Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Mikrobiologi Pangan
yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd
dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si
Oleh: Kelompok 3
Ainun Sayyidah Zakiyah (150342601320)
Chomisatut Toyyibah (150342604725)
Dhea Paramitha (150342607754)
Ferni Lia Agustina (150342601904)
Fitria Maulita (150342606010)
Offering GHI-P / S1 Biologi 2015
A. Topik
Uji kualitas mikrobiologi Sayuran berdasarkan angka lempeng total koloni
bakteri.
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui jumlah total koloni bakteri pada sayuran mentah
dan sayuran masak.
2. Untuk mengetahui kualitas mikrobiologi sayuran mentah dan sayuran
masak berdasarkan jumlah total koloni bakteri.
D. Dasar Teori
Berbagai macam sayuran sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri.
Bakteri ini menempel pada permukaan sayuran dan hidup pada tempat
tersebut. Menempelnya bakteri ini berasal dari air, udara, dan tanah yang ada
di sekitar tempat penanamannya, dapat juga berasal dari tempat penyimpanan
dari sayur-sayuran saat setelah dipetik. Jenis-jenis bakteri yang
mengkontaminasi sayuran, ada juga yang bersifat pathogen atau merugikan
untuk manusia saat dikonsumsi.
Beberapa indicator mikroorganisme pembusuk pada bahan pangan adalah
bakteri yang tergolong ke dalam bakteri koliform, bakteri ini hampir ada pada
setiap bahan pangan yang telah mengalami tahap pengolahan. Splittstoesser
dan Wettergreen (1981) melakukan pengamatan terhadap beku, melaporkan
adanya Enterobacter dan Klebsiella pada sayur-sayuran sejak masih di kebun
yang merupakan mikroflora normal. Sehingga, mikroorganisme ini tidak dapat
dijadikan sebagai indicator sanitasi. Sedangkan terkontaminasinya sayuran
oleh koliform fekal seperti Escheria coli yang sebenarnya jarang ditemukan
pada sayuran dapat menjadikan bakteri ini sebagai mikroorganisme indicator
sanitasi pada sayuran.
Sayuran segar lebih banyak terkontaminsasi E.coli dibandingkan
dengan sayuran beku. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) Sayuran
jarang terkontaminasi oleh kotoran manusia maupun hewan, kecuali jika
setelah pemanenan sayuran dicuci dengan air yang terkontaminasi kotoran. 2)
Sayuran bukan termasuk ke dalam habitat normal E.coli. 3) Kemingkinan
terjadi kontaminasi kotoran maupun koliform fekal pada sayuran, tetapi E.coli
merupakan bakteri yang sensitive terhadap proses blansir dan pembekuan
sehingga tidak akan terdeteksi pada produk sayuran beku.
Untuk sayuran masak merupakan sayuran yang telah mengalami
proses pemasakan dengan cara dipanaskan atau di blenching selama 5-10
menit. Proses ini akan mematikan mikroba yang ada pada sayur-sayuran,
tetapi proses ini akan menghilangkan sebagian pigmen dari sayur itu sendiri
karena larut di dalam air. Diharapkan sayuran yang masak akan lebih aman
untuk dikonsumsi karena jumlah mikroba akan lebih sedikit daripada sayuran
mentah.
Cemaran akan semakin tinggi pada bagian tanaman yang ada di dalam
tanah atau dekat dengan tanah. Mikroba tertentu seperti Liver fluke dan
Fasciola hepatica akan berpindah dari tanah ke selada air akibat penggunaan
kotoran kambing atau domba yang tercemar sebagai pupuk. Air irigasi yang
tercemar Shigella sp., Salmonella sp., E. coli, dan Vibrio cholerae dapat
mencemari buah dan sayur. Selain itu, bakteri Bacillus sp., Clostridium sp.,
dan Listeria monocytogenes dapat mencemari buah dan sayur melalui tanah.
Namun, penanganan dan pemasakan yang baik dan benar dapat mematikan
bakteri patogen tersebut, kecuali bakteri pembentuk spora (Djaafar, 2007).
Menurut Fardiaz (1992), metode yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba di dalam bahan pangan adalah metode hitungan cawan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitung cawan dapat dibedakan atas
dua cara, yaitu metode tuang dan metode permukaan. Pada metode tuang,
jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel
tersebar merata.
1. Jumlah koloni tiap petri dish antara 30-300 koloni, jika memang tidak
ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas
petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.
3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-
turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran
sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata,
tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikroba dari hasil
pengenceran sebelumnya.
4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-
rata. Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali
digunakan pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol
cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel
dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh
perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran
yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah
koloni yang umumnya relatif rendah.
