Вы находитесь на странице: 1из 10

Cara menghitung efisiensi termal

Siklus Rankine sederhana


By: Onny

Siklus Rankine menjadi konsep dasar sebuah pembangkit listrik tenaga uap.
Siklus tertutup termodinamika ini tersusun atas empat komponen dasar yakni
turbin uap, kondensor, pompa, serta boiler. Siklus berawal dengan dipanaskannya
air di dalam boiler sehingga menjadi uap air kering. Selanjutnya uap
air superheated ini masuk ke turbin sehingga energi panas di dalam uap air
terkonversi menjadi energi gerak. Uap air jenuh yang keluar dari turbin akan
melewati kondensor untuk mengalami proses kondensasi sehingga kembali
berwujud cair. Dari kondensor, air dialirkan sekaligus ditingkatkan tekanannya
oleh sebuah pompa, menuju boiler. Siklus sederhana ini berputar seterusnya
sehingga energi panas yang didapatkan dari pembakaran bahan bakar di dalam
furnace boiler pada akhirnya terkonversi menjadi energi gerak poros turbin uap.

Secara singkat, beberapa komponen Siklus Rankine akan mengalami perpindahan


energi panas serta ada pula yang mengalami perubahan energi gerak. Di dalam
boiler akan terjadi proses masuknya energi panas dari luar -- pembakaran bahan
bakar -- ke dalam sistem (siklus air - uap air). Sedangkan di dalam kondensor
akan terjadi proses pembuangan kalor laten dari uap air jenuh ke media pendingin.
Pada turbin uap, karena terjadi konversi energi panas menjadi gerak, maka di
komponen ini keluar produk berupa energi mekanis. Terakhir adalah pada
komponen pompa, terjadi proses transfer energi gerak dari pompa menjadi
tekanan.

Dari penjabaran sederhana ini, serta dengan ketentuan bahwa siklus ini adalah
Siklus Rankine ideal tanpa adanya kerugian sama sekali, maka dapat kita buat dua
buah rumusan sederhana berikut:

Energi Masuk = Energi Keluar (Hukum Kekekalan Energi)

QBoiler + WPompa = WTurbin + QKondensor

(Eq. 01)

serta,

termal=WturbinWpompaQboiler100%
(Eq. 02)
Persamaan (01) hanya berfungsi sebagai alat untuk memahami proses Siklus
Rankine saja. Kita akan berbicara lebih jauh dengan persamaan (02), yakni
rumusan perhitungan efisiensi termal Siklus Rankine. Efisiensi termal Siklus
Rankine merupakan perbandingan antara energi output siklus (energi gerak
turbin) dikurangi energi siklus yang digunakan oleh sistem (energi gerak pompa),
dengan energi panas yang masuk ke sistem (energi panas boiler).

Mungkin ada sebagian dari kita yang bertanya-tanya kemanakah energi panas
kondensor? Mengapa ia tidak masuk ke perhitungan efisiensi termal?

Energi panas yang dibuang oleh kondensor berbentuk panas laten. Panas laten
adalah panas yang dibutuhkan untuk mengubah fase air dari cair menjadi uap air.
Pada tekanan atmosfer, panas laten dibutuhkan untuk merubah air menjadi uap
pada temperatur konstan 100C. Temperatur laten akan semakin tinggi seiring
semakin tingginya tekanan kerja boiler. Kalor laten inilah yang harus dibuang
pada Siklus Rankine melalui kondensor. Pembuangan kalor laten tersebut akan
merubah fase uap air kembali ke cair. Dikarenakan panas buangan kondensor
tersebut tidak secara langsung berdampak pada unjuk kerja mesin Rankine, maka
kalor laten kondensor tidak masuk ke perhitungan efisiensi siklus. Sederhananya,
parameter sebuah mesin Rankine dapat dikatakan efisien adalah ketika turbin uap
dapat menghasilkan energi gerak sebesar-besarnya dengan konsumsi energi panas
boiler dan energi gerak pompa seminimal mungkin.

Gambar 1

Sekarang mari kita ambil contoh sebuah sistem PLTU sederhana ideal seperti
pada gambar di atas. Sistem tersebut jika digambarkan ke dalam sebuah diagram
tekanan-entalpi (P-h), maka akan seperti pada diagram di bawah ini.
Gambar 2

Dari contoh tersebut kita akan menghitung beberapa hal yakni:

Daya keluaran turbin serta daya yang dibutuhkan oleh pompa.


