Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
This study was aimed to determine antimicrobial potential of stem bark extract
of Rhizophora mucronata against bacterial pathogens i.e. Aeromonas hydrophila,
Streptococcus agalactiae and fungus Saprolegnia sp. and to determine the extract
toxicity to Artemia Salina Leach. Extraction was done by a single maceration using
methanol, ethyl acetate and n-hexane. Phytochemical test was conducted to all extracts.
Toxicity test was conducted using Brine Shrimp Lethality Test. Antimicrobial activity
test was done using the agar diffusion method. Phytochemical test of stem bark extract
of Rhizophora mucronata showed that the extract contained of alkaloid, tannin,
steroid/terpenoid and saponin. All of the extact of Rhizophora mucronata were toxic to
A. salina. The result showed that ethyl acetate extract was the most toxic. Antimicrobial
test results showed that ethyl acetate extract of stem bark of R. mucronata was broad
antimicrobial spectrum because it was able to inhibit the growth of all microbes.
Budidaya Air Tawar Bogor dan jamur kemudian disimpan di dalam botol vial
Saprolegnia sp. diperoleh dari tertutup.
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Uji Fitokimia
MIPA Universitas Sumatera Utara, kista Analisis fitokimia dilakukan
A. salina, besi (III) klorida (FeCl3) 1%, berdasarkan Depkes (2009) yang diacu
cerium sulfat (CeSO4) 1%, pereaksi oleh Tirtana dkk. (2013) sebagai
dragendorf, pereaksi bouchardat, berikut:
pereaksi mayer, pereaksi wagner, a. Saponin
standar triterpenoid dan -sitosterol, Larutan ekstrak sebanyak 2 ml
HCl 2 N, air laut, Dimethyl sulfoxide ditambahkan akuades, kemudian
(DMSO), Potato Dextrose Agar (PDA), dikocok kuat-kuat. Senyawa saponin
Tryptic Soy Agar (TSA), kloramfenikol, akan menghasilkan busa setinggi 1 10
nistatin, larutan Mc. Farland 0.5, cm yang stabil dan tidak kurang dari 10
larutan NaCl 0,9 %. menit. Pada penambahan 1 tetes HCl 2
Ekstraksi Kulit Batang R. mucronata N, busa tidak hilang.
Kulit batang tumbuhan R. b. Steroid/ triterpenoid
mucronata dikumpulkan sebanyak 9 kg Sebanyak 2 ml larutan ekstrak
dari pohon berdiameter lebih dari 30 cm dimasukkan ke dalam tabung reaksi
di kawasan hutan mangrove desa Denai kemudian ditambah dengan pereaksi
Kuala, Kec. Pantai Labu, Kab. Deli Lieberman-Burchard. Senyawa steroid
Serdang. Kulit dicuci dan dipotong menimbulkan warna hijau dan
kecil-kecil kemudian dikering-anginkan triterpenoid menimbulkan warna ungu.
selama 7 hari. Kulit batang yang sudah Untuk pengujian menggunakan CeSO4
kering dihaluskan dengan blender dan 1% dilakukan dengan metode Thin
diayak hingga diperoleh serbuk yang Layer Chromatography (TLC). Plat
halus dan seragam sebanyak 1,47 kg TLC diberi tanda sesuai dengan nama
kemudian disimpan ke dalam stoples pelarut yang digunakan dalam ekstraksi.
kaca. Plat TLC kemudian dibagi menjadi 3
Langkah selanjutnya ekstraksi bagian untuk diteteskan ekstrak sampel,
bahan aktif dengan metode maserasi standar triterpenoida dan -sitosterol.
tunggal sesuai dengan kepolarannya. Selanjutnya tetesan ekstrak tersebut
Serbuk sampel masing-masing disemprot dengan penampak noda
sebanyak 300 g direndam dengan 1 l (CeSO4 1%) dan dipanaskan di atas hot
pelarut etil asetat dan 1 l pelarut plate. Selanjutnya diamati perubahan
metanol dan sebanyak 870 g direndam warna yang terjadi dan bandingkan
dengan 1,5 l n-heksana di dalam dengan standar triterpenoida dan -
erlenmeyer kemudian ditutup dengan sitosterol.
