Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DI PUSKESMAS DINOYO
DISUSUN OLEH :
TYAS VIBRIANTI
201620461011125
2017
PRURITUS
A. Pengertian
Pruritus berasal dari kata Prurire/gatal/rasa gatal/berbagai macam keadaan yang
ditandai oleh rasa gatal.
Adhi Djuanda, dkk (1993), mengemukakan pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif
dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.
Berdasarkan dua pendapat di atas, Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai
oleh rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan pada kulit,
membran mukosa dan kornea. (Sher,1992)
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologic.
B. Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Antara lain yaitu :
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Beberapa Penyebab
Pruritus Lokal:
a. Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
b. Punggung : Notalgia paraesthetica
c. Lengan : Brachioradial pruritus
d. Tangan : Dermatitis tangan
e. Pruritus perianal terjadi akibat partikel feses yang terjepit dalam lipatan perianal atau melekat
pada rambut anus.
2. Gangguan sistemik/penyakit
a. Gagal ginjal kronik.
b. Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema.
d. Anemia, Polycythaemia, Leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
3. Gangguan pada kulit
Dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic,
folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
4. Pajanan terhadap faktor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat
menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya,
urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun
sistemik; contoh: opioid, aspirin).
5. Hormonal
Sejumlah 2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic.
Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan
kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen
atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi,
nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis
timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh
karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum
terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau
eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis
ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia
adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap
pengobatan emollient. Atau bisa diklasifikasikan penyebab dari pruritus terdiri dari :
a. Faktor endogen ( penyakit yang diderita, hormonal atau daya tahan tubuh).
b. Faktor eksogen ( Pakaian, logam, serangga, tungau atau faktor lingkungan yang menyebabkan
kulit menjadi lembab atau kering).
C. Klasifikasi
1. Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering,
dan kerusakan kulit.
2. Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya,
pada herpes dan tumor.
3. Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter
yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice).
4. Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.
Ada juga yang menggolongkan atau mengklasifikasikan pruritus dalam beberapa jenis,
yaitu :
1. Pruritus pada gravidarum
Di induksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III akhir gravidarum dimulai dari
abdomen atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia, nausea atau
muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu karena garam empedu ada
dalam kulit.
D. Patofisiologi
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas
kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin,
mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam kulit, membrane
mukosa dan kornea (Sher, 1992).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung
saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan rasa
gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer
dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa
manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan
yang cepat, bisa berat dan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.
E. Manifestasi Klinis
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang biasanya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena
perhatian pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal yang bisa
mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekalipun tidak mudah
diabaikan. Efek sekunder mencakup ekskorisi, kemerahan bagian kulit yang menonjol (bidur),
infeksi dan perubahan pigmentasi.
Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien. Efek sekunder pruritus
adalah ekskoriasi, kemerahan, bidur (kulit menonjol), infeksi, dan perubahan pigmentasi.
Pruritus pada malam lebih intensif dari pruritus pada siang hari, akibatnya minimnya distraktor
pada malam hari. Sebaliknya pada siang hari banyak distraktor yang mengalihkan perasaan
gatal, seperti pekerjaan, hiburan dan sebagainya.
F. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi
pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara
untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
1. Pengobatan topical:
a. Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat
b. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan memiliki
batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
c. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
d. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
e. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan
menimbulkan alergi dermatitis kontak.
2. Pengobatan oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan
menyebabkan tidur terganggu:
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi
dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif.
Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus.
Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik.
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah factor
pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika
dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk
menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak
tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat
dilakukan penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah mandi.
b. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
c. Memasang alat pelembab udara, terutama di ruangan ber-AC.
d. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra, menghindari bahan
wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
e. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat berlebihan.
f. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
g. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
h. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku dan menggosok kulit
yang gatal menggunakan telapak tangan sebagai ganti menggaruk. Obat yang dapat
dipergunakan antara lain obat oles antigatal (dengan kandungan mentol, kampor, kalamin dan
doxepin HCl) serta obat minum, seperti doxepin dan antihistamin
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Biodata
Biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa.
2. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada kulitnya,
intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
6. Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik seperti stress yang berlebihan
dalam keluarga atau lingkungan kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan mengganggu penampilan pasien.
B. Diagnose Keperawatan
1. Pruritus berhubungan dengan erupsi dermal.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan.
3. Resiko tinggi terjadinya gangguan konsep diri/body image berhubungan dengan perubahan
fisik dan respon orang lain.
4. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan terjadinya lesi / erupsi dermal.
C. Intervensi Keperawatan
1. Pruritus berhubungan dengan erupsi dermal.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam rasa gatal berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Erupsi dermal yang terjadi dapat diatasi.
Intervensi :
a. Observasi intensitas gatal dan perluasan kulit.
b. Jaga kebersihan kulit.
c. Gunakan air hangat untuk mandi.
d. Anjurkan untuk tidak menggaruk saat gatal jika terpaksa ingin menggaruk, menggunakan
telapak tangan saat menggaruk.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antihistamin.
3. Resiko tinggi terjadinya gangguan konsep diri/body image berhubungan dengan perubahan
fisik dan respon orang lain.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam gangguan konsep diri/ body
image tidak terjadi.
Kriteria hasil : Pasien mampu menerima terjadinya perubahan fisik, keterbatasan karena
kondisi.
Intervensi :
a. Jalin hubungan saling percaya.
b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan.
c. Hindari pemajanan lama dibawah sinar matahari.
d. Anjurkan memakai baju lengan panjang dan celana/rok panjang untuk perlindungan.
Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK
UI, Jakarta.
Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.