Вы находитесь на странице: 1из 80

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN :
PENERIMAAN PASIEN BARU (PPB) DAN SENTRALISASI OBAT (SO)

Oleh:
KELOMPOK 2

DINA KARAWATI NIM. 131311123002


DIANA HARDIYANTI NIM. 131311123011
STEFANI ANGEL K. NIM. 131311123020
NOVIANI NASTITI S. NIM. 131311123035
ANDRIAN PUJO P. NIM. 131311123061
MIFTACHUL JANNAH NIM. 131311123071
M. ROMADHON R. NIM. 131311123078
FITRIANI NIM. 131311123081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala


rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Manajemen Keperawatan tentang Penerimaan Pasien
Baru dan Sentralisasi Obat.
Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moral
maupun materil. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya di
sampaikan kepada :
1. Ibu Nuzul Quraniati, S.Kep.Ns., M.Ng. selaku PJMA dan fasilitator mata ajar
Manajemen Keperawatan.
2. Teman-teman satu kelompok 2 yang bekerjasama dalam membantu
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


sehingga kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan
makalah selanjutnya yang lebih baik supaya dapat bermanfaat untuk kita semua.

Surabaya, September 2014

Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan telah
memiliki otonomi, sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan manajemen yang seefektif mungkin. Salah
satu upaya untuk menunjang mutu pelayanan di rumah sakit adalah dengan
memperbaiki sistem penerimaan pasien dan sentralisasi obat. Penerimaan pasien
merupakan bagian vital dari rumah sakit yang meliputi penerimaan pasien rawat
jalan dan penerimaan pasien rawat inap, sedangkan sentralisasi obat merupakan
cara pengelolaan obat pasien yang diserahkkan sepenuhnya kepada perawat,
perawat bertugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap pengeluaran
dan pembagian obat pasien, baik obat oral maupun injeksi.
Hasil pengumpulan data di Rumah Sakit Universitas Airlangga yang
dilakukan pada tanggal 17-18 September 2014 melalui metode wawancara,
observasi dan dokumentasi mendapatkan data bahwa penerimaan pasien baru
sudah dilakukan sesuai standar, namun masih belum maksimal. Lembar tata tertib
pasien dan pengunjung ruangan serta hak kewajiban pasien belum ada secara
tertulis. Pada pelaksanaannya keluarga pasien kurang dapat mengikuti aturan
mengenai tata tertib penunggu pasien secara disiplin karena keluarga pasien ingin
menunggu keluarga yang sakit secara bersamaan dan perawat juga kesulitan
mengaturnya karena keterbatasan tenaga dan waktu. Sentralisasi obat telah
dilakukan dengan sistem tersentralisasi one day dose (ODD) pada jenis obat oral
maupun obat injeksi, kecuali syrup masih disimpan ditempat pasien. Sistem
sentralisasi ODD adalah pengelolaan obat yang menyediakan kebutuhan obat
pasien selama 24 jam. Belum ada standar operasional prosedur tertulis mengenai
sentralisasi obat, namun alur sentralisasi obat yang telah disepakati adalah obat
diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan kepada perawat.
Pemenuhan tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan yang
profesional merupakan tanggung jawab perawat, hal ini dapat dimulai dengan
adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak
masuk ke ruangan sampai pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang dilakukan
tidak sesuai standar dan pengelolaan obat secara sentralisasi yang tidak
bertanggung jawab akan menyebabkan penurunan mutu kualitas pelayanan
perawat yang pada akhirnya menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap
pelayanan professional oleh tenaga kesehatan di suatu rumah sakit.

Pelayanan kesehatan yang optimal harus segera diwujudkan dengan


menangani berbagai permasalahan yang ditemukan dalam hal penerimaan pasien
baru dan sentralisasi obat yaitu dengan cara membuat buku panduan pemberian
informasi yang ditujukan untuk pasien baru dan keluarganya serta menyampaikan
informasi yang lebih lengkap terkait sentralisasi obat dan meminta persetujuan
pasien atau keluarga dalam pelaksanaan sentralisasi obat selama pasien dirawat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan alur penerimaan pasien baru dan
pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan prosedur yang tepat.

1.2.2 Tujuan khusus


1) Mahasiswa mengetahui alur penerimaan pasien baru dan pelaksanaan
sentralisasi obat sesuai dengan prosedur yang tepat.
2) Mahasiswa mampu menyusun alur penerimaan pasien baru dan pelaksanaan
sentralisasi obat sesuai dengan prosedur yang tepat.
3) Mahasiswa mampu mengimplementasikan alur penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat sesuai dengan prosedur yang tepat.
4) Mahasiswa mampu mengevaluasi alur penerimaan pasien baru dan sentralisasi
obat sesuai dengan prosedur yang tepat.
BAB 2
PENGKAJIAN

Hasil dari PBP yang dilakukan mahasiswa di ruangan rawat inap lantai 3
RSUA tentang kegiatan keperawatan pada saat penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat adalah sebagai berikut:

2.1 Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru


Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan mahasiswa kepada
wakil kepala ruangan rawat inap lantai 3 RSUA diperoleh informasi mengenai
jumlah anggota tim dalam ruangan tersebut yaitu berjumlah 17 orang Sarjana
Keperawatan NERS yang terdiri dari 1 orang kepala ruangan (Karu), 1 orang
wakil kepala ruangan (Wakaru), 3 orang perawat primer (PP) dan 12 orang
perawat pelaksana /associate (PA). Perlu diketahui perawat primer ialah perawat
yang bertugas terhadap semua aspek asuhan keperawatan, dengan metode
penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Sedangkan perawat associate adalah perawat yang membantu
perawat primer dalam pelaksaan penerimaan pasien baru, pengkajian, dan
pemeriksaan fisik pasien baru, kata Wakil Kepala Ruangan Rawat Inap Lantai 3
RSUA
Wakaru Rawat Inap Lantai 3 RSUA mengatakan, Alur penerimaan pasien
baru yang dilaksanakan pada shift pagi adalah dimulai dari perawat IGD
menghubungi Karu untuk menanyakan kesiapan menerima pasien baru seperti
menanyakan ada atau tidak ruangan atau kamar yang masih kosong dan siap
ditempati pasien baru dan Karu mendapatkan deskripsi umum terkait pasien yang
akan dimasukkan ke ruangannya tentang penyakit pasien baru tersebut.
Selanjutnya Karu menginformasikan kepada tim dalam hal ini 1 orang PP dan 1
orang PA untuk bertanggungjawab memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien baru yang akan datang. PA bertanggung jawab terhadap pasien baru mulai
dari menyiapkan ruangan dengan tempat tidur baru, menyiapkan kotak obat, serta
kelengkapan lainnya yang dibutuhkan. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
selanjutnya yaitu pasien diterima oleh Karu dan PP/perawat yang diberi delegasi
untuk bertanggung jawab terhadap pasien baru tersebut, selanjutnya perawat
menunjukkan dan mengantarkan pasien menuju kamar atau tempat tidur yang
telah ditetapkan, memindahkan pasien dari branchard ke tempat tidur di bantu
dengan perawat lain (dalam hal ini perawat IGD yang ikut mengantar pasien ke
ruangan), selanjutnya perawat kembali mengatur tetesan infus pasien, membuat
pasien nyaman dan aman, kemudian perawat kembali ke nurse station untuk
melakukan timbang terima. Wakaru mengatakan, Setelah selesai timbang terima,
PP akan memberikan penjelasan mengenai poin-poin yang ada dalam lembar
penerimaan pasien baru kepada pasien dan keluarga dan meminta tanda tangan
kepada pasien/keluarga selesai diberi penjelasan. Pada saat observasi mahasiswa
tidak melihat adanya penjelasan dari PP pada pasien baru dan keluarga tentang
peraturan dan tata tertib, hak dan kewajiban, fasilitas, dan lain sebagainya.
Orientasi ruangan dan discharge planning pada tahap pre juga tidak langsung
dilakukan kepada pasien maupun keluarga saat memasuki ruangan rawat inap.
Observasi dokumen yang dilakukan dari 8 rekam medis terdapat 2 rekam medis
yang tidak ditemukan bukti pelaksanaan orientasi oleh perawat ruangan.Wakaru
juga menjelaskan, Apabila penerimaan pasien baru dilakukan di luar shift pagi
yaitu sore dan malam dan Karu tidak ada di tempat, maka penerimaan pasien baru
diatur oleh penanggung jawab shift yang telah ditentukan sebelumnya oleh Karu
di ruangan tersebut. Prosedur pelaksanaan pada shift sore dan malam sama dengan
shift pagi.

2.2 Pelaksanaan Sentralisasi obat


Hasil wawancara kepada Wakaru tentang sentralisasi obat diperoleh
informasi bahwa sentralisasi obat dijalankan dengan sistem tersentralisasi ODD
(one day dose) pada jenis obat injeksi maupun oral. Wakaru Rawat Inap Lantai 3
RSUA berkata, Sistem sentralisasi ODD adalah pengelolaan obat yang
menyediakan kebutuhan obat pasien selama 24 jam. Seminimal mungkin
dikondisikan pasien dan keluarga tidak terlibat dalam pengelolaan obat
(penyerahan resep ke apotek dan pengambilan obat dari apotek untuk diserahkan
ke ruang rawat inap). Perlu diketahui yang dimaksud sentralisasi obat ialah
pengelolaan obat pasien oleh perawat, perawat bertugas melakukan pengaturan
dan pengawasan terhadap pengeluaran dan pembagian obat pasien, baik obat oral
maupun injeksi. Untuk obat dalam bentuk syrup biasanya diletakkan di kamar
pasien, namun pemantauannya tetap dilakukan oleh perawat. Dikatakan juga oleh
wakaru, Apabila obat yang diresepkan oleh dokter tidak ada di apotek rumah
sakit maka keluarga pasien akan diinformasikan oleh perawat untuk mencari obat
tersebut di apotek luar dengan membawa fotocopy resep dokter. Selanjutnya obat
tersebut tetap diserahkan kepada perawat. Wawancara terhadap perawat IRNA
lantai 3 RSUA menyatakan bahwa obat yang sudah ada pada perawat telah
dibuatkan jadwal oleh petugas farmasi sesuai dosis dan waktu pemberian, serta
ditulis dalam etiket obat. Penulisan dalam medication chart menggunakan sistem
checker yaitu obat dari farmasi akan dicek kembali oleh perawat dengan
mencantumkan paraf perawat.
Masalah pada proses sentralisasi obat yang dilihat oleh mahasiswa adalah
persetujuan antara perawat dan pasien sudah dilakukan secara lisan (informed)
namun belum dilakukan secara tertulis (consent).
Untuk pasien dengan jenis pembiayaan umum jika harga obat diatas Rp
100.000,00, maka perawat akan menunjukkan harga dan resep tersebut kepada
pasien dan keluarga pasien dengan tujuan untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis, namun bila harga dibawah RP 100.000,00 maka keluarga tidak akan
dimintai persetujuan terlebih dahulu. Resep akan diambil oleh petugas depo
farmasi setelah mendapat persetujuan dari keluarga pasien, kemudian keluarga
akan melunasi biaya pembelian obat tersebut di bagian administrasi/kasir dan
diberi kuitansi. Selanjutnya petugas depo farmasi akan mengantar obat sesuai
kebutuhan pasien dalam 24 jam. Bagi pengguna BPJS obat telah disesuaikan
dengan formulasi nasional yang telah ditentukan, apabila obat yang dibutuhkan
tidak ter cover dalam formulasi nasional maka akan dibuatkan resep oleh dokter
untuk ditebus secara mandiri. Untuk keperluan obat selanjutnya di RSUA jika
pasien yang memakai pembiayaan jamkesmas Non Kuota maka obat langsung
dari depo farmasi. Sedangkan yang memakai pembiayaan umum biasanya
memakai pembiayaan down payment dan dilantai 3 telah dilakukan cross check.
Jika persediaan obat di depo farmasi habis, maka pasien diberi resep dan boleh
menebusnya di luar RSUA. Sebelum pemberian obat, perawat akan menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping obat kepada pasien.
Jika pasien dinyatakan pulang atau meninggal, maka obat sisa yang tidak
tercover oleh jaminan (beli sendiri) akan dikembalikan ke depo farmasi untuk
diganti dengan uang (return) dengan menunjukkan kuitansi pembelian. Bila
terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau alur pemberian obat, maka
informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan pihak farmasi akan
mengkonfirmasi ulang saat datang ke ruangan. Untuk pasien pulang paksa maka
obat akan disesuaikan dengan advice atau resep dokter. Obat luar yang dibawa
pasien baru akan didata dalam daftar medication chart, jika sesuai advis dokter
rawat inap RSUA lantai 3 maka akan tetap diberikan. Obat yang tidak dipakai
akan disimpan dan dikembalikan setelah pasien pulang, pulang paksa atau
meninggal. Proses sentralisasi obat (ODD) tetap berlangsung pada hari libur dan
petugas depo farmasi sebagai penanggung jawab obat pada hari tersebut.
Proses pemberian obat di RSUA mengedepankan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien yang dibuktikan dengan tidak adanya laporan medical error
tentang kesalahan pemberian jenis obat, pasien dan rute pemberian. Proses
pengoplosan obat yang dilaksanakan satu persatu sesuai advice dokter dan adanya
crosscheck untuk memastikan 6 Tepat + 1 W menyebabkan proses pemberian
obat berlangsung lama dan menyebabkan beban kerja perawat meningkat dan 6
perawat menyatakan proses timbang terima dilaksanakan tidak tepat waktu.
2.3 Alur Penerimaan Pasien Baru Dan Sentralisasi Obat
2.3.1 Alur Penerimaan pasien baru