alumunium foil selama 24 jam sambil c. Senyawa golongan fenolik (tanin
sesekali diaduk. Setelah itu sampel dan flavanoid)
disaring dengan kapas sehingga Larutan ekstrak sebanyak 2 ml
diperoleh filtrat dan ampas. Filtrat yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diperoleh dievaporasi pelarutnya ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl3 1%.
menggunakan rotary evaporator Tanin akan menghasilkan warna biru
sehingga diperoleh ekstrak kental yang atau hitam kehijauan. Untuk senyawa
kemudian dipekatkan dengan penangas flavonoid maka sampel dengan pelarut
air (water bath) agar seluruh pelarutnya etil asetat sebanyak 2 ml dimasukkan ke
habis menguap. Ekstrak tersebut dalam tabung reaksi dan di tambahkan 2
tetes pereaksi FeCl3 1%. Larutan positif
81
mengandung flavonoid apabila terjadi dengan larutan baku Mc. Farland 0.5
perubahan warna menjadi warna biru yang ekuivalen dengan suspensi sel
atau hitam kehijauan. bakteri dengan konsentrasi 1,5 108
d. Alkaloid cfu/ml (Andrews, 2008).
Larutan ekstrak sebanyak 2 ml Konsentrasi larutan uji yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan digunakan adalah 20%, 40% dan 60%
diperiksa adanya senyawa alkaloid (b/v). Konsentrasi 60% dibuat dengan
dengan cara: cara menimbang ekstrak kulit batang R.
1. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes mucronata sebanyak 0,6 g yang
pereaksi Dragendorf. Hasil positif dilarutkan dengan 1 ml DMSO. Larutan
jika terbentuk endapan berwarna dengan konsentrasi 40% dan 20%
merah jingga atau cokelat muda dibuat dengan cara pengenceran dari
sampai kuning/oranye. konsentrasi 60% menggunakan 0,5 ml
2. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes DMSO. Kontrol negatif digunakan
pereaksi Bouchardat. Hasil positif DMSO dan kontrol positif digunakan
jika terbentuk endapan berwarna kloramfenikol (30 g/ml) untuk bakteri
cokelat sampai hitam. dan nistatin (100 g/ml) untuk jamur.
3. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes Pengujian antibakteri dilakukan
pereaksi Mayer. Hasil positif jika dengan metode disc diffusion (tes
terbentuk endapan berwarna Kirby-Bauer). Cutton bud steril
putih/kuning. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Larutan ekstrak ditambah 2 tetes yang berisi suspensi bakteri kemudian
pereaksi Wagner. Hasil positif jika dioleskan pada media TSA. Setelah
terbentuk endapan berwarna olesan bakteri mengering, kertas cakram
cokelat. (diameter 6 mm) yang telah direndam
Uji Aktivitas Antibakteri dan ekstrak selama 1 jam pada berbagai
Antifungi konsentrasi ditiriskan dan diletakkan di
Bakteri A. hydropila dan S. atas media yang berisi olesan bakteri
agalactiae diremajakan masing-masing dengan sedikit ditekan agar cakram
dengan cara menggoreskan jarum ose menempel pada permukaan media
yang mengandung bakteri A. hydropila (Gambar 1). Selanjutnya diinkubasi
pada 1 cawan petri yang berisi media pada suhu 37oC selama 24 48 jam.
TSA dan S. agalactiae pada petri yang Uji terhadap Saprolegnia sp.
lainnya secara aseptis. Setelah itu dilakukan dengan cara mengambil
dinkubasi selama 24 48 jam pada suhu potongan kecil miselium dengan bentuk
37oC. kubus dan menanamkannya di media
Untuk peremajaan jamur PDA dengan posisi di tengah. Kertas
Saprolegnia sp. dilakukan dengan cakram yang telah berisi ekstrak dengan
mengambil potongan kecil miselium berbagai konsentrasi diletakkan di
menggunakan blade dan menanamnya sekitar potongan jamur tersebut dengan
secara aseptis pada media PDA. Setelah jarak yang sama (Gambar 2). Setelah itu
itu diinkubasi pada suhu 27 oC selama 2 diinkubasi pada suhu 27oC selama 2 3
3 hari. hari.