Energi panas yang dibutuhkan oleh boiler serta yang dibuang melalui
kondensor.
Efisiensi termal.
Debit minimum air pendingin untuk kondensor.

Turbin Uap

Mari kita sedikit berandai-andai di sini! Saya ingin mengajak Anda bertindak
seolah-olah sebagai seorang desainer PLTU!

Gambar 3

Pada contoh kasus di atas misalnya, kita ingin membuat sebuah turbin uap yang
mampu mengonversikan energi panas dari uap air dengan spesifikasi tekanan 10
MPa, temperatur 500C, serta debit sebesar 8 kg/s. Uap yang keluar dari turbin
akan memiliki tekanan 20 kPa dengan kualitas uap X=0,9. Mari kita asumsikan
selama uap air melewati sudu-sudu turbin, tidak akan terjadi kerugian panas yang
keluar maupun masuk sistem (adiabatik), serta fluida tidak mengalami perubahan
energi kinetik maupun potensial.
Kita akan menggunakan tabel properti uap air yang ada pada tautan berikut ini.
Anda bisa pula menggunakan tabel standard di buku-buku lain yang kesemuanya
bisa saya pastikan sama persis.

Pertama mari kita cari berapa nilai kalor (entalpi) dari uap air inlet turbin. Dari
halaman yang ada di tautan ini, silahkan Anda memilih tautan selanjutnya yang
berjudul Superheated Vapor Properties - (9 MPa - 40 MPa). Selanjutnya tarik
garis lurus dari kolom temperatur di sisi paling kiri tabel, hingga bertemu dengan
entalpi pada tekanan 10 MPa. Dengan cara ini akan kita dapatkan nilai entalpi (h1)
uap inlet turbin sebesar 3375,1 kj/kg. Pengertian sederhananya adalah, uap air
kering bertemperatur 500C dengan tekanan 10 MPa, memilki kandungan energi
panas senilai 3375,1 kilo Joule di tiap satu kilogramnya. Energi panas inilah yang
ingin dikonversikan menjadi sebesar-besarnya energi kinetik poros turbin.

P1 = 10 MPa

T1 = 500C

h1 = 3375,1 kJ/kg

Selanjutnya mari kita cari berapa nilai entalpi uap outlet turbin. Kita akan
menggunakan tabel uap air saturasi, yang pada tautan ini berjudul Saturation
Properties - Pressure Table (1 kPa - 1 MPa). Selanjutnya tarik garis lurus dari
kolom tekanan 0,02 MPa (=20 kPa) ke arah kanan sehingga kita dapatkan nilai
entalpi fluida (hf) sebesar 251,4 kJ/kg, serta nilai entalpi campuran fluida-gas (hfg)
sebesar 2357,5 kJ/kg.

Untuk memudahkan Anda memahami apakah itu hf, hfg, dan hg, maka mari kita
telaah perlahan-lahan. hf, hfg, dan hg ditandai pada diagram tekanan-entalpi
(gambar 2) dengan sebuah garis lengkung berbentuk kubah. Garis lengkungan
sebelah kiri menjadi batas antara fase air dengan fase campuran air-uap air.
Sedangkan untuk garis lengkungan kanan menjadi batas antara campuran air -uap
air dengan uap kering. Nilai entalpi campuran air-uap air (hfg) adalah nilai entalpi
uap air dihitung dari titik entalpi air (hf). Maka jika dijabarkan ke dalam sebuah
rumus sederhana akan berbentuk seperti berikut:

hg = hf + hfg

(Eq. 03)

Sekarang pada contoh kasus yang sudah kita tentukan sebelumnya, diketahui
bahwa uap air saturasi memiliki nilai X=0,9. Maksudnya adalah terdapat 90% uap
air pada 100% campuran air-uap air (uap air basah). Maka dari itu untuk
mendapatkan nilai entalpi uap air outlet turbin (titik 2 pada diagram gambar 2)
memerlukan rumusan khusus sebagai berikut:

h = hf + (X.hfg)
(Eq. 04)