Gambar 2.1 Pasien baru diantar ke Gambar 2.2 Perawat sedang membaca
ruangan. rekam medis pasien baru

Pasien baru masuk melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun


Instalasi Rawat Jalan. Perawat dari IGD dan atau rawat jalan akan memesan
ruangan ke rawat inap yang sesuai dengan kasus/penyakit yang diderita. Pada saat
ada pesanan ruangan rawat inap maka PP atau PA akan menyiapkan tempat tidur
dan format rekam medis yang dibutuhkan untuk pasien baru tersebut.
Perawat IGD dan atau rawat jalan akan mengantar pasien dan keluarga
menuju ruang rawat inap. Pasien dan keluarga akan diterima oleh PP dan PA. PP
dan atau PA akan mengantar pasien dan keluarga menuju tempat tidurnya,
selanjutnya PP dan atau PA akan melakukan serah terima pasien dengan perawat
IGD atau rawat jalan.
PP selanjutnya memanggil keluarga pasien untuk diberikan informasi
untuk pasien yang baru dirawat dan menjelaskan tentang sentralisasi obat.
Keluarga pasien akan diminta paraf/tandatangan persetujuan dan nama jelas
setelah informasi selesai diberikan. Observasi yang dilakukan oleh mahasiswa
mendapatkan data bahwa panduan pemberian informasi tentang tata tertib pasien
dan pengunjung ruangan serta hak kewajiban pasien belum dibuat secara tertulis,
sehingga pemberian informasi secara lisan oleh perawat ruangan tidak seragam.
Selain itu perawat ruangan tidak langsung menjelaskan pemberian informasi
untuk sebagian pasien baru, sehingga muncul beberapa masalah seperti keluarga
pasien yang ingin menunggu pasien yang sakit secara bersamaan dan pengunjung
yang datang di luar jam besuk.
PP dan atau PA akan ke tempat tidur pasien untuk melakukan pengkajian
dan pemeriksaan fisik guna menentukan diagnosis dan rencana keperawatan yang
akan diberikan, kemudian dilakukan pendokumentasian pada status Rekam Medis
(RM) pasien baru tersebut.
Sarana yang telah tersedia untuk penerimaan pasien baru di IRNA lantai 3
RSUA adalah:
1) Alur penerimaan pasien baru.
2) SPO penerimaan pasien baru rawat inap.
3) SPO penerimaan pasien baru rawat jalan.
4) SPO penerimaan pasien baru rawat inap melaui IGD.
5) Lembar penerimaan pasien baru.
6) Lembar format pengkajian pasien.
7) Nursing kit, alat kesehatan.

2.3.2 Alur Sentralisasi obat


Data yang didapatkan pada saat observasi antara lain sudah ada buku
kumpulan SPO (Standar Operasional Prosedur) untuk pemberian obat IV, IM, IC,
SC, obat per-oral, per-telinga, hidung, mata, topikal, penyimpanan obat, peresepan
obat, pemberian obat, penyaluran obat dan pencampuran obat. Pada lembar rekam
medis sudah terdapat format dokumentasi medication chart yang dilengkapi kotak
checker dan giver serta pedoman pengisian sebagai bentuk keabsahan dan
keamanan bagi pasien maupun perawat. Lembar medication chart oral berwarna
kuning dan obat parenteral berwarna biru.
1) Pengelolaan Resep

Gambar 2.3 Resep yang telah ditulis dikumpulkan dalam satu wadah untuk
kemudian diambil petugas farmasi.

Resep yang ditulis oleh dokter selanjutnya akan dimasukkan dalam satu
wadah tertentu untuk kemudian diambil oleh petugas farmasi. Obat yang selesai
diracik sesuai kebutuhan pasien dalam 24 jam oleh petugas farmasi akan diantar
ke ruang rawat inap dan diserahkan kepada perawat ruang rawat inap tanpa
adanya bukti lembar serah terima obat.
2) Penyimpanan Obat Pasien

Gambar 2.4 Cairan infus disimpan di wadah-wadah dalam rak lemari yang
diberi label nama cairan
Gambar 2.5 Obat pasien yang akan Gambar 2.6 Obat pasien disimpan di
diberikan disimpan dalam wadah-wadah dalam rak
wadah berlabel identitas lemari yang diberi label
pasien dan waktu identitas pasien pemilik
pemberian

Dari observasi yang dilakukan kami melihat sentralisasi obat berjalan


dengan baik. Dari kotak-kotak obat yang tersusun rapi dilengkapi dengan identitas
pasien, dan format pemberian obat juga dilengkapi dengan baik. Obat yang akan
diberikan kepada pasien sesuai jadwalnya, disiapkan terlebih dahulu oleh petugas
depo farmasi yang kemudian dikelola oleh perawat.
Obat, cairan infus, alat kesehatan maupun bahan habis pakai yang telah
diserahkan petugas farmasi selanjutnya akan disimpan perawat ruang rawat inap
pada wadah-wadah yang telah diberi label identitas pasien pemilik, kemudian
akan disusun di rak/lemari. Penyimpanan ini juga harus memperhatikan saran
suhu ruangan yang tercantum pada masing-masing obat agar tidak mempengaruhi
efektifitas obat dan masa kadaluarsa. Dalam hal penyimpanan, masalah yang
ditemukan mahasiswa ialah ruangan maupun tempat-tempat penyimpanan obat
terbuka tidak dilengkapi dengan kunci, sehingga masalah keamanan masih
kurang.
Obat akan diberikan sesuai advis dokter dan telah terjadwal di medication
chart, baik oral maupun parenteral. Obat yang akan diberikan diletakkan pada
wadah-wadah yang diberi label nama pasien dan waktu pemberian.
3) Pencatatan Pemberian Obat

Gambar 2.7 Pengisian lembar parenteral medication chart

Jenis obat, jumlah dan rute pemberian ditulis dokter pada medication
chart, kemudian diparaf/tanda tangan. Perawat selanjutnya akan menjadwal waktu
pemberian sesuai advis dokter dan memberikan obat tersebut sesuai jadwal. Paraf
diisi oleh perawat yang memberi obat selesai melaksanakan tugasnya dan perawat
yang melakukan cross check/pemeriksaan. Obat yang tidak diberikan harus ditulis
alasannya (R: Reject, F: Fasting, C:Condition atau A: Absent).
Obat yang dihentikan harus ditulis STOP di kolom tanggal pemberian
obat oleh dokter pemberi terapi dan diberi paraf. Bila ada penggantian obat, baik
dosis, rute maupun frekuensi, resep obat pertama harus dihentikan (STOP) dan
ditulis ulang pada kolom yang baru.
2.4 Analisis Masalah
Setelah dilakukan pengkajian, ditemukan beberapa permasalahan di ruang rawat inap lantai 3 RSUA, yang harus di analisis untuk
menentukan prioritas masalah dan menyusun perencanaan yang akan dilakukan dengan menggunkan metode SWOT berikut ini.

Tabel 2.1 : Analisis SWOT Penerimaan Pasien Baru Dan Sentralisasi Obat Di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RSUA

NO. ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING HASIL


1. PENERIMAAN PASIEN BARU
A. Internal Faktor (IFAS) S-W
1) Strength
(1) Semua perawat di ruangan tersebut adalah lulusan S1 Keperawatan 4,2-3,6
NERS. 0,2 4 0,8 = 0,6
(2) Tersedia sarana untuk penerimaan pasien baru yaitu:
0,2 4 0,8
a) Alur penerimaan pasien baru.
b) SPO penerimaan pasien baru rawat inap.
c) SPO penerimaan pasien baru rawat jalan.
d) SPO penerimaan pasien baru rawat inap melaui IGD.
e) Lembar penerimaan pasien baru.
f) Lembar format pengkajian pasien.
g) Nursing kit, alat kesehatan.
(3) Pelaksanaan penerimaan pasien baru yaitu pasien diterima oleh Karu, 0,3 4 1,2
PP/ perawat yang diberi delegasi untuk bertanggung jawab terhadap
pasien baru tersebut.
(4) Apabila penerimaan pasien baru dilakukan di luar shift pagi yaitu
0,2 3 0,6
sore dan malam dan Karu tidak ada di tempat, maka penerimaan
pasien baru diatur oleh penanggung jawab shift yang telah
ditentukan sebelumnya oleh Karu di ruangan tersebut.
(5) PP memberikan informasi terkait kepentingan pasien dan ketentuan 0,4 2 0,8
yang berlaku di ruangan secara lisan.

2) Weakness
(1) Belum ada panduan pemberian informasi secara tertulis tentang 0,5 3 1,5
orientasi pasien baru tentang peraturan dan tata tertib, hak dan
kewajiban, fasilitas, dan lain sebagainya.
(2) Discharge palnning pada tahap pre belum dilaksanakan. 0,4 3 1,2
(3) Orientasi secara lisan tidak langsung disampaikan saat pasien 0,3 3 0,9
memasuki ruangannya.

B. Eksternal Faktor (EFAS)


1) Opportunity O-T
(1) Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang melakukan praktik 0,3 3 0,9 2,1-3,0
manajemen. = -0,9
(2) Pemahaman pasien dan keluarga tentang perawatan di rumah sakit
0,4 3 1,2
semakin meningkat.

