Вы находитесь на странице: 1из 23

AL-ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP

PENDAHULUAN

Islam adalah agama tauhid. Secara etimologi tauhid berarti mengesakan, maksudnya mengesakan Allah,
Laa ilaaha illallah, tidak ada ilah kecuali Allah. Kalimat laa ilaaha illallah merupakan kalimat pengikat
antara makhluk dengan Khaliknya, sebagai realisasi rasa hormat dan syukur kepada-Nya.

Pada dasarnya seluruh ciptaan Allah selalu tunduk, taat dan patuh kepada Sunnatullah (ketentuan Allah).
Langit, bintang, bumi, awan, air, tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya selalu menyerah secara penuh
kepada Allah, yaitu tunduk pada aturan dan sistem yang Allah tentukan. Kecuali, manusia dan jin yang
keduanya merupakan makhluk Allah yang mempunyai karakteristik khusus. Manusia dan jin sama-sama
memiliki kesempatan untuk berbuat taqwa, yaitu turut dan patuh kepada aturan-aturan Allah, dan juga
memiliki kesempatan untuk berbuat fujur yaitu menolak atau melanggar aturan-aturan-Nya.

"Dan katakanlah : Kebenaran itu datang dari Rabbmu. Barang siapa yang hendak beriman, berimanlah.
Dan barang siapa yang ingin kaftr, biarkanlah ia kafir. (QS. Al Kahfi (18), 29). Islam adalah jalan hidup
yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia dan akherat. Islam merupakan imperatif, satu-
satunya ialan yang harus ditempuh. Itulah jalan orang-orang yang beriman (QS. Ali lmran (3),19, 83).

PENGERTIAN AL-ISLAM

1. Arti Bahasa (Lughawie)

Ditinjau dari akar katanya, AI-Islam berasal dari kata sa-la-ma yang berarti selamat atau damai. Di dalam
Al Qur'an kata tersebut kemudian digunakan dengan beberapa tambahan atau perubahan misalnya :

a. Aslama : menyerah (QS.3:83 ; 4: 125)

b. Istaslama -- tasliim -- mustaslimun : penyerahan total (kepada Allah) (QS. 4:65 ; 37:26).

c. Saliim : bersih, suci (QS. 26:89 ; 37:83-84)

d. Salaam : kesejahteraan (QS. 39:73)

e. Salm : damai (QS. 47:35 ; 8:61)

2. Arti Istilah (Ishthilahie)


Makna asal Islam adalah menerima segala perintah dan larangan Allah yang terdapat dalam wahyu
yang diturunkan kepada Nabi. Barang siapa yang menghadapkan wajah dan hatinya -- dalam semua
persoalan hidup -- kepada Allah, maka ia adalah seorang muslim. Penerimaan dan penyerahan diri secara
penuh terhadap hukum-hukum-Nya adalah merupakan syarat untuk menjadi muslim yang utuh. Allah
berfirman:

"Hari orang-orang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan jangan kamu turut
langkah-langkah setan.Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al Baqarah (2):208).

Oleh karena manusia harus Islam atau menyerah diri secara total kepada Allah, maka Allah tidak
membiarkan satu umatpun tanpa didatangi Rasul.

Dan setiap umat mempunyai seorang pemberi peringatan (QS.Fathir (35):24).

Islam yang diserukan Rasulullah SAW dapat diketahui dari Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, yang
rnerupakan hidayah untuk seluruh umat manusia. Allah menurunkan hidayah untuk seluruh umat
manusia. Allah menurunkan Islam ini secara sempurna dan menyeluruh, sehingga tidak ada satu
persoalan pun yang menyangkut kehidupan yang tidak diatur oleh Islam.

"Dan Kami turunkan kepadamu Kitab sebagai penjelas segala sesuatu." (QS. An Nahl (16), 80)

"Dan sebagai pemerinci terhadap segala sesuatu." (QS. Al-A'raf (7),145).

Rasulullah SAW mendefinisikan Islam dengan ta'rif (definisi) yang bermacam-macam. Banyak orang yang
tidak mengetahui secara jelas tentang maksud ta'rif yang Rasulullah SAW berikan. Sebab kadang-kadang
Rasulullah SAW menta'rifkan lslam dengan cara menentukan ta'rif keseluruhan Islam dengan menyebut
bagian-bagian dari Islam, mengingatkan pentingnya bagian tersebut. Dari beberapa urian serta hadits-
hadtis dapat disimpulkan bahwa Islam adalah :

a. Aqidah, yang tercermin dengan syahadatain dan rukun iman.

b. lbadah, yang tercermin dengan sholat, zakat, puasa, haji, yang disebut dengan rukun Islam.
Bangunan (sistem) yang tegak di atas, rukun-rukun tersebut yang tercermin dengan seluruh sistem
hidup Islam yang mencakup sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kemiliteran, akhlaq dan
lain-lainnya.

Tiang-tiang penegak sebagai cara menegakkan Islam yang tercermin dengan jihad, amar makruf nahi
munkar, dan hukum serta sanksi-sanksinya.

Itulah gambaran ringkas tentang Islam. Sedangkan segala hal yang bertentangan dengan Islam disebut
Jahiliyah, dan jahiliyah inilah lawan dari Islam.

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

Islam adalah Dien yang diturunkan Allah untuk kehidupan manusia yang ciri-cirinya adalah rabbaniyah,
sempurna, integral dan universal.

A. Islam adalah Ajaran Rabbaniyah

Islam sebagai ajaran yang Rabbaniyah adalah bahwa ajaran Islam bersumber daari Alah, bukan hasil
pemikiran manusia. Ajaran Islam diturunkan dalam bentuk Al Qur'an yang merupakan wahyu AlIah
kepada Muhammad secara lafadz dan ma'na, maupun As - Sunnah yang merupakan wahyu Allah secara
ma'nawie. Allah berfirman :

"Turunnya Al Qur'an tidak ada keraguan padanya adalah daari Rabb (Tuhan) semesta alam". (QS. As-
Sajadah (32), 2).

"Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkan itu (Al Qur'an)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)." (QS. An-Najm (53), 2-4).

Islam adalah Dien dari Allah Yang Maha Mengetahui, maka Dien Islamlah yang mampu menyelesaikan
seluruh permasalahan ummat manusia, mengungguli setiap konsep lain yang merupakan produk
pemikiran rnanusia. Dien Islam mengarahkan manusia, sedangkan konsep-konsep lain arahnya
ditentukan manusia. Allah berfirman :
"Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dari agama yang haq agar dimenangkan
Allah terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. Al Fath (48), 28).

