Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Irfan fauzi J230170121
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural,
proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
friksi.4
B. Etiologi
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia
Gagal Jantung
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
penyebab utama dan umum dari efusi pleura. Ada tiga tingkatan/tahap yang
berhubungan dengan efusi parapneumonik yang mungkin saling tumpang tindih.
Tahap eksudatif (tahap efusi tanpa komplikasi), tahap fibropurulent (tahap mulai
C. Manifestasi Klinis
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak napas. Pada anak masalah pernapasan adalah hal yang paling sering
gejala yang muncul adalah batuk, demam, sesak nafas, menggigil. Apabila
penyebabnya bukan pneumonia, maka gejala pada anak mungkin tidak ditemukan
sampai efusi yang timbul telah mencukupi untuk menimbulkan gejala sesak nafas
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak
dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak
karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini
D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena
bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena
tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.
Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat
jenisnya rendah.5
Efusi pleura tanpa peradangan menghasilkan cairan serous yang jernih, pucat,
berwarna jerami, dan tidak menggumpal, cairan ini merupakan transudat., biasanya
terjadi pada penyakit yang dapat mengurangi tekanan osmotic darah atau retensi Na,
penyakit yang melibatkan jantung, ginjal, atau hati. Bila cairan di ruang pleura terdiri
dari darah, kondisi ini merujuk pada hemothorax. Biasanya hal ini disebabkan oleh
kecelakaan penetrasi traumatik dari dinding dada dan menyobek arteri intercostalis,
tapi bisa juga terjadi secara spontan saat subpleural rupture atau sobeknya adhesi
pleural 9
E. Pathways
Penyakit dasar efusi
transudat eksudat
abdomen tertekan pasang WSD Tidak pasang WSD volume tidal < difusi O2 < darah
kaya CO2
hipoksia
resiko perubahan Resiko trauma/ Inspirasi tidak maksimal
nutrisi penghentian nafas intoleransi aktifitas metabolisme anaerob
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-
pemeriksaan berikut:
1. CT-Scan dada
2. Rontgen dada
3. USG dada
4. Torakosentesis
pembiusan lokal).6
pasien dengan efusi pleura yang sedang-berat, namun pada anak-anak tidak
dari 7,2 kadar glukosa < 40mg/dl dan kadar LDH lebih dari 1000 U/mL.5
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
ditentukan.5
dijelaskan. Teknik ini memiliki peran yang terbatas pada anak-anak namun
7. Bronkoskopi
G. Penatalaksanaan
memberikan respon yang baik dengan pemberian terapi antibiotic sehingga tidak
mengalami komplikasi) pada anak dimulai dengan terapi konservatif. Pemberian awal
terapi antibiotic didasari pada infeksi penyebab yang mendasarinya dan
torakostomi tertutup.7
untuk mengurangi angka kematian yang tinggi dan kesakitan yang berhubungan
dengan empyema. Antibiotic secara intravena harus diteruskan sampai kondisi anak
bebas demam setidaknya 7-10 hari, telah bebas dari penggunaan oksigen dan tidak
lagi terlihat sakit. Antibiotic secara oral kemudian diberikan selama 1-3 minggu.5,7
pengurasan masih menjadi hal yang controversial, tidak ada data yang dengan jelas
dengan pipa tertutup yang segera sebaiknya menjadi pertimbangan yang kuat dengan
indikasi7 :
1. pH cairan pleura kurang dari 7,2 atau lebih dari 0,05 unit dibawah pH
arterial
Saat pengurasan cairan dengan pipa di dada mencapai kurang dari 30-50 ml/L
dan tingkat konstitusional pasien mengalami perbaikan, pipa di dada bisa dilepaskan.
Pengobatan untuk lokulasi efusi parapenumonik (khususnya tahap 2 dan 3) atau anak-
anak yang masih ada demam, sakit/sedih, dan kehilangan nafsu makan beberapa hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Efrati O, Barak A. Pleural effusions in the pediatric population. Pediatr Rev
2014;23:417-425.
2. Huang Fl et al. Clinical experience of managing empyema thoracis in
children. J Microbiol Immunol Infect 2012;35:115-120.
3. Yousef AA, Jaffe A. The management of paediatric empyema. HK J
Paediatr 2014;14:16-21.
4. Obando I et al. Pediatric parapneumonic empyema, Spain. Emerging
infectious Disease 2013;14:1390-1396.
5. Chandra K, Randall DC. Neonatal pleural effusion. Arch Pathol Lab Med
2011;130:e22-e23.
6. Demirhan R, Kosar A, Sancakli I, Kiral H, Orki A, Arman B. Management
of postpneumonic empyemas in children. Acta Chir Belg 2013;108:208-
211.
7. Chih-Ta Y et al. Treatment of complicated parapneumonic pleural effusion
with intrapleural streptokinase in children. Chest 2012 ;125:566-571.
8. Robert LG, Mark H, Samuel W, Marjorie JA. Drainage, fibrinolytic or
surgery: a comparison of treatment options in pediatric empyema. Journal
of Pediatric Surgery 2015;39:1638-1642.
9. Sylvia A, Lorraine M, Patofisiologi konsep Klinis Proses-proses
Penyakit.ECG 2010: 739