2) Threathened
(1) Keluarga pasien kurang dapat mengikuti aturan mengenai tata tertib 0,3 2 0,6
penunggu pasien secara disiplin, seperti keluarga ingin menunggu
pasien yang sakit secara bersamaan dan pengunjung yang datang di
luar jam besuk.
0,4 3 1,2
(2) Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelayanan kesehatan
yang profesional semakin tinggi.
(3) Tuntutan tinggi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang 0,4 3 1,2
optimal.
2. SENTRALISASI OBAT
A. Internal Faktor (IFAS) S-W
1) Strength 8,1-6,4
(1) Sentralisasi obat telah dilakukan dengan sistem tersentralisasi one = 1,7
day dose (ODD). 0,3 4 1,2
(2) Seminimal mungkin dikondisikan pasien dan keluarga tidak terlibat
0,2 3 0,6
dalam pengelolaan obat (pengantaran resep ke apotek dan
pengambilan obat ke apotek untuk diserahkan pada perawat ruangan).
(3) Untuk mencari obat di apotik luar keluarga pasien membawa hanya 0,2 3 0,6
fotocopy resep dokter dan selanjutnya obat tersebut tetap diserahkan
kepada perawat.
(4) Untuk pasien dengan jenis pembiayaan umum jika harga obat diatas 0,3 2 0,6
Rp 100.000,00, maka perawat akan menunjukkan harga dan resep
tersebut kepada pasien dan keluarga pasien dengan tujuan untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis.
(5) Sebelum pemberian obat perawat telah menjelaskan macam obat, 0,3 2 0,6
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping obat kepada pasien.
0,3 2 0,6
(6) Obat yang tersisa akan dikembalikan ke depo farmasi untuk diganti
dengan uang (return) dengan menunjukkan kuitansi pembelian.
(7) Apabila terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau alur 0,3 3 0,9
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan pihak farmasi akan mengkonfirmasi ulang saat datang
ke ruangan.
(8) Proses sentralisasi obat tetap berlangsung pada hari libur dan petugas 0,2 3 0,6
depo farmasi sebagai penanggung jawab obat pada hari tersebut.
(9) Proses penyiapan obat dilaksanakan satu persatu dan adanya 0,4 4 1,6
crosscheck.
0,2 4 0,8
(10) Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi
obat, yaitu.
a) Buku kumpulan Standar Operasional Prosedur (SPO) untuk
pemberian obat
b) Format dokumentasi medication chart yang dilengkapi kotak
checker dan giver serta pedoman pengisisan sebagai bentuk
keabsahan dan keamanan bagi pasien maupun perawat
c) Rak penyimpanan obat untuk masing-masing pasien yang telah
diberi label identitas pasien yang tersusun di lemari khusus obat.
2) Weakness
(1) Persetujuan antara perawat dan pasien dalam proses sentralisasi obat 0,3 3 0,9
sudah dilakukan secara lisan (informed) namun belum dilakukan
secara tertulis (consent)
(2) Tidak ada lembar serah terima obat pasien/keluarga dan perawat. 0,2 3 0,6
(3) Petugas farmasi mengantar obat ke ruang rawat inap dan diserahkan
0,3 3 0,9
kepada perawat ruang rawat inap tanpa adanya bukti lembar serah
terima obat.
(4) Proses pemberian obat berlangsung lama dan menyebabkan beban 0,3 4 1,2
kerja perawat meningkat dan proses timbang terima dilaksanakan
tidak tepat waktu.
(5) Ruangan maupun tempat-tempat penyimpanan obat terbuka tidak 0,4 4 1,6
dilengkapi dengan kunci, sehingga masalah keamanan masih kurang
(6) SPO sentralisasi obat belum ada. 0,4 3 1,2

B. Eksternal Faktor (EFAS)


1) Opportunity O-T
(1) Adanya mahasiswa S1 Keperawatan yang praktik manajemen 0,3 3 0,9 3,0- 2,2
keperawatan. = 0,8
(2) Adanya kebijakan institusi dalam sentralisasi obat. 0,5 3 1,5
(3) Dokter ikut berperan serta dalam menuliskan medication chart. 0,3 2 0,6
2) Threathened
(1) Tuntutan pasien untuk mendapat pelayanan yang profesional. 0,3 2 0,6
(2) Beban kerja perawat yang tinggi beresiko terjadinya kesalahan dalam 0,4 4 1,6
pemberian obat

2.5 Prioritas Masalah

Tabel 2.2 Daftar Prioritas Masalah

Skor Analisis SWOT


Masalah Prioritas
IFAS EFAS
Penerimaan Pasien Baru 0,6 -0,9 1
Sentralisasi Obat 1,7 0,8 2
Penentuan prioritas masalah kelompok menggunakan metode
brainstorming dengan menuliskan pendapat masing-masing anggota kelompok
tentang prioritas masalah yang harus diambil, kemudian dilakukan analisis
masalah yang harus segera diatasi. Berikut ini adalah prioritas masalah yang
kelompok rumuskan:
1) Penerimaan pasien baru, karena dengan pemberian informasi yang benar sejak
awal maka akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dengan
pasien dan keluarga, serta menurunkan ketidakpuasan pelanggan.
2) Sentralisasi obat, karena dengan sistem pengelolaan obat yang benar maka
penggunaan obat pasien akan lebih efisien dan akan mengurangi biaya yang
harus dikeluarkan pasien ataupun jaminan yang menanggung.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penerimaan Pasien Baru


3.1.1 Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan
pasien baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan keperawatan,
khususnya pada rawat inapatau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien
baru, maka sampaikan beberapa hal mengenai orentasi ruang, pengenalan
ketenagaan perawat-medis, dan tata tertib ruang, serta penyakit (Nursalam, 2014).

3.1.2 Tujuan
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik.
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien.
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.

(Nursalam, 2014)

3.1.3 Tahapan Penerimaan Pasien Baru


1) Tahap Penerimaan Pasien Baru
a) Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b) Menyiapkan kelengkapan kamarsesuai pesanan.
c) Menyiapkan format penerimaan pasien baru.
d) Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan.
e) Menyiapkan informed concent sentralisasi obat.
f) Menyiapkan nursing kit.
g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung ruang.
2) Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
a) Pasien datang diruang diterima oleh kepala ruang/perawat primer/perawat
yang diberi delegasi.
b) Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
c) Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur pasien dan mengantar ketempat
yang telah ditetapkan.
d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien dari tempat tidur
(apabila pasien datang dengan branchard/kursi roda).
e) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
f) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan, perawat
memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang orientasi ruang,
keperawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi
obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata
tertib ruang serta penyakit.
g) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
h) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent sentralisasi obat.
i) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan
pasien.
j) Perawat mulai melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan
format.
3) Hal Hal Yang Perlu Diperhatikan
a) Pelaksanaan secara efektif dan efisien.
b) Dilakukan oleh kepala ruang atau perawat primer dan/atau perawat
associate yang telah diberi wewenang/delegasi.
c) Saat pelaksanaan tetap terjaga privasi pasien.
d) Ajak pasien komunikasi yang terbaik dan beri sentuhan terapeutik.
4) Peran Perawat dalam Penerimaan Pasien Baru
a) Kepala Ruang (Karu)
1. Menerima pasien baru.
2. Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru.
b) Perawat primer/ ketua tim (PP)
Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
Mengorientasikan pasien baru ruang.
Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung
jawab.
Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
kepada perawat associate.
Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
c) Perawat Associate (PA)
Membantu perawat primer dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru,
pengkajian, dan pemeriksaan fisik pada pasien baru .
d) Alur Penerimaan Pasien Baru
Pra Karu memberitahukan PP ada pasien baru

PP menyiapkan :
1. Lembar pasien MRS
2. Buku status dan lembar format pengkajian pasien
3. Nursing kit
4. Informed concent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
6. Lembar tingkat kepuasan pasien
7. Tempat tidur pasien baru

Pelaksanaan KARU, PP dan PA menyambut pasien

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam


lembar penerimaan pasien baru

Anamnesis pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi Terminasi

Evaluasi

Sumber : Nursalam (2014)

Gambar 2.1 Diagram Alur Penerimaan Pasien Baru


3.1.4 Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap (JCI, 2013)
(REVISI: BU NUZUL MINTA KITA GUNAKAN YG DARI JCI)
1) Screening Pendaftaran ke Rumah Sakit:
a) Pasien yang mungkin dirawat di rumah sakit atau yang mencari layanan
rawat jalan disaring untuk mengidentifikasi apakah kebutuhan perawatan
kesehatan mereka sesuai misi dan sumber daya rumah sakit.
b) Pasien dengan muncul, mendesak, atau kebutuhan mendesak diberikan
prioritas untuk penilaian dan pengobatan.
c) Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien dan
menginformasikan pasien ketika ada masa menunggu atau penundaan
untuk layanan diagnostik dan / atau perawatan.
2) Pendaftaran ke rumah sakit:
a) Rumah sakit memiliki proses untuk menerima pasien rawat inap dan
pasien rawat jalan untuk mendaftar.
b) Kebutuhan pasien untuk layanan pencegahan, paliatif, kuratif, dan
rehabilitatif diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien pada saat masuk
sebagai pasien rawat inap ke rumah sakit.
c) Pada penerimaan sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga menerima
informasi tentang perawatan yang diusulkan, hasil yang diharapkan dari
perawatan, dan setiap biaya yang diharapkan kepada pasien untuk
perawatan.
d) Rumah sakit mengembangkan proses untuk mengelola aliran pasien di
seluruh rumah sakit.
e) Masuk ke unit yang menyediakan layanan intensif atau khusus ditentukan
oleh kriteria yang telah ditetapkan.
f) Discharge dari unit yang menyediakan layanan intensif atau khusus
ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan.
3) Kelanjutan perawatan:
a) Desain rumah sakit dan melaksanakan proses untuk memberikan
kontinuitas layanan perawatan pasien di rumah sakit dan koordinasi antar
praktisi kesehatan.
b) Selama semua fase rawat inap, ada individu yang memenuhi syarat
diidentifikasi sebagai bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
c) Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien ditransfer bersama
pasien.
4) Discharge, Referral, and Follow-Up:
a) Ada proses untuk rujukan atau pemulangan pasien yang didasarkan pada
status kesehatan pasien dan kebutuhan untuk melanjutkan perawatan atau
jasa.
(1) Pendidikan dan pengajaran pasien dan keluarganya terkait dengan
kebutuhan terus pasien perawatan.
(2) Rumah sakit bekerja sama dengan praktisi kesehatan dan lembaga-
lembaga luar untuk memastikan arahan tepat waktu.
b) Ringkasan debit lengkap disiapkan untuk semua pasien rawat inap
(1) Pendidikan pasien dan instruksi tindak lanjut diberikan dalam bentuk
dan bahasa pasien dapat memahami
(2) Catatan klinis pasien rawat inap berisi salinan ringkasan debit.
c) Catatan pasien rawat jalan yang membutuhkan perawatan yang rumit atau
dengan diagnosa yang kompleks berisi profil dari perawatan medis dan
dibuat tersedia untuk praktisi kesehatan memberikan perawatan kepada
pasien.
d) Rumah sakit memiliki proses untuk manajemen dan tindak lanjut dari
pasien yang memberitahu staf rumah sakit bahwa mereka berniat untuk
meninggalkan melawan nasihat medis.
(1) Rumah sakit memiliki proses untuk pengelolaan pasien yang
meninggalkan rumah sakit terhadap nasihat medis tanpa
memberitahukan staf rumah sakit.

3.1.5 Peran dan Tanggung Jawab dalam waktu 24 jam (RSCM, 2012)
1) Mengalokasikan Perawat: Perawat harus diidentifikasi secara jelas dan
seorang perawat mempertimbangkan masalah yang mungkin mempengaruhi
keterlibatan pasien dengan melihat, gender dan etnis.
2) Perbarui Informasi Pasien: Pasien akan ditambahkan ke layanan pengguna
papan harian yang ada di nurse station agar perawat bisa memantau secara
langsung dan kontinue jumlah dan acara pasien.
3) Pasien Properti: Proses penerimaan harus mencakup pemeriksaan barang
sesuai pasien. Barang-barang berisiko seperti obat-obatan, benda tajam dan
barang-barang selundupan lainnya seperti obat-obatan terlarang, alkohol dan
korek api harus dihilangkan. Memberikan informasi kepada pasien mengenai
penyimpanan properti di lemari yang dikunci dan laci. Perawat harus
menyelesaikan daftar periksa properti dan disclaimer. Untuk staf bimbingan
penuh harus mengacu pada SOP untuk log Properti, Kebijakan untuk
penggunaan pengelolaan disclaimer. Hasil dari semua bidang ini akan
disimpan dalam catatan properti pasien.