3. Islam adalah Ajaran yang Sempurna

Kesempurnaan Islam tidak terlepas dari Allah SWT. Allah yang menciptakan seluruh alam dalam keadaan
sempurna, maka secara otomatis agama yang Allah berikan kepada manusia juga rnerupakan agama
yang sempurna. Tidak satu pun ajaran Islam yang kontradiktif, semuanya merupakan satu kesatuan yang
padu, yang pada intinya terfokus pada ajaran tauhid. Allah berfirman :

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Kuridhai Islam Jadi agama bagimu". (QS. Al Maidah (5), 3).

4. Islam sebagai Ajaran yang Universal

Islam dengan sifat keasliannya yang universal, diturunkan untuk seluruh umat manusia. Islam
merupakan "konsumsi pokok" bagi seluruh alam. Allah berfirman :

"Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada sekalian manusia, untuk memberi kabar
gembira dengan surga dan memberi kabar takut dengan neraka" (QS. Saba'(34) 28).

"Katakanlah! Wahai manusta sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu semua". (QS. Al A'raf
(7),158).

"Dan Kami tidak utus engkau melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam". (QS. Al Anbiya' (21), 107).

Sifat universal Islam bukan hanya terbatas untuk waktu tertentu atau generasi tertentu, tapi berlaku
untuk sepanjang masa dan di semua tempat, karena itu Islam tidak akan hilang dari permukaan bumi,
tidak pernah berubah ataupun diganti.

5. Islam adalah Ajaran yang Bersifat Integral

Sifat integral (lengkap) adalah merupakan sifat keaslian Islam. Integralitas Islam terletak pada ajarannya,
yaitu ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tak satu aspekpun yang terlepas dari ajaran Islam.
Islam rnengatur hal-hal yang berkenaan dengan aspek jasmani maupun aspek rohani. Islam memberi
aturan bagaimana seharusnya berhubungan dengan Allah, bagaimana berhubungan dengan sesama
manusia, dan hubungan dengan alam lingkungannya.

POKOK-POKOK AJARAN ISLAM

Aturan-aturan yang ada dalam Islam secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu
aturan yang berupa kaidah umum dan aturan yang berupa kaidah yang mendetail. Kedua bentuk ini
selalu cocok sepanjang masa dan di semua tempat, yang sesuai pula dengan sifat integral dan universal.

1. Kaidah umum

Dalam Islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana dan mudah pula
dipraktekkan. Isi dan jiwa kaidah ini selalu dapat menandingi kemajuan-kemajuan yang sudah dicapai
oleh masyarakat manapun, dan mencakup masalah-masalah baru yang menjadi kemaslahatan umat
manusia pada masa mendatang. Yang termasuk kaidah umum adalah :

1. Musyawarah

Musyawarah adalah prinsip pokok dalam Islam dalam bidang pemerintahan. Musyawarah juga
merupakan salah satu sifat orang-orang yang beriman dalam mengatur dan menyusun pemerintahan.
Allah berfirman :

"Urusan mereka dengan bermusyawarah sesama mereka." (QS.Asy-Syura (42), 38).

"Bermusyawarahlah engkau dengan mereka dalam hal urusan itu." (QS. Ali lmran (3), 159).

Prinsip ini merupakan prinsip terbaik dan tertinggi. Musyawarah adalah prinsip yang cukup elastis yang
mencakup semua macam cara yang ingin dilaksanakan oleh manusia.

2. Persamaan

Persamaan merupakan prinsip pokok dalam Islam yang berlaku dalam semua aspek kehidupan yang
diatur oleh Islam, diantaranya persamaan di muka hukum, dalam pelaksanaan syarat-syarat pelaksanaan
suatu ketentuan hukum. Persamaan dalam kewajiban dan dalam hal-hal yang akan menimbulkan
kewajiban. Persamaan adalah suatu kaidah yang sesuai dengan dan dapat diterima oleh ratio yang sehat,
dan sesuai pula dengan fitrah insani, sehingga dengan persamaan segala sesuatu dapat diatur dengan
sebaik-baiknya. Sabda Rasulullah :

"Sesungguhnya binasa orang-orang yang sebelum kamu, karena apabila mencuri diantara orang-orang
bangsawan mereka biarkan (tidak dituntut), tetapi apabila orang- orang biasa mencuri barulah mereka
laksanakan hukumanDemi Allah kalau Fatimah binti Muhamrnad mencuri niscaya kupotong tangannya."

Hadits di atas menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan/penerapan hukum Islam berlaku bagi siapapun
termasuk keluarga Rasulullah SAW. Tidak ada diskriminasi dalam hukum. Siapa yang bersalah dengan
sengaja akan dikenakan hukuman sesuai dengan ketentuan.

3. Keadilan

Keadilan dalam Islam merupakan prinsip pokok yang menjadi dasar hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia, baik terhadap keluarga teman, maupun terhadap keluarga musuh. Keadilan
harus diterapkan di peradilan, dalam pemerintahan, dalam rumah tangga, bahkan dalam pemberian
seorang ayah terhadap anak-anaknya. Prinsip keadilan harus diterapkan dalam hidup dan kehidupan,
dalam tindak-tanduk, dalam mengatur hubungan sesama manusia, bahkan dalam menunaikan
kewajibannya kepada Allah. Allan berfirman :

"Allah menyuruh kamu supaya membayar amanat kepada yang berhak. Jika kamu menghukum antara
manusia hendaklah kamu hukum dengan seadil-adilnya" (QS. An-Nisa (4), 58).

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku addillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".(QS. Al-
Maidah (5), 8).

Prinsip Keadilan mengandung kemaslahatan bagi manusia, yang dapat diterapkan ke dalam semua
peraturan agar tercapai keadilan yang merata.

2. Ketentuan yang Detail

Hukum-hukum atau peraturan-peraturan detail dalam Islam sangat banyak sekali, dan tidak kita bahas
satu demi satu. Yang jelas banyak sekali aturan-aturan yang sifatnya detail., membahas persoalan sampai
yang sekecil-kecilnya. Misalnya dalam masalah perkawina, Islam mengatur bagaimana seharusnya
meminang, melamar, akad nikah dengen berbagai syaratnya, dan masih banyak lagi.
SISTEM ISLAM

Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa sifat integral merupakan suatu ciri khas Islam. Sifat
Integral meliputi bidang peraturan yang menyangkut akhlak dan menyangkut peraturan yang mengatur
hubungan sesama manusia. Peratuan yang ada dalam Islam terbagi dalam beberapa macam dan setiap
macam peraturan mengandung masalah-masalah tertentu yang dinamakan sistem.

