.
lainnya secara aseptis. Setelah itu dilakukan dengan cara mengambil
dinkubasi selama 24 48 jam pada suhu potongan kecil miselium dengan bentuk
37oC. kubus dan menanamkannya di media
Untuk peremajaan jamur PDA dengan posisi di tengah. Kertas
Saprolegnia sp. dilakukan dengan cakram yang telah berisi ekstrak dengan
mengambil potongan kecil miselium berbagai konsentrasi diletakkan di
menggunakan blade dan menanamnya sekitar potongan jamur tersebut dengan
secara aseptis pada media PDA. Setelah jarak yang sama (Gambar 2). Setelah itu
itu diinkubasi pada suhu 27 oC selama 2 diinkubasi pada suhu 27oC selama 2 3
3 hari. hari.
Bakteri yang telah diremajakan Pengukuran Zona Hambat
diambil biakannya menggunakan jarum Menurut Pratiwi (2008),
ose dan disuspensikan ke dalam tabung aktivitas antibakteri dinyatakan positif
reaksi berisi 3 ml larutan NaCl 0,9%. apabila terbentuk zona hambat berupa
Suspensi yang terbentuk disetarakan zona bening disekeliling kertas cakram.
82

Diameter zona hambat dideskripsikan setelah 48 jam hewan uji siap untuk
dengan Gambar 1 di bawah ini: digunakan.
Larutan induk dibuat dengan
a
melarutkan 20 mg sampel dalam 2 ml
DMSO. Larutan uji 1000 ppm dibuat
c
dengan memipet larutan induk sebanyak
500 l, sedangkan larutan uji 100 ppm
b dan 10 ppm dibuat dengan memipet 50
Gambar 1. Perhitungan diameter zona l dan 5 l dari larutan induk. Pada
hambat antibakteri. setiap konsentrasi uji ditambahkan air
Keterangan:
a = Diameter kertas cakram (6 mm) laut 2 ml kemudian masukkan 10 ekor
b = Diameter zona hambat yang A. salina ke dalam setiap vial dan
terbentuk (mm) cukupkan volumenya sampai 5 ml
c = Daerah yang ditumbuhi bakteri dengan air laut. Masing-masing
Aktivitas antifungi ditentukan konsentrasi uji dibuat 3 ulangan
dengan rumus uji antagonis yaitu termasuk kontrol positif (DMSO) dan
dengan mengukur jari-jari pertumbuhan kontrol negatif (air laut). Setelah 24 jam
hifa normal dikurang dengan jari-jari dilakukan pengamatan terhadap
pertumbuhan hifa yang terhambat oleh kematian A. salina.
ekstrak (Suryanto dkk., 2011). Analisis Data
Pada pengujian aktivitas
a antibakteri data hasil pengukuran zona
y x b
c
bening dirata-ratakan dan dianalisis
d dengan metode deskipstif dalam bentuk
tabel dan gambar. Pengaruh pemberian
ekstrak kulit batang R. mucronata pada
Gambar 2. Perhitungan zona hambat berbagai konsentrasi uji terhadap
jamur Saprolegnia sp.
Keterangan:
toksisitas A. salina dihitung dengan
a = Pertumbuhan koloni jamur analisis probit untuk menetukan LC50.
b = Zona hambat ekstrak R. mucronata Perhitungan LC50 dilakukan dengan
terhadap koloni jamur persamaan regresi linear y = a + bx
c = Blank disc yang telah berisi ekstrak yang didapatkan dari grafik hubungan
d = Letak koloni jamur yang ditanam
x = Koloni jamur yang terhambat
antara log konsentrasi dengan mortalitas
pertumbuhannya (mm) probit menggunakan program Microsoft
y = Koloni jamur yang pertumbuhannya excel.
normal (mm)
y x = Jari-jari zona hambat (mm) 3. HASIL
Uji Toksisitas Ekstrak dengan Uji fitokimia
Metode Brine Shrimp Lethality Test Dari hasil uji fitokimia pada
Kista A. salina Leach ditetaskan masing-masing pelarut diketahui bahwa
di dalam bejana yang sudah diisi 3 l air ekstrak kulit batang R. mucronata
laut buatan bersalinitas 35 ppt. Bejana mengandung senyawa metabolit
dilengkapi dengan alat aerasi dan kista sekunder seperti yang terlihat pada
dibiarkan menetas pada suhu 25 oC, Tabel 1 dan Gambar 3 berikut ini:
83