1. Angka yang ditulis hanya dua angka, yaitu angka pertama di depan
koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga 5,
maka dibulatkan menjadi satu angka lebih tinggi dari angka kedua.
2. Apabila setelah pembulatan tersebut menyebabkan perubahan pada
angka pertama maka angka tingkat pengenceran dinaikkan menjadi
satu angka lebih tinggi daripada angka sebelumnya. Misalnya
1,95x103 diubah menjadi 2,0x 104
3. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30
koloni pada semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri
pada tingkat pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya
dilaporkan sebagai kurang dari 3,0 dikalikan tibgkat pengenceran
tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda
kurung.
4. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah lebih dari 300
koloni pada semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri
pada tingkat pengenceran tertinggi yang dihitung, misalnya dengan
cara menghitung jumlah koloni pada seperempat bagian cawan petri,
kemudian hasilnya dikalikan 4. Hasil perhitungan dilaporkan sebagai
lebih dari 300 dikalikan dengan tingkat pengenceran tetapi jumlah
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
5. Jika terdapat 2 tingkat pengenceran yang menghasilkan jumlah antara
30 dan 300 koloni dan perbandingan antara hasil tertinggi dan
terendah dari kedua tingkat pengenceran terendah 2, maka harus
ditentukan rerata dari kedua nilai tersebut dengan memeperhitungkan
tingkat pengencerannya. Jika perbadingan anatara hasil tertinggi dan
terendah > 2, maka yang dilaporkan hanya hasil terkecil.
F. Cara Kerja
Menghitung jumlah total koloni bakteri dalam tiap gram atau mLsampel
sayuran selada hijau baik yang mentah maupun yang matang berdasarkan ALT
koloni bakteri dengan mengacu pada ketentuan DIRJEN POM.
F. Data Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan Hasil Perhitungan Angka Lempeng Koloni Bakteri Pada
Sayuran Selada Hijau Mentah
2 10-2 99
3 10-3 22 TSUD
4 10-4 7 TSUD
5 10-5 1 TSUD
6 10-6 9 TSUD
Keterangan:
TSUD : Terlalu Sedikit Untuk Dihitung
TBUD : Terlalu Besar Untuk Dihitung
Tabel 2. Pengamatan Hasil Perhitungan Angka Lempeng Koloni Bakteri Pada
Sayuran Selada Hijau Matang
2 10-2 8 TSUD
3 10-3 4 TSUD
4 10-4 3 TSUD
5 10-5 0 TSUD
6 10-6 3 TSUD
Keterangan:
TSUD : Terlalu Sedikit Untuk Dihitung
TBUD : Terlalu Besar Untuk Dihitung
G. Analisis Data
Pada praktikum uji kualitas mikrobiologi sayuran berdasarkan angka
lempeng total koloni bakteri, sampel yang digunakan yaitu sayuran selada
hijau mentah dan sayuran selada hijau matang. Sayuran selada hijau mentah
dan sayuran selada hijau matang tersebut diencerkan pada tingkat pengenceran
10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada sayuran selada hijau mentah tingkat pengenceran 10 -1 jumlah
koloni terlalu banyakuntuk dihitung sebanyak 365, 10-2 jumlah koloni bakteri
berjumlah 99, 10-3 jumlah koloni terlalu sedikit untuk dihitung yaitu berjumlah
22, 10-4 jumlah koloni terlalu sedikit untuk dihitung yaitu berjumlah 7, 10 -5
jumlah koloni terlalu sedikit untuk dihitung yaitu berjumlah 1, dan 10-6 jumlah
koloni terlalu sedikit untuk dihitung yaitu berjumlah 9. Berdasarkan hasil
tersebut maka angka lempeng total (ALT) pada sayuran selada hijau mentah
ALT koloni bakteri = Jumlah koloni bakteri pada cawan terpilih x
x volume suspensi
= 99 x x 10
= 99 x 1000
Pada hasil pengamatan sayuran selada hijau matang didapatkan hasil pada
pengenceran 10-1 terdapat koloni sebanyak 83, 10-2 jumlah koloni terlalu
sedikit untuk dihitung yaitu berjumlah 8, 10-3 jumlah koloni terlalu sedikit
untuk dihitung yaitu berjumlah 4, 10-4 jumlah koloni terlalu sedikit untuk
dihitung yaitu berjumlah 3, 10-5 tidak ada koloni dan 10-6 jumlah koloni
terlalu sedikit untuk dihitung yaitu berjumlah 3. Berdasarkan hasil tersebut
maka angka lempeng total (ALT) pada sayuran selada hijau matang dapat
dihitung dengan perhitungan seperti dibawah ini.
x volume suspensi
= 83 x x 10
= 83 x 100
H. Pembahasan
I. Kesimpulan
1. Jumlah total koloni bakteri dalam sayuran selada hijau mentah adalah 9,9
x 104 cfu/gram. sedangkan jumlah total koloni bakteri dalam sayuran
selada hijau matang adalah 8,3 x 103 cfu/gram.
