Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB IV

HAKEKAT MANUSIA

A. Konsepsi Manusia
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajadnya
dibanding makhluk lain. Di dalam kitab suci Alquran, Allah SWT
menggunakan beberapa istilah yang pada dasarnya menjelaskan tentang
konsep manusia, bahkan istilah-istilah itu disebutkan lebih dari satu kali.
Istilah-istilah manusia dalam Alquran memiliki arti yang berbeda-beda.
Istilah 'manusia' dalam Alquran, sebagai berikut:
a. Konsep al-Basyar
Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Quran dengan
menggunakan kata basyar menyebutkan yang dimaksud manusia basyar
menunjukkan makna bahwa manusia adalah anak keturunan Nabi Adam as
dan makhluk fisik yang juga suka makan serta minum. Kata 'basyar'
disebutkan sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam
bentuk 'mutsanna' atau 'jama'. Sebagai makhluk yang bersifat fisik,
manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Kehidupan
manusia terikat dengan kaidah prinsip kehidupan biologis seperti
berkembang biak. Sebagaimana halnya dengan makhluk biologis lain,
seperti binatang. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia
sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran,
yang artinya: 12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
b. Konsep Al-Insan
Al Ihsan memiliki arti melihat, mengetahui, dan minta izin.
Istilah ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan menalar
dan berpikir dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia dapat
mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui yang benar dan
yang salah, serta dapat meminta izin ketika menggunakan sesuatu yang
bukan miliknya. Manusia dalam istilah ini merupakan makhluk yang dapat
dididik, memiliki potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan. ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yang
artinya: Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
c. Konsep Al-Nas
Menunjukkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri. Manusia harus menjaga hubungan baik dengan
manusia lainnya. Dari awal terciptanya, seorang manusia berawal dari
sepasang laki-laki dan wanita. Ini menunjukkan bahwa manusia harus
hidup bersaudara dan saling membantu, ditegaskan oleh Allah SWT dalam
Al-Quran, yang artinya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia
bahwa kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka:
"Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang
beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang Tinggi di sisi Tuhan
mereka". orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang Ini
(Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata".
d. Konsep Al-Ins
Al Ins memiliki arti tidak liar atau tidak biadab. Istilah Al Ins
berkebalikan dengan istilah al jins atau jin yang bersifat metafisik dan liar.
Jin hidup bebas di alam yang tidak dapat dirasakan dengan panca indra.
Berbeda dengan manusia yang disebut menggunakan istilah al ins.
manusia adalah makhluk yang tidak liar, artinya jelas dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kata Al Ins disebutkan
sebanyak 18 kali dalam Alquran, masing-masing dalam 17 ayat dan 9
surat, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surah Al-Anaam ayat
112 : Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
B. Tujuan Penciptaan Manusia
Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah
dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya
mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang
paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus
meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam konteks ini, al-Quran
menjelaskan, bahwa manusia memiliki beberapa tujuan hidup, diantaranya
adalah sebagai berikut;
a. Menyembah Kepada Allah (Beriman)
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan
sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah, dengan dibekali potensi dan
infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk
manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari
karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia
dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di
hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan
adalah bagaikan hamba dengan majikan atau abdi dengan raja, yang
harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
b. Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal)
Manusia adalah puncak ciptaan dan makhluk Allah yang tertinggi
(QS. at-Tin ayat 4). Sebagai makhluk tertinggi, disamping menjadi
hamba Allah, manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau wakil Tuhan
dimuka bumi (QS. al-Isra ayat 70). Di samping itu, Allah juga
menegaskan bahwa manusia ditumbuhkan (diciptakan) dari bumi dan
selanjutnya diserahi untuk memakmurkannya (QS. Hud ayat 16 dan QS.
al-Anam ayat 165). Dengan demikian, seluruh urusan kehidupan
manusia dan eksistensi alam semesta di dunia ini telah diserahkan oleh
Allah kepada manusia.
c. Membentuk Sejarah Dan Peradaban (Berilmu)
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Allah menciptakan alam
semesta ini dengan pasti dan tidak ada kepalsuan di dalamnya (QS.
Shod ayat 27). Oleh Karena itu, alam memiliki eksistensi yang riil dan
obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap
(sunnatullah). Di samping itu, sebagai ciptaan dari Dzat yang
merupakan sebaik-baiknya pencipta (QS. al-Mukminun ayat 14), alam
semesta mengandung nilai kebaikan dan nilai keteraturan yang sangat
harmonis. Nilai ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia,
khususnya bagi keperluan perkembangan sejarah dan peradabannya
(QS. Luqman ayat 20).
C. Fungsi dan Peran Manusia
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang
dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi
menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai
dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang
hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang
dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu
Allah yaitu Al Quran.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan
ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia
lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al
Bayan
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui
bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti
apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Quran disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan
Allah kepada manusia.
1. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia
mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah
termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud
dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah
Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga
tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum
dalam QS Az Dzariyat : 56Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu
2. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi
kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan
agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai
fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang
menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal
ini tercantum dalam QS Al Araf : 172
3. Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):Bukankah Aku ini Tuhanmu?. Mereka menjawab:Betul
(Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi.(Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan:Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)
4. Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat
sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia
dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud
Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang
dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang
mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah
diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman
sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah
adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.
D. Tanggung Jawab Manusia
Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan,
makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Di mana dalam
kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban,
dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam
diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor
eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila
kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam
diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri
dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-
masing individu berbeda, Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Macam-macam tanggung
jawab antara lain :
a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia dalam hidupnya mempunyai harga, sebagai mana
kehidupan manusia mempunyai beban dan tanggung jawab masing-
masing.
b. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang
menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya.
c. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain, sesuai dengan kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena
membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan
manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung
jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat
melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
d. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu adalah
warga negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak,
bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri.
Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab
kan kepada negara.
e. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan.
Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan
yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam
agama.
E. Tugas Khekalifahan
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah
di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk
beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk
mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di
atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam
rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk
mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari
tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di
bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas
yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi
sebagai khalifatullah. Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah,
sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak
mempunyai kedudukan ataupun jabatan. Jabatan-jabatan lain yang bersifat
keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai
khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu
merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak
ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga
tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-
penyimpangan selama dia menjabat. Jabatan manusia sebagai khalifah
adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan
oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah
merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari
khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana
Allah bertindak kepada semua makhluknya.

Вам также может понравиться