Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM : STI201701452
Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7), perencanaan pembangunan dapat diartikan
didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk
(material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih
baik.
dalam buku yang berbeda. Menurut Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
pasal 1 disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan adalah meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan
untuk mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah
keniscayaan, keharusan dan kebutuhan. Perencanaan itu sendiri berfungsi sebagai penuntun
Proses perencanaan merupakan suatu prosedur dan tahapan dari perencanaan itu
dilaksanakan.Secara hierarki, prosedur perencanaan itu dilakukan atas dasar prinsip Top-Down
Planning, yaitu proses perencanaan yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi suatu organisasi
kemudian atas dasar keputusan tersebut dibuat suatu perencanaan di tingkat yang lebih
rendah.Prinsip lainnya adalah lawan dari prinsip di atas yaitu Bottom-Up Planning yang
merupakan perencanaan yang awalnya dilakukan di tingkat yang paling rendah dan selanjutnya
disusun rencana organisasi di atasnya sampai dengan tingkat pusat atas dasar rencana dari
bawah.
1. Perencanaan Pembangunan Bottom Up
Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari daur kegiatan manajemen yang
baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehubungan dengan pokok pertanyaan: apa, siapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang dimanajemeni
maupun usaha-usahanya.
korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga dilakukan per
divisi atau unit bisnis stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam
suatu korporasi yang lebih besar. Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam korporasi, di
dalam divisi maupun unit bisnis individual, misalnya rencana fungsi pemasaran, rencana fungsi
keuangan, rencana fungsi produksi dan distribusi, dan rencana fungsi personalia. Bagaimana
pun lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang dipikirkan sama saja: apa,
siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut metode yang
Saalah satu proses atau rencana perencanaan yang sering dilakukan dalam melakukan
rencana pembangunan adalah dengan menggunakan sistem pembangunan yang bersifat Button
Up. Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan
dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan
kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan
dalam pengertian dibidang pemerintahan, button up planning atau perencanaan bawah adalah
perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya
sebagai fasilitator.
Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua
pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan
adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang
dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan
keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang
pemerintahan, bottom-up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun
Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang dikembangkan
kerangka menggali aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah tingkat RT,
RW, kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut dikembangkan lebih
lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu saja disana-sini masih
pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada umumnya bukan saja sebagai
obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan
mudah dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah implementasinya karena banyak
factor yang perlu dipertimbangkan, termasuk bagaimana sosialisasi konsep itu di tengah-
tengah masyarakat.
komponen yang ada dalam masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, golongan, agama, status
sosial, pendidikan, tersebut paling tidak merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati
dan dikembangkan secara berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun
pengertian yang luas menjadi semakin baik dan meningkat. Lagipula, pola pendekatan
perencanaan pembangunan ini sekaligus menjadi wahana pembelajaran demokrasi yang sangat
baik bagi masyarakat. Hal ini tercermin bagaimana masyarakat secara menyeluruh mampu
melakukan proses demokratisasi yang baik melalui forum-forum musyawarah yang melibatkan
semua unsur warga masyarakat mulai dari level RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga),
Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan perencanaan yang
menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada
di "bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan
sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena target
yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di
seluruh Indonesia yang mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal
pembangunan, pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba
keputusan tidak menampung semua aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan
perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang
mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam
pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top-down planning atau perencanaan
atas adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana
Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down yang diterapkan diera orde
Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang
daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan
Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana,
bisa juga karena ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat
Pemerintah Pusat dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat
setempat tidak diberi kesempatan untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya
mempengaruhi atau merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat
pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi pemerintah.
C. Perbedaan Mendasar Dari Perencanaan Bottom Up dan Top Down.
proses perencanaan tersebut dilakukan hingga muncul suatu pengambilan keputusan pada
produk rencana. Pendekatan perencanaan yang dimaksud adalah pendekatan secara top-down
atau bottom-up.