3.2 Sentralisasi Obat


3.2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah perawat mengelola sepenuhnya obat yang akan
diberikan kepada pasien (Nursalam, 2011). Kontroling atau pengawasan terhadap
penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat, sehingga
perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis, sehingga penggunaan obat
benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan resiko kerugian secara materiil
maupun non materiil dapat dieliminir.
Resep individual adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
penderita, sedangkan sentralisasi adalah semua order/resep tersebut yang
disiapkan dan didistribusikan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Sentral.
Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi adalah tatanan kegiatan
penghantaran sediaan obat oleh IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada
order/resep atas nama PRT tertentu melalui perawat ke ruang penderita tersebut
(Siregar, 2004).
3.2.2 Tujuan
Tujuan pengelolaan obat adalah pemakaian obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan klien
terpenuhi (Nursalam, 2014).
Alasan perlunya sentralisasi obat adalah (Nursalam, 2014):
1) Satu klien dapat bermacam-macam obat.
2) Menggunakan obat mahal dan bermerk, padahal terdapat obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
3) Resep obat dibuat sebelum diagnosis pasti ditegakkan hanya untuk
mencoba.
4) Dosis yang digunakan lebih besar dari yang diperlukan.
5) Memberikan obat kepada klien yang tidak mempercayainya dan akan
membuang atau lupa untuk minum.
6) Obat dipesan lebih dari yang dibutuhkan, sehingga masih tersisa banyak
setelah batas kadaluarsa.
7) Tidak ada lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
8) Obat diletakkan pada tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9) Obat dikeluarkan terlalu banyak dari tempat penyimpanan pada suatu waktu,
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri.
Menurut Siregar (2004) keuntungan sistem distribusi obat resep individual
sentralisasi adalah:
1) Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi
keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat penderita.
2) Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-
penderita.
3) Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan.
4) Mempermudah penagihan biaya obat penderita.
Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual sentralisasi adalah:
1) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada penderita.
2) Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat.
3) Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan
obat di ruang pada waktu konsumsi obat.
4) Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan
konsumsi.

3.2.3 Teknik pengelolaan obat (sentralisasi)


Perawat melakukan pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3) Penerimaan obat:
a) Resep obat ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah diambil oleh
keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.
b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
(bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga atau kliendalam buku masuk obat. Selanjutnya klien atau
keluarga akan dijelaskan kapan dan bilamana obat tersebut akan habis,
serta 6 T (jenis obat, dosis, waktu, klien, cara pemberian/rute, dan
dokumentasi) dan 1 W (Waspada efek pemberian obat) (Kee, Joyce L. &
Hayes, Evelyn R, 1996).
c) Klien dan keluarga diberi salinan obat yang harus diminum dan kartu
sediaan obat.
d) Obat yang telah diserahkan akan disimpan oleh perawat dalam kotak obat
(Nursalam, 2007).
4) Pembagian obat:
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi
dokter dan kartu yang ada pada klien.
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan jenis, kegunaan, jumlah
dan efek samping obat. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping obat.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya dipantau setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.
e) Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan
kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab klien (Nursalam, 2007).
5) Penambahan obat baru:
a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau alur
pemberian obat, maka akan diinformasikan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2007).
6) Obat khusus:
a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberiann yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan oleh perawat primer menggunakan kartu
khusus obat.
c) Informasi kepada klien dan keluarga mencakup nama, kegunaan, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat
sebaiknya diserahkan setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat (Nursalam, 2007). Seorang manajer
keperawatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara sebagai
berikut:
(1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada
semua staf.
(2) Tuliskan dosis tepat obat-obatan yang sering dipakai dan gantung di
dinding.
(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.
(4) Beritahu semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
(5) Aturlah program diskusi dan bahas tentang satu jenis obat setiap
minggu pada waktu pertemuan staf.
(6) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc. Mahon, 1999 dalam Nursalam, 2014).

3.2.4 Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter
Koordinasi dengan perawat

Klien/keluarga

Farmasi/apotek

Surat persetujuan
sentralisasi obat dari
Klien/keluarga
perawat.
Lembar serah terima obat.
PP/perawat yang menerima Buku serah terima/masuk
obat.

Pengaturan dan pengelolaan obat oleh perawat

Klien/keluarga

Sumber: Nursalam (2007)

Gambar 2.2 Diagram Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat


3.2.5 Menyimpan persediaan obat (Nursalam, 2014)
1) Memeriksa ulang kebenaran obat: jenis, jumlah, serta menulis etiket dan
alamat klien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat
dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan (Mc. Mahon, 1999).
2) Sistem kartu persediaan:
Kartu stok/persediaan kadang digunakan untuk menggantikan buku besar
persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yaitu sebagai
neraca keseimbangan dimana barang yang diterima ditambahkan dan
dikurangi jumlah barang yang dikeluarkan. Pada buku besar persediaan, setiap
barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, sedangkan pada sistem kartu
persediaan setiap barang dituliskan pada kartu yang terpisah.
3) Lemari obat:
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan
oral (untuk diminum) dan obat luar. Perlu disediakan tempat khusus untuk
obat-obatan yang mempunyai resiko salah, misalnya:
a) LASA (Look alike sound alike).
b) Elektrolit konsentrasi tinggi.
c) Obat sejenis narkotika.

3.2.6 Pemberian obat


Pemberian obat terhadap pasien harus memperhatikan sasaran, standar,
maksud dan tujuan serta elemen penilaian: (JCI, 2011)
1) Identifikasi pasien
a) Sasaran
Mengidentifikasi pasien dengan benar.
b) Standar
Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan
identifikasi.
c) Maksud dan Tujuan
Keliru mengidentifikasi pasien dapat terjadi hampir di semua aspek
diagnosis dan pengobatan. Dalam keadaan pasien masih dibius, mengalami
disorientasi atau belum sepenuhnya sadar; mungkin pindah tempat tidur,
pindah kamar, atau pindah lokasi di dalam rumah sakit; mungkin juga
pasien memiliki cacat indra atau rentan terhadap situasi berbeda yang
dapat menimbulkan kekeliruan pengidentifikasian. Tujuan sasaran ini dua
hal: pertama, mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang
yang akan diberi layanan atau pengobatan tertentu; kedua, mencocokkan
layanan atau perawatan dengan individu tersebut.
Untuk memperbaiki proses identifikasi, dikembangkanlah bersama suatu
kebijakan dan/atau prosedur, khususnya proses untuk mengidentifikasi
pasien di saat pemberian obat. Kebijakan dan/atau prosedur itu
memerlukan setidaknya dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti
nama pasien, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang berkode batang atau
cara lain.
d) Elemen Penilaian
(1) Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua pengidentifikasi
pasien.
(2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,
2) Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
a) Sasaran
Keamanan pemberian obat-obatan
b) Standar
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obatan yang harus diwaspadai
c) Maksud dan Tujuan
Jika dalam rencana perawatan pasien terdapat juga pemberian obat-obatan,
maka untuk memastikan keselamatan pasien pengelolaan obat yang tepat
menjadi sangat penting. Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah: obat-
obatan yang termasuk dalam sejumlah besar kesalahan dan/atau kejadian
sentinel; obat-obatan yang bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan
risikonya lebih tinggi, begitu pula obat-obatan yang mirip bentuk/bunyi
namanya. Daftar obat berisiko tinggi dapat diperoleh dari organisasi
seperti misalnya WHO atau Institute for Safe Medication Practices.
Masalah kekeliruan obat yang kerap dikutip adalah pemberian elektrolit
konsentrat secara tidak disengaja (misalnya, kalium klorida [sama atau
lebih besar daripada 2 mEq /ml], kalium fosfat [sama atau lebih besar dari
3 mmol /ml], natrium klorida [lebih besar dari 0,9%], dan magnesium
sulfat [sama atau lebih besar dari 50%]). Kesalahan dapat terjadi jika staf
belum sungguh-sungguh mengenal unit perawatan pasien, yang
dipekerjakan adalah perawat kontrakan yang tidak diberi pengenalan
secara memadai, atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif
untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian ini adalah menyusun
proses pengelolaan obat yang patut diwaspadai; termasuk memindahkan
elektrolit konsentrat dari unit perawatan pasien ke farmasi.
d) Elemen Penilaian
(1) Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah
identifikasi, lokasi, pemberian label, dan
(2) penyimpanan obat yang patut diwaspadai.
(3) Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan.
(4) Obat-obatan waspada tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali
jika secara klinis diperlukan dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian tidak sengaja di wilayah yang diizinkan oleh aturan
kebijakannya.
BAB 4
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

4.1 Perencanaan
4.1.1 Pengorganisasian
Struktur organisasi diperlukan untuk pengelolaan ruang rawat dalam hal
ini penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat maka dilakukan pembagian peran
sebagai berikut:
1) Kepala Ruangan
2) Perawat Primer
3) Perawat Associate
4.1.2 Pembagian Tugas
1) Kepala Ruangan
Tugas kepala ruangan adalah:
a) Menerima pasien baru.
b) Menunjuk perawat primer dan mendeskripsikan tugasnya masing-masing.
c) Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru
d) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
e) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
f) Melakukan pengawasan dan komunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
g) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama.
h) Bertanggung jawab dalam pengelolaan obat.
2) Perawat Primer
a) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b) Menerima pasien dan melakukan timbang terima dengan perawat yang
mengantar.
c) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
d) Mengorientasikan ruangan pada pasien baru.
e) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab.
f) Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
kepada perawat associate.
g) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
h) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain.
i) Mengelola resep pasien.
j) Memberikan informed consent tentang sentralisasi obat kepada
pasien/keluarganya dan meminta persetujuan untuk dilakukan sentralisasi
obat.
k) Melakukan serah terima obat dengan pasien/keluarganya atau petugas
depo farmasi.
l) Menginformasikan kepada keluarga tentang obat yang habis dan
memintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien apabila obat
masih diperlukan.
m) Mengisi medication chart pada status pasien.
n) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat.
3) Perawat Pelaksana
a) Membantu perawat primer dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru,
pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
b) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif.
c) Menulis nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu
kontrol dan buku masuk obat.
d) Menyimpan obat pasien pada kotak obat dan atau sesuai saran
penyimpanan.
e) Memberikan obat kepada pasien dengan menjelaskan jenis, kegunaan,
jumlah dan efek samping obat.
f) Memantau sediaan obat yang ada setiap pagi.
g) Membantu perawat primer dalam mengisi medication chart pada status
pasien.
4.1.3 Alur Penerimaan Pasien Baru dan Sentralisasi Obat

Perawat IGD Karu Memberitahu PP dan PA akan ada pasien baru


memesan ruangan

PP menyiapkan:
1.
6. Lembar pasien masuk rumah sakit
2.
7. Buku status dan format pengkajian pasien
3.
8. Informed consent sentralisasi obat
4.
9. Panduan tata tertib pasien dan pengunjung
5.
10.Leaflet
Leaflet
PA menyiapkan:
1.
3. Tempat tidur pasien baru
2.
4. Alkes yang diperlukan

Karu, PP dan PA menyambut pasien baru

Karu memperkenalkan perawat yang bertanggung jawab kepada pasien baru (PP dan PA)

PP timbang terima dengan perawat IGD dan PA mengantar


pasien baru dan keluarga ke tempat tidur

PP menjelaskan:
1.
4. Segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru
2.
5. Informed consent tentang sentralisasi obat
3.
6. Orientasi ruangan dan fasilitas yang tersedia

PA melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik

PP melaporkan keadaan pasien baru kepada dokter ruangan

Dokter ruangan visite pasien baru didampingi PP

Dokter menulis resep dan terapi pada medication chart

PP menelepon depo farmasi untuk mengambil resep dan menyiapkan obat

Petugas depo farmasi mengambil resep ke ruang rawat inap


Petugas depo farmasi menyiapkan obat sesuai resep dan mengkonfirmasi ke
perawat ruangan apabila ada resep obat yang tidak tertanggung jaminan
(harus dibeli).

PP/PA menanyakan kesediaan pasien/keluarga untuk membeli obat dan


menginformasikan kembali ke petugas depo farmasi jawaban pasien/keluarga

Keluarga membayar obat ke bagian administrasi/kasir.

