Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia tergolong sebagai negara dengan laju pertumbuhan
penduduk yang relatif cepat. Pertumbuhan penduduk yang cepat
menyebabkan Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah
penduduk terbesar setelah China, India dan Amerika Serikat. Pertumbuhan
penduduk merupakan keseimbang yang dinamis antara kekuatan-kekuatan
yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh 4 komponen yaitu :
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration (migrasi masuk)
dan out-migration (migrasi keluar).
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen
proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua
komponen proses demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas) dan
mobilisasi penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di
suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk tetapi
juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat di daerah tersebut. Maka, dengan memperhatikan trend dari
tingkat mortalitas dan fertilitas di masa lampau dan estimasi
perkembangan di masa mendatang dapatlah dibuat sebuah proyeksi
penduduk wilayah bersangkutan. Mati ialah peristiwa hilangnya semua
tanda-tanda kehidupan secara permanen, yaitu bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup (Budi Utomo (1985) dalam Mantra (2007). Dari
definisi ini terlihat bahwa keadaan mati hanya bisa terjadi kalau sudah
terjadi kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului
oleh keadaan hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada kalau tidak
ada kehidupan, sedangkan hidup selalu di mulai dengan lahir hidup (liver
birth).
Maka dari itu pentingnya pelaporan data terkait tiap-tiap peristiwa
kematian (mortalias) seseorang. Data tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat kematian dan kecenderungan (tren), mengetahui
1
penyebab eksogen dan endogen dari kematian bayi, dan faktor-faktor
sosial ekonomi, perilaku dan lingkungan yang mempengaruhi tingkat
kematian. Penulis dalam makalah ini mencoba mengkaji peristiwa
kematian dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep mortalitas?
2. Darimana sajakah sumber data kematian?
3. Apa saja pengukuran data kematian?
4. Apa saja penyebab eksogen dan endogen kematian?
5. Apa saja tolak ukur angka kematian?
6. Bagaimana pola dan tren kematian di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam penulisan ini adalah:
1. Mengetahui konsep mortalitas
2. Mengetahui sumber data kematian
3. Mengetahui pengukuran data kematian
4. Mengetahui penyebab eksogen dan endogen kematian
5. Mengetahui tolak ukur angka kematian
6. Mengetahui pola dan tren kematian di Indonesia
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Memahami konsep mortalias
2. Menambah pengetahuan tentang studi kependudukan terkait
kematian (mortalitas)
BAB II
PEMBAHASAN
4
Di Indonesia laporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga
atau salah satu anggota keluarga kepada kepala dukuh. Laporan ini
kemudian diteruskan ke kantor desa pada saat diadakan rapat kepala dukuh
yang biasanya berlangsung seminggu sekali. Sering terjadi bahwa
pelaporan itu tidak dilaporkan oleh kepala keluarga dan tidak pula diterima
oleh kepala dukuh. Kalau kepala dukuh pada hari rapat dapat datang, maka
data kematian ini akan dibawanya pada rapat berikutnya. Agaknya,
penyimpangan-penyimpangan dalam hal siapa yang melaporkan dan
waktu melaporkannya menyebabkan adanya angka pelaporan yang
jumlahnya kurang dari keadaan sebenarnya (under reporting).
Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data
kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat
segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Tetapi di Indonesia,
belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya
sistem registrasi vital yang bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya
meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan
demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian (yang
baik) dari sistem registrasi vital.
5
Sedangkan data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui
pertanyaan tentang Survivorship golongan penduduk tertentu, misalnya:
anak, ibu, ayah dan sebagainya. Dalam kenyataannya, data kematian
bentuk langsung mempunyai kualitas lebih buruk dibandingkan dengan
data kematian bentuk tidak langsung. Oleh sebab itu, data kematian yang
sering dipakai di Indonesia ialah data kematian bentuk tidak langsung, dan
biasanya yaitu data Survivorship anak. Selain sumber data di atas, data
kematian untuk penduduk golongan tertentu di suatu tempat kemungkinan
dapat diperoleh dari:
a) Rumah sakit
b) Dinas Pemakaman
c) Kantor Polisis Lalu Lintas, dsb.