Bakteri yang telah diremajakan Pengukuran Zona Hambat
diambil biakannya menggunakan jarum Menurut Pratiwi (2008),
ose dan disuspensikan ke dalam tabung aktivitas antibakteri dinyatakan positif
reaksi berisi 3 ml larutan NaCl 0,9%. apabila terbentuk zona hambat berupa
Suspensi yang terbentuk disetarakan zona bening disekeliling kertas cakram.
82
Diameter zona hambat dideskripsikan setelah 48 jam hewan uji siap untuk
dengan Gambar 1 di bawah ini: digunakan.
Larutan induk dibuat dengan
a
melarutkan 20 mg sampel dalam 2 ml
DMSO. Larutan uji 1000 ppm dibuat
c
dengan memipet larutan induk sebanyak
500 l, sedangkan larutan uji 100 ppm
b dan 10 ppm dibuat dengan memipet 50
Gambar 1. Perhitungan diameter zona l dan 5 l dari larutan induk. Pada
hambat antibakteri. setiap konsentrasi uji ditambahkan air
Keterangan:
a = Diameter kertas cakram (6 mm) laut 2 ml kemudian masukkan 10 ekor
b = Diameter zona hambat yang A. salina ke dalam setiap vial dan
terbentuk (mm) cukupkan volumenya sampai 5 ml
c = Daerah yang ditumbuhi bakteri dengan air laut. Masing-masing
Aktivitas antifungi ditentukan konsentrasi uji dibuat 3 ulangan
dengan rumus uji antagonis yaitu termasuk kontrol positif (DMSO) dan
dengan mengukur jari-jari pertumbuhan kontrol negatif (air laut). Setelah 24 jam
hifa normal dikurang dengan jari-jari dilakukan pengamatan terhadap
pertumbuhan hifa yang terhambat oleh kematian A. salina.
ekstrak (Suryanto dkk., 2011). Analisis Data
Pada pengujian aktivitas
a antibakteri data hasil pengukuran zona
y x b
c
bening dirata-ratakan dan dianalisis
d dengan metode deskipstif dalam bentuk
tabel dan gambar. Pengaruh pemberian
ekstrak kulit batang R. mucronata pada
Gambar 2. Perhitungan zona hambat berbagai konsentrasi uji terhadap
jamur Saprolegnia sp.
Keterangan:
toksisitas A. salina dihitung dengan
a = Pertumbuhan koloni jamur analisis probit untuk menetukan LC50.
b = Zona hambat ekstrak R. mucronata Perhitungan LC50 dilakukan dengan
terhadap koloni jamur persamaan regresi linear y = a + bx
c = Blank disc yang telah berisi ekstrak yang didapatkan dari grafik hubungan
d = Letak koloni jamur yang ditanam
x = Koloni jamur yang terhambat
antara log konsentrasi dengan mortalitas
pertumbuhannya (mm) probit menggunakan program Microsoft
y = Koloni jamur yang pertumbuhannya excel.
