Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM : 123160023
1. Jelaskan dan berikan beberapa contohnya apa yang dimaksud dengan professional
sceptisme?
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) , Standar Audit (SA) 200 dikenal
istilah Skeptisisme Profesional. Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap hal-
hal berikut ini:
a. Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh
b. Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan
c. Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur yang disyaratkan oleh SA (Standar
Audit)
d. Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan tanggapan
terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.
Contoh 1
Skeptisisme profesional diperlukan dalam penilaian penting atas bukti audit. Hal ini
mencakup sikap mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif, keandalan dokumen dan
respons terhadap pertanyaan, dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola. Hal ini juga mencakup pertimbangan mengenai
kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh sesuai kondisi perikatan, sebagai contoh:
dalam hal ketika terdapat faktor risiko kecurangan dan suatu dokumen tunggal, yang rentan
terhadap kecurangan, merupakan satu-satunya bukti pendukung bagi suatu angka material
dalam laporan keuangan.
Auditor dapat menganggap catatan dan dokumen yang diterimanya asli, kecuali auditor
memiliki alasan untuk meyakini sebaliknya. Namun, auditor tetap diharuskan untuk
mempertimbangkan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit. Jika
terdapat keraguan terhadap keandalan informasi atau terdapat indikasi kemungkinan adanya
kecurangan (sebagai contoh, jika kondisi yang teridentifikasi selama audit menyebabkan auditor
untuk meyakini bahwa suatu dokumen tidak otentik atau isi dokumen telah dimanipulasi), SA
mengharuskan auditor untuk menginvestigasi lebih lanjut dan menentukan perlu atau tidak
perlunya dilakukan modifikasi atau penambahan terhadap prosedur audit untuk menyelesaikan
hal tersebut.
Auditor tidak dapat mengabaikan pengalaman lalu mengenai kejujuran dan integritas
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. Namun, suatu
keyakinan bahwa manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola adalah jujur
dan memiliki integritas tidak melepaskan auditor dari kebutuhan untuk memelihara skeptisisme
profesional atau memperbolehkan auditor menerima bukti audit yang kurang persuasif, ketika
memperoleh keyakinan yang memadai.
2. Jelaskan dan berikan beberapa contohnya apa yang dimaksud dengan pelanggaran
kode etik?
Contoh 1 Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor
Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara
tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis,
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan
audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya
mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan
kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI &
R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor
akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan
laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan, ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan
memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya
tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar human error atau kesalahan
dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada
berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa
akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank
tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu, tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari
kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode
etik profesi akuntan.
Komentar :
Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi,
dimana seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
Selain itu seharusnya tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan
publik, yaitu dengan cara menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik sesuai dengan prinsip integritas. Seharusnya tidak
melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya
dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, dan
melanggar prinsip kedelapan yaitu standar teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan
pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara,
amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK
meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK
sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebeumnya, kecuali untuk teknologi
informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan
setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati
pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma.
Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor
BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama
dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap
upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua
kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor
yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
komentar: Berdasarkan kode etik akuntan, kami lebih setuju dengan pendapat yang kedua,
yaitu bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut, meskipun pada dasarnya
tujuannya dapat dikatakan mulia. Perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan karena beberapa
alasan, antara lain bahwa auditor tidak seharusnya melakukan komunikasi atau pertemuan
dengan pihak yang sedang diperiksanya. Tujuan yang mulia seperti menguak kecurangan yang
dapat berpotensi merugikan negara tidak seharusnya dilakukan dengan cara- cara yang tidak
etis. Tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara-cara, teknik, dan prosedur profesi yang
menjaga, menjunjung, menjalankan dan mendasarkan pada etika profesi. Auditor dalam hal ini
tampak sangat tidak bertanggung jawab karena telah menggunakan jebakan uang untuk
menjalankan tugasnya sebagai auditor.