Tingkat kematian saling berbeda antara kelompok penduduk yangs
atu dan kelompok penduduk yang lainnya. Tingkat kematian penduduk
laki-laki biasanya lebih tinggi daripada tingkat kematian penduduk wanita.
Tingkat kematian penduduk dewasa muda lebih rendah daripada tingkat
kematian bayi dan anak, dan penduduk usia lanjut. Penudduk negara maju
mempunyai tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan
penduduk negara yang sedang berkembang. Penduduk yang berstatus
sosial-ekonomi baik, mampunyai tingkat kematian yang lebih rendah
dibandingkan dengan penduduk yang berstatus sosial-ekonomi buruk.
Tingkat kematian penduduk juga berbeda menurut tempat tinggal dan
mungkin berubah menurut waktu. Dengan demikian, tingkat kematian
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: faktor sosial-ekonomi, faktor
pekerjaan, faktor tempat tinggal, faktor pendidikan, faktor umur, faktor
jenis kelamin dan lain sebagainya.
6
angka tunggal saja. Biasanya berbagai macam ukuran kematian dipakai
sekaligus guna mencerminkan keadaan kematian penduduk secara
keseluruhan. Hampr semua ukuran kematian merupakan rate atau ratio.
Rate merupakan suatu ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian
(misalnya; kematian, kelahiran, sakit dan sebagainya) selama periode waktu-
waktu tertentu. Secara umum rate dapat didefinisikan/dijabarkan sebagai
berikut:
Jumlah kejadian yang terjadi
selama periode waktu tertentu
rate sesuatu kejadian = Jumlah penduduk yang mempunyai
resikomengalam i kejadian tersebut
selama periode yang sama
Catatan: Kejadian (rate) tersebut bisa berupa: kematian, kelahiran, sakit dan
sebagainya.
Ratio merupakan suatu ukuran yang berbentuk suatu angka tunggal yang
menyatakan hasil perbandingan antara 2 angka. Di samping dua bentuk
ukuran di atas, keadangkala dipakai ukuran lain berupa persentase.
Sebenarnya persentase adalah suatu rasio, hanya pada persentase,
pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Dalam menyatakan rate
datau ratio atau 'persentase sebagai suatu ukuran, harus dijelaskan populasi
golongan mana yang bersangkut. Dalam hal ini harus saja:
a) Kapan : Waktu berlakunya ukuran tersebut
b) Siapa : Ukuran tersebut mengani populasi yang mana
c) Apa : Ukuran tersebut meruakan ukuran kejadian apa
Contoh :
Rate : Angka Kematian Kasar (Crude Birth Rate = CBR) penduduk
Indonesia tahun 1971
Rate : Angka Kematian Kasar (Crude Birth Rate = CBR)
penduduk Indonesia tahun 1971
Jumlah penduduk lakilaki
: Sex Ratio penduduk Indonesia tahun 1971.
Jumlah penduduk perempuan
Rumusnya Sex Ratio =
Persentase kematian penduduk laki-laki di Indonesia tahun
Jumlah penduduk
1971.
lakilaki
Jumlah penduduk Rumusnya:
perempuan
Persentase kematian laki-laki = x 100%
Ratio
7
- Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)
Angka Kematian Kasar ialah jumlah kematian pada tahun tertentu
dibagi dengan jumlah penudduk pada pertengahan tahun tersebut. Secara
konvensional, agka kematian untuk 1000 orang dapat dinyatakan dengan :
Jumlah
= kematian pada tahun x
x 1000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun x
CDR
D = xk
P
550+ 650 : Negara A penduduknya 550 pada 31 Desember 1996 dan 650
2
pada 31 Desember 1967. Jadi penduduk pada pertengahan
15 tahun 1967 adalah = 600.
Cont
600 Apabila terdapat 15 kematian pada negara A selama 1967,
oh maka CDR adalah:
Jadi, di Negara A pada tahun 1967 rata-rata terdapat 25 kematian
per 1000 penduduk.
Di negara-negara yang sudah maju, CDR sudah bisa ditekan
sampai dibawah 10 per 1000 penduduk. Sebaliknya di negara-negara yang
masih terbelajang, CDR masih di atas 20 per 1000 penduduk. Pada
umunya CDR dari berbagai negara berkisar antara 5 sampai 35 per 1000
penduduk.