Keluarga membayar obat ke bagian administrasi/kasir.

Petugas depo farmasi mengantar obat pasien ke ruang rawat


dan melakukan serah terima obat dengan PP/PA.

PP menyiapkan obat yang akan diberikan kepada pasien (check) dan PA


meng-crosscheck obat yang telah disiapkan oleh PP dan memberikan obat
sesuai advice dokter kepada pasien (giver)

Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan

4.1.4 Mekanisme Penerimaan Pasien Baru dan Sentralisasi Obat


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Perawat IGD memesan ruangan. 10 Nurse Pwt IGD
menit Station Karu
2. Karu memberitahu PP dan PA akan ada PP
pasien baru yang masuk. PA
3. PP menyiapkan kelengkapan dokumen
yang diperlukan untuk menerima pasien
baru.
4. PA menyiapkan tempat tidur pasien baru.
5. Karu menanyakan kesiapan menerima
pasien baru.
6. PP dan PA menyebutkan hal-hal yang
telah disiapkan.
Pelaksanaan 1. Karu, PP dan PA menerima pasien baru. 15 Nurse Pwt IGD
menit station Karu
2. Karu memperkenalkan diri sendiri, PP dan PP
PA yang bertanggungjawab merawat PA
pasien baru.
3. PP melakukan:
a. Timbang terima dengan perawat IGD
(metode SBAR).
b. Mengisi format serah terima obat
pasien baru masuk dengan perawat
IGD.
c. Menyimpan obat-obatan pasien baru
ke dalam rak dan memberi label nama
pasien baru.
d. Menulis nama pasien baru pada papan
MPKP.
4. PA: 5 menit Kamar PA
a. Mengantar pasien baru dan keluarga pasien Pasien &
ke tempat tidur. keluarga
b. Memindahkan pasien dari kursi
roda/kereta dorong ke tempat tidur.
5. PP: 20 Kamar PP
a. Menjelaskan: menit pasien Pasien &
(1) Tata tertib untuk pasien baru, dan keluarga
penunggu dan pengunjung. sekitar
(2) Fasilitas yang tersedia. ruang
(3) Pengurusan kelengkapan rawat.
administrasi yang dibutuhkan.
(4) Informed consent sentralisasi obat.
(5) Penyakit yang diderita dan terapi
yanga akan dijalani.
(6) Dokter yang menangani pasien
dan jadwal kunjungan.
b. Memberi kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahami.
c. Meminta tanda tangan pasien/keluarga
pada lembar pemberian informasi
pasien baru dan persetujuan
sentralisasi obat.
d. Mengenalkan pada teman sekamar
(jika ada).
e. Mengorientasikan ruang/lingkungan
RS.
6. PA melakukan pengkajian dan 15 Kamar PA
pemeriksaan fisik. menit pasien Pasien &
Keluarga
7. PP melaporkan keadaan pasien baru 5 menit Ruang PP
kepada dokter ruangan. dokter Dokter
8. Dokter ruangan visite pasien baru 10 Kamar PP
didampingi PP. menit pasien Dokter
Pasien
9. Dokter menulis resep dan terapi pada 3 menit Nurse PP
medication chart. station Dokter
10. PP/PA menginformasikan via telp kepada 2 menit Nurse PP
depo farmasi tentang adanya resep dan station Petugas
obat yang harus disiapkan. depo
farmasi
11. Petugas depo farmasi mengambil resep ke 3 menit Nurse PP/PA
ruang rawat inap. station Petugas
depo
farmasi
12. Petugas depo farmasi menyiapkan obat 10 Depo Petugas
untuk 24 jam dan menginformasikan via menit farmasi depo
telp bila ada obat di luar tanggungan farmasi
jaminan pasien kepada PP/PA. PP/PA
13. PP/PA menanyakan kepada pasien dan 3 menit Kamar PP/PA
keluarga tentang kesediaan membeli obat pasien Pasien &
dan meminta keluarga untuk membayar ke keluarga
kasir apabila memang bersedia membeli.
14. PP/PA menginformasikan kembali via telp 2 menit Nurse PP/PA
ke petugas depo farmasi jawaban station Petugas
pasien/keluarga. depo
farmasi
15. Petugas depo farmasi mengantar obat ke 10 Nurse PP/PA
ruang rawat dan melakukan serah terima menit station Petugas
obat dengan PP/PA, serta mengisi format depo
serah terima obat. farmasi
16. PP menyiapkan obat yang akan diberikan 5 menit Nurse PP
kepada pasien sesuai jadwal pemberian station PA
(check) dan PA meng-chrosscheck obat
yang telah disiapkan oleh PP apakah
sesuai dengan advis dokter (giver).
17. PA memberikan obat tersebut kepada 5 menit Kamar PA
pasien sesuai SPO pemberian obat. pasien Pasien
Penutup 1. PP dan PA mendokumentasikan semua 30 Nurse Karu
tindakan yang telah dilakukan. menit station PP
2. PP membuat rencana dan intervensi PA
keperawatan.
3. Karu mengecek kembali kelengkapan
pengisian dokumen penerimaan pasien
baru dan sentralisasi obat.
4. 2 Pelaksanaan
No Problem Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
1) Penerimaan Pasien Baru Setelah dilaksanakan 1. Mensosialisasikan ulang SPO penerimaan 1. Perawat menjelaskan
a) SPO penerimaan pasien praktik manajemen pasien baru yang telah ada. protap penerimaan
baru belum dijalankan keperawatan, 2. Membuat tata tertib Rumah Sakit secara pasien baru secara
secara konsisten oleh diharapkan Ruang tertulis. lengkap sesuai dengan
perawat sehingga ada Rawat Inap Lantai 3 3. Membuat buku panduan pemberian informasi urutan yang tertera
sebagian pasien tidak mampu melaksanakan untuk pasien baru yang meliputi tata tertib dalam lembar
langsung dilakukan penerimaan pasien RS, fasilitas yang tersedia, kelengkapan penerimaan pasien
orientasi setelah masuk baru dengan baik. administrasi, hak dan kewajiban, serta sistem baru.
ruangan. sentralisasi obat. 2. Dokumentasi
b) Pemberian informasi pemberian informasi
untuk pasien baru pasien baru yang
dilakukan secara lisan ditandatangani
oleh perawat, sehingga perawat dan
terdapat pasien/keluarga.
ketidakseragaman 3. Terdapat buku
informasi yang diberikan panduan pemberian
kepada pasien baru dan informasi untuk
keluarganya. pasien baru.
c) Buku panduan
pemberian informasi
untuk pasien baru belum
ada.
2) Sentralisasi Obat Setelah dilakukan 1. Membuat SPO mengenai sentralisasi obat. 1. Adanya format
a) Belum ada SPO tertulis praktik manajemen 2. Merencanakan sentralisasi obat pasien persetujuan
mengenai sentralisasi keperawatan, dengan bekerja sama dengan perawat, dokter sentralisasi obat yang
obat. diharapkan mahasiswa dan bagian farmasi. terdokumentasikan
b) Belum ada lembar serah dan Ruang Rawat Inap 3. Membuat lembar persetujuan pasien/keluarga dalam Rekam Medik.
terima obat pasien Lantai 3 mampu pasien terhadap rencana dilakukannya 2. Pasien/keluarga
dengan perawat dan menerapkan sentralisasi obat (inform consent). mengetahui adanya
petugas depo farmasi sentralisasi obat yang 4. Membuat petunjuk teknis pengisian format sentralisasi obat yakni
dengan perawat. benar. sentralisasi obat. terkait jenis, efek dan
c) Belum adanya inform 5. Membuat format serah terima obat antara harga.
consent sentralisasi obat pasien-perawat dan petugas depo farmasi dan 3. Adanya pencatatan
antara perawat dan perawat. serah terima obat
pasien. 6. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan. antara pasien-perawat
d) Ruangan dan lemari obat dan petugas depo
yang tidak terkunci. farmasi-perawat.
4. Ada lemari dan
ruangan khusus obat
pasien yang terkunci.
DAFTAR PUSTAKA

Join Commission International (2011). Join Commission International Standar


Akreditasi Rumah Sakit (Edisi 4). Jakarta: PT. Gramedia.

Kee, Joyce L. & Hayes, Evelyn R. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nursalam (2007). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional (edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam (2007). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional (edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam (2011). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional (edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam (2014). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional (edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (2012). RSCM Goes to JCI: Panduan


Implementasi Standar JCI di RSCM. Jakarta: RSCM.

Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
EGC.
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Alur Penerimaan Pasien Baru................................................ 43
Lampiran 2 Lembar Penerimaan Pasien Baru........................................... 44
Lampiran 3 Alur Sentralisasi Obat............................................................ 46
Lampiran 4 Pedoman Pengisian Medication Chart Parenteral.................. 47
Lampiran 5 Lembar Parenteral Medication Chart .................................. 48
Lampiran 6 Pedoman Pengisian Medication Chart Oral........................... 49
Lampiran 7 Lembar Oral Medication Chart.............................................. 50
Lampiran 8 Daftar obat yang dibawa pasien pada saat MRS.................... 51
Lampiran 9 Sample tanda tangan/paraf NERS.......................................... 51
Lampiran 10 SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap............................. 52
Lampiran 11 SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Jalan ............................ 53
Lampiran 12 SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap Melalui IGD............... 54
Lampiran 13 SPO Penyimpanan Obat ...................................................... 55
Lampiran 14 SPO Peresepan Obat.............................................................. 57
Lampiran 15 SPO Pemberian Obat Intramuskular..................................... 59
Lampiran 16 SPO Pemberian Obat............................................................. 61
Lampiran 17 SPO Penyaluran Obat............................................................. 62
Lampiran 18 SPO Pencampuran Obat.......................................................... 63
Lampiran 19 SPO Pemberian Obat Oral..................................................... 66
Lampiran 20 Pelaksanaan Kegiatan Penerimaan Pasien Baru ................. 68
Lampiran 21 Pelaksanaan Kegiatan Sentralisasi Obat................................ 70
Lampiran 1: Alur Penerimaan Pasien Baru

Karu memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan:
1. Lembar pasien masuk rumah sakit.
2. Buku status dan lembar format pengkajian pasien.
3. Nursing kit.
4. Informed consent sentralisasi obat.
5. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung.
6. Lembar tingkat kepuasan pasien.
7. Tempat tidur pasien baru.
8. Leaflet.

Karu, PP dan PA menyambut pasien baru

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru

Anamnesis pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi

Evaluasi

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)


Lampiran 2: Lembar Penerimaan Pasien Baru

Nama/Umur : Diagnosa Medis :


No. RM : Tgl MRS/jam :

Berilah tanda jika sudah dilakukan. Orientasi/penjelasan tentang 3 P:


P1: PERKENALAN (ORIENTASI RUANGAN, SARANA LAIN DAN
ORANG)
1. Perkenalan diri.

2. Perkenalan perawat yang bertanggung jawab:

Kepala Ruangan
Perawat Primer
Perawat Associate

3. Perkenalkan dokter yang bertanggung jawab dan tenaga non

keperawatan (administrasi, ahli gizi, dll).

4. Perkenalkan klien baru dengan klien lain yang sekamar (bila

ada).

5. Pengenalan ruangan/lingkungan:

Kamar mandi. Ruang NERS


Ruang tunggu keluarga. Depo Farmasi
Nurse station. Musholla

P2: PERATURAN RUMAH SAKIT

6. Penjelasan tentang aturan Rumah Sakit/peraturan:

Fasilitas
Jam berkunjung
Penunggu klien
Penunggu adalah keluarga terdekat klien.
Masing-masing klien hanya boleh ditunggu 1
penunggu.
Waktu makan.
Tata cara pembayaran jasa rumah sakit.
Penjelasan akan sistem sentralisasi obat.
Anjuran untuk tidak membawa barang berharga.