Melalui persamaan di atas maka kita dapat menentukan nilai entalpi uap keluar
dari turbin:

h2 = 251,4 kJ/kg + (0,9 . 2357,5 kJ/kg)

h2 = 2373,15 kJ/kg

Hukum Pertama Termodinamika berbunyi perubahan energi dalam sebuah sistem


tertutup, sama dengan jumlah energi panas masuk ke dalam sistem, dikurangi
dengan kerja yang diberikan sistem ke lingkungan sekitarnya. Pengertian ini
tergambar ke dalam sebuah persamaan dasar berikut:

q - w = h + Ek + Ep

(Eq. 05)

dimana:

q = Energi panas yang masuk ke dalam sistem

w = Kerja spesifik keluar sistem

h = Perubahan entalpi

Ek = Perubahan energi kinetik

Ep = Perubahan energi potensial

Dengan menggunakan persamaan (Eq. 05), maka kita dapat menghitung berapa
besar daya yang dihasilkan oleh turbin uap. Oleh karena sistem turbin uap kita
asumsikan tidak terjadi perubahan energi panas, energi kinetik, serta energi
potensial fluida, maka untuk komponen Q, Ek, serta Ep dapat dihilangkan.

q - w = h + Ek + Ep

- w = h2 - h1

w = h1 - h2

w = 3375,1 kJ/kg - 2373,15 kJ/kg

wturbin = 1001,95 kJ/kg

Selanjutnya kita dapat menghitung daya turbin dengan mengalikan daya spesifik
dengan debit uap air masuk turbin.
Wturbin = . wturbin

(Eq. 06)

Wturbin = 8 kg/s . 1001,95 kJ/kg

Wturbin = 8015,6 kW = 8,02 MW

Kondensor

Uap air jenuh keluar dari turbin (titik 2) akan langsung menuju kondensor untuk
dikondensasikan sehingga uap air berubah fase seluruhnya menjadi air. Tekanan
uap air masuk ke kondensor diasumsikan sama dengan air keluaran kondensor.
Temperatur outlet kondensor diminta agar bisa sebesar 40C. Untuk kebutuhan
desain material kondensor, maka nantinya diharapkan hanya ada perubahan
temperatur air pendingin sebesar 10C saja. Dengan data-data tersebut, kita
diminta menghitung kebutuhan debit air pendingin.

Gambar 4

Sebelum bisa menghitung kapasitas kondensor, maka kita harus tahu nilai dari
entalpi di titik 3 (h3). Karena pada titik 3 fluida berwujud air, maka kita
menggunakan tabel A-4 Saturated water - Temperature table (pada link berikut).
Kita tinggal mencari nilai entalpi (hf) air pada temperatur 40C, sehingga kita
dapatkan nilai h3 yakni 167.53 kJ/kg. Dengan diketahuinya nilai entalpi ini maka
kita sudah bisa menghitung jumlah energi yang dibuang oleh kondensor
menggunakan persamaan (Eq. 05).

q - w = h + Ek + Ep

qkondensor = h3 - h2

qkondensor = 167,53 kJ/kg - 2373,15 kJ/kg = - 2205,62 kJ/kg

Nilai negatif (-) pada hasil perhitungan di atas berarti fluida membuang panas
keluar sistem. Selanjutnya kita dapat menghitung kinerja kondensor menggunakan
rumus yang serupa dengan (Eq. 06).
Qkondensor = . qkondensor

(Eq. 07)

Qkondensor = 8 kg/s . (-2205,62 kJ/kg)

Qkondensor = -17,645 MW

Jika kita mengabaikan semua kerugian perpindahan panas pada kondensor maka:

Qkondensor = -Qwater = -17,645 MW

Untuk menghitung debit air pendingin pada kondensor, sekaligus nanti untuk
menghitung daya pompa, maka kita harus hitung nilai perubahan entalpi dengan
asumsi fluida bersifat inkompresibel (tidak-mampu-mampat) dengan
menggunakan rumus dasar:

h = u + Pv

Setelah dideferensiasi akan menjadi:

dh = du + Pdv + vdP

Nilai dv pada fluida inkompresibel sama dengan nol, dan untuk nilai du adalah
sama dengan CwaterdT. Maka:

dh = CwaterdT + vdP

Setelah diintegralkan maka:

h = CwaterT + vP

(Eq. 08)

