Вы находитесь на странице: 1из 23

Eva Gantina

240110150002
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum perbengkelan pertanian kali ini yaitu mengenai pengukuran,


dimana maksud dari praktikum ini yaitu praktikan dapat memahami cara mengukur
suatu benda dengan alat-alat ukur secara baik dan benar. Pengukuran merupakan
proses perbandingan nilai besaran yang belum diketahui dengan nilai standar yang
sudah ditetapkan. Alat ukur yang digunakan yaitu jangka sorong, mistar,
mikrometer dan masih banyak lagi. Alat pengukuran tersebut memiliki kegunaan
dan fungsi yang berbeda serta memiliki ketelitian yang berbeda pula.
Dalam menggunakan alat ukur perbengkelan memerlukan ketelitian sesuai
dengan ukuran pada gambar kerja. Pengukuran dapat dibagi berdasarkan nilai
toleransi yang ditentukan, untuk pengukuran yang besar dengan toleransi besar
diperlukan alat ukur seperti mistar lipat atau mistar gulung. Demikian pula untuk
pengukuran dengan toleransi kecil dipergunakan alat ukur seperti jangka sorong,
mistar pengukur tinggi, mistar geser dan busur derajat. Untuk mengetahui panjang,
tebal, tinggi dan kedalaman bagian-bagian dari ukuran suatu benda yang akan
diukur. Penggunaan alat ukur kerja bengkel ini harus sesuai dengan cara
penggunaannya. Alat ukur kerja bengkel ini telah ditera dan disesuaikan dengan
standar alat ukur internasional.
Jangka sorong merupakan alat ukur besaran panjang. Jangka sorong
memiliki ketelitian 0,02 mm. Jangka sorong memiliki skala yaitu skala utama dalam
satuan cm dan skala Nonius dalam satuan mm. Bagian lain dari jangka sorong
adalah rangah tetap atas dan bawah yang tidak bisa digeser-geser, rahang geser atas
dan bawah yang bisa digeser, dan pengunci putar. Fungsi jangka sorong adalah
untuk mengukur diameter luar benda maupun panjang benda yang ukurannya kecil,
untuk mengukur diameter dalam benda dan untuk mengukur kedalaman benda.
Mistar ukur merupakan alat ukur untuk mengetahui nilai panjang, lebar, tinggi atau
ketebalan, dan kedalaman. Alat ini berbentuk pipih lurus dilengkapi dengan satuan
ukuran metrik dan imperial. Mistar ukur terbuat dari logam (baja atau aluminium),
plastik, formika, atau kayu. Untuk kerja bangku umumnya terbuat dari baja.
Penggaris siku merupakan tolak ukur pertama terhadap hasil kerja tukang
kayu dalam hubungannya dengan perakitan, kestabilan konstruksi dan ketepatan
sudut pemotongan. Bagian sudut luar penggaris siku juga berfungis untuk
memeriksa ketajaman sudut perabot. Protactor digunakan untuk mengukur
besaran-besaran sudut pada benda kerja dan untuk membantu pekerjaan melukis
dan menandai. Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai dengan jenis
kegunaannya dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor adalah dari 0
derajat sampai 180 derajat. Untuk pengukuran besaran sudut dengan teliti,
artinya pengukuran besaran sudut kurang dari satu derajat (1 derajat) digunakan
vernier bevel protractor. Alat ini mempunyai ketelitian sebesar 5 menit. Jadi
dengan menggunakan vernier bevel protractor dapat melakukan pengukuran mulai
dari ukuran sudut 5 menit sampai 180 derajat.
Saat melakukan pengukuran tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan ada 2
macam yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Kesalahan sistematik yaitu
kesalahan kalibrasi. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan
alat tersebut dengan alat baku. Kesalahan titik nol, titik nol skala alat tidak berimpit
dengan titik nol jarum petunjuk atau jarum tidak kembali tepat pada angka nol.
Gesekan-gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap
bagian alat yang lain. Kesalahan-kesalahan itu akan menyebabkan penyeimbangan
hasil pengukuran. Selain kesalahan, ada ketidakpastian pengukuran terulang.
Sedangkan kesalahan acak ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
menentu, yang mengganggu kerja alat ukur.
Moch. Ilham Khoerullah

240110150003
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan akan membahas tentang pengukuran .