normal (mm)
y x = Jari-jari zona hambat (mm) 3. HASIL
Uji Toksisitas Ekstrak dengan Uji fitokimia
Metode Brine Shrimp Lethality Test Dari hasil uji fitokimia pada
Kista A. salina Leach ditetaskan masing-masing pelarut diketahui bahwa
di dalam bejana yang sudah diisi 3 l air ekstrak kulit batang R. mucronata
laut buatan bersalinitas 35 ppt. Bejana mengandung senyawa metabolit
dilengkapi dengan alat aerasi dan kista sekunder seperti yang terlihat pada
dibiarkan menetas pada suhu 25 oC, Tabel 1 dan Gambar 3 berikut ini:
83
Tabel 1. Hasil identifikasi kandungan fitokimia pada ekstrak kulit batang tumbuhan
Rhizophora mucronata
Kode METABOLIT SEKUNDER
Sampel Fenolik / Terpen / Steroid Alkaloid Saponin
Flavonoid / Tanin
Pereaksi Hasil Pereaksi Hasil Pereaksi Hasil Pereaksi Hasil
H FeCl3 (-) Liberman- (-) Bouchardat (-) Ekstrak (-)
Bouchard Wagner (-) + Aqua
Cerium sulfat (-) Mayer (-) + HCl
(CeSO4)/TLC Dragendorf (-)
ET FeCl3 (-) Liberman- (+) Bouchardat (-) Ekstrak (+)
Bouchard Wagner (-) + Aqua
Cerium sulfat (+) Mayer (+) + HCl
(CeSO4)/TLC Dragendorf (+ +)
M FeCl3 (+) Liberman- (+) Bouchardat (-) Ekstrak (+ +)
Bouchard Wagner (-) + Aqua
Cerium sulfat (+) Mayer (-) + HCl
(CeSO4)/TLC Dragendorf (+ +)
Keterangan :
H = Ekstrak dengan pelarut n-Heksana (+ +) = Kuat
ET = Ekstrak dengan pelarut Etil asetat (+) = Sedang
M = Ekstrak dengan pelarut Metanol (-) = Tidak ada
Uji Toksisitas dengan Metode Brine heksana dari kulit batang R. mucronata
Shrimp Lethality Test disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Data hasil uji BSLT ekstrak etil
asetat, ekstrak metanol dan ekstrak n-
84
Tabel 3. Data hasil uji BSLT ekstrak etil asetat, ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana dari
kulit batang Rhizophora mucronata
Perlakuan Konsentrasi Total Jumlah Persen LC50
(ppm) Populasi Kematian Mortalitas (%) (ppm)
Etil asetat 1000 30 30 100 21,06
100 30 20 66,66
10 30 13 43,33
Metanol 1000 30 30 100 24,59
100 30 16 53,33
10 30 13 43,33
N-heksana 1000 30 30 100 27,38
100 30 19 63,33
10 30 10 33,33
Tabel 4. Diameter rata-rata zona hambat ekstrak kulit batang R. mucronata terhadap bakteri
A. hydrophila dan bakteri S. Agalactiae
Bakteri Ekstrak dengan pelarut Rata-rata diameter zona hambat (mm)
60% 40% 20% Kontrol
A. hydrophila Metanol 0 0 0
N-heksana 10,91 7,36 0
Etil asetat 10,58 7,65 7,21
Kloramfenikol 34,88
DMSO 0
S. agalactiae Metanol 15,5 14,2 14,45
N-heksana 0 0 0
Etil asetat 23,81 18,56 19,25
Kloramfenikol 43,4
DMSO 0
Daya hambat ekstrak kulit hifa jamur yang terhambat oleh ekstrak.
batang R. mucronata terhadap Jari-jari zona hambat rata-rata ekstrak
pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. kulit batang R. mucronata terhadap
dapat diketahui dengan menghitung jamur Saprolegnia sp. dapat dilihat
jari-jari pertumbuhan normal hifa jamur pada Tabel 5 dan Gambar 6 di bawah
dikurangi dengan jari-jari pertumbuhan ini.
Tabel 5. Zona hambat rata-rata ekstrak kulit batang R. mucronata terhadap jamur Saprolegnia sp.
Hari ke Konsentrasi Zona hambat (mm) ekstrak R. mucronata dengan
berbagai pelarut
Metanol N-heksana Etil asetat Nistatin DMSO
1 60% 4,4 1 4
40% 3,4 0 3,7
20% 3,4 0 3
Kontrol 2 0
2 60% 21 2,6 21,7
40% 20,6 2,6 20
20% 19,6 1,3 19,4
Kontrol 2 0
3 60% 19 0 30,7
40% 8,7 0 29,4
20% 4,4 0 20
Kontrol 0 0
fenolik yang tertarik dalam ekstrak bahwa fraksi kloroform ekstrak metanol
metanol adalah tanin karena pada saat kulit batang R. mucronata positif
pengujian dengan FeCl3 1% ekstrak terhadap terpenoid.