Tabel 1. Hasil identifikasi kandungan fitokimia pada ekstrak kulit batang tumbuhan
Rhizophora mucronata
Kode METABOLIT SEKUNDER
Sampel Fenolik / Terpen / Steroid Alkaloid Saponin
Flavonoid / Tanin
Pereaksi Hasil Pereaksi Hasil Pereaksi Hasil Pereaksi Hasil
H FeCl3 (-) Liberman- (-) Bouchardat (-) Ekstrak (-)
Bouchard Wagner (-) + Aqua
Cerium sulfat (-) Mayer (-) + HCl
(CeSO4)/TLC Dragendorf (-)
ET FeCl3 (-) Liberman- (+) Bouchardat (-) Ekstrak (+)
Bouchard Wagner (-) + Aqua
Cerium sulfat (+) Mayer (+) + HCl
(CeSO4)/TLC Dragendorf (+ +)
M FeCl3 (+) Liberman- (+) Bouchardat (-) Ekstrak (+ +)
Bouchard Wagner (-) + Aqua
Cerium sulfat (+) Mayer (-) + HCl
(CeSO4)/TLC Dragendorf (+ +)
Keterangan :
H = Ekstrak dengan pelarut n-Heksana (+ +) = Kuat
ET = Ekstrak dengan pelarut Etil asetat (+) = Sedang
M = Ekstrak dengan pelarut Metanol (-) = Tidak ada

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 3. Hasil uji fitokimia; (a) ekstrak metanol (kiri) dan ekstrak etil asetat (kanan) positif saponin (b)
ekstrak metanol (kiri) dan ekstrak etil asetat (kanan) positif alkaloid dengan pereaksi
Dragendorf (c) ekstrak metanol positif tanin (d) ekstrak etil asetat positif alkaloid dengan
pereaksi Mayer (e) ekstrak metanol dan etil asetat positif steroid/terpen pada uji TLC.

Ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana, etil


Ekstraksi dilakukan dengan asetat dan metanol. Hasil ekstraksi kulit
metode maserasi/perendaman serbuk batang R. mucronata tersaji dalam
kulit batang R. mucronata Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil ekstraksi kulit batang tumbuhan Rhizophora mucronata.


No. Hasil Metanol Etil asetat n-Heksana
1. Berat sampel (g) 300 300 870
2. Berat ekstrak (g) 5,0505 1,2183 0,87
3. Bentuk Pasta Pasta kering Pasta agak cair
4. Warna Merah kehitaman Cokelat kemerahan Hijau kekuningan

Uji Toksisitas dengan Metode Brine heksana dari kulit batang R. mucronata
Shrimp Lethality Test disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Data hasil uji BSLT ekstrak etil
asetat, ekstrak metanol dan ekstrak n-
84

Tabel 3. Data hasil uji BSLT ekstrak etil asetat, ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana dari
kulit batang Rhizophora mucronata
Perlakuan Konsentrasi Total Jumlah Persen LC50
(ppm) Populasi Kematian Mortalitas (%) (ppm)
Etil asetat 1000 30 30 100 21,06
100 30 20 66,66
10 30 13 43,33
Metanol 1000 30 30 100 24,59
100 30 16 53,33
10 30 13 43,33
N-heksana 1000 30 30 100 27,38
100 30 19 63,33
10 30 10 33,33

Uji aktivitas antimikroba hambat ekstrak kulit batang R.


Aktivitas antibakteri mucronata terhadap pertumbuhan
ditunjukkan dengan terbentuknya zona bakteri A. hydrophila dan bakteri S.
bening di sekitar kertas cakram. Zona agalactiae disajikan pada Tabel 4,
bening dan Rata-rata diameter zona Gambar 4 dan Gambar 5 di bawah ini.

Tabel 4. Diameter rata-rata zona hambat ekstrak kulit batang R. mucronata terhadap bakteri
A. hydrophila dan bakteri S. Agalactiae
Bakteri Ekstrak dengan pelarut Rata-rata diameter zona hambat (mm)
60% 40% 20% Kontrol
A. hydrophila Metanol 0 0 0
N-heksana 10,91 7,36 0
Etil asetat 10,58 7,65 7,21
Kloramfenikol 34,88
DMSO 0
S. agalactiae Metanol 15,5 14,2 14,45
N-heksana 0 0 0
Etil asetat 23,81 18,56 19,25
Kloramfenikol 43,4
DMSO 0

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 4. Hasil pengujian antibakteri terhadap bakteri A. hydrophila; (a) ekstrak dengan pelarut n-
heksana (b) ekstrak dengan pelarut metanol (c) ekstrak dengan pelarut etil asetat (d) kontrol
positif/kloramfenikol (e) kontrol negatif (DMSO)
85