P3: PENYAKIT/DIAGNOSIS

7. Penjelasan tentang penyakit pasien:


Pengertian Pemeriksaan
Penyebab Pengobatan
Tanda dan gejala Prognosis

8. Menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah

disampaikan.

Surabaya,............................

Pasien/Keluarga Ners,

(........................) (.............................................)

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)


Lampiran 3: Alur Sentralisasi Obat

Resep Dokter

Perawat Pasien

Depo Farmasi

Perawat Perawat
(proses Check)

Pasien

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)


Lampiran 4: Pedoman Pengisian Medication Chart Parenteral

Alergi: Berat Badan: No. RM :


No. Reg. :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :

Penulisan resep :
Jelas, dapat dibaca, ditandatangani dokter pemberi terapi.
Perubahan obat :
Bila ada penggantian obat, baik dosis, rute maupun frekuensi, resep obat
pertama harus dihentikan (STOP) dan ditulis ulang pada kolom yang baru.
Penghentian obat :
a. Bila obat dihentikan, dokter pemberi terapi harus menulis STOP di
kolom tanggal pemberian obat dan memberi paraf.
b. Apabila penghentian terapi secara verbal atau telepon pada kolom
pemberian obat ditulis/stempel Phone Order/PO atau Verbal
Order/VO, kemudian nurse memberi paraf. Dokter pemberi instruksi
harus memberikan paraf saat visite.
Pembatalan resep :
Dilakukan dengan memberikan satu garis jelas pada tulisan tersebut dan
diparaf oleh dokter yang bersangkutan. Tidak diperbolehkan menggunakan
Tip-X atau penghapus.
Instruksi verbal/telepon :
Instruksi yang diberikan melalui verbal atau telepon, perawat harus menulis
kan/stempel pada kolom tanda tangan dokter dengan PO atau VO dan dokter
pemberi instruksi harus menandatanganinya saat visite.
Alasan penyimpangan :
Bila pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan seharusnya, maka tulis
alasan dengan menggunakan singkatan:
R : Reject, pasien menolak pemberian.
F : Fasting, pasien puasa.
C : Condition, kondisi pasien yang menyebabkan penundaan (TD, kondisi
perdarahan, dll) penjelasan lebih lanjut ada di catatan perkembangan.
A : Absent, pasien tidak ada di tempat/RS tanpa izin.
Keterangan kolom :
C : Paraf perawat pemeriksa/cross check.
G : Paraf perawat pemberi obat.
Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)

Lampiran 5: Lembar Parenteral Medication Chart

Nama Obat Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m m
Dosis Rute 1
Resep
2
Tanda tgn Tgl 3
dokter: mulai:
4
Cat: 5
6
Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)
Lampiran 6: Pedoman Pengisian Medication Chart Oral

Alergi: Berat Badan: No. RM :


No. Reg. :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)

Penulisan resep :
Jelas, dapat dibaca, ditandatangani dokter pemberi terapi.
Perubahan obat :
Bila ada penggantian obat, baik dosis, rute maupun frekuensi, resep obat
pertama harus dihentikan (STOP) dan ditulis ulang pada kolom yang baru.
Penghentian obat :
c. Bila obat dihentikan, dokter pemberi terapi harus menulis STOP di
kolom tanggal pemberian obat dan memberi paraf.
d. Apabila penghentian terapi secara verbal atau telepon pada kolom
pemberian obat ditulis/stempel Phone Order/PO atau Verbal
Order/VO, kemudian nurse memberi paraf. Dokter pemberi instruksi
harus memberikan paraf saat visite.
Pembatalan resep :
Dilakukan dengan memberikan satu garis jelas pada tulisan tersebut dan
diparaf oleh dokter yang bersangkutan. Tidak diperbolehkan menggunakan
Tip-X atau penghapus.
Instruksi verbal/telepon :
Instruksi yang diberikan melalui verbal atau telepon, perawat harus menulis
kan/stempel pada kolom tanda tangan dokter dengan PO atau VO dan dokter
pemberi instruksi harus menandatanganinya saat visite.
Alasan penyimpangan :
Bila pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan seharusnya, maka tulis
alasan dengan menggunakan singkatan:
R : Reject, pasien menolak pemberian.
F : Fasting, pasien puasa.
C : Condition, kondisi pasien yang menyebabkan penundaan (TD, kondisi
perdarahan, dll) penjelasan lebih lanjut ada di catatan perkembangan.
A : Absent, pasien tidak ada di tempat/RS tanpa izin.
Keterangan kolom :
C : Paraf perawat pemeriksa/cross check.
G : Paraf perawat pemberi obat.

Lampiran 7: Lembar Oral Medication Chart

Nama Obat Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m m
Dosis Rute 1
Resep
2
Tanda tgn Tgl 3
dokter: mulai:
4
Cat: 5
6
Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)
Lampiran 8: Daftar obat yang dibawa pasien pada saat MRS

Jumlah Jumlah
Nama Obat Penerima Nama Obat Penerima
Diterima Diterima

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)

Lampiran 9: Sample tanda tangan/paraf NERS

Nama Perawat Paraf Nama Perawat Paraf

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)


Lampiran 10: SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap

PENERIMAAN PASIEN BARU RAWAT INAP


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
1. PENGERTIAN Suatu tatanan menerima pasien baru disetiap lantai rawat
inap untuk memperoleh pelayanan keperawatan,
sehingga pasien mendapat pelayanan yang sempurna.
2. TUJUAN 1) Standarisasi penerimaan pasien rawat inap
2) Memudahkan monitor, evaluasi dan perbaikan pada
tata cara penerimaan pasien rawat inap.
3. KEBIJAKAN 1) Undang undang No 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit.
2) Keputusan menteri kesehatan RI no
129/menkes/SK/2008 standar pelayanan minimal.
4. PROSEDUR 1) Terima pasien baru dan atau keluarga dengan konsep
Sopan Santun Penuh Perhatian (SSPP) dan Sentuhan
Kasih Sayang (SKS).
2) Tempatkan pasien ditempat yang aman dan nyaman
dan lakukan orientasi serta informasikan cara
operasional fasilitas yang tersedia.
3) Berikan jadwal kegiatan rutin antara lain : kunjungan
dokter, kunjungan tamu.
4) Informasi tentang :
a) Perawat dan dokteryang bertanggung jawab.
b) Tindakan tindakan yang akan dilakukan.
5) Yakinkan pada pasien bahwa semua informasi sudah
diterima dengan jelas.
6) Lakukan pengkajian pasien antara lain : mengukur
gejala kardinal, menimbang berat badan, tinggi
badan, menanyakan riwayat penyakit, obat obatan
yang diminum dan dibawa.
7) Hubungi dokter yang merawat
5. UNIT Jajaran desisi pelayanan dan penunjang medik.
TERKAIT

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)


Lampiran 11: SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Jalan

PENERIMAAN PASIEN BARU RAWAT JALAN


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
1. PENGERTIAN Suatu tatanan menerima pasien baru disetiap lantai rawat
jalan untuk memperoleh pelayanan keperawatan, sehingga
pasien mendapat pelayanan yang sempurna.
2. TUJUAN 1) Standarisasi penerimaan pasien rawat jalan.
2) Memudahkan monitor, evaluasi dan perbaikan pada
tata cara penerimaan pasien rawat jalan.
3. KEBIJAKAN 1) Undang undang No 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit.
2) Keputusan menteri kesehatan RI no
129/menkes/SK/2008 standar pelayanan minimal.
4. PROSEDUR 1) Terima pasien dengan ramah, sesuai dengan dokter
yang diinginkan (spesialis atau klinik medik dasar).
2) Meregistrasi pasien sesuai klinik pelayanan rawat jalan.
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien(tensi,nadi,suhu,RR)sesuai prosedur.
4) Hubungi dokter spesialis/umum yang dipilih pasien.
5) Lengkapi rekam medik terkait keperawatan setelah
selesai pelayanan.
6) Laksanakan advis dokter dan beri informasi kepada
pasien antara lain : obat-obatan atau
7) Resep yang didapat atau penanganan lanjut pada pasien
indikasi rawat inap atau kontrol ulang.
5. UNIT TERKAIT Jajaran desisi pelayanan dan penunjang medik.

Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)


Lampiran 12: SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap Melalui IGD

PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP MELALUI IGD


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
1. PENGERTIAN Suatu cara untuk menerima pasien rawat inap melalui
IGDdengan/tanpa disertai dengan surat pengantar dari
dokter.
2. TUJUAN Memberikan terapi paripurna kepada pasien yang
memerlukan rawat inap.
3. KEBIJAKAN 1) Undang undang No 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit.
2) Keputusan menteri kesehatan RI no
129/menkes/SK/2008 tentang standar pelayanan
minimal.
4. PROSEDUR 1) Pasien datang di IGD
2) Dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang yang
diperlukan oleh dokter jaga IGD dibantu oleh perawat.
3) Perawat dan/dokter menanyakan apakah pasien
mempunyai surat pengantar atau tidak.
4) Pasien memiliki surat pengantar dokter spesialis yang
mempunyai SIP.
Dokter jaga IGD akan menelpon dokter spesialis
tersebut untuk konsul pasien.
5) Pasien mempunyai surat pengantar dokter spesialis
yang tidak memiliki SIP.
Dokter jaga IGD akan mengkonsulkan pada dokter
spesialis yang bertugas pada hari itu.
6) Pasien tidak memiliki surat pengantar.
Dokter jaga IGD akan mengkonsulkan pada dokter
spesialis yang bertugas pada hari itu. Apabila pasien
menghendaki perawatan oleh dokter spesialis tertentu
yang mempunyai SIP, maka dokter jaga IGD akan
mengkonsulkan pada dokter tersebut.
7) Menghubungi perawat IRNA untuk pemesanan kamar.
8) Melakukan persiapan pasien.
9) Perawat IGD melakukan timbang terima dengan
perawat IRNA.
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap
2) Instalansi Gawat Darurat
Sumber : Ruang rawat Inap Lt.3 RSUA (2014)
Lampiran 13: SPO Penyimpanan Obat

No. Dokumen : 1680/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 27 Agustus 2013
Pengertian :
Prosedur penyimpanan obat sejak penerimaan hingga sebelum diberikan
kepada penggunanya.
Tujuan :
a. Mencegah kerusakan pada sediaan obat akibat penyimpanan.
b. Mencegah kesalahan pengambilan obat karena kesalahan penyimpanan.
Kebijakan :
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Prosedur :
a. Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan
alat kesehatan di dalam kartu stok.
b. Menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada rak
yang sesuai berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan, secara
alfabetis atau penyimpanan khusus, dll.
c. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti
prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan
FEFO (First Expired First Out = pertama kadaluarsa-pertama keluar) dan
harus dicatat di dalam kartu persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
d. Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai, memberi
etiket yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
e. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak secara alfabetis.
f. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
g. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi dan
alat kesehatan pada kartu stok dan memberi garis dengan warna merah di
bawah jumlah penerimaan dan pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas di
setiap akhir bulan.
h. Menghindari menyimpan sediaan farmasi dengan kekuatan yang berbeda
dalam satu wadah.
i. Menyediakan tempat khusus di luar ruang peracikan untuk menyimpan
komoditi yang rusak dan kadaluarsa.
Unit terkait : Farmasi.
Lampiran 14: SPO Peresepan Obat

No. Dokumen : 1633/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 19 Agustus 2013
Pengertian :
Tata cara penulisan resep standar oleh pemesan obat dan alat kesehatan.
Tujuan :
Mencegah kesalahan pemberian obat akibat penulisan resep.
Kebijakan :
a. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Prosedur :
a. Resep ditulis di kertas resep dengan kop Rumah Sakit Universitas
Airlangga sesuai dengan kelompok status pembiayaan.
b. Nama unit, tanggal, nama dokter, tanda tangan dokter harus diisi dengan
jelas.
c. Untuk kolom nama dan tanda tangan dokter harus dibubuhi dengan
stempel unit penulis resep.
d. Setiap sediaan diawali dengan tanda R/
e. Nama sediaan ditulis dengan jelas.
f. Jumlah sediaan yang diminta ditulis dengan angka Romawi.
g. Khusus untuk sediaan narkotika injeksi diberi jumlah dengan huruf di
dalam tanda kurung di belakang angka Romawi.
h. Tata cara pemberian sediaan ditulis dengan singkatan sesuai aturan yang
berlaku.
i. Setiap sediaan ditutup dengan garis lurus dan diakhiri dengan paraf,
khusus untuk sediaan narkotika injeksi harus ditandatangani untuk masing-
masing sediaan.
j. Nama dan umur pasien harus diisi dengan jelas.
k. Resep ditulis dengan pena/bolpoin.
l. Apabila terdapat koreksi nama sediaan atau cara pemberian, maka tulisan
dicoret kemudian ditulis koreksi di bawah tulisan yang dicoret tersebut
serta dibubuhkan paraf.
m. Apabila terdapat koreksi pada jumlah sediaan, maka tulisan yang salah
dicoret kemudian dituliskan jumlah yang benar di belakang tulisan yang
salah dan ditambah dengan jumlah dalam huruf dan diakhiri dengan paraf.
Unit terkait :
a. Instalasi rawat jalan
b. Instalasi rawat inap
c. Instalasi gawat darurat
d. Instalasi farmasi
Lampiran 15: SPO Pemberian Obat Intramuskular

No. Dokumen : 1381/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 17 Juli 2013.