8
digambarkan dengan grafik akan menyerupai huruf U. Semua penduduk
apakah dari negara maju atau negara berkembang mempunyai pola
kematian huruf U ini, perbedaannya hanya dalam tingakatannya.
Walaupun semua penduduk mempunyai pola kematian huruf U, tetapi
apabila diteliti secara seksama, maka pola yang berbentuk U tadi masih
bervariasi antara satu penduduk dan penduduk lainnya.
Grafik Pola Kematian
Resiko
Kematian
Umur
Karena perbedaan risiko kematian menurut umur tersebut,
nanatinya akan dikenal angka kematian hayi, angka kematian bayi anak
dari angka kematian dewasa. Disamping adanya perbedaan risiko kematian
menurut umur, risiko kematian (seperti yang sudah disebut sebelumnya)
juga berbeda menurut jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan san
sebagainya. tergantung pada tujuan aplikasinya, kadang kala risiko
kematian menurut kondisi-kondisi tersebut diatas perlu diketahui.
Risiko kematian yang diperinci menurut variabel-variabel tertentu
tadi dikenal dengan risiko kematian spesifik, yang diukur dengan Angka
Kematian Spesifik (Specific Death Rate). Diantara angka-angka kematian
spesifik, yang paling sering digunakan aadalah Age Specific Death rate
(ASDR). ASDR atau dikenal dengan Angka Kematian Menurut Umur
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah kematianorang = x 1000
berumur i pada tahun x xk
Jumlah penduduk berumur i
pada pertengahan tahun x
Di
ASDR untuk grup umur i
Pi
Keterangan : Di = Jumlah kematian dari orang-orang berumur i
Pi = Jumlah penduduk berumur i (pada pertengahan
tahun)
k = 1000
9
Contoh : ASDR umur 20-24 tahun penduduk negara A pada tahun 1971
adalah 8%. Ini berarti bahwa di negara A pada tahun 1971
terdapat8 kematian dari penduduk yang berumur 20-24 tahun
per1000 penduduk yang berumur 20-24 tahun.
16
penduduk. Pada periode ini angka harapan hidup waktu lahir berkisar anatara
30 sampai 35 tahun. Tingkat kematian kasar pertahun selama periode in sangat
tidak menentu sebagai akibat penyakit tubercolosis, colore, cacar, wabah pes
dan tipus. Meskipun pada masa itu sudah diadakan berbagai tindakan
pencagahan terhadap penyakit-penyakt tersbeut tetapi karena keadaan
perumahan yang tidak sehat dan kekurangan makanan yang bergizi
(malnutrisi), penyakit-penyakit tersebut tetap parah kecuali pes.
Pada tahun 1930an tingkat kematian kasar keliahatan mulai menurun,
tetapi ketenangan ini diganggu oleh perang dunia II pada tahun 1941 dan
didudukinya Indonesia oleh Jepang dari tahun 1942-1945. Setelah itu disusul
oleh perang kemerdekaan dari tahun 1945 hingga 1950. Keadaan ini
menyebabkan tingkat kematian di Indonesia meningkat kembali.
Tahun 1950 (penyerahan kedaulatan) keadaan keamanan di Indonesia
mulai baik. tampak keadaan titik balik dalam arah mortalitas di Idnoensia,
yaitu memperlihatkan kecenderungan menurun perlahan-lahan. Angka harapan
hidup waktu lahir pun kelihatan meningkat pula dan angka ini terus meningkat
sehingga sekitar 1960an perkiraan harapan hidup waktu lahir berkisar antara
40-44 tahun.
Setalah tahun 1960, memang telah ada tendensi penurunan tingkat
kematian, tetapi penurunan ini tidak stabil kadang-kadang mengalami
fluktuasi yang dipengaruhi oleh naik turunya produksi pangan, situasi politik,
dan taraf kesehatan amsyarakat. Produksi pangan dalam tahun 1960an tidak
dapat mengimbangi tingkat pertambahan penduduk. Produksi pangan pada
waktu itu kenaikannnya sebesar 1,8% pertahun, sedang tingkat pertambahan
penduduk sebesar 2,4%. Meskipun produksi beras sebagai bahan pangan
pokok naik hampir sama cepatnya dengan kenaikan jumlah penduduk tiap
tahun tetapi pertambahan itu tidak merata selama jangka waktu tersebut.