A. Sistem Kemasyarakatan

Bermasyarakat adalah sebuah kepastian bagi manusia, karena kenyataan bahwa manusia dilahirkan
ditengah-tengah masyarakat, hidup dan matinya di tengah masyarakat. Oleh karena itu perlu ada aturan
yang mengatur hubungan-hubungan dalam masyarakat. Tanpa adanya aturan yang berlaku dalam
masyarakat tidak akan bisa hidup baik dan sempurna.

Dasar masyarakat dalam ajaran Islam adalah Islam itu sendiri. Karena manusia semuanya diperintahkan
untuk menganutnya, dan diperintahkan mengetahui kedudukannya dalam kehidupan ini dan mengetahui
hubungan manusia dengan alam dan sebab apa dia dijadikan. Islam mengarahkan pemikiran manusia,
perbuatan dan tindak tanduknya, dan yang menjadi dasar pegangannya dalam semua keadaan. Kalau
manusia dianggap sebagai makhluk sosial, maka Islam mengarahkan mereka dalam membina masyarakat
ini dan sistem Islamlah yang menjadi pilihannya. Denagn kata lain, haruslah pembinaan didasarkan
kepada Dienul Islam sehingga setiap individu berbuat sesuai dengan ajaran Islam, baik dia sebagai
individu maupun sebagai masyarakat. Begitu juga masyarakatnya dijadikan suatu masyarakat yang diatur
oleh Islam yang menjadi kepercayaan masyarakatnya. Denagn demikian setiap orang yang menganut
Islam dan meyakininya, dapat menjadi anggota masyarakat Islam dan berkewajiban mempertahankan
serta berusaha untuk mencapai tujuannya.

Pengaruh ajaran Islam dalam memperbaiki hubungan individu-individu dalam masyarakat a.l :

1. Terjalin Ikatan Keimanan

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara" (QS Al Hujurat (49), 10)

"Orang yang muslim itu adalah saaudara orang muslim yang lain" (HR. Mutafaqun'alaih)

Islam menganggap setiap orang yang mengimani ajaran Islam adalah bersaudara. Persaudaraan ini,
berdasar firman Allah dan Hadits sebagai tersebut diatas adalah persaudaraan yang diikat oleh keimanan
yang sangat kokoh, dan dengan ikatan itulah akan lahir perasaan-perasaan ingin selalu membnatu dan
menolong sesama saudaranya.

Ikatan keimanan dalam Islam tidak akan menimbulkan perkosaan orang yang bukan Islam. Islam masih
menerima orang-orang non-Islam menjadi anggota masyarakatnya dan diberi jaminan dan perlindungan
yang cukup. Sekalipun orang non-Islam tidak termasuk dalam ikatan persaudaraan dalam agama, namun
mereka tidak kehilangan hak perlindungan dari kaum muslimin. Inilah keistimewaan ajaran Islam. Firman
Allah :

"Janganlah kamu tertarik menjadi aniaya oleh karena benci kaum kafir kepadamu, supaya kamu tidak
berlaku adil, hendaklah kamu adil karena adil itu dekat kepada taqwa" (QS Al-Maidah (5), 8)

"Tiada Alah melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi
kamu lantaran agamamu dan tidak pula mengusir kamu daari tanah air kamu, sesungguhnya Allah
mengasihi orang-ornaag yang berlaku adil" (QS Al-Mumtahannah (60), 8)

Rasulullah bersabda :

"Barangsiapa yang mengganggu orang (yaitu orang bukan Islam dalam negara Islam) sesungguhnya dia
telah mengganggu aku" (Al-Hadits)

2. Terhapusnya perasaan Kesukuan

"Bukan dari golongan kami, orang yang menyeru kepada kesukuan (Ashabiyah) dan bukan pula dari
golongan kami orang yang mati membelah kesukuan" (Al Hadits)

"Tinggalkan dia (yaitu Ashabiyah) karena adalah fitnah" (Al Hadits)

Yang dimaksud dengan kesukuan adalah bantu membantu baik dalam kebenaran maupun dalam
kebathilan karena adanya persamaan suku, yakni keturunan atau keluarga. Semboyan Jahiliyah yang
terkenal dalam masalah ini adalah "Tolonglah saudaramu baik dianiaya maupun menganiaya". Semboyan
ini menyeru setiap orang selalu membantu saudarnya dalam keadaan apa saja, dalam keadaan benar
maupun dalam keadaan salah. Islam sangat keras menetang semboyan Ashabiyah ini. Kemudian Islam
membawa semboyannya : "Cegahlah saudaramu yang berbuat aniaya (berlaku dhalim) dan bantulah
saudaramu yang teraniaya".

Islam dalam menentang sistem Ashabiyah ini tidak hanya terbatas kepada kesukuan yang didasarkan atas
keturunan, bahkan meluas kepada segala macam kesukuan yang bersumber dari yang lain.
3. Taqwa kepada Allah adalah Dasar Kelebihan antara Manusia

"Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS Al-Hujurat (49), 13)

Dengan terhapusnya kesukuan maka terhapus pula fanatik kepada bangsa dan keturunannya. Orang
yang terlalu fanatik dalam suku bangsa tertentu misalnya, akan menimbulkan perasaan bangga dan
sombong, angkuh. Di sisi Allah orang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa. Dengan demikian
konsep berbangga diri, fanatik kepada suku bangsa dan keturunannya sangat hina di hadapan Allah SWT.

Ciri-ciri Masyarakat dalam Islam

Sebenarnya ciri-ciri masyarakat Islam sudah tercakup dalam dasar sistem masyarakat Islam, namun
dalam pembahasan berikut adalah masalah ciri-ciri yang menonjol, antara lain :

1. Pemeliharaan Norma-norma Akhlaq

Akhlaq mempunyai kedudukan penting dalam Islam, dan pengaruhnya sangat besar dalam pelbagai
peraturan-peraturan dan diantaranya dalam sistem masyarakat. Peraturan-peraturan dalam Islam sangat
mementingkan kersihan masyarakat dari perbuatan-perbuatan tercela. Islam memberikan hukuman
setiap perbuatan yang diharamkan juga sangat mencela orang yang berbuat kemungkaran. Oleh karena
itu setiap ada kemungkaraan wajib dicegah, tidak boleh dibiarkan berlaku dalam masyarakat Islam,
karena kemungkaran laksana penyakit yang berbahaya, yang kalau dibiarkan hidup dan berkembang
tubuh akan binasa.