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 5. Hasil pengujian antibakteri terhadap bakteri S. agalactiae; (a) ekstrak dengan pelarut n-
heksana (b) ekstrak dengan pelarut metanol (c) ekstrak dengan pelarut etil asetat (d) kontrol
positif/kloramfenikol (e) kontrol negatif (DMSO)

Daya hambat ekstrak kulit hifa jamur yang terhambat oleh ekstrak.
batang R. mucronata terhadap Jari-jari zona hambat rata-rata ekstrak
pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. kulit batang R. mucronata terhadap
dapat diketahui dengan menghitung jamur Saprolegnia sp. dapat dilihat
jari-jari pertumbuhan normal hifa jamur pada Tabel 5 dan Gambar 6 di bawah
dikurangi dengan jari-jari pertumbuhan ini.

Tabel 5. Zona hambat rata-rata ekstrak kulit batang R. mucronata terhadap jamur Saprolegnia sp.
Hari ke Konsentrasi Zona hambat (mm) ekstrak R. mucronata dengan
berbagai pelarut
Metanol N-heksana Etil asetat Nistatin DMSO
1 60% 4,4 1 4
40% 3,4 0 3,7
20% 3,4 0 3
Kontrol 2 0
2 60% 21 2,6 21,7
40% 20,6 2,6 20
20% 19,6 1,3 19,4
Kontrol 2 0
3 60% 19 0 30,7
40% 8,7 0 29,4
20% 4,4 0 20
Kontrol 0 0

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 6. Hasil pengujian antibakteri terhadap jamur Saprolegnia sp.; (a) ekstrak dengan pelarut n-
heksana (b) ekstrak dengan pelarut metanol (c) ekstrak dengan pelarut etil asetat (d) kontrol
positif/kloramfenikol (e) kontrol negatif (DMSO).

Pembahasan kulit batang R. mucronata. Sedangkan


Dari hasil uji fitokimia (Tabel 1) untuk senyawa golongan fenolik hanya
diketahui bahwa senyawa alkaloid, terdapat pada ekstrak metanol.
terpen/steroid dan saponin terkandung Flavonoid dan tanin merupakan bagian
di dalam ekstrak metanol dan etil asetat dari senyawa fenolik. Diduga senyawa
86

fenolik yang tertarik dalam ekstrak bahwa fraksi kloroform ekstrak metanol
metanol adalah tanin karena pada saat kulit batang R. mucronata positif
pengujian dengan FeCl3 1% ekstrak terhadap terpenoid.
metanol menunjukkan reaksi positif Uji fitokimia terhadap ekstrak n-
dengan berubahnya warna ekstrak heksana didapatkan hasil yang negatif
menjadi hitam kehijauan. Marlinda dkk. (Tabel 1). Namun tidak menutup
(2012) menyatakan dalam penelitiannya kemungkinan terdapatnya senyawa-
bahwa ekstrak etanol biji buah alpukat senyawa nonpolar lainnya yang tidak
(Persea americana Mill.) positif diujikan dalam penelitian ini. Seperti
mengandung tanin yang ditandai yang diungkapkan oleh Lisdawati dkk.
dengan perubahan warna ekstrak (2006), bahwa senyawa metabolit
menjadi hitam kehijauan setelah sekunder yang larut dalam pelarut
penambahan 2 3 tetes larutan FeCl3 nonpolar adalah golongan minyak atsiri,
1% yang bereaksi dengan salah satu asam lemak tinggi, terpen/steroid dan
gugus hidroksil yang ada pada senyawa karotenoid.
tanin. Hasil ekstraksi menunjukkan
Hasil positif alkaloid pada uji bahwa ekstrak metanol kulit batang R.
Dragendorff ditandai dengan mucronata merupakan ekstrak dengan
terbentuknya endapan coklat muda hasil tertinggi sedangkan ekstrak n-
sampai kuning. Endapan tersebut terjadi heksana merupakan ekstrak dengan
akibat atom nitrogen yang mempunyai hasil terendah yang menggunakan
pasangan elektron bebas pada alkaloid sampel dengan jumlah yang paling
membentuk ikatan kovalen koordinat banyak. Hapsari dan Partomuan (2010)
dengan ion logam K+ dari kalium menyatakan bahwa banyaknya senyawa
tetraiodobismutat membentuk kompleks kimia yang tersari ke dalam pelarut
kalium-alkaloid yang mengendap. sangat berpengaruh terhadap jumlah
Sedangkan hasil positif alkaloid pada ekstrak yang dihasilkan. Elya dkk.
uji Mayer ditandai dengan terbentuknya (2009) menambahkan bahwa perbedaan
endapan putih yang diperkirakan kandungan pada ekstrak disebabkan
nitrogen pada alkaloid bereaksi dengan karena perbedaan sifat kepolaran dari
ion logam K+ dari kalium golongan senyawa-senyawa kimia
tetraiodomerkurat (II) membentuk tersebut.
kompleks kalium-alkaloid yang Hasil pengujian toksisitas
mengendap (Marliana dkk., 2005). menunjukkan bahwa semakin tinggi
Uji senyawa saponin diperoleh konsentrasi yang diujikan semakin
hasil positif pada ekstrak metanol dan banyak A. salina yang mati (Tabel 3).
etil asetat (Gambar 3 (a)). Saponin Meyer dkk. (1982) menyatakan bahwa
adalah senyawa polar yang hasil uji BSLT bersifat toksik/aktif
keberadaanya dalam tumbuhan dapat terhadap A. salina bila ekstrak
diekstraksi dengan pelarut semi polar tumbuhan tersebut memiliki nilai LC50
dan polar (Oesman dkk., 2010). < 1000 g/ml. Berdasarkan hal itu maka
Senyawa terpen/steroid positif hasil uji BSLT ekstrak kulit batang R.
terkandung di dalam ekstrak metanol mucronata semuanya dikategorikan
dan etil asetat yang ditandai dengan toksik/aktif terhadap A. salina dengan
perubahan warna ekstrak yang toksisitas yang paling tinggi pada
menyerupai warna standar triterpenoida ekstrak etil asetat dan yang paling
dan -sitosterol. Diastuti dan Suwandri rendah pada ekstrak n-heksana.
(2009) melaporkan dalam penelitiannya Perbedaan tingkat toksisitas tersebut
87