Dalam melakukan praktikum kali ini praktikan menggunakan mistar baja, jangka
sorong, protraktor dalam melakukan praktikum kali ini. Pada praktikum yang
praktikan melakukan dengan mengukur benda kerja yang disediakan oleh asisten
dosen. Praktikan melakukan banyak kendala dalam melakukan praktikum yaitu
pertama pada lampu yang kurang terang yang membuat kendala bagi praktikan
yang melakukan pengukuran secara langsung yang memegang benda kerja. Benda
kerja yang pertama yaitu berupa batangan panjang. Praktikan mengukur mulai dari
diameter dari suatu batangan tersebut yang harus memiliki ketelitian yang
maksimal. Praktikan menggunakan alat yaitu jangka sorong. Menurut literatur yang
praktikan baca bahwa banyak kelibihan yang didapatkan dengan ,enggunakan
jangka sorong misalnya dengan menggunakan alat ini praktikan dapat mengukur
inner diameter yang yang dibutuhkan praktikan daalm mengukur benda kerja yang
diukur dalam praktikum. Dikarenakan ketelitian merupakan salah satu keungggulan
dari alat pengukur benda kerja yang praktikan gunakan dengan ketelitian 3 angka
dibelakang koma. Ketelitian tersebut lebih tinggi jika praktikan memakai alat ukur
mistar baja yang memiliki ketelitian hanya 1 angka dibelakang koma. Praktikan
juga menggunakan protraktor untuk mengukur benda kerja yang bisa dikatakan
balok pejal yang sudah diatur bentuknya sedemikian rupa yang kemungkinan di
bentuk dengan mesin bubut logam yaitu busur yang memiliki penggaris yang
digunakan untuk menentukan yang arah jarum dari busur yang dipasang. Cara
menggunakan protraktor ini yaitu dengan menempatkan busur yang sejajar dengan
benda kerja yang hendak di ukur kemiringannya kemudian untuk sudutnya diputar
saja baik dari kanan atau kiri untuk mendapatkan sudut yang diharapkan dengan
melihat panah.
Setelah praktikan melakukan praktikum dengan memakai ketiga alat ukur
yang digunakan maka praktikan menyimpulkan bahwa ketiga alat ukur tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh
praktikan. Misalnya praktikan hendak mengukur benda padat yang datar atau rata
maka hanya menggunakan mistar baja saja yang lebih muda penggunaanya dan
tidak perlu berbagai aturan yang dipakai. Kemudian jika praktikan hendak
mengukur suatu beda dengan kemiringan tertentu maka protraktor yang bisa
mengukur benda kerja dari 0-180. Jika menggunakan mistar baja untuk mengukur
sudut sebetulnya bisa dengan mengguakan rumus trigonometri, tetapi hal tersebut
akan mengurangi ketelitian dari pengukuran tersebut. Kemudian praktikan jika
hendak mengukur benda kerja yang memiliki diameter dalam yang tingkat kesulitan
dalam mengukur dengan misalnya mistar akan kurang akurat dikarenakan pada
jangka sorong sudah ada kelengkapan dalam mengukur diameter dalam suatu benda
kerja ataupun mengukur diameter luar benda kerja. Hal tersebut merupakan
kekseuaian bentuk dengan benda kerja untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dan tepat.
Kristina Sitanggang