Rasulullah bersabda :

"Wahai manusia! Barangsiapa yang mengerjakan sedikit dari kemungkaran maka ditutupnya dan dia
dalam tutupan Allah dan barangsiapa membukakannya, kami laksanakan kepadanya had (hukuman)". (Al
Haddits)

2. Berlaku Adil

Keadilan merupakan salah satu bagian yang mulia dan puncak akhlaq yang baik. Islam sangat
menekankan akan pentingnya keadilan, berlaku adil. Allah berfirman :
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat (apa
yang mereka perlukan) dan melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberikan
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran". (QS An-Nahl (16), 90)

"Dan apabila kamu menerapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil" (QS
An-Nisa (4), 58)

"Jika golongan itu kembali (kepada perintah Allah) maka demikianlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah kamu" (QS Al-Hujurat (49), 9)

Beberapa ayat diatas bertalian erat dengan keadilan, dan sekaligus amat melarang berlaku dzalim.
Dengan demikian semakin jelas bahwa keadilan (berlaku adil) adalah syarat penting dalam Islam. Dapat
dikatakan bahwa Islam adalah agama Keadilan dalam segala-galanya.

3. Keluarga adalah Pondasi Masyarakat

Keluarga adalah merupakan basis kekuatan masyarakat, karena masyarakat merupakan kumpulan dari
keluarga-keluarga, dan keluarga laksana sel-sel yang membentuk tubuh. Kalau keluarga baik niscaya
masyarakatpun akan baik, sebaliknya kalau keluarga rusak niscaya rusak pula masyarakatnya. Karena itu
Islam selalu menaruh perhatian khusus dalam masalah keluarga, dan peraturan-peraturan yang
mengatur keluarga sangat banyak dalam Islam.

Aturan datam pembentukan keluarga cukup banyak, mulai masalah perkawinan, bagaimana prosedur
perkawinan, hak-hak suami dan istri, bagaimana aturan dalam berpoligami, perceraian beserta syarat-
syaratnya, hak-hak anak dalam keluarga, perasaan solidaritas sesama anggota keluarga, posisi wanita
dalam Islam, tata susila yang harus dilaksanakan kaum wanita, dan sebagainya. Semua aturan itu harus
dilaksanakan oleh seluruh umat Islam dalam rnembina keluarganya.

B. Sistem Politik dalam Islam

Sistem politik Islam berdasarkan atas 3 prinsip, yaitu Tauhid (Unity of God), Risalah (Praphethood), dan
Khalifah (Chaliphate). Untuk memahami sistem politik Islam terlebih dahulu perlu memahami ketiga
dasar tersebut.

Tauhid berarti mengesakan Allah SWT, Dia-lah Pencipta, Pemelihara, dan Penguasa seluruh alam
semesta. Kedaulatan tertinggi terletak hanya pada-Nya. Allah sajalah yang punya hak untuk memerintah
dan melarang, dan ketha'atan kepada-Nya merupakan ketha'atan mutlak. Oleh karena itu tak satupun
manusia yang mempunyai hak untuk menentukan aturan sendiri, menentukan maksud dan tujuan
hidupnya, juga untuk menetapkan batas-batas dalam kekuasaan duniawi. Hak ini sepenuhnya terletak
pada Allah SWT. Dengan prinsip tauhid ini berarti membatalkan seluruh konsepsi kedaulatan hukum,
politik dari manusia, baik secara individu maupun secara kolektif. Tak satupun yang berhak
mendakwakan (mengklaim) sebagai pemilik kedaulatan, baik ia seorang manusia, keluarga, kelas atau
golongan masyarakat, bahkan seluruh umat manusia didunia ini sekalipun. Hanya Allah sajalah satu-
satunya yang berdaulat.

Risalah merupakan medium perantara penerimaan manusia terhadap hukum-hukum Allah. Kita sebagai
orang yang beriman telah menerima 2 hal yang harus dijadikan pegangan dalam hidup didunia, yakni Al
Qur'an dan As-Sunnah Rasul. Al Qur'an berisi syariat-syariat yang ditetapkan Allah untuk manusia. As
Sunnah berisi penafsiran dan pola yang sah dari Al Qur'an oleh Rasulullah SAW lewat perkataan dan
perbuatan beliau. Rasulullah SAW telah menegakkan bagi seluruh umatnya satu pola dari sistem hidup
dengan melaksanakan hukum Islam dan memberikan dalam praktek detail-detail yang diperlukan.

Khalifah berarti perwakilan (representation). Posisi dan tempat manusia dimuka bumi ini adalah dalam
posisi khalifah atau wakil Allah. Kalau diperhatikan bahwa yang dinamakan wakil adalah bukan penguasa
sesungguhnya, dan Allah-Iah penguasa sesungguhnya. Oleh karena itu yang mengatur seluruh kehidupan
ini bukan manusia melainkan Allah, dan manusia tinggal melaksanakan aturan-aturan yang ditetapkan
oleh Allah. Manusia akan melaksanakan seluruh ketentuan-ketentuan Allah dalam batas-batas yang Allah
tentukan. Dalam menjalankan ketentuan-ketentuan yang ada bukanlah berdasar kehendak manusia
seiidiri, melainkan merupakan amanat dari Allah SWT yang diembaiikan kepada manusia.

Setelah memahami landasan dasar tersebut maka politik Islam harus ditegakkan diatas tiga landasan itu.
Daulah yang didirikan harus sesuai dengan politik yang dilndasi tiga dasar itu. Kalau sudah demikian
maka daulah tersebut pada hakekatnya akan menjadi satu perwakilan manusia dibawah kedaulatan Allah
dan akan memenuhi tujuan dan maksud Allah dengan menjalankan kekhalifahan dibumi dalam batas-
batas yang telah Allah tetapkan dan sesuai dengan instruksi-instruksi dan ajaran-ajarannya.

Khalifah dianugerahkan kepada seluruh golongan rakyat, kepada masyarakat sebagai satu keseluruhan
yang memang bersedia memenuhi syarat-syarat perwakilan itu setelah menyetujui prinsip tauhid dan
risalah (kerasulan Muhammad SAW). Masyarakat yang demikian adalah masyarakat yang memikul
tanggung jawab khalifah sebagai satu keseluruhan dan masing-masing anggotanya mengambil bagian
dalam kekhalifahan itu. Disinilah titik demokrasi dimulai dalam Islam.