disebabkan oleh senyawa metabolit Aktivitas antibakteri ekstrak etil


sekunder yang terkandung di dalam asetat pada bakteri A. hydrophila
ekstrak tersebut. Cahyadi (2009) tergolong kuat (zona bening berkisar
menjelaskan bahwa cara kerja senyawa- antara 10 20 mm) sedangkan pada
senyawa tersebut adalah dengan bakteri S. agalactiae tergolong kuat
bertindak sebagai stomach poisoning (konsentrasi 40% (18,56 mm) dan 20%
atau racun perut. Oleh karena itu, bila (19,25 mm)) sampai sangat kuat
senyawa-senyawa ini masuk ke dalam (konsentrasi 60% (23,81 mm)).
tubuh larva, alat pencernaannya akan Sementara ekstrak metanol hanya
terganggu. Meilani (2006) mampu menghambat bakteri S.
menambahkan bahwa keadaan agalactiae dengan aktivitas antibakteri
membran kulitnya yang sangat tipis tergolong kuat karena berkisar antara 10
memungkinkan terjadinya difusi zat 20 mm sedangkan ekstrak n-heksana
dari lingkungan yang mempengaruhi hanya mampu mengganggu aktivitas
metabolisme dalam tubuhnya. pertumbuhan bakteri A. hydrophila
Hasil uji aktivitas antimikroba karena zona yang terbentuk bukan zona
kontrol negatif (DMSO) terhadap bening melainkan zona keruh pada
bakteri A. hydrophila dan bakteri S. konsentrasi 60% (10,91 mm) dan 40%
agalactiae tidak menunjukkan adanya (7,36 mm) (Gambar 4).
aktivitas antibakteri (zona bening/zona Perbedaan sensitifitas
keruh = 0 mm). Sementara zona hambat antibakteri juga disebabkan oleh
yang terbentuk dari kontrol positif perbedaan dinding sel pada kedua
(kloramfenikol) memiliki diameter yang bakteri. Dinding sel bakteri Gram
sangat besar yaitu sebesar 34,88 mm positif relatif lebih sederhana, hanya
untuk bakteri A. hydrophila dan 43,4 terdiri dari komponen peptidoglikan dan
mm untuk bakteri S. agalactiae. asam teikoat (Mulyani, 2009). Menurut
Berdasarkan zona hambat yang Mulyadi (2013) rusaknya dinding sel
terbentuk maka aktivitas antibakteri Gram positif yang menyebabkan
dapat digolongkan menjadi beberapa terhambatnya pertumbuhan bakteri
golongan yaitu antibakteri yang Gram positif karena berlaku prinsip like
aktivitasnya tergolong lemah (zona < dissolved like. Komponen peptidoglikan
5mm), sedang (zona hambat antara 5 yang terdiri atas protein dan karbohidrat
10 mm), kuat (zona antara 10 20 mm) yang bersifat polar akan lebih mudah
dan tergolong sangat kuat (zona hambat untuk ditembus oleh senyawa polar.
> 20 mm) (Suryawiria, 1978 diacu oleh Sementara bakteri Gram negatif
Indriani, 2007). Dari kriteria tersebut lebih banyak mengandung lipid, sedikit
maka zona hambat yang terbentuk oleh peptigoglikan, membran luar berupa
kontrol positif (kloramfenikol) termasuk bilayer. Membran luar terdiri dari
ke dalam golongan antibakteri yang fosfolipid (lapisan dalam), dan
memiliki aktivitas sangat kuat. lipopolisakarida (lapisan luar) tersusun
Mekanisme penghambatannya yaitu atas lipid A, yang bersifat nonpolar. Hal
dengan cara memblokir ikatan asam ini yang menyebabkan senyawa
amino pada rantai peptide yang mulai antibakteri lebih sulit untuk masuk ke
timbul pada uni 50S ribosom dengan dalam sel sehingga aktivitas
mengganggu kerja peptidyl transferase. antibakterinya lebih lemah
Akibatnya proses pertumbuhan dari dibandingkan pada bakteri Gram positif
mikroorganisme terganggu (Brooks (Dewi, 2010). Berdasarkan hal tersebut
dkk, 2005). maka zona keruh yang terbentuk pada
88