Pengertian :
Memberikan obat-obatan melalui alat suntik ke dalam otot.
Tujuan :
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mendistribusikan obat ke
jaringan otot.
Kebijakan :
a. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Keputuusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Prosedur:
a. Prosedur alat:
- Catatan pemberian obat/medication chart.
- Alat tulis.
- Kapas alkohol.
- Sarung tangan sekali pakai.
- Nampan atau troli obat.
- Obat yang akan diberikan.
- Spuit 3 cc.
- Jarum no. 21, 22 atau 23 G.
b. Prosedur pemberian obat:
- Cuci tangan.
- Persiapkan obat, patuhi 5 prinsip benar dan 1 waspada pemberian obat.
- Identifikasi pasien dengan membaca gelang atau tanda pengenal pasien
dan dengan memanggil nama pasien.
- Jelaskan prosedur dan tujuan obat kepada pasien.
- Pasien berbicara atau mengambil napas dalam.
- Tarik jarum pada sudut yang sama saat insersi.
- Bersihkan area insersi dengan kapas alkohol yang baru (jika pemijatan
dikontraindikasikan pada obat, beri tekanan yang kuat).
- Letakkan jarum di nampan/troli, jangan ditutup.
- Buka sarung tangan.
- Atur kembali posisi pasien, pasang pagar pengaman tempat tidur dan
turunkan tempat tidur ke posisi terendah dengan bel pemanggil
bantuan berada dalam jangkauan pasien.
- Observasi 15 menit setelah pemberian obat.
- Buang alat yang sudah terpakai dengan benar.
- Cuci tangan.
- Dokumentasikan prosedur pemberian injeksi ke dalam catatan
pemberian obat.
c. Hal-hal yang perlu didokumentasikan:
- Nama, dosisi dan rute obat.
- Data pengkajian yang relevan dengan tujuan pengobatan.
- Pengkajian area injeksi sebelum dan sesudah injeksi.
- Efek obat dan respon pasien terhadap obat.
- Penyuluhan mengenai obat dan teknik pemberian obat secara mandiri
atau oleh pemberi perawatan, jika diindikasikan.
Unit terkait :
a. Instalasi rawat inap
b. Instalasi gawat darurat
c. Intensive care unit
Lampiran 16: SPO Pemberian Obat

No. Dokumen : 1630/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 19 agustus 2013.
Pengertian :
Tata cara pemberian obat dari Farmasi kepada pasien/keluarganya.
Tujuan :
a. Mencegah kesalahan pengambilan obat.
b. Mencegah kesalahan peracikan obat.
c. Meingkatkan rasionalitas penggunaan obat.
d. Mencegah kesalahan tata cara konsumsi obat.
Kebijakan :
a. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
b. Keputuusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Prosedur :
a. Farmasis dan atau Asisten Apoteker (AA) membaca resep dengan benar.
b. Farmasis menganalisis jenis, dosis, cara pemberian dan interaksi obat, jika
ditemukan kejanggalan pada resep, maka Farmasis dan atau AA WAJIB
menghubungi dokter penulis resep.
c. Mengambil dan meracik sediaan sesuai dengan perintah pada resep.
d. Jika sediaan yang diminta habis/tidak tersedia, maka Farmasis dan atau
AA WAJIB menghubungi dokter penulis resep.
e. Menuliskan etiket dan menempelkan pada sediaan dengan benar.
f. Membaca kembali kertas resep dan mencocokkan dengan sediaan yang
telah diracik.
g. Memberikan kepada pasien beserta penjelasan tentang cara konsumsi obat
yang telah diracik.
Unit terkait : Farmasi
Lampiran 17: SPO Penyaluran Obat

No. Dokumen : 1631/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 19 Agustus 2013
Pengertian :
Tata cara penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan dari instalasi farmasi
kepada pasien maupun instalasi terkait.
Tujuan :
a. Mencegah kesalahan pengambilan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
b. Mempercepat proses penyerahan sediaan alat farmasi dan alat kesehatan.
c. Mencegah kejadian sediaan farmasi yang telah lewat masa kadaluarsa.
Kebijakan :
a. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit.
Prosedur :
a. Memastikan sediaan yang diambil dari tempat persediaan benar dan sesuai
dengan resep yang diterima.
b. Memeriksa dengan teliti label sediaan seperti nomor batch dan tanggal
kadaluarsa.
c. Memindahkan sediaan farmasi dilakukan secara FIFO (First In First Out =
pertama masuk-pertama keluar) atau FEFO (First Expired First Out =
pertama kadaluarsa-pertama keluar).
d. Memastikan bahwa bagian strip yang terpotong memuat nomor batch dan
tanggal kadaluarsa pada saat memotong strip.
Unit terkait :
a. Farmasi
b. Instalasi gawat darurat
c. Instalasi rawat inap
d. Instalasi rawat jalan
e. Laboratorium
f. Radiologi
Lampiran 18: SPO Pencampuran Obat

No. Dokumen : 1385/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 17 Juli 2013.
Pengertian :
Tindakan penggabungan obat dari berbagai kemasan dalam satu spuit.
Tujuan :
Memungkinkan penggabungan obat dari berbagai kemasan dalam satu spuit
untuk pemberian parenteral.
Kebijakan :
a. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
b. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-undang No. 29 tahun 2004 Praktik Kedokteran.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 Standar
Pelayanan Minimal.
Prosedur :
a. Persiapan alat:
- Catatan pemberian obat lembar medication chart.
- Resep obat.
- Spuit dengan ukuran yang sesuai dan tiga buah jarum sesuai tipe
injeksi dan viskositas larutan.
- Label obat atau plester kecil.
- Kapas atau swab alkohol.
- Nampan atau troli obat.
b. Prosedur pemasangan:
- Cuci tangan.
- Siapkan alat.
- Memakai sarung tangan.
- Periksa label obat yang akan dicampur pada lembar medication chart
dan lembar catatan integrasi, lakukan prinsip 5 benar pemberian obat
dan 1 waspada efek pemberian obat.
- Lakukan perhitungan dosis.
- Buka kap tipis penutup pada kedua vial tanpa menyentuh karet.
- Basuh dengan cermat bagian atas masing-masing penutup karet dengan
kapas alkohol.
- Tarik ujung plunger spuit ke bawah untuk mengisi spuit dengan udara
dalam jumlah yang sama dengan larutan yang akan diambil dari vial
pertama.
Jika salah satu larutan berwarna dan yang lainnya jernih, larutan
berwarna dianggap vial B dan larutan jernih dianggap vial A.
Jika salah satu vial mengandung dosis multiple dan salah satu dosis
tunggal, maka vial dosis tunggal akan dianggap vial A dan vial
dosis multiple dianggap vial B.
- Masukkan udara ke dalam vial A dalam jumlah yang sama dengan
volume larutan yang akan diambil.
- Keluarkan jumlah dari vial A, lanjutkan langkah tambahkan dengan
menggunakan spuit yang sama.
- Tarik ujung plunger ke bawah untuk mengisi udara pada spuit dengan
jumlah yang sama dengan jumlah larutan yang ditarik dari vial B.
- Masukkan udara ke dalam vial B sama seperti yang dilakukan pada
vial pertama, tetapi jangan mengeluarkan jarum dari vial B ketika
semua udara sudah dimasukkan.
- Balikkan vial, tetap pertahankan jarum di dalam larutan dan tarik
larutan sesuai dengan jumlah larutan yang diperlukan dari vial B.
- Sambungkan jarum yang baru ke spuit dan buka kap penutup.
- Masukkan jarum ke dalam vial A, tahan plunger dengan menggunakan
jari.
- Balikkan vial, pertahankan jarum tetap berada di dalam larutan dan
tarik larutan dalam jumlah yang diperlukan dari vial A.
- Sambungkan jarum yang baru ke spuit yang telah berisi obat.
- Periksa kembali jumlah larutan di dalam spuit.
- Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
- Beri label berisi nama pasien, nama obat, tanggal dan jam disiapkan,
serta dosis pada spuit.
- Letakkan spuit, lembar medication chart, kapas alkohol tambahan di
atas namapan atau troli obat.
- Buang atau simpan semua alat dengan benar.
- Cuci tangan.
- Dokumentasikan.
c. Hal-hal yang harus didokumentasikan:
- Nama dan dosis obat yang dicampur.
- Area yang digunakan untuk injeksi dan temuan abnormal di area kulit.
Unit terkait :
a. Instalasi rawat inap
b. Instalasi gawat darurat
c. Intensive care unit
Lampiran 19: SPO Pemberian Obat Oral

No. Dokumen : 1417/UN3.24/KD/2013


Tanggal terbit : 19 Agustus 2013.
Pengertian :
Memberikan obat minum kepada pasien.
Tujuan :
Menerapkan langkah-langkah untuk mendistribusikan obat minum pasien.
Kebijakan :
a. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Prosedur :
a. Persiapan alat:
- Obat oral dalam kemasan botol ataupun tablet.
- Nampan atau troli obat.
- Mangkuk atau sendok obat.
- Sarung tangan.
b. Prosedur pemberian obat:
- Cuci tangan.
- Persiapkan obat, patuhi lima benar pemberian obat dan satu waspada
efek samping obat.
- Identifikasi pasien dengan membaca gelang atau papan identitas pasien
dan memanggil nama pasien.
- Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat.
- Verifikasi alergi pasien yang terdaftar pada catatan pemberian obat dan
gelang pasien.
- Dapatkan data pra pengkajian, hal ini untuk menentukan apakah obat
harus diberikan atau ditunda.
- Bantu pasien ke posisi semi fowler atau duduk.
- Pasang sarung tangan jika ada kemungkinan terpajan sekret oral.
- Buka paket kemasan obat ke tangan pasien atau tuang obat ke
mangkuk obat dan berikan kepada pasien, beri bantuan jika diperlukan.
- Instruksikan pasien untuk memasukkan tablet atau kapsul ke dalam
mulut dan lanjutkan dengan minum air yang cukup untuk menelan
obat.
- Tetap bersama pasien sampai semaua obat diminum, periksa mulut
pasien jika ada keraguan apakah pasien benar-benar telah menelan
obat.
- Atur posisi pasien dan letakkan bel pemanggil bantuan dalam
jangkauan pasien.
- Pasang pagar pengaman tempat tidur.
- Buang atau simpan alat dengan benar.
- Buka sarung tangan dan cuci tangan.
- Dokumentasikan prosedur pemberian obat ke dalam catatan pemberian
obat.
- Kaji kembali pasien setelah 30 60 menit pemberian obat dan
dokumentasikan respon pasien terhadap obat.
c. Hal-hal yang harus disokumentasikan:
- Nama, jumlah, rute obat yang diberikan.
- Tujuan pemberian obat jika diberikan hanya pada saat diperlukan
(p.r.n).
- Data pengkajian yang relevan dengan obat.
- Efek obat pada pasien.
- Penyuluhan tentang penggunaan obat atau teknik penggunaan obat
secara mandiri.
Unit terkait :
a. Instalasi rawat inap
b. Instalasi rawat jalan
c. Instalasi gawat darurat
d. Intensive care unit.
Lampiran 20: Pelaksanaan kegiatan penerimaan pasien baru

Lembar Penerimaan Pasien Baru

Nama/Umur : Tn Pujo Diagnosa Medis: DM Tipe 2


No. RM : 131361 Tgl MRS/jam : 17/10/14 (08.00 WIB)

Berilah tanda jika sudah dilakukan. Orientasi/penjelasan tentang 3 P:


P1: PERKENALAN (ORIENTASI RUANGAN, SARANA LAIN DAN
ORANG)
1. Perkenalan diri.