metanol menunjukkan reaksi positif Uji fitokimia terhadap ekstrak n-
dengan berubahnya warna ekstrak heksana didapatkan hasil yang negatif
menjadi hitam kehijauan. Marlinda dkk. (Tabel 1). Namun tidak menutup
(2012) menyatakan dalam penelitiannya kemungkinan terdapatnya senyawa-
bahwa ekstrak etanol biji buah alpukat senyawa nonpolar lainnya yang tidak
(Persea americana Mill.) positif diujikan dalam penelitian ini. Seperti
mengandung tanin yang ditandai yang diungkapkan oleh Lisdawati dkk.
dengan perubahan warna ekstrak (2006), bahwa senyawa metabolit
menjadi hitam kehijauan setelah sekunder yang larut dalam pelarut
penambahan 2 3 tetes larutan FeCl3 nonpolar adalah golongan minyak atsiri,
1% yang bereaksi dengan salah satu asam lemak tinggi, terpen/steroid dan
gugus hidroksil yang ada pada senyawa karotenoid.
tanin. Hasil ekstraksi menunjukkan
Hasil positif alkaloid pada uji bahwa ekstrak metanol kulit batang R.
Dragendorff ditandai dengan mucronata merupakan ekstrak dengan
terbentuknya endapan coklat muda hasil tertinggi sedangkan ekstrak n-
sampai kuning. Endapan tersebut terjadi heksana merupakan ekstrak dengan
akibat atom nitrogen yang mempunyai hasil terendah yang menggunakan
pasangan elektron bebas pada alkaloid sampel dengan jumlah yang paling
membentuk ikatan kovalen koordinat banyak. Hapsari dan Partomuan (2010)
dengan ion logam K+ dari kalium menyatakan bahwa banyaknya senyawa
tetraiodobismutat membentuk kompleks kimia yang tersari ke dalam pelarut
kalium-alkaloid yang mengendap. sangat berpengaruh terhadap jumlah
Sedangkan hasil positif alkaloid pada ekstrak yang dihasilkan. Elya dkk.
uji Mayer ditandai dengan terbentuknya (2009) menambahkan bahwa perbedaan
endapan putih yang diperkirakan kandungan pada ekstrak disebabkan
nitrogen pada alkaloid bereaksi dengan karena perbedaan sifat kepolaran dari
ion logam K+ dari kalium golongan senyawa-senyawa kimia
tetraiodomerkurat (II) membentuk tersebut.
kompleks kalium-alkaloid yang Hasil pengujian toksisitas
mengendap (Marliana dkk., 2005). menunjukkan bahwa semakin tinggi
Uji senyawa saponin diperoleh konsentrasi yang diujikan semakin
hasil positif pada ekstrak metanol dan banyak A. salina yang mati (Tabel 3).
etil asetat (Gambar 3 (a)). Saponin Meyer dkk. (1982) menyatakan bahwa
adalah senyawa polar yang hasil uji BSLT bersifat toksik/aktif
keberadaanya dalam tumbuhan dapat terhadap A. salina bila ekstrak
diekstraksi dengan pelarut semi polar tumbuhan tersebut memiliki nilai LC50
dan polar (Oesman dkk., 2010). < 1000 g/ml. Berdasarkan hal itu maka
Senyawa terpen/steroid positif hasil uji BSLT ekstrak kulit batang R.
terkandung di dalam ekstrak metanol mucronata semuanya dikategorikan
dan etil asetat yang ditandai dengan toksik/aktif terhadap A. salina dengan
perubahan warna ekstrak yang toksisitas yang paling tinggi pada
menyerupai warna standar triterpenoida ekstrak etil asetat dan yang paling
dan -sitosterol. Diastuti dan Suwandri rendah pada ekstrak n-heksana.
(2009) melaporkan dalam penelitiannya Perbedaan tingkat toksisitas tersebut
87