bakteri A. hydrophila dengan ekstrak n- dan konsentrasi pada jamur Saprolegnia


heksana diduga karena senyawa sp. menunjukkan hasil bahwa
nonpolar lainnya yang terkandung di peningkatan konsentrasi berbanding
dalam ekstrak n-heksana bersifat lurus dengan peningkatan zona hambat
lipofilik dan hanya mampu merusak ekstrak terhadap jamur Saprolegnia sp.
membran luar A. hydrophila (lapisan selama masa inkubasi 3 hari.
lipopolisakarida) yang tersusun atas Pengamatan pada hari pertama
lipid A yang bersifat nonpolar. Keadaan didapatkan hasil hambatan tertinggi
ini menyebabkan bakteri tersebut pada ekstrak metanol dengan
mampu memperbaiki kembali konsentrasi 60% (4,4 mm), dan
kerusakan membran luar dan hambatan terkecil pada ekstrak n-
melanjutkan pertumbuhannya sehingga heksana dengan konsentrasi 40% dan
menimbulkan zona keruh pada 20% (0 mm). Pengamatan pada hari
pengujian tersebut. kedua masing-masing ekstrak
Alkaloid memiliki kemampuan menunjukkan peningkatan zona hambat
sebagai antibakteri serta efek rata-rata dari hari pertama pada semua
farmakologi sebagai analgesik dan konsentrasi uji (Tabel 5).
anaestetik. Mekanisme penghambatan Zona hambat pada ekstrak
bakteri oleh senyawa ini diduga dengan metanol dan etil asetat sudah terlihat
cara mengganggu komponen penyusun jelas dengan adanya zona terang
peptidoglikan pada sel bakteri sehingga disekitar cakram dan pembelokan hifa
lapisan dinding sel tidak terbentuk pada pertumbuhan jamur Saprolegnia
secara utuh dan menyebabkan kematian sp. karena menghindari antifungi yang
sel tersebut (Robinson, 1995). terkandung di dalam ekstrak metanol
Saponin akan mengganggu dan etil asetat tersebut. Sementara itu
tegangan permukaan dinding sel, maka pada kontrol positif (nistatin) dan
saat tegangan permukaan terganggu zat ekstrak n-heksana tidak mengalami
antibakteri akan dengan mudah masuk pembelokan namun tetap
ke dalam sel dan akan mengganggu mempengaruhi perkembangan hifa
metabolisme hingga akhirnya terjadi Saprolegnia sp. sehingga tumbuh lebih
kematian bakteri. Mekanisme lambat dari perkembangan hifa normal
penghambatan tanin yaitu dengan cara (tanpa perlakuan ekstrak). Hal ini
dinding bakteri yang telah lisis akibat dijelaskan oleh Yuniarti (2010) dalam
senyawa saponin dan flavonoid, penelitiannya yang menerangkan bahwa
menyebabkan senyawa tanin dapat walaupun secara makroskopis tidak
dengan mudah masuk ke dalam sel menunjukkan adanya penghambatan,
bakteri dan mengkoagulase protoplasma ternyata secara mikroskopis ekstrak
sel bakteri (Karlina dkk., 2013). metanol kulit mangium pada
Senyawa steroid/triterpenoid konsentrasi 10 mg/ml telah mampu
menghambat pertumbuhan bakteri mempengaruhi perkembangan hifa
dengan mekanisme penghambatan Ganoderma sp. tetapi tidak sampai pada
terhadap sintesis protein karena tahap yang mematikan jaringan seperti
terakumulasi dan menyebabkan perkembangan hifa Ganoderma sp.
perubahan komponen-komponen yang abnormal (ujung hifa berbentuk
penyusun sel bakteri itu sendiri (Siregar keriting) sehingga seiring dengan
dkk., 2012). hilangnya efek antifungi, hifa tersebut
Pengujian ekstrak kulit batang dapat melanjutkan pertumbuhannya.
R. mucronata dengan variasi ekstrak
89

