Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting kehidupan
bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal- hal
yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik,
administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur
penyelenggara negara.[1]
Sejarah
Ilmu Administrasi Negara lahir sejak Woodrow Wilson (1887), yang kemudian
menjadi presiden Amerika Serikat pada 1913-1921, menulis sebuah artikel yang
berjudul The Study of Administration yang dimuat di jurnal Political Science
Quarterly. Kemunculan artikel itu sendiri tidak lepas dari kegelisahan Wilson
muda akan perlunya perubahan terhadap praktik tata pemerintahan yang terjadi di
Amerika Serikat pada waktu itu yang ditandai dengan meluasnya praktik spoil
system (sistem perkoncoan) yang menjurus pada terjadinya inefektivitas dan
inefisiensi dalam pengelolaan negara. Studi Ilmu Politik yang berkembang pada
saat itu ternyata tidak mampu memecahkan persoalan tersebut karena memang
fokus kajian Ilmu Politik bukan pada bagaimana mengelola pemerintahan dengan
efektif dan efisien, melainkan lebih pada urusan tentang sebuah konstitusi dan
bagaimana keputusan-keputusan politik dirumuskan.
Woodrow Wilson
Sejarah tentang perubahan Ilmu Administrasi Negara masih terus berulang. Upaya
mendefinisikan diri Ilmu Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi
pemerintahan sebagaimana dijelaskan sebelumnya ternyata tidak berlangsung
lama. Dinamika lingkungan administrasi negara yang sangat tinggi kemudian
menimbulkan banyak pertanyaan tentang relevansi keberadaan Ilmu Administrasi
Negara sebagai administrasi pemerintahan. Gugatan tersebut terutama ditujukan
pada lokus Ilmu Administrasi Negara yang dirasa tidak memadai lagi. Menurut
Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah dirasa terlalu sempit untuk menjadi lokus
Ilmu Administrasi Negara. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa lembaga
pemerintahan tidak lagi memonopoli peran yang selama ini secara tradisional
menjadi otoritas pemerintah. Saat ini semakin mudah ditemui berbagai lembaga
non-pemerintah yang menjalankan misi dan fungsi yang dulu menjadi monopoli
pemerintah saja. Di sisi yang lain, organisasi birokrasi juga tidak semata-mata
memproduksi barang dan jasa publik, tetapi juga barang dan jasa privat. Pratikno
(2007) juga memberikan konstatasi yang sama. Saat ini negara banyak
menghadapi pesaing-pesaing baru yang siap menjalankan fungsi negara, terutama
pelayanan publik, secara lebih efektif. Selain pelayanan publik, dalam bidang
pembangunan ekonomi dan sosial, negara juga harus menegosiasikan
kepentingannya dengan aktor-aktor yang lain, yaitu pelaku bisnis dan kalangan
civil society (masyarakat sipil). Secara lebih tegas, Miftah Thoha (2007) bahkan
mengatakan telah terjadi perubahan paradigma dari orientasi manajemen
pemerintahan yang serba negara menjadi berorientasi ke pasar (market). Menurut
Thoha, pasar di sini secara politik bisa dimaknai sebagai rakyat atau masyarakat
(public). Fenomena menurunnya peran negara ini merupakan arus balik dari apa
yang disebut Grindle sebagai too much state, di mana negara pada pertengahan
1980-an terlalu banyak melakukan intervensi yang berujung pada jeratan hutang
luar negeri, krisis fiskal, dan pemerintah yang terlalu sentralistis dan otoriter.
Dwiyanto (2007) menyebut setidaknya ada empat faktor yang menjadi sebab
semakin menurunnya dominasi peran negara, yaitu:
Lingkup
Kebijakan publik
Berbagai tokoh seperti William N. Dunn (1981), Carl Patton dan David Sawicki
(1983), Arnold J. Meltsner (1986), dan lain-lain telah menghasilkan berbagai
buku penting sebagai acuan para ilmuwan dan praktisi administrasi publik dalam
melakukan kegiatan analisis kebijakan publik. Selain itu, kenyataan bahwa
kebijakan yang telah dirumuskan tidak selalu menjamin implementasinya akan
berjalan mulus juga memicu munculnya studi implementasi kebijakan publik di
dalam ilmu administrasi publik. Para ilmuwan seperti Jeffrey Pressman dan Aaron
Wildavsky (1984), Merilee Grindle (1980), Malcolm Goggin et.al (1990)
merupakan sebagian ilmuwan yang menjadi pelopor pengembangan studi
implementasi dalam disiplin Ilmu Administrasi Publik.
Manajemen publik
Apa yang disampaikan oleh Al Gore sebagaimana dikutip oleh Hughes (1998: 3)
tentang buruknya sistem birokrasi yang bekerja atas dasar prinsip Old Public
Administration barangkali mewakili pemimpin negara yang lain:
As part of the general process public administration has clearly lost favor
as a description of the work carried out; the term manager is more
common, where once administrators was used.
Dukungan terhadap pendapat Hughes juga diberikan oleh Pollitt (1993: vii) yang
menyebutkan: formerly they were called administrators, principal officers,
finance officers atau assistant directors. Now, they are managers. Tentu saja,
pentingnya perubahan dari administrasi menjadi manajemen bukan hanya sekadar
sebuah pergantian istilah. Perubahan tersebut akan berimplikasi pada bangun
teoretis yang perlu dikembangkan untuk mendukung perubahan nama dari
administrasi menjadi manajemen, misalnya menyangkut bagaimana akuntabilitas
disampaikan, hubungan eksternal, dan konsepsi tentang pemerintahan sendiri
yang juga akan turut berubah.
1. Kebijakan Publik
2. Manajemen Publik
3. Keuangan negara
4. Administrasi Pembangunan
5. Otonomi Daerah
6. Hubungan Eksekutif dan Legislatif
7. Etika Administrasi Publik
8. Pelayanan Publik
9. Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik
10. Good Governance dan Local Governance
Konsep e-government