240110150009
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mengenai pengukurann dua macam plat, praktikan mengukur
dengan menggunakan jangka sorong dan mistar baja. Pengukuran plat ini dibutuhkan
ketelitian ekstra artinya posisi penglihatan harus sejajar dengan alat ukur yang digunakan.
Plat yang diukur pada praktikum kali ini pun berbeda baik panjang, bentuk dan tebal plat
itu sendiri. Penggunaan Mistar/penggaris yaitu jarak antara dua garis tebal yang berdkatan
pada mstar sama dengan satu centimeter (1cm), sedangkan jarak antara dua garis tipis yang
berdekatan sama dengan satu milimeter (1mm). Setiap 1cm terdapat sepuluh garis tipis /
10mm, sehingga ketelitian mistar adalah 1mm. Namun, kelemahan mistar yaitu tidak dapat
mengukur dengan ketelitan yang tinggi. Sedangkan Jangka sorong, digunakan untuk
mengukur panjang dengan ketelitian 0,1mm. Jangka srong memiliki dua skala, yaitu skala
utama dan skala nomius. Jangka sorong juga memiliki dua kaki pengukur, yatu bagian atas
utuk mengukur diameter dalam dan bagian bawah untuk mengukur diamter luar atau
panjang suatu benda. Kelebihan jangka sorong adalah dapat mengukur panjang dan
diameteer dalam maupun luar suatu benda.
Percobaan ini juga dilakukan untuk memahami cara menggunakan alat ukur
penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan benar dan mengetahui ketelitian
penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran dilakukan pada plat. Selain
itu praktikum ini dilakukan untuk memahami cara melaporkan hasil pengukuran yang
benar. Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur memiliki nilai
skala terkecil (nst). Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur atau angka
digital. Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi nilai
tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur tidak
tajam. Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut nst alat ukur tersebut.
Beberapa alat ukur panjang yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris,
jangka sorong, dan mikrometer skrup. Masing masing alat ukur panjang memiliki cara
untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur. Dari
percobaan yang telah dilakukan ,diketahui bahwa masing masing alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda. Seperti jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi
jika dibandingkan dengan tingkat ketelitian pada mistar besi. Namun jangka sorong tidak
lebih teliti dari mikrometer sekrup. Penggaris atau mistar adalah alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui jarak antara dua titik atau dua garis. Cara membaca skala pada penggaris
adalah dengan menghitung selisih antara skala terbesar yang berada di salah satu ujung
benda dengan skala terkecil yang berada di ujung benda yang lain. Penggaris memiliki
ketelitian 0,1 cm atau 1 mm.
Jangka sorong merupakan alat yang digunakan praktikan untuk mengukur panjang,
diameter maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong yang digunakan kali ini memiliki
ketelitian 0,05 mm. Cara membaca jangka sorong serta cara penggunaannya yaitu,
Memeriksa kedudukan nol dengan menutup rapat rahang jangka sorong dan melihat posisi
angka nol pada skala utama dan skala nonius, Merapatkan rahang luar jangka sorong. Skala
dapat dikunci dengan memutar pengunci sampai kencang, membaca angka yang tertera
pada skala utama dan nonius yang berimpit dengan skala utamanya. Sehingga melalui
praktikum pengukuran ini praktikan mengetahui penggunaan alat ukur dan satuan yang
digunakan. Dan penggunaan alat ukur sesuai bentuk bahan atau plat yang akan diukur.
Halimatur Rosidah

240110150012
BAB V
PEMBAHASAN
Inne Fauziah

240110150018
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum perbengkelan pertanian kali ini akan membahas mengenai