Secara konseptual, terdapat perbedaan yang cukup mendasar dari kedua tipe perencanaan
Tabel.1
dimana yang mengambil keputusan adalah yang dihadapi oleh bawahan bersama-
atasan sedangkan bawahan hanya sebagai sama dengan atasan menetapkan kebijakan
pelaksana saja. Dalam pengertian lain atau pengambilan keputusan dan atasan
top down planning atau perencanaan atas Sedangkan dalam pengertian dibidang
nyata bagian bawah. Waktu perencanaan melibatkan semua pihak sejak awal,
bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal sehingga setiap keputusan yang diambil
sesuai.
Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas ke
pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi sepenuhnya
dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat. Untuk itu,
perencanaan dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut ditempuh
yaitu Dati I sepulau/kawasan, dan puncaknya terjadi pada Konsultasi Nasional Pembangunan
(Konasbang). Di setiap tingkat diupayakan untuk mengadakan koordinasi perencanaan sektoral
dan regional. Usulan atau masalah yang lintas wilayah atau lintas sektoral yang tidak dapat
diselesaikan di suatu tingkat dibawa ke tingkat di atasnya. Proses berjenjang ini diharapkan
tersebut. Dengan demikian, perencanaan dari "atas ke bawah" yang memberikan gambaran
berjenjang, sehingga proses perencanaan dari "bawah ke atas" diharapkan sejalan dengan yang
dari bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral yaitu Kantor
diharapkan visi atau kepentingan daerah sudah terwakili dalam usulan tersebut. Upaya-upaya
untuk mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam rapat koordinasi
penanaman modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum Rakorbang Dati I menjadi
ajang pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan perencanaan
sektoral.
Dengan adanya konflik juga dapat menimbulkan perubahan struktur masyarakat dimana dalam
membuat perubahan yang terencana kita harus memebuat peren canaan terlebih dahulu.
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta
pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari
perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh.
yang dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal
3. Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang
1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih
2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program
tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga
akhir.
4. Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada
masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-
5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat
2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung
oleh pemerintah.
program.
1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada
2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan
masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat
3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih
banyak.
4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan
1. Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.
2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat
pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya
silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan
bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya
Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem
tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis
sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah
selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu
berjalan beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan
BOTTOM-UP PLANNING
Dalam suatu perencanaan terdapat beberapa pihak yang terlibat suatu produk rencana
tersebut, baik terlibat secara langsung ataupun tak langsung tergantung pendekatan
perencanaan yang dianut. Pihak-pihak terkait tersebut adalah pemerintah, swasta, masyarakat,
dan perencana. Pada pendekatan top-down planning di mana pemerintah yang memiliki andil
terbesar dan mutlak sehingga dalam hal ini peran dari perencana pun tidak memiliki pengaruh
yang besar karena di sini perencana hanya mengikuti apa yang menjadi permintaan dari
pemerintah. Dalam pendekatan top-down ini semua keputusan berada di tangan pemerintah
sedangkan masyarakat hanya sebagai objek dari suatu perencanaan tanpa ikut campur tangan
dalam perencanaan.
Pada hakikatnya penataan ruang merupakan sebuah upaya membuat rencana untuk
kepentingan masyarakat. Untuk itu langkah ke depan selanjutnya adalah bagaimana membuat
masyarakat menjadi bagian dari proses perencanaan. Melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaan termasuk salah satu metode pendekatan bottom-up planning. Dalam hal ini
perencana memiliki peran sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Kali ini
perencana memiliki tugas memberdayakan dalam bidang tata ruang. Melakukan perencanaan
atas kepentingan masyarakat sejatinya seiring dan sejalan dengan melakukan perencanaan
bersama masyarakat. Menjadikan masyarakat sebagai bagian dari proses perencanaan dan
Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota secara bottom-up, peran
pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar dan peraturan,
pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan dan strategi nasional. Sementara
disisi lain, masyarakat semakin dituntut untuk mengenali permasalahan wilayah dan kota dan
pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, meskipun pemerintah
pada akhirnya harus dapat menjadi seorang komunikator dalam proses politik yang terjadi,
fungsinya. Proses top-down dan bottom-up ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain
Dalam sistem perencanaan nasional, pertemuan antara perencanaan yang bersifat top-
down dan bottom-up diwadahi dalam musyawarah perencanaan. Dimana perencanaan makro
yang dirancang pemerintah pusat disempurnakan dengan memperhatikan masukan dari semua
stakeholders dan selanjutnya digunakan sebagai pedoman bagi daerah-daerah dan lembaga-
:STI201601301
Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7), perencanaan pembangunan dapat diartikan
didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk
(material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih
baik.