Besarnya zona hambat kontrol bersifat fungistatik misalnya senyawa


positif (nistatin) pada hari kedua tidak fenolik dapat mendenaturasi protein.
mengalami peningkatan/stabil dari hari Terdenaturasinya protein dinding sel
pertama yaitu sebesar 2 mm. jamur akan menyebabkan kerapuhan
Pengamatan pada hari ketiga didapatkan pada dinding sel tersebut sehingga
hasil bahwa semua perlakuan kecuali mudah ditembus zat aktif lainnya yang
ekstrak etil asetat mengalami penurunan bersifat fungistatik. Jika protein yang
zona hambat. Ekstrak n-heksana dan terdenaturasi adalah protein enzim
kontrol positif (nistatin) pada hari ketiga maka enzim tidak dapat bekerja yang
sudah tidak menunjukkan aktivitas menyebabkan metabolisme dan proses
antifungi (zona hambat = 0 mm) penyerapan nutrisi terganggu (Septiadi
sedangkan ekstrak metanol masih dkk., 2013). Senyawa alkaloid bekerja
menunjukkan adanya hambatan dengan menghambat biosintesis asam
terhadap jamur Saprolegnia sp., namun nukleat jamur sehingga jamur tidak
luas zona hambatannya mengalami dapat berkembang dan akhirnya mati
penurunan. Kemampuan ekstrak yang (Wulandari, 2012).
semakin menurun ini karena Menurut Lutfiyanti dkk. (2012)
pertumbuhan jamur terus meningkat terpenoid, termasuk triterpenoid dan
sehingga ekstrak tidak dapat membunuh steroid merupakan senyawa bioaktif
tetapi hanya bersifat fungistatik. Zat yang memiliki fungsi sebagai antijamur.
antimikrobial fungistatik bersifat Senyawa ini dapat menghambat
menghambat kerja enzim tertentu yang pertumbuhan jamur, baik melalui
mengakibatkan terganggunya membran sitoplasma maupun
metabolisme sel fungi, sehingga proses mengganggu pertumbuhan dan
pemanjangan hifa fungi menjadi perkembangan spora jamur. Septiadi
terhambat dan fragmentasi hifa pun dkk. (2013) menjelaskan bahwa
menjadi terganggu dan menyebabkan senyawa saponin berkontribusi sebagai
sel fungi tidak dapat berkembangbiak antijamur dengan mekanisme
dalam waktu tertentu (Putri, 2013). menurunkan tegangan permukaan
Zona hambat sebesar 0 mm pada membran sterol dari dinding sel jamur
kontrol negatif (DMSO) mulai dari hari sehingga permeabilitasnya meningkat.
pertama sampai dengan hari ketiga Permeabilitas yang meningkat
menunjukkan bahwa DMSO tidak mengakibatkan cairan intraseluler yang
memiliki aktivitas antifungi. lebih pekat tertarik keluar sel sehingga
Sementara itu ekstrak etil asetat nutrisi, zat-zat metabolisme, enzim,
mengalami peningkatan karena zona protein dalam sel keluar dan jamur
hambat yang terbentuk stabil walaupun mengalami kematian.
hifa normal telah tumbuh penuh hingga
ujung/batas cawan petri (Tabel 5). KESIMPULAN DAN SARAN
Kemungkinan ekstrak etil asetat Kesimpulan
memiliki keseimbangan hidrofilik dan 1. Hasil uji fitokimia menunjukkan
lipofilik sehingga lebih optimal bahwa kulit batang R. mucronata
menembus dinding sel jamur mengandung senyawa alkaloid,
Saprolegnia sp. sesuai dengan uji tanin, terpen/steroid, dan saponin.
aktivitas antibakteri yang 2. Hasil uji antimikroba terhadap
pertumbuhannya lebih dihambat oleh bakteri A. hydrophila, S. agalactiae
ekstrak semi polar (etil asetat) dari pada dan jamur Saprolegnia sp.
ekstrak polar (metanol). Senyawa yang menunjukkan ekstrak etil asetat
90