pengukuran. Dimana pengukuran sendiri adalah penentuan besaran, dimensi, atau
kapasitas, biasanya terhadap standar atau satuan pengukuran. Bisa juga diartikan
sebagai kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang
digunakan sebagai satuan. Adapun jenis-jenis alat ukur yang ada dalam praktikum
perbengkelan ini diantaranya yaitu busur protaktor, jangka sorong, mistar baja, dan
penggaris siku, sedangkan untuk alat ukur yang lain masih banyak jenis-jenisnya.
Adapun bahan yang di ukur pada praktikum ini yaitu benda kerja.
Alat-alat tersebut memiliki fungsi masing-masing dan ketelitian yang
berbeda-beda. Untuk busur protaktor berfungsi mengukur besaran-besaran sudut
pada benda kerja. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur suatu benda yang
memiliki tingkat ketelitian satu perseratus milimeter. Mistar baja berfungsi untuk
menggambar garis lurus, mengukur benda kerja, mengukur (panjang, lebar, tebal,
dan tinggi) dan lain sebagainya. Penggaris siku berfungsi untuk mengukur atau
memeriksa sudut dan kerataan suatu permukaan benda kerja.
Pengukuran memiliki beberapa metode yang dilakukan diantaranya yaitu
pengukuran langsung, pengukuran tidak langsung, pengukuran dengan kaliber
batas, dan membandingkan dengan bentuk standar. Dalam praktikum ini metode
yang digunakan yaitu metode langsung, dimana pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur dapat secara langsung mendapatkan hasil pengukurannya.
Dalam hal ini untuk penggunaan alat ukur harus benar-benar paham cara
menggunakannya. Dimana dalam melakukan pengukuran diperlukan ketelitian
yang baik agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat suatu bahan atau benda.
Praktikum ini hanya menggunakan alat ukur jangka sorong saja untuk
mengukur benda kerja. Jangka sorong sendiri merupakan alat ukur yang
mempunyai tingkat ketelitian 0,01 centimeter atau 0,1 milimeter dengan batas ukur
sampai 10 cm, sehingga dapat mengukur ukuran sebuah benda dengan lebih teliti
dan akurat. Pada jangka sorong terdapat dua bagian yang bisa dilakukan
pengukuran yaitu bagian pertama rahang luar yang digunakan untuk mengukur
diameter dalam pada sebuah lubang seperti pipa, lubang besi, dan lain-lain. Bagian
kedua biasa disebut rahang dalam yang berfungsi untuk mengukur diameter suatu
benda. Pada jangka sorong juga terdapat dua buah skala yang digunakan untuk
membaca hasil pengukuran. Untuk yang pertama pada bagian bawah menggunakan
satuan centimeter dan milimeter dan satuan inch pada bagian atas. Kedua skala
nonius atau vernier.
Pembacaan dalam hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
dapat dilakukan dengan membaca skala utama, yang berimpit atau skala terdekat
tepat di depan titik nol skala nonius, membaca skala nonius yang tepat berimpit
dengan skala utama, dan untuk hasil yang didapat yaitu skala utama ditambah
dengan (skala nonius yang berimpit dikali skala terkecil jangka sorong).
Pada praktikum ini hasil yang didapat oleh praktikan kemungkinan tidak
semuanya sesuai dengan literatur pengukuran yang dilakukan asisten dosen. Hal ini
terjadi disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang didapatkan
oleh praktikan. Salah satu faktor tersebut yaitu pada saat melakukan pembacaan
pada jangka sorong praktikan kurang teliti. Oleh karena itu setiap praktikan harus
lebih memperhatikan ketelitian pada saat melakukan pengukuran, agar data hasil
pengukuran yang didapat lebih akurat.
Dinda Zarra Z. A

240110150020
BAB V
PEMBAHASAN

Pengukuran yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu pada benda kerja
yang telah disediakan oleh asisten. Pengukuran dilakukan dengan mengukur
tampak depan, atas, dan samping daripada benda kerja tersebut. Tujuan dari
pengukuran yaitu untuk mendapatkan nilai dari suatu besaran dengan cara
membandingkan dengan suatu standar. Terdapat dua benda kerja yang diukur oleh
praktikan. Untuk mengukur panjang dari benda kerja tersebut dengan ukuran yang
kecil dan sulit terjangkau, praktikan menggunakan jangka sorong. Sedangkan untuk
mengukur panjang yang mudah dilakukan dengan menggunakan mistar. Namun
yang menjadi kendala pada saat dilakukannya praktikum yaitu pada benda kerja
yang pertama tidak sesuai dengan gambar teknik yang diberikan oleh asisten. Oleh
karenanya praktikan agak kebingungan dalam melakukan pengukuran karena ada
bagian-bagian pada gambar yang tidak terdapat pada bagian benda kerja aslinya.
Pengukuran panjang dengan jangka sorong memilki ketelitian 0,02 mm.
Sedangkan untuk mistar yang digunakan memilki error 0.5 mm. Penggunaan alat
ukur jangka sorong memiliki tingkat ketelitian yang tinggi jika dibandingkan
dengna mistar karena nilai ketelitiannya lebih rendah. Semakin rendah nilai
ketelitiannya maka semakin akurat data yang akan diperoleh dari hasil pengukuran.
Penentuan nilai hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong harus benar-
benar dilakukan dengan teliti.
Alat selanjutnya yang digunakan adalah penggaris siku. Penggaris siku
penggaris berbentuk seperti huruf L yang terdiri dari dua bagian, yaitu blok atau
pegangan dan daun pengukur. Kegunaan penggaris siku ini yaitu antara lain
menarik garis dan membuat garis sejajar, memeriksa/mengukur sudut, dan
memeriksa kerataan suatu permukaan benda kerja. Penggaris siku ini juga sering
disebut penyiku. Penyiku adalah siku-siku yang digunakan untuk menyiku benda
kerja. Siku-siku geser digunakan untuk mengetahui kesikuan atau pembanding
kesikuan sudut yang tidak membentuk 90 derajat sedangkan siku-siku
dipergunakan untuk mengetahui sudut yang dibentuk adalah tepat 90 derajat.
Terakhir alat yang digunakan yaitu protactor. Protactor merupakan alat
ukur untuk mengukur besaran-besaran sudut pada benda kerja dan untuk membantu
pekerjaan melukis dan menandai. Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai
dengan jenis kegunaannya dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor
adalah dari 0 derajat sampai 180 derajat.
Rizal Hadyan Fadhlillah