2. Kualitas mikrobiologi sayuran selada hijau mentah maupun selada hijau
matang berdasarkan jumlah total koloni bakteri adalah sama-sama layak
untuk dikonsumsi.
J. Diskusi
1. Adakah Perbedaan antara jumlah total koloni bakteri dalam sayuran
mentah dan sayuran yang telah direbus? Jelaskan mengapa terdapat
perbedaan tersebut?
Jawab: Ada, Angka Lempeng Total koloni baketri pada sayuran selada
hijau mentah adalah 9,9 x 104 cfu/gram, sedangkan pada sayuran selada
hijau matang 8,3 x 103 cfu/gram. Pada sayuran selada hijau matang nilai
ALT nya lebih sedikit karena sudah banyak koloni bakteri yang mati
akibat proses perebusan dengan suhu tinggi. Akibat perebusan suhu tinggi
tersebut bakteri pathogen juga ikut mati, kecuali pada bakteri termofilik
yang resisten terhadap pemanasan suhu tinggi.
2. Adakah Perbedaan antara Kualitas mikrobiologi sayuran mentah dan
sayuran yang telah direbus berdasarkan angka lempeng total koloni
bakteri?
Jawab: Tidak, baik sayuran selada hijau yang mentah maupun sayuran
selada hijau yang matang sama-sama layak utuk dikonsumsi karena ALT
sayuran selada hijau mentah sebesar 9,9 x 10 4 cfu/gram dan ALT sayuran
selada hijau matang sebesar 8,3 x 103 cfu/gram. Keduanya masih
memenuhi criteria jika dibandingkan dengan ALT koloni bakteri yang
mengacu pada DIRJEN POM kategori sayuran kering adalah 1 x 105
cfu/gram.
3. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam
sayuran? Jelaskan!
a. Tingkat AW sayuran tinggi, menjadi habitat bakteri untuk tumbuh.
b. PH sayuran mendekati netral. Cocok untuk pertumbuhan bakteri.
c. Komposisi nutrisi yang terdapat didalam sayuran tinggi, sayuran
mengandung polisakarida (pectin, selulose, hemiselulose) tinggi
yang digunakan bakteri sebagai sumber karbon untuk memenuhi
pertumbuhannya.
d. Kondisi lingkungan hidup sayuran, mikroba tertentu seperti Liver
fluke dan Fasciola hepatica akan berpindah dari tanah ke selada air
akibat penggunaan kotoran kambing atau domba yang tercemar
sebagai pupuk. Air irigasi yang tercemar Shigella sp., Salmonella
sp., E. coli, dan Vibrio cholerae dapat mencemari selada.
e. Kondisi penyimpanan sayuran pasca panen, temperature dan
kelembapan harus dijaga, jika tempat penyimpanan temperaturnya
terlalu rendah dan kelembapannya terlalu tinggi akan menciptakan
habitat yang cocok untuk tempat hidup bakteri.
K. Lampiran
A B C
D E F
Gambar 1 Koloni bakteri pada medium PCA setelah diinkubasi 1x24 jam sampel sayuran
selada hijau mentah, A) pengenceran 10-1, B) pengenceran 10-2, C) pengenceran 10-3 , D)
pengenceran 10-3, E) pengenceran 10-5 , F) pengenceran 10-6. (sumber: dokumen pribadi)
A B C
D E F
Gambar 2 Koloni bakteri pada medium PCA setelah diinkubasi 1x24 jam sampel sayuran
selada hijau matang, A) pengenceran 10-1, B) pengenceran 10-2, C) pengenceran 10-3 , D)
pengenceran 10-3, E) pengenceran 10-5 , F) pengenceran 10-6. (sumber: dokumen pribadi)
L. Daftar Pustaka
Dwidjosoeputro D.2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Djaafar Titiek F. dan Rahayu Siti. 2007. Cemaran mikroba pada produk
pertanian, Penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal
Litbang Pertanian. Volume 3 No. 2.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hastuti, Utami Sri. Sitoresmi Prabningtyas. 2010. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Malang: UM.
Harsojo dan June Mellawati. 2007. Uji Kandungan Mineral dan Cemaran
Bakteri pada Sayuran Segar Organik dan Non Organik. Bandung: IPB
Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta:
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM
Ratna, Ida W. 2016. Pemeriksaan ALT pada Selada Bokor di Rumah Makan di
Wilayah Kecamatan Ciamis. Ciamis: STIKes Muhamadiyah Ciamis
Pelczhar. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta. UI Press.