2. Perkenalan perawat yang bertanggung jawab:

Kepala Ruangan
Perawat Primer
Perawat Associate

3. Perkenalkan dokter yang bertanggung jawab dan tenaga non

keperawatan (administrasi, ahli gizi, dll).

4. Perkenalkan klien baru dengan klien lain yang sekamar (bila ada).

5. Pengenalan ruangan/lingkungan:

Kamar mandi. Ruang NERS


Ruang tunggu keluarga. Depo Farmasi
Nurse station. Musholla

P2: PERATURAN RUMAH SAKIT

6. Penjelasan tentang aturan Rumah Sakit/peraturan:

Fasilitas
Jam berkunjung
Penunggu klien
Penunggu adalah keluarga terdekat klien.
Masing-masing klien hanya boleh ditunggu 1
penunggu.
Waktu makan.
Tata cara pembayaran jasa rumah sakit.
Penjelasan akan sistem sentralisasi obat.
Anjuran untuk tidak membawa barang berharga.

P3: PENYAKIT/DIAGNOSIS

7. X Penjelasan tentang penyakit pasien:


X Pengertian X Pemeriksaan
X Penyebab X Pengobatan
X Tanda dan gejala X Prognosis

8. Menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah

disampaikan.

Surabaya, 17 Oktober 2014

Pasien/Keluarga Ners,

(Stefani Angel) (Ns. Noviani Nastiti S.)


Lampiran 21: Pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat

Pedoman Pengisian Medication Chart Parenteral

Alergi: Berat Badan: No. RM : 131361


No. Reg. : 131361
Tidak ada. 80 Kg. Nama : Tn Pujo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun

Penulisan resep :
Jelas, dapat dibaca, ditandatangani dokter pemberi terapi.
Perubahan obat :
Bila ada penggantian obat, baik dosis, rute maupun frekuensi, resep obat
pertama harus dihentikan (STOP) dan ditulis ulang pada kolom yang baru.
Penghentian obat :
e. Bila obat dihentikan, dokter pemberi terapi harus menulis STOP di
kolom tanggal pemberian obat dan memberi paraf.
f. Apabila penghentian terapi secara verbal atau telepon pada kolom
pemberian obat ditulis/stempel Phone Order/PO atau Verbal
Order/VO, kemudian nurse memberi paraf. Dokter pemberi instruksi
harus memberikan paraf saat visite.
Pembatalan resep :
Dilakukan dengan memberikan satu garis jelas pada tulisan tersebut dan
diparaf oleh dokter yang bersangkutan. Tidak diperbolehkan menggunakan
Tip-X atau penghapus.
Instruksi verbal/telepon :
Instruksi yang diberikan melalui verbal atau telepon, perawat harus menulis
kan/stempel pada kolom tanda tangan dokter dengan PO atau VO dan dokter
pemberi instruksi harus menandatanganinya saat visite.
Alasan penyimpangan :
Bila pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan seharusnya, maka tulis
alasan dengan menggunakan singkatan:
R : Reject, pasien menolak pemberian.
F : Fasting, pasien puasa.
C : Condition, kondisi pasien yang menyebabkan penundaan (TD, kondisi
perdarahan, dll) penjelasan lebih lanjut ada di catatan perkembangan.
A : Absent, pasien tidak ada di tempat/RS tanpa izin.
Keterangan kolom :
C : Paraf perawat pemeriksa/cross check.
G : Paraf perawat pemberi obat.
DAFTAR OBAT YANG DIBAWA PASIEN PADA SAAT MRS

Nama/Umur : Tn. Pujo Diagnosa Medis : DM Tipe 2


No. RM : 131361 Tgl MRS/jam : 17/10/14 (08.00 WIB)
Nama Obat Jumlah Diterima Penerima Yang Menyerahkan

Infus NS 1 colf Ns. Noviani Ns. Miftachul

Antasida tablet 2 buah Ns. Noviani Ns. Miftachul

Humulin R 1 buah Ns. Noviani Ns. Miftachul

Nedle Humulin 1 buah Ns. Noviani Ns. Miftachul


SAMPLE TANDA TANGAN/PARAF NERS

Nama/Umur : Tn. Pujo Diagnosa Medis: DM Tipe 2


No. RM : 131361 Tgl MRS/jam : 17/10/14 (08.00 WIB)

Nama Perawat Paraf Nama Perawat Paraf

Ns. Noviani

Ns. Romadhon

Ns. Diana
Lembar Parenteral Medication Chart

Nama/Umur : Tn. Pujo Diagnosa Medis : DM Tipe 2

No. RM : 131361 Tgl MRS/jam : 17/10/14 (08.00 WIB)

Nama Obat: Tgl 17/10/14 Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Infus NS Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m
Dosis: Rute: 1 14
21 tpm Resep: IV
2 colf 2 22
Tanda tgn dokter: Tgl 3 06
mulai:
17/10/ 4
14
Cat: 5
-
6

Nama Obat: Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Humulin R Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m
Dosis: Rute: 1 12 x
3x4 iu Resep: SC
1 bh 2 18
Tanda tgn dokter: Tgl 3 07
mulai:
17/10/ 4
14
Cat: 5
Injeksi 15 menit sebelum
makan. 6

Nama Obat: Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Kalmeco Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m
Dosis: Rute: 1 18
2x1 A Resep: Drip
2A 2 06
Tanda tgn dokter: Tgl 3
mulai:
17/10/ 4
14
Cat: 5
-
6

Nama Obat Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m m
Dosis Rute 1
Resep
2
Tanda tgn Tgl 3
dokter: mulai:
4
Cat: 5
6
Pedoman Pengisian Medication Chart Oral

Alergi: Berat Badan: No. RM : 131361


No. Reg. : 131361
Tidak ada. 80 kg Nama : Tn. Pujo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Penulisan resep :
Jelas, dapat dibaca, ditandatangani dokter pemberi terapi.
Perubahan obat :
Bila ada penggantian obat, baik dosis, rute maupun frekuensi, resep obat
pertama harus dihentikan (STOP) dan ditulis ulang pada kolom yang baru.
Penghentian obat :
g. Bila obat dihentikan, dokter pemberi terapi harus menulis STOP di
kolom tanggal pemberian obat dan memberi paraf.
h. Apabila penghentian terapi secara verbal atau telepon pada kolom
pemberian obat ditulis/stempel Phone Order/PO atau Verbal
Order/VO, kemudian nurse memberi paraf. Dokter pemberi instruksi
harus memberikan paraf saat visite.
Pembatalan resep :
Dilakukan dengan memberikan satu garis jelas pada tulisan tersebut dan
diparaf oleh dokter yang bersangkutan. Tidak diperbolehkan menggunakan
Tip-X atau penghapus.
Instruksi verbal/telepon :
Instruksi yang diberikan melalui verbal atau telepon, perawat harus menulis
kan/stempel pada kolom tanda tangan dokter dengan PO atau VO dan dokter
pemberi instruksi harus menandatanganinya saat visite.
Alasan penyimpangan :
Bila pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan seharusnya, maka tulis
alasan dengan menggunakan singkatan:
R : Reject, pasien menolak pemberian.
F : Fasting, pasien puasa.
C : Condition, kondisi pasien yang menyebabkan penundaan (TD, kondisi
perdarahan, dll) penjelasan lebih lanjut ada di catatan perkembangan.
A : Absent, pasien tidak ada di tempat/RS tanpa izin.
Keterangan kolom :
C : Paraf perawat pemeriksa/cross check.
G : Paraf perawat pemberi obat.
Lembar Oral Medication Chart

Nama/Umur : Tn. Pujo Diagnosa Medis : DM Tipe 2

No. RM : 131361 Tgl MRS/jam : 17/10/14 (08.00 WIB)

Nama Obat: Tgl 17/10/14 Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Antasida tablet Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m
Dosis: Rute: 1 12
3x1 Resep: Oral
X
tab. 3 tab.
2 18
Tanda tgn dokter: Tgl 3 06
mulai:
17/10/14 4
Cat: 5
Dikunyah sebelum makan.
6

Nama Obat: Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Paracetamol tablet Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m
Dosis: Rute: 1 14
3x1 Resep: Oral
tab. 3 tab. 2 22
Tanda tgn dokter: Tgl 3 06
mulai:
17/10/14 4
Cat: 5
p.r.n.
6

Nama Obat Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m m
Dosis Rute 1
Resep
2
Tanda tgn Tgl 3
dokter: mulai:
4
Cat: 5
6

Nama Obat Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Jm C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G J C G
m m m m m m m m
Dosis Rute 1
Resep
2
Tanda tgn Tgl 3
dokter: mulai:
4
Cat: 5
6
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ny. Stefani Angel
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gresik
Untuk :
- Diri sendiri - Istri Suami
- Anak - Orang tua - Lainnya

Nama pasien : Tn. Pujo


Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Gresik
Ruang : Interna Lt. 3 RSUA
No. Reg. : 131361
Menyatakan (setuju/tidak setuju*) untuk dilakukan sentralisasi obat,
setelah mendapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat yaitu pengaturan
pemakaian obat yang diatur/dikondisikan oleh perawat sesuai ketentuan dosis
yang diberikan dokter.
Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
2. Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada perawat yang bertugas
saat itu.
3. Obat dari apotek diserahkan kepada perawat.
4. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah terima
dan ditandatangani oleh keluarga/pasien dan perawat yang menerima.
5. Obat akan disimpan di lemari obat di kantor perawatan.
6. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dengan program terapi dari dokter
yang merawat.
7. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis maka sisa obat akan
diserahkan kepada pasien/keluarganya.

Dengan demikian saya menyatakan bertanggung jawab atas pernyataan


yang dibuat dan tidak akan melakukan tuntutan/gugatan di kemudian hari atas
tindakan tersebut.
Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
digunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 17 Oktober 2014


Perawat Yang Menerangkan Menyetujui,

(Ns. Noviani Nastiti S.) (Stefani Angel)

Saksi 1: Ns. Romadhon ( )


Saksi 2: .........................(......................)

NB: Harap diisi dengan nama jelas dan tanda tangan


*) Coret yang tidak perlu
FORMAT SERAH TERIMA OBAT

Nama Pasien : Tn. Pujo


Ruangan : Interna Lt. 3 RSUA
Umur : 45 tahun
No. Reg. : 131361
No Nama Obat Dosis Jumlah Keterangan TT (Nama Terang TT (Nama Keterangan
(Diterima/ yang Menyerahkan) Terang yang
Diserahkan) Diserahi)
1. Infus NS 21 tpm 2 colf Diterima
2. Humulin R 3x4 iu 1 buah Diterima
3. Antasida tab. 3x1 tab. 3 tablet Diterima
4. Paracetamol tab. 3x1 tab. 3 tablet Diterima Ns. Noviani
Fitriani
5. Kalmeco 2x1 A 2 ampul Diterima Obat beli (kuitansi
sdh dengan
keluarga)

Вам также может понравиться