Setiap orang dalam masyarakat Islam memiliki hak-hak dan kekuasaan dalam kekhalifahan, dalam hal ini
setiap orang adalah sama. Pendapat umum merupakan decisive (memutuskan) dalam pembentukan
pemerintahan yang harus dijalankan dengan nasihat umat. Barang siapa yanig memperoleh kepercayaan
dari mereka maka ia berhak menjalankan tugas dan kewajiban kekhalifahan atas nama umat. Akan tetapi
bila kepercayaan umat telah hilang maka ia harus turun dari menjalankan tugas dan kewajiban
kekhalifahan.

Sistem kekhalifahan dalam Islam berupaya untuk selalu menegakkan, memelihara dan
memperkembangkan makrufat (kebaikan) yang dikehendaki Allah agar menghiasi kehidupan manusia
didunia ini dan mencegah serta membasmi segala mungkarat (keburukan) yaitu kejahatan-kejahatan
atau hal-hal yang dilarang Allah.
C. Sistem Ekonomi Islam

Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam

Dasar-dasar ekonomi dalam Islam adalah ajaran Islam itu sendiri. Dari ajaran-ajaran Islam yang
terpenting yang berkaitan erat dengan membahas ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Pemilikan hanya bagi Allah

Allah berfirman:

Dan kepunyaan Allah-Iah kerajaan langit dan bumi dan apa saja yanq ada diantara keduanya. (QS. Al
Maidah (5): 18).

Dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya. (Q.S. AI-Isra' (17):111).

Katakanlah. serulah mereka yang karnu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. mereka tidak memiliki
(kekuasaan) seberat zarrah- pun dilangit dan diburni. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu-pun dalam
(penciptaan) langit dan buml (QS. Saba'(34): 22).

Alam dan apa saja yang ada dalam alam semesta adalah milik Allah semata, tanpa kecuali. Oleh karena
itu Allah sendirilah yang berkuasa penuh berbuat terhadap apa yang Allah miliki. Allah yang memiliki
kekuasaan penuh mengatur dan mengurus atas semua makhluk.

2. Benda-benda adalah makhluk Allah

Segala yang dapat dimiliki, dapat diambil manfaatnya, dan dapat disimpan oleh manusia adalah milik
Allah. Allah berfirman :

Dan berikanfah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakanNya kepadamu. (QS. An Nur
(24): 33).

3. Semua makhluk diberi kemudahan untuk memanfaatkan dari alam ini.


Bahkan dengan segala kemurahannya memudahkan umat untuk mengambil manfaat dari apa vang
diciptakan. Allah berfirman :

Dan Dia menunjukkan untuk kamu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai
suatu rahmat daripada-Nya (QS. Al Jatsiyah (45):13).

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa-apa
yang dilarigit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatnya lahir dan batin. (QS.
Luqman (31): 20).

Katakanlah. Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagl kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati.(QS. Al Mulk (67): 23).

4. Pemilikan manusia atas benda-benda hanya kiasan

Pemilikan yang sebenarnya hanya bagi Allah, dan Allah dengan kemurahanNya mengizinkan kepada
seluruh umat manusia untuk mengambil dari benda dan berbuat apa saja terhadap benda yang ada
padanya. Allah berfirman:

Bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah suatu cobaan. (QS.Al Anfal (8): 28).

Dan janganlah sebagitan kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim-hakim suipaya kamu dapat memakan
sebagian daripada harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa padahal kamu mengetahui. (QS. Al
Baqarah (2): 188).

Rasulullah SAW bersabda :

Tidak dihalalkan harta seorang muslim melainkan dengan secara yang rnenyenangkan hati. (AI-Hadits).

Dari beberapa ayat serta hadits diatas memberikan pengertian bahwa pemilikan manusia terhadap
harta yang dimiliki adalah pemilikan semu sedangkan pemilik sesungguhnya adalah Allah SWT. Oleh
karena itu dalam penggunaannya manusia tidak boleh semuanya sendiri, tetapi harus sesuai dengan
batas-batas yang Allah tentukan.

5. Benda hendaklah dipergunakan menurut yang diridhai Allah


"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (bagian) kampung akherat dan
janganlahkamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (QS. Al Qashas (28): 77)

Benda dipergunakan untuk beribadah kepada Aliah, bukan berarti dilarang mengambil manfaat dari
benda itu untuk kepentingan dunia, diri pribadinya, atau menahan dirinya mengambil manfaat dari
seluruh benda yang Allah ciptakan.

6. Dunia sebagai alat untuk mencapai tujuan

Dunia bukan menjadi tujuan hidup manusia, melainkan alat untuk mencapai tujuan yang telah Allah
tetapkan, yaitu untuk persiapan menghadapi hari kiamat, ialah sebagai alat untuk beribadah kepada
Allah.

Allah berfirman:

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh
adalah baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al Kahfi (18): 46)

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
mengujinya mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. Al Kahfi (18): 7))

Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Islam

1. Memelihara dan menjaga Fithrah manusia

Allah SWT telah menciptakan yang mempunyai instink, kecenderungan dan keinginan, kesemuanya ini
tidak dihilangkan/dimatikan sama sekali oleh Islam. Akan tetapi Islam mengendalikan dan menyalurkan
kearah yang diridhai Allah serta berusaha menjaga agar jangan sampai menyelewng. Oleh karena itu
sistem ekonomi Islam selalu dan menjaga fithrah manusia. Firman Allah:

Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebih-lebihan. (QS. Al Fajr (89): 20)

Islam juga menetapkan hak pewarisan karena manusia memang fitrahnya mencintai anak-anaknya, dan
dia merasa sedih meninggalkan anak-anaknya lebih-lebih kalau anak-anak yang ditinggalkan itu tidak
memiliki apa-apa, oleh karena itu Islam menetapkan hak pewarisan ini, karena pewarisan sesuai dengan
fitrah manusia.
Allah berfirman:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakan mereka anak-
anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An
Nisa' (4): 9)

Dalam sistem ekonomi Islam juga ditetapkan bahwamanusia boleh menikmati hasil dari
kesungguhannya dan usahanya. Karena memang fitrah manusia bahkan menjadi sifat manusia menolak
orang lain bersama dengan persetujuan dan keinginannya atau karena mengaharap pahala dari Allah
SWT.

"Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki, tetapi orang-orang yang
dilebihkan (rizkinya) tidak mau memberikan rizki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki agar
mereka sama (merasakan) rizki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah. ' (An Nahl (16): 71)

2. Memelihara Norma Akhlaq

Sistem ekonorni Islam selalu rnemelihara norma-norma akhlaq yang mulia dan manusia tidak boleh
rnelanggar norma akhlaq tersebut atau melampaui dari yang telah ditetapkan Allah dalam aktivitas
ekonomi. Karena rnasyarakat Islam adalah masyarakat yang berlandaskan akhlaq seperti cinta kasih,
bertolong menolong. Allah berfirman:

'Bertolong-tolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan
dalam berbuat dosa dan aniaya. ' (Al Maidah (5).- 2)

3. Memenuhi Kepentingan Masyarakat

Sistem ekonomi Islam mendorong manusia agar mencapai kepentingan hidupnya untuk setiap orang
yang ada dalam masyarakat Islam. Islam memberikan beberapa cara untuk memenuhi umat:

a. Secara prinsip setiap manusia diberi beban untuk memenuhi hajat hidupnya, yaitu dengan
mengerahkan daya kemampuannya untuk mencapainya. Karena itu Islam mendorong manusia agar
bekerja dan berusaha dan sangat memuji orang-orang yang bekerja.

"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah" (Al
Jumuah (62): 10)
Rasulullah bersabda:

'Seutama-utamanya penghasilan adalah penghasilan seorang laki-Iaki dari hasil tangannya sendiri. " (Al
Hadits).

b. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi setiap orang yang mampu bekerja.

c. Apabila seseorang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri karena suatu hal maka anggota
keluarga yang lain harus memberikan nafkah sesuai dengan ketentuan yang telah diatur fiqh Islam.

d. Bila orang tak memiliki pekerjaan, atau hidup fakir dan dia tidak memiliki sanak keluarga yang mampu
menutupi keperluannya maka kepadanya diberikan harta zakat. Zakat memang merupakan salah satu
sumber keuangan untuk menjamin orang fakir miskin dan orang-orang yang berhajat.

e. Apabila harga zakat belum mencukupi maka untuk memenuhi keperluan tersebut diambilkan dari
Baitul mal.

f. Bila Baitul Mal keuangan tidak memenuhi keperluan mereka maka pembiayaan hidup mereka
dibebankan kepada orang-orang kaya.

Prinsip Umum Sistem Ekonomi Islam

1. Kemerdekaan Bekerja

Islam mendorong agar manusia bekerja dan membenci orang-orang yang malas dan lemah. Dalam
bidang pekerjaan dan aktivitas ekonomi Islam mendorong bekerja dan memuji usahanya untuk
mendapatkan rizki yang halal. Allah berfirman:

'Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizki-Nya, dan kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. ' (Al Mulk
(67): 15)

Rasululiah SAW bersabda:

'Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih dari dia memakan hasil dari kerja tangannya sendiri. '
(Al Hadits)

Dorongan untuk bekerja dan berusaha dalam kehidupan ekonomi secara umum tidaklah terbatas hanya
pada sesuatu pekerjaan tertentu tetapi mencakup semua usaha selama tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Jadi berdasarkan demikian, meliputi seluruh aktivitas ekonomi dan dalam semua bentuk
muamalah dan usaha lainnya yang masih dalam ketentuan yang tidak dilarang Allah SWT.
2. Hak Milik Perorangan

Islam mengakui adanya hak milik perorangan. Firman Allah:

"Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk
mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka
menguasainya?' (Yaa Sin (36) 71) .

"Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya
dan tidak (pula) dianiaya. " (Al Baqarah(2): 279)

"Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dan cara yang lebih bermanfaat hingga sampai ia
dewasa. " (Al Anam (6). 152)

"Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya (di jalan
Allah) lagi membersihkannya. ' (Al Lail(92): 17-18).

Ayat-ayat di atas menyandarkan pemilik kepada manusia yang menunjukkan bahwa Islam mengakui
pemilikan (hak) perorangan. Dalam salah satu hadits juga disebutkan. antara lain sebagai berikut:

Tidaklah halal harta seorang muslim terkecuali dengan kesenangan hatinya sendiri (Al Hadits)

Islam mengakui dan mengatur hak milik perorangan dalam peraturan umum yang cukup menjamin
kehormatan hak itu sehingga hak tidak boleh diganggu gugat terkecuali yang menyangkut hak Allah.
Firman Allah SWT:

"Dan janganlah kamu makan harta mereka (dengan jalan mencampur-adukkannya) kepada hartamu.
Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar".(QS. An Nisa' (4).
2).

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang
batil". (QS. Al Baqarah (2). 188)

3. Hak pewarisan

Diantara prinsip yang ditetapkan didalam Islam dalam memperoleh hak milik adalah melalui hak
pewarisan. Maka apabila seseorang meninggal dunia sedangkan dia meninggalkan sejumlah harta
peninggalan maka harta peninggalan ini menjadi milik para ahli warisnya. Setiap ahli waris mendapat
bagian tertentu sesuai dengan ketentuan yang Allah tetapkan. Hak pewarisan adalah berdasarkan fitrah
manusia, keadilan, dan penghormatan terhadap kehendak si pemilik. Pemilik terdorong untuk
mengarahkan daya dan tenaganya untuk menjamin jangan sampai jatuh habis. Oleh karena itu hak
pewarisan adalah suatu prinsip yang tinggi nilainya dalam sistem ekonomi Islam.

Hak pewarisan juga sebagai penghormatan terhadap kehendak dan keinginan pemilik, kalau manusia
selalu berkehendak dan menghendaki agar harta kekayaannya yang ditinggalkannya untuk para
keluarganya, bukan orang lain, maka hal demikian harus mendapat penghormatan dengan menyerahkan
harta peninggalannya kepada wali warisnya.

D. Sistem Pendidikan Islam

Sistem pendidikan Islam sangat berbeda dengan sistem pendidikan selain Islam. Sistem pendidikan Islam
sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW, memiliki perbedaan yang sangat menoniol
yang terletak pada keluhuran tujuan-tujuan dan kekuatan maknawinya. Yaitu suatu kekuatan yang tidak
nampak tetapi memiliki pengaruh yang besar untuk mencapai keberhasilan.

1. Tujuan pendidikan Islam

Pendidikan Islam lebih menitikberatkan perhatian pada usaha pembentukan manusia yang sempurna.
Manusia dengan kualifikasi demikian akan berjalan serasi dan seimbang antara kondisi jasmani dan
ruhaninya, antara akal dan akhlaqnya, antara harkat kemanusiaan dan kemasyarakatannya, serta
keindahan (estetikanya). Lebih penting lagi adalah bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk
kepentingan keseimbangan antara kepentingan duniawi dengan kebahagiaan akhirat. Dalam pendidikan
Islam manusla tidak dibeda-bedakan menjadi berbagai golongan. Manusia memiliki derajat yang sama.
Hanya amaliyahnya yang dapat membedakan seseorang dengan orang yang lain, karena pada dasarnya
manusia diciptakan atas dasar musyawah (persamaan).

