Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
B. PEMERIKSAAN
a. Riwayat
Pasien dengan riwayat asma yang telah berlangsung sejak lama ditanya sejak kapan,
derajat serangan-serangan sebelumnya. Penggunaan kortikosteroid yang telah lalu, riwayat
sering dirawat di rumah sakit, riwayat ventilasi mekanik yang pernah dialami, atau perawatan
di ruang rawat darurat yang baru dialami dapat memberikan petunjuk bagi adanya serangan
lebih parah atau membandel yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
b. Pemeriksaan Fisik
Serangan yang parah dicurigai dari adanya sesak nafas pada waktu istirahat, kesulitan
mengucapkan kalimat, diaforesis atau penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Kecepatan
respirasi lebih besar dari 30 kali/menit, nadi berdenyut lebih cepat dari 120 kali/menit dan
pulsus paradoksus yang lebih besar dari 18 mmHg menunjukkan serangan berat yang
berbahaya.
Gejala yang ditemui : wheezing sedang sampai bronkokonstriksi berat. Bronkospasme
akut dapat bergejala obstruksi saluran nafas dan menurunnya aliran udara. Kerja system
pernafasan menjadi meningkat drastis dan pada pasien dapat dilihat gerakan dada yang
tertinggal, wheezing atau kesukaran bernafas. Peristiwa berikutnya pada refleks oksigen
primer terjadi reflek ventilasi perfusi yang tidak sepadan karena distribusi dari saluran udara
(bronchus) secara merata tidak terjadi.
c. Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru seringkali normal dalam masa remisi. Selama masa serangan
akut dan kadang-kadang ketika tidak ada simptom, volume ekspirasi paksa dalam satu detik
(FEV1) berkurang dan juga kapasitas vital paksa (FVC) mengalami penurunan yang secara
proporsional lebih kecil sehingga perbandingan FEV1 terhadap FVC menjadi berkurang (<
0,75). Dapat juga dijumpai hiperinflasi dengan kenaikan volume residual (FRC).
d. Pemeriksaan-pemeriksaan Laboratorium
1) Spirometri
Pengukuran yang objektif terhadap aliran udara sangat penting dalam evaluasi dan
terapi terhadap serangan. Perawatan di rumah sakit dianjurkan bila FEV1 inisial kurang dari
30% dari harga normal atau tidak meningkat hingga paling sedikit 40% dari harga normal
setelah diberikan terapi kuat selama 1 jam.
2) Gas-gas Darah Arteri (GDA)
Ketimpangan ventilasi dan perfusi (ketimpangan V/Q) akibat obstruksi jalan nafas
akan menimbulkan peningkatan selisih tekanan oksigen alveolar-arterial [P(A-a) O2] yang
berkorelasi secara kasar dengan keparahan serangan. Tekanan oksigen arterial (Pa O2)
kurang dari 60 mmHg bisa merupakan tanda suatu serangan akut atau keadaan yang
menyulitkan.
Hampir semua pasien asma yang mengalami serangan ringan hingga sedang-berat
akan mengalami hiperventilasi dan mempunyai tekanan CO2 arterial (Pa CO2) kurang dari
35 mmHg. Pada serangan berat atau yang berlangsung lama Pa CO2 bisa meninggi sebagai
akibat dari kombinasi obstruksi berat jalan nafas, perbandingan V/Q yang tinggi
menyebabkan peningkatan ventilasi, dan kelelahan otot-otot pernafasan. Pa CO2 yang
meninggi bisa merupakan tanda bagi kegagalan pernafasan yang sedang mengancam.
Pa CO2 lebih besar dari 40 mmHg yang berkelanjutan dan disertai tanda-tanda lain
asma berat, hendaknya dikelola dalam unit perawatan intensif dengan evaluasi yang seksama
untuk mengetahui perlu tidaknya diberikan intubasi atau ventilasi mekanik.
3) Foto Thorax
Foto Thorax perlu dilakukan ringan. Pertimbangkan usia kehamilan
C.PENATALAKSANAAN
a. Mencegah timbulnya stres
b. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan
c. Pada penderita asma ringan dapat digunakan obat local yang berbentuk inhalasi atau peroral
seperti isoproterenol
d. Serangan asma yang ringan diatasi dengan pemberian bronkodilator hirup misalnya
isoproterenol yang akan memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru. Tetapi obat
ini tidak boleh terlalu sering digunakan.
e. Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin.
Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infus
kortikosteroid. Jika terdapat infeksi, diberikan antibiotik.
f. Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk mencegah
serangan lanjutan. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh ibu hamil dan
tidak menimbulkan masalah yang berat.
D.PENGOBATAN
Obat asma dibedakan menurut fungsinya, yaitu obat untuk melebarkan saluran nafas
(bronkodilator) mengurangi bengkak saluran nafas (anti inflamasi), dan untuk memudahkan
pengeluaran lender. Selain itu obat dapat diberiakan melalui peroral, inhaler, infuse, suntikan
dan melalui rectal. Namun bagi ibu hamil yang paling aman digunakan adalah melalui inhaler
(Alupen efeknya paling keras, Ventolin, Bereotech, Inflamide efeknya paling lembut), karena
efeknya tidak terlalu berdampak dan langsung focus pada saluran nafas, selain itu dosisnya
lebih kecil, sehingga relative tidak akan mempengaruhi janin dalam kandungan.
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik
DAFTAR PUSTAKA
( Http://asma-dalam-kehamilan.htm ) diakses tanggal 10 april 2011 pukul 16.10 WIB
Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph,1998. Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC: Jakarta
Price, Sylivia A, dkk. Patofisiologi konsep klinis proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC