Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak I. Tak lupa penyusun ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Adapun pihakpihak tersebut antara lain:
1. Ns. Erni Suprapti,S.ST., S.Kep. selaku dosen pembimbing Keperawatan Anak I Akper
Kesdam IV/ Diponegoro Semarang.
2. Temanteman yang membantu proses penyelesaian makalah ini.
3. Serta pihakpihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
walaupun demikian masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua
atau pengasuh terhadap anaknya. Dari yang memukul anak, menyiram anak dengan air panas,
hingga membakar anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau
kakek dengan anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang
dikemukakan oleh orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi
tahu, anak rewel terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah fenomena child
abuse yang terjadi di sekitar kita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya child abuse di
masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati
adanya tandatanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal
tersebut secara objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi
keluarga dapat berjalan dengan baik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan Child
Abuse, diharapkan mahasiswa memahami tentang Child Abuse.
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan Child Abuse,
mahasiswa mampu:
a. Memahami definisi Child Abuse
b. Mengetahui etiologi terjadinya Child Abuse
c. Mengetahui patofisiologi terjadinya Child Abuse
d. Mengetahui proses terjadinya Child Abuse
e. Mengetahui manifestasi klinis dari Child Abuse
f. Mengetahui komplikasi dari Child Abuse
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Child Abuse
h. Merumuskan asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang
dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan
pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1993)
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium
awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang
paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1998)
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak
optimal lagi (David Gill, 1998)
Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan
pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 2000)
Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh orang tua atau
yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu kesehatan fisik emosional serta
perkembangan anak. (Patricia, 2005)
B. Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang
berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
1. Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
a. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b. Orangtua yang agresif dan impulsif.
c. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional dan
ekonomi.
e. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f. Tidak mempunyai pekerjaan.
g. Jumlah anak yang banyak.
h. Adanya konflik dengan hukum.
i. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat dukungan dari
sanak keluarga serta kawan-kawan.
3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap perawatan
anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh
orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social
ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan
penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang
berdesakan).
b. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
c. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua tunggal
(single parent).
(Hidayat,2008)
C. Patofisiologi
Lebih dari 2,5 juta kasus child abuse anak dan pengabaian (neglect) dilaporkan dalam
kurun waktu beberapa tahun terakhir. 35% diantaranya melibatkan penganiayaan fisik, 15%
melibatkan penganiayaan seksual, dan 50% melibatkan neglect. Berdasarkan dari hasil studi
satu dari 20 anak anak secara umum mengalami penganiayaan fisik physical abuse setiap
tahun. Penganiayaan fisik melibatkan melukai/ merusak badan anak dengan membakar,
memukul dan mematahkan tulang anak. Adanya suatu memar menunjukkan ada jaringan
tubuh yang rusak dan pembuluh darah sudah memerah. Penerapan metode disiplin dari orang
tua ke anak dengan cara kekerasan seperti menjewer, menampar, dan mencubit hingga
meninggalkan luka atau tanda memar adalah cara yang tidak tepat (American Academy of
Pediatrics, 2007).
D. Manifestasi Klinis
1. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
2. Sekuel atau cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
3. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami
perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif,
bahasa, membaca, dan motorik.
Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.
Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat
atau karena gangguan emosi.
b. Emosi
1) Terdapat gangguan emosi
Perkembangan konsep diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat
agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk
percaya diri.
2) Terjadi pseudomaturitas emosi
Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang
lainnya menjadi menarik diri atau menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif,
perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
3) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada
yang mencoba bunuh diri.
4) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman
sebayanya. Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau
mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.
5) Hubungan sosial
Pada anak anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang
dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan perbuatan kriminal lainnya.
a) Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan
perdarahan anus.
b) Tanda gangguan emosi
Misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah
laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan
alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
c) Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
Gejala yang tidak biasa atau tidak spesifik
Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
Tingkah laku orangtua yang berlebihan.
E. Komplikasi
1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2. Kejang-kejang
3. Hidrocepalus
4. Ataksia
5. Kenakalan remaja
6. Depresi dan percobaan bunuh diri
7. Gangguan Stress post traumatic
8. Gangguan makan
(Soegeng,2002)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan
seksual, dilakukan pemeriksaan.
a. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah penganiayaan
seksual.
b. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
c. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d. Analisa rambut pubis.
2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak,
yaitu untuk:
a. Identifikasi fokus dari bekas
b. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk
meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa
nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur
multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya
penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral.
CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan
pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan
potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan
kekerasan
4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
(Nanda, 2012)
C. Intervensi
1. Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian
asuhan dan lingkungan.
Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
trauma pada anak
NOC : Abuse Protection
Kriteria hasil :
a. Keselamatan tempat tinggal
b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d. Keselamatan diri sendiri
e. Keselamatan anak
NIC: Enviromental Mangemen: safety
Intervensi
a. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan
perilaku masa lalu
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
d. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
e. Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan
f. kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menyingkirkan tanda kecemasan
c. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan strategi koping efektif
NIC : Penurunan cemas
Intervensi
a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan cemas
e. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
f. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
Intervensi
a. Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional selanjutnya dalam
efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan keluarga.
b. Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat
c. sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku pasien
d. tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
e. Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah
f. Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan
Intervensi:
a. Monitor lingkungan untuk perubahan status
b. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level fisik
c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
d. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
e. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan
Intervensi:
a. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat
menurunkan / mengurangi takut
b. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
c. Gendong / ayun-ayun anak
d. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan ketakutan
pasien
NIC 2 : Peningkatan koping
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
b. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa
c. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
d. Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal
e. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan sebagai ancaman
Kriteria hasil:
a. Hindari perilaku kekerasan fisik
b. Hindari perilaku kekerasan emosi
c. Hindari perilaku kekerasan seksual
d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan
NIC : Family terapi
Intervensi:
a. Tentukan terapi dengan keluarga
b. Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
c. Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
d. Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
e. Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga
D. Evaluasi
Dx 1: Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
e. Keselamatan anak
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, dimana
termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan
salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum
perlakuan salah oleh orang tuanya/ pengasuh.
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak
optimal lagi.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan
potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan
kekerasan
4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001-
2002. Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaleys and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC
NICNOC. 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.
American Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School Health.
Available from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].