Misalnya hingga tahun 1958 produksi beras naik kurang dari satu persen.
Walaupun luas area yang diatanami meningkat tetapi ada kemerosotan sistem
irigasi. Dari tahun 1968 produks padi menignkat lagi karena adnya
intensifikasi dalam bidang pertanian. Program ini dipusatkan pada
penggunaan bibit-biti jenis unggul pupuk dan perbaikan infrastruktur serta
fasilitas kredit.
17
Disamping fluktuasi masalah persediaan pangan kemajuan dibidang
kesehatan tidak menentu. Dalam buku Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pertama ditegaskan. Usaha-usaha dibidang kesehatan yang dilakukan menurut
konsep kesehatan masyarakat yang dimulai sesudah tahun 1950 mencapai
kemajuan setapak demi setapak, tetapi kemudian hasil-hasil yang dicapai itu
mulai menurun lebih lebih semakin lajunya inflasi.
Merosotnya kesehatan masyarakat terjadi baik didaerah perkotaan maupun
didaerah perdesaan. Rumah-rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan
masyarakat lainnya kekurangan obat dan peralatan. Klinik-klinik kesehatan
didaerah perdesan kekurangan dokter maupun obat-obatan sebagai akibat
merosotnya pelayanan kesehatan, penyakit epidemi dan endemi yang dianggap
telah musnah, mulai muncul kembali, dengan demikian nampaknya banyak
dari hasil yang telah tercapai pemberantasan penyakit menular telah muncul
lagi selama tahun-tahun 1960an.
Dengan dimulai rencana Pembangunan Lima Tahun pertama dan
berkurangnya inflasi sesudah 1968, terjadilah perbaikan-perbaikan dibidang
kesehatan masyarakat. PUSKESMAS mulai didirikan di kota-kota kecamatan,
tenaga-tenaga dokter, perwat dan bidan mulai dimobolisir dipusat-pusat
kesehatan tersbeut maka mulai tampak penurunan tingkat kematian di
Indonesia (Mantra, 2007: 106-108).
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Definisi mati dapat diartikan keadaan menghilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup. Untuk memperoleh data kematian dapat digunakan berbagai
macam sumber antara lain: 1. Sistem Registrasi Vital dan, 2. Sensus atau
Survei Penduduk. Untuk mengukur Data Kematian, variabel yang di ukur
adalah; 1. Angka kematian kasar (Crude Death Rate), 2. Angka kematian
18
menurut umur (Age Specific Death Rate), 3. Angka kematian bayi (Infant
Mortality Rate), 4. Tingkat kematian khusus.
Selain itu, yang dimaksud dengan kematian endogen adalah kematian
bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang didapat dari ibunya selama
kehamilan. Sedangkan kematian bayi eksogen adalah kematian bayi disebakan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Pola dan
Tren Kematian di Indonesia memperlihatkan bahwa selama periode sebelum
perang dunia II perkiraan tingkat mortalitas kasar (CDR) di Indonesia sangat
tinggi yaitu antara 28 sampai 35 per1000 penduduk. Pada tahun 1930an
tingkat kematian kasar keliahatan mulai menurun. Sekitar Tahun 1950
(penyerahan kedaulatan) keadaan keamanan di Indonesia mulai baik. tampak
keadaan titik balik dalam arah mortalitas di Idnoensia, yaitu memperlihatkan
kecenderungan menerun perlahan-lahan. Dan pada saat dimulai rencana
Pembangunan Lima Tahun pertama dan berkurangnya inflasi sesudah 1968,
terjadilah perbaikan-perbaikan dibidang kesehatan masyarakat.
B. SARAN
1. Perlu adanya tambahan informasi dan kecukupan sarana kesehatan
bagi masyarakat yang berada di daerah kurang terjangkau.
2. Kepada mahasiswa diharapkan lebih memahami isu-isu terkini
terkait mortalitas yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Mantra, Ida Bagoes. 2007. Demografi Umum Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2006-2-01320-MTIF-Bab%202.pdf diakses
pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 17:05 WIB.
https://balatbangbengkulu.files.wordpress.com/2010/06/mortalitas_bkkbn07.pdf
diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 17:17 WIB.
19
20