240110150021
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas dan mempelajari mengenai alat ukur dan
pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Kegiatan pada praktikum
kali ini yaitu mengukur suatu benda kerja menggunakan alat ukur yag berbeda-beda
yaitu penggaris besi, penggaris siku, mikrometer, jangka sorong serta protractor
untuk mengukur sudut, yang nantinya dibandingkan dan diacari keakuratanya
masing-masing, karena setiap pengkuran dengan menggunakan alat yang berbeda
ketelitianya pasti mempunyai perbedaan hasil pengukuranya. Berdasarkan
jenisnya, pengukuran dibagi menjadi pengukuran langsung dan tidak langsung.
Pada praktikum kali ini jenis pengukurannya adalah pengukuran langsung karena
nilai dimensi langsung didapat tanpa harus dikonversikan dengan besaran lain.
Setiap alat ukur memiliki fungsi dan kegunaan masing masing dalam
melakukan pengukuran. Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi,
atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran.
Pengukuran yang di lakukan pada praktikum ini menggunakan suatu benda kerja
yang dapat di ukur dengan beberapa alat ukur. Pengukuran panjang, lebar ,tinggi,
diameter dan lain sebagainya, adapun pengukuran yang menggunakan penggaris
besi dan penggaris siku nilai pengukuranya sama karena ketelitian yang dimiliki
oleh kedua penggaris ini sama hanya saja jika dilihat dari fungsi penggaris ini tentu
saja memliki fungsi yang berbeda penggaris siku untuk mengecek apakah sudut
sudah lurus atau tidak, sedangkan penggaris besi biasanya berfungsi sebagai
pengukur panjang, serta sering digunakan sebagai alat bantu dalam membuat garis
yang lurus.
Pengukuran yang pertama praktikan mengukur benda kerja menggunakan
penggaris besi. Pada prinsipnya penggaris besi ini dapat mengukur besarnya
panjang serta tebal suatu benda dengan satuan (cm). Berdasarkan benda kerja yang
diukur pada praktikum kali ini hampir setiap bagian nya dapat dikur menggunakan
penggaris besi. Ketiga bagian tersebut dapat diukur menggunakan alat pengukur
sudut. Penggaris besi ini memiliki ketelitian 1 mm. Pengukuran benda kerja
selanjutnya menggunakan penggaris siku. Pada prinsipnya pengukuran
menggunakan penggaris siku ini sama dengan penggaris besi yaitu dapat mengukur
panjang dan ketebalan suatu benda kerja hanya saja penggaris siku ini sering
dipakai dalam dasar pekerjaan dan juga saat pengukuran bagian bagian yang sangat
berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang yang akan dikerjakan. Siku ukur
memiliki tanda sehingga mudah untuk menentukan sudut perkiraan ataupun bidang
potong. Dengan menempatkan pojok siku ukur pada titik di mana sudut memenuhi
sumbu panjang dan maka dapat dilihat besaran sudut pada suatu garis yang akan
diukur. Bagian yang dapat diukur menggunakan penggaris siku ini sama dengan
penggaris besi yaitu hampir semua bagian kecuali bagian lengkung dan sudut yang
hanya dapat dikur menggunakan alat pengukur sudut.
Pengukuran lainnya yaitu menggunakan alat ukur jangka sorong. Jangka
sorong ini mempunyai dua buah bagian pengukur, bagian pertama adalah bagian
cembung yang berfungsi untuk mengukur panjang suatu benda, dan bagian yang
kedua adalah bagian cekung mengarah ke dalam yang memiliki fungsi untuk
mengukur diameter bagian dalam suatu benda. Jangka sorong ini memiliki
ketelitian hingga 0,1 mm. Jangka sorong dapat mengukur semua bagian benda kerja
kecuali pada bagian miring pada benda yang hanya dapat dikur menggunakan alat
pengukur sudut. Pada kedua benda kerja yang diukur ini memiliki beberapa bagian
miring yaitu yang dapat diukur menggunakan alat pengukur sudut. Alat pengukur
sudut ini dapat mengukur benda kerja dengan kemiringan hingga 180o.
Secara keseluruhan, praktikan lebih banyak menggunakaan jangka sorong
dikarenakan ketelitiannya lebih baik disbanding alat lain yang tersedia. Sebenarnya,
masih ada lagi alat untuk mengukur panjang seperti meteran dan mikrometer
sekrup. Berdasarkan pengukuran menggunakan kelima alat tersebut praktikan dapat
menarik kesimpulan bahwa setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan penggaris siku, penggaris besi, dan
jangka sorong diketahui bahwa jangka sorong memliki ketelitian yang paling baik
diantara penggaris siku dan penggaris besi dikarenakan jangka sorong memiliki
ketelitian yang paling baik yaitu 0,1 mm. Mikrometer sekrup sebenarnya
mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan jangka sorong,
mikrometer sekrup dapat memiliki ketelitian hingga 0,01 mm.
Jihan Fitriyani