Selanjutnya kita gunakan rumusan di atas untuk disubstitusikan ke persamaan


(Eq. 05), sehingga kita dapatkan:

q - w = Cwater . T + vP + Ek + Ep

(Eq. 09)

Dengan mengingat tidak ada kerja fluida yang terjadi pada kondensor, tidak ada
perubahan energi potensial dan kinetik pada fluida, juga tidak ada perubahan
tekanan fluida, maka:

q - w = Cwater . T + vP + Ek + Ep

Serta:
Qwater = . Cwater . T

Dengan Cwater adalah kapasitas kalor spesifik air yang jika kita cari pada tabel A-3
bernilai 4,18 kJ/kg.K. Maka debit air pendingin yang dibutuhkan oleh kondensor
adalah sebanyak:

= 17645kW4,18kJ/kg.K10K

= 422,13 kg/s

Pompa

Pada Siklus Rankine, pompa bertugas untuk menaikkan tekanan fluida (air)
sebelum masuk ke boiler. Semakin tinggi tekanan air akan semakin tinggi pula
energi panas yang bisa diserap oleh tiap satuan massa fluida.

Gambar 5

Pada contoh kasus kita, air inlet pompa memiliki tekanan 20 kPa dan temperatur
40C. Keluar pompa, air akan bertekanan 10 MPa dengan temperatur konstan
40C (adiabatik). Dengan spesifikasi tersebut, serta dengan menggunakan tabel A-
4 Saturated Water - Temperature Table, pada temperatur 40C kita akan
mendapatkan nilai volume spesifik air (v) yakni sebesar 0,001008 m3/kg.
Selanjutnya karena kita mengasumsikan tidak terjadi perubahan energi kinetik dan
potensial fluida pada pompa, maka kita persamaan (Eq. 09) dapat kita gunakan
untuk menghitung daya pompa:

q - w = Cwater . T + vP + Ek + Ep

- w = v . (P2 - P1)B

- w = 0,001008 m3/kg . (10000 - 20)kPa

wpompa = -10,05984 kJ/kg

Maka daya pompa yang kita butuhkan adalah sebesar:

Wpompa = . wpompa
Wpompa = 8 kg/s . -10,05984 kJ/kg

Wpompa = 80,48 kW

Nampak pada hasil perhitungan di atas bahwa pompa membutuhkan sejumlah


daya yang sangat kecil jika dibandingkan dengan komponen yang lain, yakni
hanya sekitar 1% dari daya yang dihasilkan oleh turbin uap.

Boiler

Boiler menjadi komponen terakhir Siklus Rankine yang akan kita bahas.
Komponen ini bertugas mentransfer energi panas dari pembakaran bahan bakar ke
air bertekanan sehingga keluar boiler air tersebut berubah fase menjadi uap air
kering (superheated). Air masuk boiler memiliki tekanan 10 MPa dengan
temperature 40C. Dengan menggunakan tabel A-4 Saturated Water -
Temperature Table, pada temperatur tersebut akan kita ketahui nilai entalpi air
bernilai 167,53 kJ/kg. Uap kering keluaran boiler diminta untuk bisa mencapai
temperatur 500C dengan tekanan konstan. Melalui tabel A-6 Superheated Water,
akan kita dapatkan nilai entalpi sebesar 3375,1 kJ/kg. Dengan menggunakan
persamaan (Eq. 05), kita bisa hitung energi panas spesifik yang dibutuhkan oleh
boiler:

q - w = h + Ek + Ep

qboiler = h1 - h4

qboiler = 3375,1 kJ/kg - 167,53 kJ/kg

qboiler = 3207,57 kJ/kg

Gambar 6

Maka energi kalo boiler adalah:

Qboiler = . qboiler

Qboiler = 8 kg/s . 3207,57 kJ/kg


Qboiler = 25660,56 kW = 25,66 MW

Efisiensi Termal

Terakhir kita bisa hitung efisiensi termal siklus dengan menggunakan persamaan
(Eq. 02):

termal=WturbinWpompaQboiler100%

termal=8015,6kW80,48kW25660,56kW100%

termal=30,923%
Credit: The University of Oklahoma, Wikipedia: Rankine Cycle, Rankine Cycle
eCourse, Thermodynamics Properties Table and Chart.

Вам также может понравиться