BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk
pengaturan kehamilan, dan metupakan hak setiap individu sebagi mahluk seksual.
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat, selain makan yang
sehat, air bersih dan lingkungan yang bersih. Pasangan usia subur yang belum
atau tidak berencana punya anak (lagi) dan tidak memakai kontrasepsi, termasuk
kelompok unmed need. Mereka, tanpa di sadari, masuk kedalam kelompok
yang beresiko tinggi. Mereka termasuk kelompok dengan angka kesakitan dan
kematian yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memakai
kontrasepsi. (Affandi, 2011).

2.2 Macam-Macam Metode Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2010) metode kontrasepsi terdiri dari:
1) Metode sederhana:
a. Tanpa alat: Kontrasepsi alami, coitus interuptus
b. Dengan alat: mekanis (barrier), kimiawi
2) Metode moderen:
a. Kontrasepsi hormonal: per oral, injeksi atau suntik, sub-kutis.
b. Intra uterine devices (IUD, AKDR).
c. Kontrasepsi mantap.

2.3 Kontrasepsi Suntik/ Injeksi

Salah satu tujuan utama dari penilitian kontrasepsi adalah untuk
mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang( lama),
yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan ber sengama,
tetapi tetap reversibel.
 Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarng banyak dipakai
adalah:
1) DMPA (depot medroxyprogesterone asetat)
a. Dipakai dilebih dari 90 negar, telah digunakan selama kurang lebih 20
tahun dan sampai saat ini akseptonya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.
b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
2) NETEN (norethindrone enanthate)
a. Dipakai dilebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta
wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8
minggu untuk 6 bulan pertama(3 X suntikan pertama) kemudia selanjutnya
setiap 12 minggu.

Baik DMPA atau NETEN sangat efektif, dengan angka kegagalan untuk:

a. DMPA: < 1 per 100 wanita per tahun.

b. NETEN: 2 per 100 wanita per tahun (Hartanto, 2010).

2.4 Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera)

Menurut Prawirohardjo (2011) depo provera ialah 6-alfa-
medroksiprogerteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral,
mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk
depot. Noristerat juga termasuk dalam golongan kontrasepsi suntikan.
2.4.1 Mekanisme kerja
Menurut Hartanto (2011) mekanisme kontrasepsi suntik yaitu :
a. Obat ini menghalagi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus.
b. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui serviks uteri.
c. Implantasi ovum dan endometrium dihalangi.
d. Mempengaruhi transpor ovum di tuba.
2.4.2 Waktu Pemberian dan Dosis
Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum karena
tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amonorea setelah suntikan.
Suntikan depo tidak mengganggu yang menyusui anaknya dalam masa
postpartum,karena dalam masa ini terjadi amonorea laktasi. Untuk program
postpartum, depo provera disuntikan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit;
sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai
dengan hari ke-5. Kontrasepsi depo disuntikan dalam dosis 150 mg/cc) sekai
3 bulan. Suntikan harus intrakumulus dalam (Anwar, 2011).

2.4.3 Keuntungan Suntikan KB

a. Pemberian sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
b. Tingkat efektifitasnya tinggi
c. Hubungan seks dengan suntika KB bebas
d. Pengawasan medis yang ringan
e. Dapat dipakai-diberikan pascapersalinan, pascakeguguran atau
pascamenstruasi
f. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi
g. Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan
mendapatkan menstruas (Manuaba,2005)
2.4.4 Kerugian Suntikan KB
a. Perdarahan yang tidak menentu
b. Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan
c. Masih terjadi kemungkinan hamil
2.4.5 Indikasi
a. Anemia
b. Haid teratur
c. Usia produktif
d. Nyeri haid hebat
e. Memberi ASI >6 bulan
f. Riwayat kehamilan ektopik
 g. Sering lupa
h. Telah memiliki anak atau pun belom memiliki anak
(Handayani.2014)
2.4.6 Kontra Indikasi Suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan
pada:
a. Kehamilan
b. Karssinoma payudara
c. Karsinoma tractus genitalia
d. Perdarahan abnormal uterus
2.4.7 Efek Samping
a. Ganguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling
menggangu.
b. Berat badan yang bertambah.
c. Sakit kepala.
d. Pada sistem kardiovaskuler efek nya sangat sedikit, mungkin ada
sedikit peningian dari kadar insulin dan penurunan HDL, kolesterol
(Hartanto.2010).
2.4.8 Farmakologi DMPA
3 Tersedia dlam larutan mikrokristalino.
4 Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu
kadarnya tetp tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
5 Ovulasi mungkon sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan,
tetpi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau
lebih.
6 Pada pemakaian jangaka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari
DMPA dalam darah/serum. (Hartanto.2010).

2.5 BERAT BADAN

2.5.1 Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak
digunakan yang memberi gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh.
 2.5.2 komposisi tubuh
Secara sederhana tubuh dianggap terdiri atas beberapa kompartemen :
a. Massa lemak
b. Massa bebas lemak (protein dan mineral)
c. Cairan tubuh total.

2.5.3 pengukuran berat badan

Pada orang dewasa, tinggi dan berat badan sama-sama digunakan untuk
menghitung indeks massa tubuh (IMT), dengan membagi berat badan (kilogram)
dengan tinggi (meter).

IMT digunakan dalam komparasi internasional, tetapi memang memiliki

kelemahan :

a. Hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak

berlaku bagi individu berotot.
b. Pada subjek yang lebih tua (lansia), berkurangnya tinggi badan dan
memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat.
WHO telah mendefenisikan sejumlah kisaran IMT yang mencerminkan
risiko penyakit tertentu.

Tabel 2.1 Klasifikasi kegemukan, berdasarkan IMT (WHO)

Kategori Kisaran IMT (kg/m)
Berat badan normal 18,5 24,9
Berat badan berlebih 25 29,9
Obesitas - kelas 1 30 34,9
Obesitas - kelas 2 35 39,9
Obesitas - kelas 3 >40,0

2.5.4 Pengaruh Kontrasepsi Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat

Badan