Вы находитесь на странице: 1из 2

1.

a. Memperkenalkan kepada dunia Barat bagaimana sistem moral dan etika bisnis Islam dengan
nilai-nilainya.
b. Memberikan beberapa pengetahuan tentang filsafat Islam untuk membantu manajer
melakukan bisnis dalam budaya Islam serta dapat menghadapi perbedaan dengan budaya
asing.
2.
a. Filter Moral : Sistem pasar yang mekanisme harganya dilengkapi dengan perangkat yang
meminimalkan kesenjangan kepemilikan sumber daya antara manusia satu dengan yang lain.
Menurut ahli hukum Islam, kategori kebutuhan akan sumber daya dibagi menjadi 3, yaitu :
- Daruriyyah (kebutuhan)
- Hayiyyat (kemudahan)
- Tahsiniyyat (perbaikan)
b. Tauhid : Meyakini keesaan Allah artinya segala gerak, langkah dan aktivitas yang dilakukan
harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan dalam kegiatan ekonomi dan segala sesuatu yang
dilakukan harus sesuai dengan syariat dan ajaran Allah SWT. Contoh: Kita harus meyakini
bahwa sumber daya yang ada di alam ini merupakan ciptaan dan milik Allah secara absolut,
manusia hanya sebagai pemegang amanah mengelola sumber daya itu dalam rangka
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan kehidupan manusia secara adil. Jadi, konsep
tauhid ini mengajukan bahwa segala sesuatu bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada
Allah, menggunakan sarana dan sumber daya sesuai syariat Allah. Aktivitas ekonomi, seperti
produksi, konsumsi dan distribusi serta ekspor dan impor bertitik tolak kepada Allah yang
bertujuan untuk mencapai keridhoan Allah SWT.
c. Keadilan : Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil
kepada semua pihak dan tak terkecuali pada pihak yang tak disukai. Dalam bisnis
konvensional, keadilan itu diidentikkan dengan sifat individualisme, berbeda dengan anjuran
islam, yaitu sifat individualisme itu sangat dianjurkan untuk dijauhi. Sebagai contoh adalah
perintah membayar zakat. Mengapa kita diperintahkan membayar zakat? Karena dengan
membayar zakat, maka kita berbagi kepada orang lain. Seperti yang kita ketahui, bahwasanya
kekayaan yang dimiliki setiap orang itu adalah titipan bukan sepenuhnya milik mereka,
melainkan ada hak untuk orang lain juga
d. Perwalian (khilafah) : Nilai khilafah secara umum berarti bertanggung jawab sebagai utusan
Allah di alam semesta. Konsep khilafah secara umum dapat didefinisikan sebagai amanah dan
tanggung jawab manusia terhadap apa-apa yang dikuasai kepadanya dalam bentuk sikap dan
perilaku manusia terhadap Allah, sesama dan alam semesta. Dalam ekonomi Islam, nilai
khilafah dapat diterapkan dengan tanggung jawab perilaku ekonomi dengan cara yang benar.
Karena, jika pemanfaatan sumber daya yang tidak benar, akan membuat kerusakan pada
lingkungan. Salah satu mensyukuri nikmat yang Allah berikan, adalah manusia sebagai
khilafah harus bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
e. Keseimbangan : Dalam bisnis Islam, keseimbangan lebih ditekankan pada keseimbangan
dunia dan akhirat. Setiap usaha yang dilakukan manusia harus seimbang antara hasil yang
akan dicapai di dunia dan yang didapat di akhirat. Sedangkan dalam ekonomi konvensional,
keseimbangan lebih ditekankan pada keseimbangan antara hak dan kewajiban, jika tugas-
tugas dan kewajiban telah terpenuhi, maka apa yang menjadi hak mereka pun akan
didapatkan.
3. Karena pada dasarnya manusia lebih mementingkan keluarga, kerabat dan orang terdekat dalam
kegiatan bisnis. Sebagai contoh: orang Mesir lebih memilih untuk melakukan bisnis dengan orang
yang mereka sukai, yang dikenal dan yang mereka anggap teman. Dalam hukum Islam tidak semua
nepotisme merupakan hal yang tercela, nepotisme dilarang jika mendahulukan keluarga atau
saudara kita padahal dia tidak memiliki kemampuan atau kompetensi dalam bidang itu. Ini sama
saja melanggar prinsip etika bisnis Islam yaitu keadilan. Sebaliknya, nepotisme diperbolehkan jika
saudara kita tersebut benar-benar teruji secara kompetensinya dibandingkan dengan orang lain.
Bahkan dalam Islam kita dianjurkan untuk mendahului keluarga dibandingkan orang lain.

Вам также может понравиться