dalam buku yang berbeda. Menurut Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
pasal 1 disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan adalah meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan
untuk mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah
keniscayaan, keharusan dan kebutuhan. Perencanaan itu sendiri berfungsi sebagai penuntun
Proses perencanaan merupakan suatu prosedur dan tahapan dari perencanaan itu
dilaksanakan.Secara hierarki, prosedur perencanaan itu dilakukan atas dasar prinsip Top-Down
Planning, yaitu proses perencanaan yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi suatu organisasi
kemudian atas dasar keputusan tersebut dibuat suatu perencanaan di tingkat yang lebih
rendah.Prinsip lainnya adalah lawan dari prinsip di atas yaitu Bottom-Up Planning yang
merupakan perencanaan yang awalnya dilakukan di tingkat yang paling rendah dan selanjutnya
disusun rencana organisasi di atasnya sampai dengan tingkat pusat atas dasar rencana dari
bawah.
Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari daur kegiatan manajemen yang
baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehubungan dengan pokok pertanyaan: apa, siapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang dimanajemeni
maupun usaha-usahanya.
korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga dilakukan per
divisi atau unit bisnis stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam
suatu korporasi yang lebih besar. Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam korporasi, di
dalam divisi maupun unit bisnis individual, misalnya rencana fungsi pemasaran, rencana fungsi
keuangan, rencana fungsi produksi dan distribusi, dan rencana fungsi personalia. Bagaimana
pun lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang dipikirkan sama saja: apa,
siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut metode yang
Saalah satu proses atau rencana perencanaan yang sering dilakukan dalam melakukan
rencana pembangunan adalah dengan menggunakan sistem pembangunan yang bersifat Button
Up. Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan
dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan
kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan
dalam pengertian dibidang pemerintahan, button up planning atau perencanaan bawah adalah
perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya
sebagai fasilitator.
Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua
pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan
adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang
dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan
keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang
pemerintahan, bottom-up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun
Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang dikembangkan
kerangka menggali aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah tingkat RT,
RW, kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut dikembangkan lebih
lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu saja disana-sini masih
pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada umumnya bukan saja sebagai
obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan
factor yang perlu dipertimbangkan, termasuk bagaimana sosialisasi konsep itu di tengah-
tengah masyarakat.
komponen yang ada dalam masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, golongan, agama, status
sosial, pendidikan, tersebut paling tidak merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati
dan dikembangkan secara berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun
pengertian yang luas menjadi semakin baik dan meningkat. Lagipula, pola pendekatan
perencanaan pembangunan ini sekaligus menjadi wahana pembelajaran demokrasi yang sangat
baik bagi masyarakat. Hal ini tercermin bagaimana masyarakat secara menyeluruh mampu
melakukan proses demokratisasi yang baik melalui forum-forum musyawarah yang melibatkan
semua unsur warga masyarakat mulai dari level RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga),
Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan perencanaan yang
menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada
di "bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan
sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena target
yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di
seluruh Indonesia yang mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal
pembangunan, pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba
keputusan tidak menampung semua aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan
perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang
mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam
pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top-down planning atau perencanaan
atas adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana
Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down yang diterapkan diera orde
Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang
daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan
Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana,
bisa juga karena ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat
Pemerintah Pusat dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat
setempat tidak diberi kesempatan untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya
mempengaruhi atau merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat
pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi pemerintah.
C. Perbedaan Mendasar Dari Perencanaan Bottom Up dan Top Down.
proses perencanaan tersebut dilakukan hingga muncul suatu pengambilan keputusan pada
produk rencana. Pendekatan perencanaan yang dimaksud adalah pendekatan secara top-down
atau bottom-up.