Rasulullah SAW adalah seorang pendidik yang paling sukses dalam mendidik para sahabatnya.
Rasulullah mampu mendidik para sahabat menjadi manusia yang memiliki derajat kemanusiaan yang
mulia. Dengan metode sistem pendidikan Islam Rasulullah telah membentuk mereka menjadi manusia
yang besar pada zamannya. Para sahabat tumbuh menjadi manusia yang memiliki tanggung jawab, rela
berkorban untuk membela kebenaran, dan mampu menanggung penderitaan di saat menegakkan
ajaran-ajaran Allah. Hal ini bisa terjadi karena di samping Rasulullah SAW seorang pendidik yang baik
tetapi juga karena beliau dapat dijadikan teladan. Hal ini besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan
pendidikan.

2. Asas keseimbangan dalam Pendidikan islam


Keseimbangan hidup merupakan tujuan pendidikan dalam lslam. Oleh karena itu sistem pendidikan
Islam di samping mengarahkan manusia agar dapat menikmati kebahagiaan kehidupan dunia, juga
mengharuskan manusia untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT sebagai bekal
kebahagiaannya di akhirat kelak. Firman Allah :

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) Negeri akhirat, dan
jangan kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (QS. Al Qashas (28). 77).

Rasulullah SAW melihat seorang muslim yang sedang beri'tikaf di masjid dan tidak keluar-keluar.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Siapakah yang membiayai hidupmu?" Ketika dijawab
bahwa yang membiayai hidupnya adalah saudaranya, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya saudaramu itu
lebih baik daripada kamu ".

Dari keterangan tersebut, jelaslah bahwa pendidikan Islam mementingkan keseimbangan agar kedua
aspek yang senantiasa berkaitan : antara dunia dan akhirat, antara kebahagiaan materi dan ruhani. Tidak
diperkenankan bagi umat Islam untuk melebih-lebihkan salah satu aspek saja sehingga melalaikan aspek
yang lainnya. Ibnu Mas'ud RA menerangkan bahwa Rasululiah SAW bersabda :

"Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam satu hal yang tidak pada tempatnya.

3. Asas kekuatan batin (jiwa) dalam Pendidikan Islam

Banyak filosof pendidikan Barat menunjukkan tentang pentingnya kekuatan batin (spiritual) dalam
pembentukan kepribadian seseorang, masyarakat, dan umat secara keseluruhan. Sebenarnya Rasulullah
SAW telah jauh-iauh sebelumnya melaksanakan bahwa kekuatan batin sangat penting dalam sistem
pendidikan.

Beliau telah berhasil menanamkan nilai-nilai batiniah yang sangat besar kekuatannya dalam
pembentukan pribadi para sahabat dan umatnya. Dengan pandangan hati yang luas disertai perasaan
yang kuat, Rasulullah SAW telah mampu melihat bahwa suatu masyarakat tidak dapat dibangun hanya
dengan kekuatan harta benda dilengkapi dengan persenjataan yang kuat, tetapi yang lebih penting
adalah justru pada kemauan yang tinggi, wawasan yang jauh ke depan, semangat yang membara serta
akhlaq yang mulia. Dengan sistem pendidikan yang demikian Rasulullah mampu menghasilkan manusia
muslim yang memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi, memegang teguh prinsip-prinsip aqidah serta
membela agama yang diyakininya.

Dengan kekuatan yang demikian maka kaum muslimin saat itu mampu mengatasi keunggulan musuh-
musuhnya, meskipun dilihat dari segi kekayaan materi dan persenjataan jauh berbeda di bawahnya.
Terbukti batiniah yang dilandasi keimanan mampu mengatasi segalanya.

4. Pendidikan jasmani (fisik)


Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang dicanangkan Islam yaitu terbentuknva manusia
yang utuh disetiap aspek baik akal, jasmani, ruhani dan keserasiannya dengan kehidupan
kemasyarakatan, diperlukan syarat mutlak yakni kesehatan badan. Maka dari itu Rasulullah SAW pernah
bersabda :

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah".

Tuntunan yang baik untuk melindungi kesehatan badan adalah dengan cara wiqayah, yaitu penjagaan
kesehatan (tindakan preventif). Ini adalah metode yang lebih efektif bila dibandingkan dengan
pengobatan (kuratif). Sebagai contoh tuntunan Islam dalam menjaga kesehatan jasmani antara lain
dalam firman Allah :

... dan makan dan minumlah dan janganlah berlebih lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih lebihan (QS-Al-Araq (7),31

Rasulullah kemudian menegaskan lagi sebagai berikut ;

"Tidaklah anak Adam mengisi wadahnya yang lebih berbahaya dari pada perutnya. (Al-hadisit).

Islam juga menganjurkan untuk mrenghindari penyakit menular yang membahayakan masyarakat.

Bila kamu mendengar adanya menular pada suatu daerah janganlah kamu memasuki daerah tersebut.
Dan bila penyakit itu terdapat disuatu daerah sedangkan kamu kebetulan ada di sana maka janganlah
kamu keluar dari tempat itu. (Al-hadist)

5. Pendidikan Akhlak.

Akhlaq merupakan suatu pondasi dasar yang utama dalam terbentuknya pribadi berakhlaq merupakan
hal pertama yang harus dilaksanakan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara
keseluruhan.

Rasulullah bersabda ;

"Sesungguhnya yang disebut orang kaya itu bukan karena banyaknya harta semata mata, tetapi yang
kaya itu adalah kaya karena hatinya". (Al-Hadist).

Islam memandang bahwa nilai kekayaan hati lebih utama dibandingkan dengan banyaknya harta. Ia
merupakan hiasan yang merupakan tak terukur harganya. <pendidikann akhlaq merupakan misi utama
pendidikan Nabi ditegaskan dalam firman Allah :

"Dan sesungguhnya kamu (Muhamad) berbudi pekerti pekerti yang luhur. (QS. Al Qalam (68):4).

Rasulullah besabda ;
Paling sempurna keimanan orang orang mukmin ialah yang paling baik akhlaqnya.

6. Pendidikan Akal (Rasio)

Pendidikan akal juga tidak kalah penting dibandingkan dengan pendidikan jasmani maupun akhlaq.
Pendidikan akal cukup besar andilnya dalam pembentukan kepribadian seseorang .