240110150023
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu melakukan pengukuran. Pada saat praktikum alat dan
bahan yang digunakan oleh praktikan yaitu menggunakan, jangka sorong,
protractor, dan mistar baja. Masing masing alat ukur yang digunakan untuk
mengukur panjang memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara adapun
cara untuk membaca pada hasil yang terukur. Praktikum yang telah dilakukan kali
ini , dapat diketahui bahwa masing masing alat ukur memiliki tingkat ketelitian
yang berbeda. Praktikan pada praktikum kali ini sangatlah dibutuhkan ketelitian
yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Saat melakukan praktikum adapun
kendala yang terjadi pada praktikan yaitu salah satunya mengalami kurangnya
penerangan sehingga praktikan terkadang sulit membaca dengan sangat teliti.
pengukuran yang dilakukan secara pertama yaitu mengukur berupa batangan
panjang. Pada saat mengukur batangan panjang tersebut praktikan mengukurnya
dimulai dari mengukur diameter dari suatu batangan tersebut dan harus sangat teliti.
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan alat ukur yaitu jangka sorong. Dengan
melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong praktikan hanya dapat
mengukur diameter yang dibutuhkan dalam mengukur benda kerja yang nantinya
diukur saat praktikum. Pada alat jangka sorong sangatlah dibutuhkan ketelitian
yang sangat sempurna, maka praktikan menggunakan dengan ketelitian 3 angka
dibelakang koma. Ketelitian yang digunakan akan lebih tinggi yaitu dengan
menggunakan alat ukur mistar baja dimana mistar tersebut yang memiliki ketelitian
hanya 1 angka dibelakang koma. Sehingga nantinya akan mendapatkan angka yang
lebih akurat. Selain itu pula, pada alat ukur adapun kelemahannya yaitu tidak dapat
mengukur suatu objek dengan ketelitan yang tinggi. Tetapi lain halnya dengan alat
ukur Jangka sorong, jangka sorong sering digunakan untuk mengukur panjang
dengan nilai ketelitian 0,1mm. Pada jangka srong memiliki dua skala, yaitu skala
utama dan skala nomius. Selain itu pada jangka sorong juga memiliki dua kaki
pengukur, pada setiap bagian kaki tersebut yaitu bagian atas utuk mengukur
diameter dalam sedangkan bagian bawah untuk mengukur diamter luar atau
panjang pada suatu benda. Pada alat ukur jangka sorong selain memiliki
kekurangan atau kelemahan, tetapi pasti juga memiliki suatu kelebihan yaitu jangka
sorong dapat mengukur suatu panjang dan diameteer dalam pada suatu alat yang
akan di ukur/benda, maupun luar pada sebuah benda atau objek yang akan di ukur
oleh jangka sorong.
Seperti jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tingkat ketelitian pada mistar besi. Namun jangka sorong
tidak lebih teliti dari mikrometer sekrup. Penggaris atau mistar merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mengetahui atau mendapatkan nilai darai jarak antara dua
titik atau dua garis saja. Cara membaca skala pada penggaris yaitu dapat
menghitung atau mengetahui selisih antara skala terbesar yang berada di salah satu
ujung benda dengan skala terkecil yang berada di ujung benda yang lain. Pada
penggaris memiliki nilai ketelitian 0,1 cm atau 1 mm.
Pada alat ukur jangka sorong praktikan menggunakannya yaitu untuk
mengukur suatu panjang, dan diameter ataupun pada saat kedalaman suatu benda
atau bahan yang nantinya akan diukur. Pada pengukuran dengan menggunakan
beberapa alat pengukuran adapun alat yang sangat akurat yaitu dengan
menggunakan Jangka sorong memiliki ketelitian yang sangat akurat yaitu 0,05 mm
dibandingkan dengan alat ukur lainnya.
Eva Gantina