kulit batang R. mucronata memiliki Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut


aktivitas antibakteri dengan ekstrak etanol buah pare
spektrum luas karena mampu (Momordica charantia L)
menghambat ketiga mikroba uji. Terhadap larva Artemia salina
3. Ekstrak metanol hanya mampu Leach dengan metode Brine
menghambat bakteri S. agalactiae shrimp lethality test (BST).
dan jamur Saprolegnia sp., Laporan Akhir Penelitian Karya
sedangkan ekstrak n-heksana hanya Tulis Ilmiah. Fakultas
dapat mempengaruhi pertumbuhan Kedokteran. Universitas
bakteri A. hydrophila dan jamur Dipenogoro. Semarang.
Saprolegnia sp..
4. Ketiga ekstrak kulit batang R. Dewi F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri
mucronata bersifat toksik terhadap Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
A. salina L dengan LC50 21,06 ppm (Morinda citrifolia,
pada ekstrak etil asetat, 24,59 ppm Linnaeus) terhadap Bakteri
ekstrak pada metanol dan 27,38 Pembusuk Daging Segar.
ppm pada ekstrak n-heksana. [Skripsi]. Jurusan Biologi
Saran Fakultas Matematika dan Ilmu
Ekstrak etil asetat kulit batang Pengetahuan Alam.
R. mucronata merupakan ekstrak yang Universitas Sebelas Maret.
paling aktif dalam menghambat A. Surakarta.
hydrophila, S. agalactiae dan jamur
Diastuti H dan Suwandri. 2009.
Saprolegnia sp. secara in vitro namun
Fraksinasi dan Identifikasi
sebaiknya dilakukan pengujian lebih
Senyawa Antikanker Ekstrak
lanjut secara in vivo dengan langsung
Kulit Batang Rhizopora
menguji ekstrak kulit batang R.
mucronata serta Uji
mucronata terhadap ikan yang terserang
toksisitasnya Terhadap Larva
oleh bakteri dan jamur patogen tersebut.
Udang (Artemia salina Leach).
Selain itu perlu juga dilakukan isolasi
Jurnal Molekul. 4(2): 54
terhadap senyawa metabolit sekunder
61.
kulit batang R. mucronata untuk
mengetahui senyawa apa atau Elya B., Atiek S. dan Farida. 2009.
kombinasi senyawa apa yang memiliki Antibakteri Ekstrak Kulit
potensi antimikroba. Batang Manggis Hutan
(Garcinia rigida Miq.). Majalah
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Kefarmasian. 6(1): 9 17.
Andrews J. M. 2008. BSAC
Standardized Disc Susceptibility Hapsari Y. dan Partomuan S. 2010.
Testing Method (version Study Senyawa Kimia dalam
7). Journal of Antimicrobial Fase Ekstrak Etil Asetat
Chemotherapy. 62: 256 278. Simplisia Cinnamomum spp.
Secara KCKT dan GC-MS.
Brooks G. F., Janet S. Butel. dan Jurnal Kima Mulawarman.
Stephen A. Morse. 2005. 8(1): 23 27.
Mikrobiologi Kedokteran.
Salemba Medika. Jakarta. Indriani N. 2007. Aktivitas Antibakteri
Daun Senggugu (Cleodendron
serratum [L] Spr.).
91