Islam memandang bahwa orang yang memiliki kepribadian yang utuh adalah manusia ynag terpelajar,
manusia yang mempelajari ilmu pengetahuan. Sebab Ilmu pengetahuan adalah sarana yang dapat
digunakan sebagai jalan untuk membedakan yang baik dan benar dengan yang buruk. Juga sebagai jalan
untuk mengatur masalah masalah dengan segala keduniaan dengan segala aktivitasnya dalam
kehidupan masyarakat. Menimba ilmu dari berbagai sumber merupakan kewajiban umat islam, baik laki
laki maupun perempuan sejak dari buaian sampai berakhir ketika manusia menuju liang kubur. Mencari
Ilmu dalam ajaran Islam dinilai sebagai ibadah.

Sabda rasulullah :

"Siapa yang memasuki sebuah jalan untuk mencari ilmu allah akan memudahkan jalan ke Surga".

Hadist merupakan motifasi yang digunakan oleh Rasulullah sebagai metode pendidikan agar para
sahabat dan pengikut beliau giat menimba ilmu pengetahuan.

Ilmu adalah jalan yang dapat digunakan untuk mengangkat martabat seseorang menuju kebahagiaan
dunia akherat. Untuk itu seseorang yang mencari ilmu harus berpegang pada akhlaq dan kelurusan hati
serta bersih dari segala noda yang melekat. Rosulullah SAW menghendekai agar sebelum menuntut ilmu
harus menyucikan dulu jiwanya, sehingga nantinya akan dapat mengetahui hakikat dan nilai sebuah ilmu.
Hanya orang orang yang berakhlaq sajalah yang mengetahui hakikat dan nilai sebuah ilmu, serta mampu
mengarahkannya untuk kepentingan masyarakat.

Dalam pendidikan Islam yang mengarah kepada kesempurnaan hidup manusia, peranan ilmu adalah
sangat besar. Itulah sebabnya pemikiran dan ilmu pengetahuan mendapat tempat yang terhormat dalam
Islam.

7. Pendidikan Kejiwaan

Kematangan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh faktor kejiwaan. Kondisi kejiwaan yang stabil
merupakan faktor utama yang sangat menunjang. Untuk itu Islam sangat memperhatikan faktor jiwa ini
dalam pembentukan kepribadian seorang muslim. Pribadi yang matang secara lahir maupun batin tentu
akan lebih bijak dalam bersikap dan bertindak. Dia akan mudah mengendalikan diri dari segala
perbuatan yang mengarah pada kerugian diri sendiri dan masyarakat. Sabda Rosulullah :
"Orang orang yang paling kuat adalah bukanlah karena fisiknya, tetapi orang yang dapat menguasai
dirinya dari marah dan emosi."

Sebaliknya orang yang suka mengumbar amarahnya tentu saja pemilirannya pun tidak runtut, sehuingga
tindakan tindakannya tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Rasulullah bersabda ;

"Hakim tidak akan memutuskan diantara dua orang selagi dia sedang murka" (al-hadist).

Sikap amarah selain memiliki aspek individual juga memiliki aspek sosial. Guru yang sering marah
terhadap murid muridnya pasti akan menyebabkan pengaruh yang kurang baik pada kepribadian anak
didiknya. Seorang ayah jang suka bertindak tidak senonoh terhadap anaknya tentu akan mengakibatkan
penderitaan yang mendalam dan berlarut larut.

Oleh karena itu Rasulullah menuntun umatnya agar dapat mengendalikan diri dari sifat amarah menuju
kepada keutuhan pribadi. Diceritakan oleh Anas bin malik bahwa Rasulullah saw. selalu bertindak
tenang, bijak, dan menghindari sifat mengumbar amarah. Anas bin Malik bercerita:

"Saya telah menjadi pembantu Rasulullah selama 10 tahun, Beliau tidak pernah mengatakan kepadaku
`uf' atau 'cis' sekalipun".

8. Pendidikan Estetika.

Keindahan adalah faktor yang berpengaruh dalam kehidupan manusia. Keindahan adalah lambang
kesenangan perasaan dan kepuasan batin manusia. Rosulillah sangat menaruh perhatian perhatian pada
aspek keindahan, berdasarkan firman allah ;

"Hai nak anak Adam, pakailah pakainamu yang indah disetiap memasuki masjid". (QS Al-Araf <7>,31)

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan".(Al Hadits)

Dalam pandngan islam keindahan bukan saja terpanycar dari bentuk lahiriah yang menawan tetapi juga
dipadukan dengan keindahan batin. Kesempurnaan pribadi seorang muslim terpadu dengan berbagai
aspek keindahan, tidak hanya lahir tetapi juga batinnya.

Rasulullah dalam ajarannya selalu menganjurkan agar berpaling pada keindahan alam dengan segala
fenomenanya. Dari sana akan timbul rasa cinta dan kagum yang akhirnya akan timbul raya syukur atas
keagungan Allah SWT. Lewat keindahan itulah tertanam nilai nilai keteraturan dan penghargaan pribadi
dalam mengarungi bahtera kehidupan.

9. Pendidikan Kemasyarakatan.
Pendidikan kemasyarakatan sebagaiu kelanjutan dari upaya pembentukan kepribadian tidak lain
dimaksudkan juga sebagai pencerminan tujuan yang hendak dicapai oleh ajaran islam. Dalam pendidikan
kemasyarakatan ini antara lain meliputi etika dalam keluarga sebagai kerangaka dasar masyarakat, hak
hak dan etika hidup bertetanggga, etika hubungan sosial dan lain lain.

Islam mengkaitkan imam seseorang dengan perilaku keseharian, termasuk dalam kehidupan
bertetangga. Bahkan Rasulullah tidak hanya mengajarkan umatnya untuk menghormati hak-hak
tetangganya numun juga memberikan petunjuk agar selalu bersabar dan tahan uji terhadap gangguan
tetangga. Dalam QS Al Fushshilat<41> 42, Allah berfirman ;

"Lawanlah ia dengan perbuatan yang lebih baik".

Selain itu didalam pendidikan kemasyarakatan dibutuhkan adanya solidaritas sosial sikap saling
mencintai sesama anggota masyarakat. Diatur pula masalah tanggung jawab pribadi terhadap
masyarakat, karena masyarakat disamping makhluk individu juga makhluk sosial yaitu anggota dari suatu
masyarakat.

Artikel Aqidah Lainnya:

Вам также может понравиться