240110150002
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran merupakan proses perbandingan nilai besaran yang belum
diketahui dengan nilai standar yang sudah ditetapkan;
2. Dalam menggunakan alat ukur perbengkelan memerlukan ketelitian sesuai
dengan ukuran pada benda dan harus berdasarkan nilai toleransi yang
ditentukan;
3. Jangka sorong memiliki ketelitian 0.02 mm jangka sorong memiliki skala yaitu
skala utama dalam satuan cm dan skala Nonius dalam satuan mm;
4. Fungsi jangka sorong untuk mengukur diameter luar benda maupun panjang
benda yang ukurannya kecil, untuk mengukur diameter dalam benda dan untuk
mengukur kedalaman benda;
5. Protactor digunakan untuk mengukur besaran-besaran sudut pada benda kerja
dan untuk membantu pekerjaan melukis dan menandai;
6. Saat melakukan pengukuran tidak lepas dari kesalahan yaitu kesalahan
sistematik dan kesalahan acak selain kesalahan, ada ketidakpastian pengukuran
terulang.
Moch. Ilham Khoerullah

240110150003
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan praktikum kali ini yaitu:


1. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran;
2. Mistar baja merupakan sebuah alat pengukur panjang, lebar ataupun tinggi suatu
benda dan alat bantu menggambar agar untuk menggambar garis lurus;
3. Protraktor merupakan alat busur deraja dengan tambahan penggris untuk
menetukan sudutnya;
4. Penggunakan alat ukur disesuaikan dengan kebutuhan pengukuran yang hendak di
cari besarannya;
5. Suatu keakuratan dalam pengukuran merupakan salah satu faktor dari keahlian dan
ketelitian dari pengukurnya.
Kristina Sitanggang

240110150009
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum kali ini yaitu:


1. Pengukuran merupakan kegiatan untuk membandingkan sesuatu dengan atau
sesuatu yang lain;
2. Alat yang digunakan untuk pengukuran plat tergantung kebutuhan dan bentuk
plat;
3. Beberapa alat pengukuran yaitu jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar baja
dan lain-lain;
4. Pengukuran dilakukan dengan teliti, mata harus sejaajar dengan alat pengukur
agar hasil yang diperoleh akurat;
5. Perlu diperhatikan tingkat ketelitian alat pengukur yang digunakan hal ini
dianjurkan agar hasil pengukuran lebih akurat.
Halimatur Rosidah

240110150012
BAB VI
KESIMPULAN
Inne Fauziah

240110150018
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah :


1. Hasil yang didapatkan kemungkinan tidak sesuai, karena disebabkan adanya
faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu kurangnya
ketelitian saat membaca hasil pengukuran;
2. Jangka sorong merupakan alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian 0,01
centimeter atau 0,1 milimeter dengan batas ukur sampai 10 cm, sehingga
dapat mengukur ukuran sebuah benda dengan lebih teliti dan akurat;
3. Jenis-jenis alat ukur yang ada dalam praktikum perbengkelan yaitu busur
protaktor, jangka sorong, mistar baja, dan penggaris siku;
4. Ketelitian dalam praktikum pengukuran ini sangat diperlukan.
5. Metode yang digunakan yaitu metode langsung, dimana pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan alat ukur dapat langsung didapatkan
hasilnya;
6. Pengukuran sebagai kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan;
7. Tata cara pembacaan hasil pengukuran pada jangka sorong.
Dinda Zarra Z. A