[Skripsi]. Program Studi Toksisitas Ekstrak Etanol Biji


Biokimia, Fakultas Matematika Buah Alpukat (Persea
dan Ilmu Pengetahuan Alam, americana Mill.) Jurnal MIPA
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Unsrat Online. 1(1): 24 28.
Karlina C. Y., Muslimin I. dan Guntur Meilani S. W. 2006. Uji Bioaktivitas
T. 2013. Antibakteri Aktivitas Zat Ekstraktif Kayu Suren
Antibakteri Ekstrak Herba (Toona sureni Merr.) dan Ki
Krokot (Portulaca oleracea L.) Bonteng (Platea latifolia BL.)
terhadap Staphylococcus Menggunakan Brine Shrimp
aureus dan Escherichia coli. Lethality Test (BSLT).
Jurnal LenteraBio. 2(1): 87 93. Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan. Institut
Kordi G. H. 2004. Penanggulangan Pertanian Bogor. Bogor.
Hama dan Penyakit Ikan. Rineka
Cipta. Jakarta. Meyer B.N., N. R. Ferrigni, J. E.
Putnam, L. B. Jacobsen, D. E.
Kordi G. H. 2012. Ekosistem Nichols and J. L.
Mangrove: Potensi, Fungsi, dan McLaughlin. 1982. Brine
Pengelolaan. Rineka Cipta. Shrimp: A Convenient General
Jakarta. Bioassay for Active Plant
Constituents. Journal of
Lisdawati V., Sumali W., L. Broto S.,
Medicinal Plant Research. 45:
dan Kardono. 2006. Brine
31 34.
Shrimp Lethality Test dari
Berbagai Fraksi Ekstrak Daging Mulyadi M., Wuryanti,
Buah dan Kulit Biji Mahkota Purbowatiningrum R. S. 2013.
Dewa (Phaleria macrocarpa). Konsentrasi Hambat Minimum
Buletin Penelitian Kesehatan. (KHM) Kadar Sampel Alang
34(3): 111 118. Alang (Imperata cylindrica)
dalam Etanol Melalui Metode
Lutfiyanti R., Widodo F. M., Eko N.
Difusi Cakram. Jurnal Chem.
Dewi. 2012. Aktivitas Antijamur
Info. 1(1): 35 42.
Senyawa Bioaktif Ekstrak
Gelidium latifolium terhadap Mulyani S., Susilowati dan Maslan M.
Candida albicans. Jurnal H. 2009. Analisis GC-MS dan
Pengolahan dan Bioteknologi daya anti bakteri minyak
Hasil Perikanan. 1(1): 1 8. atsiri Citrus amblycarpa (Hassk)
Ochse. Majalah Farmasi
Marliana S. D., Venty S., dan Suyono.
Indonesia. 20(3): 127 132.
2005. Skrining Fitokimia dan
Analisis Kromatografi Lapis Oesman F., Murniana, M. Khairunnas
Tipis Komponen Kimia Buah dan N. Saidi. 2010. Antifungal
Labu Siam (Sechium edule Jacq. Activity of Alkaloid From
Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Bark of Cerbera odollam. Jurnal
Jurnal Biofarmasi. 3(1): 26 31. Natural. 10(2): 18 21.
Marlinda M., Meiske S. S., Audy D. W. Pratiwi S.T. 2008. Mikrobiologi
2012. Analisis Senyawa Farmasi. Penerbit Erlangga.
Metabolit Sekunder dan Uji Jakarta.
92

Putri A. U. 2013. Uji Potensi Antifungi Wiyanto D. B. 2010. Uji Aktivitas


Ekstrak Berbagai Jenis Lamun Antibakteri Ekstrak Rumput
terhadap Fungi Candida Laut Kappaphycus alvarezii
albicans. [Skripsi]. Jurusan Ilmu dan Eucheuma denticullatum
Kelautan. Fakultas Ilmu Terhadap Bakteri
Kelautan dan Perikanan. Aeromonas hydrophila dan
Universitas Hasanuddin. Vibrio harveyii. Jurnal Kelautan.
Makassar. 3(1): 1 17.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Wulandari A. R. 2012. Uji Daya


Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Efektivitas Antifungi Ekstrak
Bandung. Biji Tanjung (mimusops elengi
linn.) terhadap Pertumbuhan
Septiadi T., D. Pringgenies., O. K Candida albicans secara In Vitro
Radjasa. 2013. Uji Fitokimia dengan Metode Difusi. [Skripsi].
dan Aktivitas Antijamur Fakultas kedokteran. Program
Ekstrak Teripang Keling studi sarjana kedokteran.
(Holoturia atra) dari Pantai Universitas Pembangunan
Bandengan Jepara Terhadap Nasional Veteran. Jakarta.
Jamur Candida albicans. Journal
Yuniarti. 2010. Kajian Pemanfaatan
of Marine Research. 2(2):
Ekstrak Kulit Acacia mangium
76 84.
Willd. sebagai Antifungi
Siregar A. F., Agus S., Delianis P. 2012. dan Pengujiannya terhadap
Potensi Antibakteri Ekstrak Fusarium sp. dan Ganoderma
Rumput Laut Terhadap sp. Jurnal Sains dan Terapan
Bakteri Penyakit Kulit Kimia. 4(2): 190 198.
Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus epidermidis, dan
Micrococcus luteus. Journal Of
Marine Research. 1(2):
152 160.
Suryanto D., N. Irawati dan E. Munir.
2011. Isolation and
Characterization of Chitinolytic
Bacteria and Their Potential to
Inhibit Plant Pathogenic Fungi.
Jurnal Microbiology Indonesia.
5(3): 144 148.
Tirtana E., Nora I., Warsidah dan
Afghani J. 2013. Analisa
Proksimat, Uji Fitokimia
dan Aktivitas Antioksidan pada
Buah Tampoi (Baccaurea
macrocarpa). Jurnal JKK. 2(1):
42 45.

Вам также может понравиться