Secara konseptual, terdapat perbedaan yang cukup mendasar dari kedua tipe perencanaan
Tabel.1
dimana yang mengambil keputusan adalah yang dihadapi oleh bawahan bersama-
atasan sedangkan bawahan hanya sebagai sama dengan atasan menetapkan kebijakan
pelaksana saja. Dalam pengertian lain atau pengambilan keputusan dan atasan
top down planning atau perencanaan atas Sedangkan dalam pengertian dibidang
nyata bagian bawah. Waktu perencanaan melibatkan semua pihak sejak awal,
bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal sehingga setiap keputusan yang diambil
sesuai.
Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas ke
pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi sepenuhnya
dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat. Untuk itu,
perencanaan dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut ditempuh
yaitu Dati I sepulau/kawasan, dan puncaknya terjadi pada Konsultasi Nasional Pembangunan
dan regional. Usulan atau masalah yang lintas wilayah atau lintas sektoral yang tidak dapat
diselesaikan di suatu tingkat dibawa ke tingkat di atasnya. Proses berjenjang ini diharapkan
tersebut. Dengan demikian, perencanaan dari "atas ke bawah" yang memberikan gambaran
berjenjang, sehingga proses perencanaan dari "bawah ke atas" diharapkan sejalan dengan yang
dari bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral yaitu Kantor
diharapkan visi atau kepentingan daerah sudah terwakili dalam usulan tersebut. Upaya-upaya
untuk mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam rapat koordinasi
penanaman modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum Rakorbang Dati I menjadi
ajang pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan perencanaan
sektoral.
Dengan adanya konflik juga dapat menimbulkan perubahan struktur masyarakat dimana dalam
membuat perubahan yang terencana kita harus memebuat peren canaan terlebih dahulu.
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta
pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari
perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh.
yang dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal
3. Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang
1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih
2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program
tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga
akhir.
4. Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada
masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat
2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung
oleh pemerintah.
program.
1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada
2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan
masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat
3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih
banyak.
4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan
1. Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.
2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat
pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya
silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan
bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya
Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem
tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis
sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah
selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu
berjalan beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan
BOTTOM-UP PLANNING
Dalam suatu perencanaan terdapat beberapa pihak yang terlibat suatu produk rencana
tersebut, baik terlibat secara langsung ataupun tak langsung tergantung pendekatan
perencanaan yang dianut. Pihak-pihak terkait tersebut adalah pemerintah, swasta, masyarakat,
dan perencana. Pada pendekatan top-down planning di mana pemerintah yang memiliki andil
terbesar dan mutlak sehingga dalam hal ini peran dari perencana pun tidak memiliki pengaruh
yang besar karena di sini perencana hanya mengikuti apa yang menjadi permintaan dari
pemerintah. Dalam pendekatan top-down ini semua keputusan berada di tangan pemerintah
sedangkan masyarakat hanya sebagai objek dari suatu perencanaan tanpa ikut campur tangan
dalam perencanaan.
Pada hakikatnya penataan ruang merupakan sebuah upaya membuat rencana untuk
kepentingan masyarakat. Untuk itu langkah ke depan selanjutnya adalah bagaimana membuat
masyarakat menjadi bagian dari proses perencanaan. Melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaan termasuk salah satu metode pendekatan bottom-up planning. Dalam hal ini
perencana memiliki peran sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Kali ini
perencana memiliki tugas memberdayakan dalam bidang tata ruang. Melakukan perencanaan
atas kepentingan masyarakat sejatinya seiring dan sejalan dengan melakukan perencanaan
bersama masyarakat. Menjadikan masyarakat sebagai bagian dari proses perencanaan dan
Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota secara bottom-up, peran
pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar dan peraturan,
pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan dan strategi nasional. Sementara
disisi lain, masyarakat semakin dituntut untuk mengenali permasalahan wilayah dan kota dan
pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, meskipun pemerintah
pada akhirnya harus dapat menjadi seorang komunikator dalam proses politik yang terjadi,
fungsinya. Proses top-down dan bottom-up ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain
Dalam sistem perencanaan nasional, pertemuan antara perencanaan yang bersifat top-
down dan bottom-up diwadahi dalam musyawarah perencanaan. Dimana perencanaan makro
yang dirancang pemerintah pusat disempurnakan dengan memperhatikan masukan dari semua
stakeholders dan selanjutnya digunakan sebagai pedoman bagi daerah-daerah dan lembaga-