240110150020
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu diantaranya:


1. Pengukuran dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai dari suatu
besaran dengan cara membandingkan dengan suatu standar;
2. Pengukuran panjang dengan jangka sorong memilki ketelitian 0,02 mm;
3. Mistar yang digunakan memilki error 0.5 mm;
4. Semakin rendah nilai ketelitiannya maka semakin akurat data yang akan
diperoleh dari hasil pengukuran;
5. Penyiku adalah siku-siku yang digunakan untuk menyiku benda kerja;
6. Protactor merupakan alat ukur untuk mengukur besaran-besaran sudut pada
benda kerja dan untuk membantu pekerjaan melukis dan menandai.
Rizal Hadyan Fadhlillah

240110150021
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:


1. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan;
2. Pada prinsipnya penggaris besi, penggaris siku dan jangka sorong dapat
mengukur besarnya panjang serta tebal suatu benda;
3. Penggaris siku sering dipakai dalam dasar pekerjaan dan juga saat penguran
bagian bagian yang sangat berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang
yang akan dikerjakan;
4. Penggaris siku maupun penggaris besi mempunyai ketelitian yang sama yaitu
1 mm, sedangkan pada jangka sorong ketelitiannya lebih baik yaitu 0,1 mm;
5. Setiap alat ukur mempunyai ketelitian masing-masing, dan ketelitian ini bisa
menyebabkan perbedaan ukuran yang dilakukan oleh alat walaupun
pengukuran dilakukan pada benda yang sama;
6. Ketelitian suatu alat akan mempengaruhi hasil pengukuran;
7. Alat ukur memiliki fungsinya masing-masing dalam melakukan pengukuran,
dan tidak bisa dipaksakan untuk mengukur benda yang menyalahi fungsinya.
Jihan Fitriyani

240110150023
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:


1. Pengukuran yang dilakukan yaitu digunakan untuk mengukur atau penentuan
besaran, dimensi, atau kapasitas, hasil yang didapatkan biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran yang sudah ditetapkan;
2. Jangka sorong memiliki ketelitian yang sangat akurat yaitu 0,05 mm
dibandingkan dengan alat ukur lainnya;
3. Protraktor adalah alat yang memiliki garis seperti penggaris kemudian tedapat
busur derajat agar mengetahui berapa nilai terdapat alat tesebut;
4. Penggunaan alat ukur dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengukuran yang
akan dicari untuk pengukuran benda;
5. Pada suatu pengukuran sangat dibutuhkan nilai keakuratan adapun salah
satunya yaitu merupakan faktor dari keahlian dan ketelitian dari pengukurnya
terhadap suatu benda.

Вам также может понравиться

  • Kegunaan Dan Contoh
    Kegunaan Dan Contoh
    Документ4 страницы
    Kegunaan Dan Contoh
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • Hasil
    Hasil
    Документ3 страницы
    Hasil
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Документ4 страницы
    Pembahasan
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • Bab 3 4
    Bab 3 4
    Документ1 страница
    Bab 3 4
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • Laprak 3 Bab 2
    Laprak 3 Bab 2
    Документ3 страницы
    Laprak 3 Bab 2
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • Hasil
    Hasil
    Документ5 страниц
    Hasil
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • TRAKTOR TANGAN
    TRAKTOR TANGAN
    Документ37 страниц
    TRAKTOR TANGAN
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • TEODOLITE DAN BAGIAN-BAGIANNYA
    TEODOLITE DAN BAGIAN-BAGIANNYA
    Документ3 страницы
    TEODOLITE DAN BAGIAN-BAGIANNYA
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет
  • Laprak 3 Bab 2
    Laprak 3 Bab 2
    Документ3 страницы
    Laprak 3 Bab 2
    Halimatur Rosidah
    Оценок пока нет